Anda di halaman 1dari 14

MASA PERUNDAGIAN PADA SITUS GUA HARIMAU

Disusun Oleh:

Romayana Sari (I1C120004)

Sofia Esa Shadila (I1C120022)

Oktaviana Regita Cahyani (I1C120024)

M. Rahmat Dani. S (I1C120050)

Najla Devina (I1C120052)

Restu Amelia Putri (I1C120056)

Ashar Farid Azizi (I1C120058)

Rival (tolong edit yang tau namo rival)

Dosen Pengampu:

Isyad Leihitu, M.Hum.

Asyhadi Mufsi Sadzali, S.S., M.A.

Atika Noviana, S.S., S.Hum.

PROGRAM STUDI ARKEOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN SEJARAH SENI DAN ARKEOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami selaku penulis dari makalah ini dapat menyelesaikan tugas pada
matakuliah Kepurbakalaan Sumatera A.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Irsyad Leihitu, M.Hum., selaku dosen pada mata kuliah Kepurbakalaan Sumatera A.
Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis dan bagi para
pembaca.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Kami selaku
penulis menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan penulisan
tugas ini. Sekian dari saya terimakasih banyak atas waktu dan perhatiannya.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa perundagian berlangsung pada saat kebudayaan logam dan batu berlaku
di Indonesia. Pada masa perundagian, struktur masyarakat sudah semakin jelas
dan masyarakat sudah memiliki pembagian kerja dengan tanggung jawab masing
– masing. Kebudayaan logam dan batu masuk ke golongan masyarakat terampil
dan mampu menguasai teknologi dibidang tersebut. Bukti dari tinggalan sejarah
perundagian dapat terlihat dari hasil keterampilan untuk membuat alat-alat dari
bahan logam dan batu. Secara umum, terdapat beberapa ciri-ciri kehidupan
manusia purba pada masa perundagian. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah
menganut kepercayaan animisme dan dinamisme Bermukim di daerah
pegunungan dan dataran rendah Hidup berkelompok Sudah memiliki kemampuan
menemukan dan mengolah bijih logam Berkembangnya pengetahuan tentang alam
sekitar Mulai bercocok tanam Terbentuk struktur sosial primitif Agar kalian lebih
paham ciri-ciri yang sudah disebutkan diatas, kita akan membahas secara lebih
detail di bawah ini.
Pada masa perundagian, manusia sudah mengembangkan teknologi untuk
mengolah bijih logam menjadi alat-alat perkakas sehari-hari. Pengolahan logam
ini dicapai dengan memanfaatkan dua teknik yaitu a cire perdue dan juga bivalve.
Teknik A Cire Perdue merupakan teknik mencetak cairan logam dalam cetakan-
cetakan yang dibuat dari tanah liat. Pertama, manusia purba membentuk model
dari lilin yang kemudian akan dibungkus oleh tanah liat. Ketika sudah mengering
tanah liatnya, maka akan dituangkan cairan logam ke dalam lilinnya sehingga lilin
mencair dan tergantukan oleh cairan logam. Ketika cairan logam sudah mengeras
dan mendingin, tanah liat tersebut dipecahkan untuk mengeluarkan perkakas
logam yang sudah mengeras tadi. Telnik Bivalve merupakan teknik mencetak
cairan logam dalam cetakan-cetakan dari batu atau bahan lainnya yang bisa
dipakai berulang-ulang kali. Cetakan ini tersusun dari dua bagian yang memiliki
rongga di tengah sehingga dapat dituang cairan logamnya. Ketika cairan logam
sudah mengeras dan juga mendingin, kedua bagian ini dapat ditarik untuk
mengambil logam yang sudah terbentuk ditengah-Nya.
Salah satu contoh yang dapat menjadi bukti adanya tinggalan masa
perundagian di Sumatra yaitu situs hunian Gua Harimau. Gua Harimau ditemukan
tahun 2008 oleh tim pusat Arkeologi Nasional. Gua Harimau berlokasi di desa
Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, OKU, berjaral sekitar 35 KM dari ibu
kota Kabupaten, Baturaja. Gua Harimau juga dekat dengan aliran air, yaitu sungai
Aek Haman yang bermuara ke sungai Ogan. Data – data yang ditemukan di Gua
Harimau yang berasosiasi dengan pecahan tembikar, logam, kerang dan artefak
litik ( serpih – serpih rijang ), sebuah penemuan baru yang memberikan gambaran
tentang praktik penguburan neolitik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kehidupan manusia yang ada di Gua Harimau ?
2. Bagaimana perkembangan budaya dan teknologi Gua Harimau?
3. Bagaimana bentuk religi di Gua Harimau?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kehidupan manusia yang ada di Gua Harimau.
2. Untuk mengetahui perkembangan budaya dan teknologi Gua Harimau.
3. Untuk mengetahui bentuk religi di Gua Harimau.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Manusia dan kehidupannya di gua harimau


