lihat
bicara
sunting
Hominina/sebelum Homo
(Pliocene)
Sistem tiga zaman prasejarah
Zaman Batu
>> Paleolitikum bawah:
Homo, Homo erectus,
>> Paleolitikum
tengah: awal Maho
sapiens
>> Paleolitikum atas:
perilaku modernitas
>> Neolitikum:
peradaban
Zaman perunggu
>> Timur Dekat | India
Eropa China Korea
Zaman Besi
>> Keruntuhan Zaman
Perunggu Timur
Dekat Kuno India
Eropa China Jepang
Korea Nigeria
Sejarah
Catatan terlama
(2500500 SM)
Zaman purbakala
(500 SM500 M)
Zaman pertengahan
(5001500)
Modern permulaan
(15001800)
Modern (1800 to
present)
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk kepada masa di saat catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah
dapat dikatakan permulaan terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk
mengacu kepada masa di saat kehidupan manusia di Bumi yang belum mengenal tulisan.[1]
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini
menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya
tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman
prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung
dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM
masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah
memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa
berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang
berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki
era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan
mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi,
geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti prasejarah didapat dari
[[artefak|artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs prasejarah.
Daftar isi
1 Periodisasi
o 1.1 Pembagian zaman
3 Lihat pula
4 Bacaan lanjutan
Periodisasi
Pembagian zaman
Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk
membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu & Zaman Besi), & bedasarkan
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Masa Berburu &
Mengumpulkan Makanan, Masa Bercocok Tanam, & Masa Perundagian)
Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari
batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara
lain:
Zaman Batu Tua (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)
1. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang
bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)
2. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan
untuk menggemburkan tanah).
3. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan
(buah-buahan & umbi-umbian).
4. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, maka
masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).
5. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat sumber air
ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).
6. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
7. Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di
China, dimana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah
gua).
Zaman Batu Tengah (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)
Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur & moddinger
yang berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya
manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di
sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan
kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak
Sumatra/Pebble & batu pipisan.
Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua
yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung
panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam
gua.
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada
zaman Mesolithikum antara lain:
a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra,
yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan
kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)
b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu
masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah
diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.
3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
4. Pakaian dari kulit kayu
5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (KhamerIndocina)
Kebudayaan Megalith
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalith, yaitu
kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak
kebudayaan megalith justru pada zaman logam. Hasil kebudayaan Megalith, antara lain:
1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek
moyang.
2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek
moyang
3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)
4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup
6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka
Zaman Logam (Masa Perundagian)
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat
dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang
diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini
juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang
terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat
dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang
ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu,
sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Zaman logam di Indonesia
dibagi atas:
Zaman Perunggu
Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor
(Jawa Barat)
Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat
yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun
perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu 3500 C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
Mata Pisau
Mata Sabit
Mata Pedang
Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan
Punung (Jawa Timur)
Tugu batu atau tiang batu yang terbuat dari batu tunggal dan
ditempatkan pada suatu tempat tertentu
4.
Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di
samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur
logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan.
Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan
batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang
disebut a cire perdue. Kelebihan teknik bivalve dari a cire perdue adalah
dapat digunakan berkali-kali.
Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat
timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
Zaman logam ini dibagi atas:
1.
Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan
Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan) ini manusia purba sudah dapat
mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga
diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
1. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat
perkakas) ditemukan di
Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
i.
ii.
o
o
o
o
tubuh kekear
rahang dan geraham besar
tidak berdagu
menyerupai kera
Pithecantropus Mojokertensis
Ditemukan tahun 1936 di Mojokerto Jawa Timur.
Fosil berupa tengkorak anak.
Masih tergolong jenis Pithecanthropus.
Ciri-ciri :
a. badan tegak
b. tidak memiliki dagu
c. bentuk kening menonjol
d. tinggi badan 165 180 cm
e. volume otak 750 1.300 cc
f. tulang rahang dan geraham cukup kuat
g. tulang tengkorak cukup tebal
h. bentuk tengkorak lonjong
2.
Pithecanthropus Erectus
Ditemukan oelh Eugene Dubois tahun 1890 di daerah Trinil
(dekat sungai Bengawan Solo)
Pithe artinya kera, anthropus artinya manusia, erectus artinya
tegak
Pithecanthropus erectus artinya manusia kera berjalan tegak.
