Anda di halaman 1dari 8

DESKRIPSI

SITUS GUA HARIMAU

Disusun oleh:

M.RAHMAT DANI.S (I1C120050)

Dosen Pengampu:

Amir Husni, M.A

Wahyu Adi Nugroho, S.S., M.Hum.

PROGRAM STUDI ARKEOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN SEJARAH SENI DAN ARKEOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2022
A. Deskripsi Lokasi dan Tinggalan
Deskripsi situs Gua Harimau
Indonesia menjadi salah satu negara dengan temuan-temuan arkeologis yang
tergolong banyak dan lengkap. Di mana temuan-temuan arkeologis di Indonesia
berasal dari berbagai zaman. Mulai dari zaman Pra-sejarah, Klasik Hindu-Budha, dan
Kolonial. Dengan banyaknya temuan-temuan arkeologis yang tersebar seIndonesia
inilah mengakibatkan banyaknya situs-situs arkeologi yang telah ditetapkan oleh pihak
BPCB sebagai salah satu tempat bersejarah dan perlu di lestarikan. Salah satu situs
arkeologi tersebut yaitu Situs Gua Harimau.
Situs Gua Harimau secara lokasi berada di Kawasan karst Padang Bindu, lebih
tepatnya berada di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering
Ulu, Sumatra Selatan. Dengan koordinat Gua Harimau berada pada 4°4’26,5” Lintang
Selatan dan 103°55’52,0” Bujur Timur, dengan ketinggian ± 164 meter di atas
permukaan air laut dan ketinggian dari dataran 20 meter.
Pada lokasi situs Gua Harimau ini secara geografis berada di wilayah yang
umunya tersusun oleh batuan vulkanik, terutama batuan andesit dan basaltic dengan
sebaran kantong-kantong karst yang memanjang membentuk urat-urat ke arah timur,
memasuki wilayah Batu raja dan membelok ke selata ke wilayah Muara Dua. Secara
keseluruhan terbagi dalam lima satuan morfologi yaitu kerucut gunung api,
pegunungan bertimbulan tinggi, perbukitan bergelombang, plato pusat, dan dataran
rendah (Gafoer, dkk. 1993). Bagian tengah dan barat laut merupakan kaki bukit
sebelah timur Pegunungan barat yang terdiri dari batuan beku dan sedimen meta,
sedang bagian timur laut merupakan perbukitan menggelombang dan dataran rendah
yang tersusun oleh sedimen Tersier dan endapan Kuarter (Gafoer, dkk. 1993).
Pada lokasi Gua Harimau ini memiliki bentang alam OKU yang sangat
beragam, di mana terdapat gugusan perbukitan atau pegunungan dengan lembah-
lembah sempit yang menyelinginya. Kemudian terdapat pula dataran luas dengan
sungai-sungai yang mengalirinya. Dengan bentuk bentang alam yang terdapat di sana
menjadi salah satu penyebab dari terciptanya begitu banyak sumber daya bagi
kehidupan manusia pada masa dulu hingga saat ini. Sungai-sungai yang ada di sekitar
wilayah ini berasal dari aliran air yang berhalu di pegunungan jika dilihat dari atas
seperti ranting-ranting yang bermuara ke sungai Ogan dan Komering yang terlihat
bagaikan pohonnya. Kedua sungai ini juga kemudian bermuara di Sungai Musi di
wilayah yang lebih ke hilir lagi. Lalu kondisi alam di lokasi Gua Harimau ini memiliki
kekayaan flora maupun flora di karena kan pengaruh wilayah sekitar kars ini sangat
kaya dan cocok bagi kehidupan.
Secara deskripsi situs, Gua Harimau merupakan salah satu Gua di perbukitan
karst Desa Padang Bindu. Gua Harimau dimanfaatkan oleh manusia masa Prasejarah
sebagai sarana tempat tinggal dan penguburan, dinding-dinding gua digunakan sebagai
media untuk mengekspresikan pengalaman, perjuangan dan harapan hidup.
Di Indoneisia manusia penghuni gua berasal dari ras Mongoloid dan
Australomelanesid yang berkembang pada masa neolitik atau masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut Dari penelitian terhadap rangka manusia di