Penelitian yang telah dilakukan oleh pusat penelitian dan pengembangan
Arkeologi Nasional (Pusat Arkeologi Nasional) pada tahun 2009 – 2012
menghasilkan temuan arkeologi sebanyak 66 individu manusia purba. Dari penggalian
yang dilakukan oleh para peneliti di beberapa kotak-kotak ekskavasi yang berukur 1,5
x 1,5meter dan ke dalam sekitar 50-100 cm dari permukaan tanah.
Dari hasilnya dapat terlihat banyaknya kerangka fosil yang ditemukan rata-
rata banyak masih dalam keadaan yang relatif lengkap dan memiliki kondisi yang
masih bagus walaupun ada beberapa kerangka yang ditemukan didaerah yang agak
lembap mengalami pelapukan alami oleh jenis tanah lembap di sana. Dari penelitian
para peneliti tersebut mendapatkan bahwa adanya orientasi sistem penguburan timur-
barat (kepala berada di timur) dan tenggara-barat (kepala berada di posisi tenggara),
dari hal ini dapat terlihat bagaimana cara penguburan yang dilakukan oleh manusia
purba gua harimau pada masa lalu. Di mana mereka sudah memiliki teknis
penguburan yang unik dan menarik. Selain pemosisian arah tubuh saat dikubur, hal
lain yang membuat teknis penguburan manusia purba ini menarik yaitu, terdapatnya
sistem pengelompokan dalam mengubur tubuh seseorang. Terdapat sekitar 4 individu
di dalam satu kelompok pemakaman.
Sisa-sisa manusia yang ditemukan pada gua harimau dilihat dari keadaan
fisiknya memiliki kelengkapan komponen kerangka yang masih sangat lengkap.
Mulai dari komponen tengkorak hingga tulang-tulang jari-jemari kaki, masing-masing
tulang masih dalam posisi anatomisnya. Individu-individu yang termasuk dalam
kubur primer adalah Individu 1, 2, 3, 8, 9, 13, 14, 15 dan mungkin 4. Sementara
beberapa individu lain seperti Individu 10, 11, dan 12 diduga merupakan hasil
penguburan sekunder karena merupakan sisa rangka yang tidak utuh lagi yang diatur
sedemikian rupa (misalnya tiga buah tengkorak yang diletakkan saling bersentuhan
secara horisontal, dengan beberapa komponen tulang lainnya seperti vertebrae, coxae,
bagian proksimal tulang paha caput femoralis, ulna, humerus, costae, dan jari-jemari
tangan dan kaki). Salah satu contoh dari temuan kerangka yang masih utuh yaitu
dapat dilihat pada temuan Individu 13