Ciri-ciri :
a. berbadan dan berjalan tegak
b. tinggi badan 165 170 cm
c. diperkirakan hidup sekitar 1 juta tahun yang lalu.
3.
Tahu
n
194
1
189
0
193
1
193
6
193
6
Tempat
Sangiran
Trinil, Ngawi
Bengawan
Solo
Wajak, Tulung
Agung
Mojokerto
Zaman Prasejarah
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman
prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya
digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka bumi saat
manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal
ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya
tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman
prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung
dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM
masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah
memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa
berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang
berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki
era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan
mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi,
geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat
dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.
A. Periodisasi
1. Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui bendabenda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat
prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah
dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu dan zaman logam.
2. Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat
dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman,
antara lain:
a. Zaman Batu Tua
Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih
dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata
pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan),
manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok
tanam.
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
1. Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)
2.Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)
Alat-alat
yang
dihasilkan
antara
lain:
kapak
genggam/perimbas
(golongan
chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu
Chalcedon (untuk mengupas makanan)
b. Zaman Batu Tengah
1. Ciri zaman Mesolithikum:
a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih
merupakan alat-alat batu kasar.
c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger
(sampah dapur)
c. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek
(hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang
dibelah.
d. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Flores.
e. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa
Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata
panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.
2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)
3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa PapuaMelanosoid
c. Zaman Batu Muda
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah
diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
3. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alatalat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat
yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu
yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue.
Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi
yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
4. Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin
Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah
dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Alat-alat perunggu
pada zaman ini antara lain :
a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera
Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan
di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
c. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor
(Jawa Barat)
5. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat
yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun
perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu 3500 C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat),
Besuki dan Punung (Jawa Timur). Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari
perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang
ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu,
sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Antara zaman neolitikum
dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang
menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan
megalitikum justru pada zaman logam.
6. Sistem kepercayaan
Warga Indonesia purba adalah penganut animisme dan dinamisme yang memuliakan
roh alam dan roh nenek moyang. Arwah Leluhur yang telah meninggal dunia dipercaya masih
memiliki kekuatan spiritual dan mempengaruhi kehidupan keturunannya. Pemuliaan terhadap
arwah nenek moyang menyebar luas di masyarakat kepulauan Nusantara, mulai dari
masyarakat Nias, Batak, Dayak, Toraja, dan Papua. Pemuliaan ini misalnya diwujudkan
dalam upacara sukuran panen yang memanggil roh dewata pertanian, hingga upacara
kematian dan pemakaman yang rumit untuk mempersiapkan dan mengantar arwah orang
yang baru meninggal menuju alam nenek moyang. Kuasa spiritual tak kasat mata ini dikenali
sebagai hyang di Jawa dan Bali dan hingga kini masih dimuliakan dalam agama Hindu
Dharma Bali.
7. Penghidupan
Mata pencaharian dan penghidupan masyarakat prasejarah di Indonesia berkisar
antara kehidupan berburu dan meramu masyarakat hutan, hingga kehidupan pertanian yang
rumit, dengan kemampuan bercocok tanam padi-padian, memelihara hewan ternak, hingga
mampu membuat kerajinan tenun dan tembikar.
Kondisi pertanian yang ideal memungkinkan upaya bercocok tanam padi lahan basah
(sawah) mulai berkembang sekitar abad ke-8 SM. memungkinkan desa dan kota kecil mulai
berkembang pada abad pertama Masehi. Kerajaan ini yang lebih mirip kumpulan kampung
yang tunduk kepada seorang kepala suku, berkembang dengan kesatuan suku bangsa dan
sistem kepercayaan mereka. Iklim tropis Jawa dengan curah hujan yang cukup banyak dan
tanah vulkanik memungkinkan pertanian padi sawah berkembang subur. Sistem sawah
membutuhkan masyarakat yang terorganisasi dengan baik dibandingkan dengan sistem padi
lahan kering (ladang) yang lebih sederhana sehingga tidak memerlukan sistem sosial yang
rumit untuk mendukungnya.
Kebudayaan Buni berupa budaya tembikar berkembang di pantai utara Jawa Barat
dan Banten sekitar 400 SM hingga 100 M. Kebudayaan Buni mungkin merupakan pendahulu
kerajaan Tarumanagara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang menghasilkan
banyak prasasti yang menandai awal berlangsungnya periode sejarah di pulau Jawa.