Gua Harimau yang yang diperkirakan merupakan ibu dan anak, hidup antara 3.000
hingga 14.000 tahun silam Kelompok ras Mongoloid tiba di Sumatera pada 4.000 –
3.500 tahun lalu, setelah kedatangan migrasi pertama kelompok ras Australomelanesid
pada akhir Zaman Es sekitar 11.000 tahun lalu, inilah yang menghadirkan budaya
tutur Austronesia; cikal bakal nenek moyang bangsa ini.
Pada lokasi sekitar gua harimau ini telah dilakukan penelitian yang berawal
pada tahun 1995 hingga tahun 2010. Di mana setiap penelitian yang di lakukan setiap
beberapa tahun tersebut ditemukan banyak hasil data arkeologis yang beragam. Di
mana penelitian pertama dilakukan pada tahun 1995 dengan fokus penelitiannya
dengan menelusuri sungai Ogan sepanjang 50kilometer kearah hulu dari Batu raja dan
15kilometer kearah hilir. Di mana dari penelitian tersebut menghasilkan temuan
artefak berupa benda-benda alat batu yang di buat oleh manusia purba dulu. Lalu
penelitian di Gua Harimau sendiri dilakukan pada penelitian di tahun 2010. Di mana
para peneliti dari pusat penelitian Arkeologi Nasional mulai melakukan ekskavasi di
Gua Harimau. Dari hasil ekskavasi yang dilakukan kurang lebih empat tahun tersebut
menghasilkan temuan berupa sedikitnya 78 kerangka manusia purba yang dikubur
dalam berbagai posisi lengkap dengan bekal kuburnya. Lalu selain kerangka-kerangka
manusia purba, di dalam Gua tersebut juga ditemukan alat batu, sisa hewan, tembikar
hingga artefak logam yang menandakan bahwa pernah ada kehidupan prasejarah di
situs Gua Harimau tersebut.
Jika di jabarkan lebih lengkap lagi apa saja temuan tinggalan arkeologi yang ada di
situs Gua Harimau tersebut terdapat beberapa tinggal seperti;
1. Lukisan cadas, salah satu temuan yang ditemukan pada situs Gua Harimau ini
merupakan salah satu Rock painting yang dilakukan oleh manusia purba yang
tinggal dan hidup di gua tersebut. Diperkirakan ada sebanyak 47 lukisan yang
berbentuk geometris seperti gambar goresan sederhana membentuk motif anyaman
dan jaring yang di mana pewarna yang digunakan berupa biji besi yang berwarna
merah kehitaman.
2. Kubur pra-sejarah dan kerangka manusia, pada situs Gua Harimau ini ditemukan
berupa kuburan kuno yang diperkirakan memiliki empat Teknik penguburan yang
dilihat dari posisi jasad didalam-Nya. Terdapat kubur primer dengan posisi lurus
telentang, kubur primer dengan posisi miring terlipat, kubur sekunder, kubur
campuran yang di mana terdapat kubur primer lurus dan kubur sekunder di dalam
kuburan tersebut. Kemudian ditemukan sekitar 78 kerangka individu di dalam
berbagau kubur tesebut.
3. Bekal kubur, pada kubur manusia purba di situs Gua Harimau ini ditemukan juga
bekal kubur didalam-Nya. Terdapat beberapa macam bekal kubur seperti,
cangkang moluska, gerabah berbentuk buli-buli, beliung persegi, kapak perunggu
kecil, gelang perunggu, spatula atau sendok besi dan berbagai alat batu.
4. Tembikar, pada situs Gua Harimau tersebut ditemukan juga tembikar yang
berjumlah sekitar 449 spesimen tembikar yang diperkirakan tembikar tersebut
dulunya berukuran sekitar antara 2-8 cm. Di mana dari ukuran tersebut
diperkirakan termasuk dalam kategori, buli-buli, kendi, dan cawan.
5. Temuan alat batu
6. Sisa kerangka fauna, di perkirakan sisa-sisa fauna yang ada di situs Gua Harimau
tersebut merupakan sisa-sisa makanan dan juga beberapa tulang yang dijadikan
alat berburu oleh para penghuni Gua Harimau tersebut dulu.
7. Benda logam, beberapa temuan sisa logamm dan benda-benda besi seperti gelang,