1.Individu 13
(dokumetasi pihat penelitian Arkeologi)
Dari penelitian terhadap ke-66 individu yang telah ditemukan oleh pihak
peneliti arkeologi pada waktu itu didapatkan hasil yaitu bahwa Spesiess yang ada di
gua harimau ini merupakan masuk ke dalam Spesies Homo sapiens. Lebih tepatnya
yang menghuni gua harimau tersebut merupakan Spesies Homo sapiens ras
mongoloid. Yang dikenal sebagai pendatang yang pada akhirnya mengalami interaksi
antara ras Australomelanesid yang merupakan salah satu penghuni gua-gua yang ada
di Indonesia pada masanya.
Hal ini didapatkan dari hasil analisis kesamaan antara kerangka-kerangka
individu yang ada di gua harimau dengan ciri-ciri manusia purba ras mongoloid. Ciri-
ciri yang dimaksud diantara-Nya; bentuk tengkorak brachycephal, occiptal yang datar,
morfologi gigi seri, bentuk orbit mata, kedalaman tulang hidung (nasal), postur tulang
dan postur tubuh.
Jika dilihat dari fokus kami yang membahas kehidupan manusia di masa
Perundagian yang di mana pada masa ini manusia purba sudah dapat memanfaatkan
lingkungannya sebagai teknologi yang dapat membantu mereka pada kehidupan
mereka sehari-hari. Salah satu pemanfaatannya yaitu mereka sudah dapat
memanfaatkan biji besi atau logam yang di mana pada gua harimau sendiri
manusianya sudah terlihat dari beberapa teknologi yang telah berhasil mereka
ciptakan menggunakan beberapa Teknik yang lebih maju dari pada Teknik pembuatan
teknologi manusia purba terdahulu mereka. Dengan pemanfaatan benda-benda yang
terbuat dari logam ini dapat terlihat bahwa manusia purba yang berada di gua harimau
sudah lebih maju. Salah satu kemajuan yang terdapat pada kehidupan yang ada di
situs hunian gua harimau yaitu pada kemampuan mereka dalam memanfaatkan
beberapa benda yang mereka ciptakan untuk kebutuhan religi seperti bekal kubur. Hal
ini semua dapat terlihat lebih jelas pada aspek-aspek berikutnya.
2. Perkembangan Budaya dan Teknologi di Gua Harimau
A. Budaya.
Penemuan benda-benda logam sangat penting sebagai penanda
(marker) krono-budaya konteks penemuannya, yakni dari masa protosejarah
dengan kehidupan yang dicirikan oleh masuknya pengaruh budaya logam dan
mulai munculnya tulisan-tulisan asing tentang penduduk dan budaya
nusantara. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan kehadiran logam di Nusantara
pada awalnya Mengkait dengan masuknya produk dan teknologi logam dari
Budaya Dongson di Vietnam Utara menjelang dan di sekitar awal-awal
Masehi.
Ekskavasi yang dilaksanakan di Situs Gua Harimau sejauh ini telah
menemukan benda-benda logam baik berupa perunggu maupun besi. Sebagian
di antaranya sudah fragmentaris, namun sebagian lainnya masih tergolong
utuh. Benda-benda dari besi kondisinya lebih parah; di samping fragmentaris
juga telah berkarat tebal, hingga sering menjadi kesulitan untuk
mengidentifikasi bendanya. Benda-benda perunggu juga sudah mengalami
pelapukan dengan terbentuknya patinasi yang cukup tebal di permukaannya.
Warnanya yang khas kehijauan menjadi dasar pengidentifikasiannya sebagai
perunggu, sambil menunggu hasil analisis komponen yang direncanakan di
laboratorium untuk memastikannya. Ketiadaan benda logam pada lapisan
kubur yang lebih bawah menjadi marker penting sebagai penunjuk adanya dua
lapisan budaya hingga kedalaman 100-150 cm di Gua Harimau, yakni lapisan
budaya Paleometalik di lapisan atas dan Budaya Neolitik di lapisan bawah.
Jika dilihat dari keberlanjutan kubur dan temuan lainnya pada kedalaman
tersebut, agaknya Neolitik yang dinela sebagai budaya Penutur Austronesia
awal berlanjut ke Paleometalik oleh penutur yang sama tanpa mengalami ke
terputusan (rupture). Hal ini sekaligus menunjukkan kehidupan Penutur
Austronesia berkembang di gua ini (dan sekitarnya tentu saja) seiring dengan
perkembangan budaya regional-global.
Penemuan benda-benda logam dalam ekskavasi di Gua Harimau
memiliki artipenting. Walaupun kuantitasnya masih tergolong sedikit, namun
keberadaannya membuka dimensi kronologi dan sosial-budaya. Menyangkut
kronologi sudah disinggung di bagian awal bab ini, yakni merupakan penanda
budaya (cultural marker) dari penghuni gua yang berkembang di sekitar awal-
awal Masehi. Sementara dari aspek sosial-budaya, menjadi jelas pula bahwa
penghuni gua sudah mengenal teknologi logam, khususnya perunggu dan besi
dalam waktu yang bersamaan. Pengenalan ini tentu saja memberikan
gambaran, baik tentang kehidupan komunitas penghuni gua, maupun
kehidupan dalam konteks global.
B. Teknologi
Eskavasi yang dilaksanakan di Situs Gua Harimau hingga saat ini telah
menemukan benda-benda logam berupa perunggu maupun besi. Sebagian
diantaranya sudah fragmentaris, dan masih tergolong utuh. Benda-benda dari
besi kondisinya lebih parah; di samping fragmentaris juga telah berkarat tebal
hingga menjadi kesulitan untuk mengidentifikasi bendanya. Tidak hanya itu,
benda-bendu perunggu juga mengalami pelapukan dengan terbentuknya
patinasi yang cukup tebal dipermukaanya. Warna nya yang kehijauan menjadi
dasar pengidentifikasiannya sebagai perunggu. Ada dua lapisan budaya hingga
kedalaman 100-150 cm di Gua Harimau, yakni lapisan budaya Paleometalik di
lapisan atas dan budaya Neolitik di lapisan bawah.
Berikut ini merupakan deskripsi gambaran yang lebih spesifik tentang artefak
logam dari gua harimau ini:
a. Benda Perunggu
Temuan benda-benda perunggu terdiri dari gelang, kapak corong, dan jenis
lail yang sulit diidentifikasi karena terlalu fragmentaris.
b. Gelang
Terdapat tiga gelang perunggu yang ditemukan dalam ekskavasi. Gelang
perunggu pertama ditemukan dikotak F7 ditemukan pada saat pembersihan
bagian kaki rangka manusia. Gelang perunggu kedua ditemukan di kotak
17 temuan yang sebelumnya diperkirakan cawan berbahan tembikar. Dan
gelang perunggu ketiga ditemukan masih melilit dilengan kiri individu 43
dan hanya bagian atas yang terlihat.
a. Kapak corong, kapak corong terdiri dari dua buah.
Sebuah diantaranya ditemukan dalam ekskavasi tahun 2010, dikotak P9.
Kondisi kapak corong pertama ini ditemukan dalam keadaan utuh dan dalam
kondisi yang cukup bagus. Kapak corong yang pertama ini berfungsi sebagai
bekal kubur, namun sudah tidak diketahui lagi. Kapak corong yang kedua