pisau, dan spatula logam.
B. Rumusan signifikasi dan nilai warisan
Dari beberapa temuan dan hasil penelitian terhadap setiap aspek temuan yang
ada di situs Gua Harimau tersebut dapat dikatakan situs Gua Harimau ini memiliki
nilai penting yang di mana dari pengamatan penulis menemukan bahwa situs Gua
Harimau ini memiliki nilai penting berupa adanya indikasi adanya interaksi
kebudayaan yang terjadi pada situs Gua Harimau tersebut yang dapat dilihat dari
terdapatnya dua lapis budaya pada kubur dan benda-benda pendukung yang ada di
situs Gua Tersebut.
Nilai penting ini didapatkan dari hasil penelitian peneliti terhadap setiap
individu yang ditemukan pada setiap kotak ekskavasi atau bisa dikatakan setiap
individu yang ditemukan pada kuburan tersebut. Di mana dari posisi tengkorak setiap
individu menggambarkan adanya interaksi atau terdapat dua lapisan budaya yang
berbeda. Pada beberapa tengkorak yang ditemukan di situs Gua Harimau ini
menandakan bahwa mereka merupakan manusia purba berjenis Homo Shapien dengan
ras australomelanesid, lalu pada beberapa temuan kerangka di temukan bahwa terdapat
ras lain yaitu ras yang lebih muda atau lebih modern yaitu ras Mongoloid.
Setiap nilai penting ini didasari dari temuan peneliti dari posisi kubur mayat
dan juga dari beberapa benda-benda yang ditemukan pada situs tersebut. Dapat
dikatakan individu yang masuk ke dalam ras australomelanesid ini berada di lapisan
bawah dari kuburan dan mereka memiliki posisi yang terlipat. Sedangkan pada lapisan
budaya muda atau atas terdapat ras Mongoloid yang memiliki orientasi penguburan
yang lebih maju, mulai dari adanya bekal kubur, lalu adanya perbedaan beda kubur
berdasarkan gender, dan posisi kerangka yang lurus terlentang yang memiliki orientasi
arah. Lalu dapat terlihat dari temuan benda-benda logam yang tentu saja ini menjadi
salah satu ciri khas manusia ras mongoloid.
Dari hasil nilai penting yang mengatakan adanya dua interaksi budaya dari ras
yang berbeda dapat mengembangkan nilai lainya yaitu, menjadikan situs Gua Harimau
sebagai salah satu rute migrasi dari ras Mongoloid. Hal ini dapat dilihat dari teori
persebaran yang pada awalnya, mengatakan bahwa ras mongoloid di Sumatra
merupakan bagian dari teori “Out of Taiwan” di mana dalam perjalanan ,migrasinya
ke Madagaskar melalui Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, baru Sumatera. Di mana
teori ini Sumatera dikatakan menjadi jalur migrasi ras Mongoloid yang paling
belakangan. Namun, dari hasil radiometric terhadap bukti-bukti arkeologis di
Sumatera salah satunya temuan Gua Harimau, di temukan hasil berupa ternyata jejak-
jejak manusia di Sumatra sama tuanya dengan budaya Austronesia di Sulawesi, yaitu
sekitar 3.500 tahun lalu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sumatera ada
memiliki alur migrasi tersendiri di luar jalur “Out of Taiwan”.
Dengan kata lain dapat dikatakan nilai penting dari situs Gua Harimau ini
terdapat dari beberapa hasil penelitian terhadap kerangka manusia, temuan-temuan
benda, dan juga kondisi lingkungan. Membuat situs Gua Harimau ini ada nilai penting
dan potensi dari terdapatnya dua lapis budaya yang terjadi karena adanya interaksi
antar ras yang lalu menghasilkan peralihan budaya dan juga menciptakan pandangan
baru akan ada kemungkinan bahwa Sumatera memiliki jalur migrasi tersendiri yang
membuat Sumatera sebagai salah satu tempat ras Mongoloid berlabuh bahkan
menyebarkan budaya logam mereka.