merupakan temuan tahun 2011 dengan ukuran yang lebih kecil dari kapak corong
yang pertama.
b. Besi
Mata Pisau, suatu benda mata pisau ditemukan dalam ekskavasi tahun 2009
pada spit 3. Kondisi mata pisau ini sudah tertutup karat yang cukup tebal, hingga
menyulitkan pengenalan bentuk aslinya.
c. Spatula Besi
Benda ini kondisinya saat ditemukan sudah berkarat hingga menyulitkan
pengamatan pada bagian sisi dan distal. Biasanya bentuk dari benda ini dibuat
meruncing seperti ujung tombak.
d. Benda Logam lainnya
Pada saat ditemukan benda-benda logam lainnya ini susah untuk diidentifikasi
karena kondisisnya yang fragmentaris dan aus. April 2012 ditemukan dua buah
fragmen logam pada kotak H7 spit 5 (80-90) dengan panjang 2,2 cm,lebar 2cm,
dan tebal 0,5 cm, fragmen logam pada kotak 17 spit 2(50-60 cm dari SDP) dengan
ukuran panjang 2,5, 2,4 lebar dan tebal 1 cm. Kotak H7 selintas merupakan
fragmen berupa logam perunggu (fig. 4 kiri), sedangkan fragmen dari kotak 17
agaknya dari besi.
Penemuan benda-benda logam dari ekskavasi di gua harimau memiliki arti
penting. Walaupun kuantitasnya masih tergolong sedikit namun keberadaannya
membuka dimensi sosial-budaya. Melalui aspek sosial budaya sudah jelas pula
bahwa penghuni gua mengenal teknologi logam, khususnya perunggu dan besi
dalam waktu yang bersamaan. Tentu saja pengenalan ini memberikan gambaran
tentang kehidupan komunitas penghuni gua, maupu kehidupan dalam konteks
global.
e. Alat Batu
Teknik manufaktur alat batu berhasil diketahui teknik pembuatannya yaitu dengan
teknik pukulan langsung dengan menggunakan 2 perkutor yaitu perkutor keras
(jenis batuan beku) dan lunak. Perlu dicatat bahwa teknik langsung dengan
perkutor lunak hanya terobservasi pada temuan dengan jenis batuan obsidian.
f. Perhiasan dari Taring Hewan
Pada Gua Harimau ditemukannya perhiasan yang terbuat dari gigi binatang.
Diperkirakan gigi tersebut berasal dari sebuah taring monyet yang kemudian
diberi lubang pada bagian pangkalnya. Perhiasan ini diperkirakan berfungsi
sebagai bandul kalung. Selain sebagai perhiasan bandul kalung juga berfungsi
sebagai aksesoris untuk status sosial.
g. Tembikar
Pada awalnya variasi teknik pada pembuatan tembikar hanya ada satu teknik yaitu
dengan cara tatab pelandas. Tatab pelandas yaitu teknik penekanan pada kedua
sisi tembikar,yang dapat dilihat pada permukaannya yang tidak merata khususnya
pada bagian dalam tembikar. Pada beberapa spesimen juga ditemukan jejak
penekanan oleh jari sehingga meninggalkan jejak sidik jari si pembuat tembikar.
Adapun hal lain yang menjadi ciri dari penggunaan teknik tatab pelandas adalah
lingkar tembikar yang tidak sempurna (asimetris). Namun, pada penggalian
ekskavasi berikutnya ditemukan teknik pembuatan tembikar yang berbeda yaitu
dengan teknik roda putar jarak antar striasi menunjukkan perbedaan kecepatan
roda putar pada saat proses pembuatannya. Jarak yang renggang dan terputus-
putus merupakan ciri dari pembuatan tembikar dengan menggunakan teknik roda
putar lambat, sementara jarak rapat pada striasi menunjukkan penggunaan teknik
roda putar cepat.

3. Religi yang ada di gua harimau


Pada masa prasejarah, konsepsi tentang religi yang berkaitan dengan kematian
bermula dari adanya kesadaran manusia tentang jiwa, yang kemudian berkembang
menjadi kepercayaan akan adanya kehidupan setelah kematian.
Fenomena kubur pasangan dan kolektif mengindikasikan bahwa masyarakat
prasejarah Gua Harimau telah mengenal kepercayaan adanya kehidupan setelah
kematian atau yang dikenal dengan reinkarnasi. Sehingga, kebersamaan yang telah
mereka jalin di dunia semasa hidup, juga berusaha mereka lanjutkan pada kehidupan
setelah kematian dalam bentuk kubur pasangan dan kolektif.
Tentunya, pembuatan kubur pasangan dan kolektif ini memerlukan teknik dan
strategi tertentu, karena manusia tidak mati dalam jangka waktu yang bersamaan
kecuali terjadi dalam peperangan, terkena bencana, atau terjangkit wabah penyakit.
Sedangkan rangka-rangka kubur tersebut tidak menunjukkan adanya kondisi yang
bisa mengarah pada dugaan- dugaan tersebut di atas, kecuali adanya gejala patologi.
Cap-cap tangan warna putih juga mereka yakini sebagai tangan para leluhur,
yang didasari oleh warna merah sebagai warna kehidupan. Jadi, arwah para leluhur
selalu mendampingi hidup mereka sepanjang masa di gua-gua hunian itu, agar selalu
sukses di setiap aktivitas.
Gambar-gambar rusa, babi, ataupun kura-kura adalah gambar magis binatang
harapan dalam perburuan mereka. Dengan bantuan para leluhur, mereka berharap
akan sukses memburu binatang-binatang yang mereka gambarkan.
Inilah salah satu religi paling tua yang tampak dalam kisah masa lalu manusia
di Indonesia, yang muncul di tempat- tepat tinggi dinding gua prasejarah. Tampaknya,
mereka pun memilih gua tersendiri untuk mengekspresikan ungkapan-ungkapan religi
mereka. Karena, lukisan-lukisan dinding hanya ditemukan di gua-gua yang tidak
pernah dipakai sebagai hunian manusia.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Masa perundagian berlangsung pada saat kebudayaan logam dan batu berlaku
di Indonesia. Pada masa perundagian, struktur masyarakat sudah semakin jelas dan
masyarakat sudah memiliki pembagian kerja dengan tanggung jawab masing –
masing. Kebudayaan logam dan batu masuk ke golongan masyarakat terampil dan
mampu menguasai teknologi dibidang tersebut.
Dari penelitian terhadap ke-66 individu yang telah ditemukan oleh pihak
peneliti arkeologi pada waktu itu didapatkan hasil yaitu bahwa Spesiess yang ada di
gua harimau ini merupakan masuk ke dalam Spesies Homo sapiens. Lebih tepatnya
yang menghuni gua harimau tersebut merupakan Spesies Homo sapiens ras
mongoloid.
Penemuan benda-benda logam sangat penting sebagai penanda (marker)
krono-budaya konteks penemuannya, yakni dari masa protosejarah dengan kehidupan
yang dicirikan oleh masuknya pengaruh budaya logam dan mulai munculnya tulisan-
tulisan asing tentang penduduk dan budaya nusantara.
Teknologi yang ada di Gua Harimau yaitu ditemukannya kapak corong,
gelang, pembuatan tembikar, perhiasan dari taring hewan, alat batu, spatula besi dan
lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak, Truman, and Adhi Agus Oktaviana. "Laporan Penelitian Arkeologi: Perjalanan

Panjang Peradaban OKU." Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (2012).

Press, U. G. M. Gua Harimau dan Perjalanan Panjang Peradaban OKU. UGM PRESS, 2021.
Fauzi, M. Ruly. "Karakterisasi tipe dan teknologi alat batu dari Gua Harimau." GUA
HARIMAU DAN PERJALANAN PANJANG PERADABAN OKU (2021): 105.
Fauzi, M. Ruly, Sigit Eko Prasetyo, and Truman Simanjuntak Jatmiko. "PERKAKAS
PALEOLITIK DARI DAS OGAN: BUKTI AWAL KEBUDAYAAN DI WILAYAH
OKU." GUA HARIMAU DAN PERJALANAN PANJANG PERADABAN
OKU (2021): 66.

Anda mungkin juga menyukai