C. Analisis Menggunakan Teknik SWOT


1. Streanght (kekuatan)
 Terdapat potensi tangible dan intangible dari Situs Goa Harimau.
 Latar belakang sejarah yang telah di jelas dihasilkan dari hasil penelitian dapat
menjadi salah satu nilai plus dari situs ini, di mana mereka dapat memberikan
pengetahuan akan adanya proses interaksi dari dua ras yang berbeda dan
bagaimana manusia purba bertahan hidup dan memanfaatkan alam sekitarnya.
 Terdapat sekitar 47 gambar cadas yang bermotif jaring maupun gelombang
yang disinyalir di buat karena pengaruh arwah nenek moyang mereka atau
dapat dikatakan bahwa cadas tersebut menandakan adanya perkembangan
religi
 Letak situs Gua Harimau yang berada di daerah perbukitan membuat Situs Gua
Harimau ini bisa dijadikan sebagai salah satu wisata alam sekaligus wisata
edukasi.
2. Weakness (kelemahan)
 Lokasi Situs Gua Harimau yang tergolong jauh dari pusat kota menjadi salah
satu nilai minus dari Situs Gua ini.
 Kurangnya papan informasi penunjuk arah yang kuat dan jelas agar
pengunjung dapat lebih nyaman dalam menuju ke Situs Gua Harimau ini.
 Akses ke Situs yang masih berupah jalan setapak jalan tanah dan beberapa
jalan batu terlihat becek dan licin sehingga dapat membuat wisatawan
mengalami cedera.
 Sulitnya untuk membangun beberapa fasilitas penunjang dari suatu situs yang
akan dijadikan sebagai tempat wisata, seperti kurangnya papan informasi, tidak
adanya toilet, musolah, kantin, dan tempat istirahat seperti gazebo.
 Dan terakhir yaitu lokasi situs yang berada di dataran tinggi membuat beberapa
pengunjung malas mendakinya.
3. Opportunities (Peluang)
 Situs Gua Harimau ini memiliki setidaknya peluang sebagai tempat wisata
alam yang diselingi dengan pengetahuan akan suatu kehidupan manusia purba
pada masanya.
 Memiliki kondisi alam yang masih tergolong asri, memiliki suasana yang
tenang, dan memiliki susunan batu kars yang tergolong indah.
 Bisa menjadi salah satu situs yang memberikan informasi terbanyak akan
temuan tengkorak manusia purba di Sumatera yang memanfaatkan gua sebagai
hunian mereka.
4. Threats (ancaman)
 Pengolahan situs Gua Harimau yang belum terlalu maksimal
 Ancaman bencana seperti longsor dan ambruk nya beberapa bagian gua.
Karena gua tersebut berada di daerah perbukitan yang tinggi.
 Ancaman hewan karena di daerah sana masih banyak hewan-hewan liar di
sekitar situs.
 Ancaman perusakan dinding gua oleh manusia yang tidak bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Binford, Lewis R. 1972. An Archaeological Perspective. New York: Seminar Press.

Oktaviana, A. A., Setiawan, P., & Saptomo, E. W. (2015). Pola seni cadas (rock art) di situs
Gua Harimau, Sumatra selatan. Gua Harimau dan Perjalanan Panjang Peradaban
OKU, 149-157.

Simanjuntak, Truman, and Adhi Agus Oktaviana. "Laporan Penelitian Arkeologi: Perjalanan
Panjang Peradaban OKU." Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (2012).

Press, U. G. M. Gua Harimau dan Perjalanan Panjang Peradaban OKU. UGM PRESS, 2021.

Fauzi, M. Ruly. "Karakterisasi tipe dan teknologi alat batu dari Gua Harimau." GUA
HARIMAU DAN PERJALANAN PANJANG PERADABAN OKU (2021): 105.

Fauzi, M. Ruly, Sigit Eko Prasetyo, and Truman Simanjuntak Jatmiko. "PERKAKAS
PALEOLITIK DARI DAS OGAN: BUKTI AWAL KEBUDAYAAN DI WILAYAH
OKU." GUA HARIMAU DAN PERJALANAN PANJANG PERADABAN OKU
(2021): 66.

Anda mungkin juga menyukai