Anda di halaman 1dari 5

INDONESIA PADA MASA PRASEJARAH

1
Alya Fikriyah Dzihni K. (001) 2 Dwi Safitri Utami (002)3 Diva ‘Aidah Sahlaa (003)

Peradaban pada masa Prasejarah melalui berbagai proses panjang yang berkaitan dengan ruang
dan waktu. Secara harfiah istilah “Prasejarah” terdiri dari dua kata, yaitu “Pra” dan “sejarah” yang
berarti masa sebelum sejarah.Zaman prasejarah juga biasa disebut dengan “nirleka”,dimana “nir “
memiliki arti tidak ada dan “leka” berarti tulisan. Pada intinya nirleka memiliki makna sebagai
zaman yang belum mengenal adanya tulisan, hal tersebut memiliki konteks yang sama dengan zaman
Prasejarah. Dalam proses perkembanganya, zaman prasejarah dibagi menjadi dua,yaitu zaman
prasejarah sebelum adanya manusia(pre human living) dan zaman prasejarah setelah adanya
manusia.Zaman prasejarah sebelum ada manusia,yaitu mengulas terkait bumi dengan kondisi fisik
alamnya yang dibagi menjadi beberapa masa,diantaranya arkheozoikum, proterozoikum, paleozoikum,
mesozoikum serta neozoikum. Sedangkan zaman prasejarah setelah adanya manusia mengkaji terkait
manusia dan kebudayanya.Di Indonesia zaman prasejarah setelah adanya manusia, dimulai kurang
lebih sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya temuan fosil manusia
purba di Sangiran Jawa Tengah. Penemuan fosil manusia purba di Indonesia berasal dari lapisan bumi
pleistosen bawah, pleistosen tengah, pleistosen atas dan holosen. Hal tersebut yang menjadi pembeda
tersendiri dari evolusi bentuk fisik manusia purba pada masa itu(Slamet Sujud,2013). Lokasi
penemuan fosil manusia purba pertama di Indonesia yaitu di daerah Sangiran yang ditemukan oleh
G.H.R Von Koegniswald pada tahun 1936 dan 1941.Berdasarkan dari hasil penggalian dan penelitian,
fosil manusia purba tersebut diprediksi berasal dari masa pleistosen bawah. Dari hasil
penemuanya,Von Koegniswald memberi nama fosil tersebut dengan sebutan”Meganthropus
Palaeojavanicus(manusia purba raksasa dari Jawa). Selain itu masih terdapat jenis manusia purba lain
di Indonesia sebagai bukti eksistensi masa prasejarah di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan dari
penulisan artikel ini untuk membahas masa periodesasi prasejarah di Indonesia, kemudian mengkaji
terkait evolusi manusa purba serta mengulas kehidupan sosial, ekonomi dan budaya pada masa
prasejarah di Indonesia.

A. Periodesasi Zaman Prasejarah Indonesia

Periodisasi merupakan suatu pembabakan atau pengelompokan waktu yang digunakan untuk
mengetahui beberapa peristiwa berdasarkan jenisnya. Periodisasi dalam sejarah dimaksudkan untuk
memudahkan pemahaman suatu peristiwa dalam sejarah. Ada beberapa pandangan tentang suatu
perkembangan kehidupan manusia prasejarah yang telah diungkap oleh pakar ahli sejarah dengan
ditemukannya temuan arkeolog, khususnya adanya bukti kehidupan prasejarah. Pada tahun 1836,
seorang sejarawan dari Denmark yaitu CJ. Thomsen yang mengatakan jika periodisasi zaman
praaksara ini dibagi menjadi dua zaman diantaranya zaman batu dan zaman logam. Konsep ini sudah
ada sejak lama di Eropa Barat dan dikenal sebagai sistem tiga zaman atau three age system. Konsep
yang dihadirkan oleh Thomsen berfokus pada pendekatan teknis berdasarkan penemuan alat-alat yang
ditinggalkan. Pada suatu konsep periodisasi zaman praaksara Indonesia juga dipengaruhi oleh suatu
pendekatan model Thomsen. Zaman prasejarah Indonesia sendiri terbagi menjadi dua zaman yaitu
diantaranya zaman batu yang terdiri Zaman Palaeolitikum, Zaman Mesolitikum, Zaman Neolitikum
dan Zaman Megalitikum. Selain itu, terdapat zaman logam yaitu diantaranya Zaman perunggu
danZaman besi. Berikut penjelasan mengenai zaman prasejarah Indonesia :

1. Zaman Batu

Pada zaman batu ini, masyarakat prasejarah menggunakan alat kebudayaan yang terbuat dari
batu. Masyarakat prasejarah saat itu dengan memiliki suatu keterampilan yang terbatas, manusia pada
zaman batu ini memanfaatkan batu untuk digunakan sebagai pembuat alat penetak, alat pemotong,
dan alat serpih. Zaman batu ini dibagi lagi menjadi 3 zaman, yaitu.

a. Zaman Paleolithikum
Paleolithikum atau zaman batu tua merupakan masa ketika alat-alat manusia purba terbuat dari
batu dan masih dikerjakan secara kasar. Zaman Paleolithikum terjadi sekitar 600.000 tahun yang
lalu.Manusia pada zaman palaeolithikum ini mendapatkan bahan makanan dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan dengan mengumpulkannya langsung dari alam (food gathering), sehingga
kehidupan mereka selalu berpindah-pindah (nomaden). Pada zaman Paleolithikum ini manusia
praaksara menghasilkan beberapa kebudayaan seperti kebudayaan Pacitan dan kebudayaan
Ngandong.

b. Zaman Mesolithikum

Mesolitikum atau yang disebut dengan zaman batu tengah adalah masa peralihan antara zaman
paleolihikum menuju pada zaman neolithikum. Selama periode ini alat-alat batu sudah mulai diasah,
meskipun masih terlihat kasar. Manusia purba pada zaman Mesolithikum telah tinggal dan menetap di
pantai dan di dalam gua. Pada masa mesolitikum ini dimana para manusia prasejarah mulai hidup
menetap dan membuat rumah-rumah panggung yang ada di tepi pantai atau tinggal di dalam gua dan
ceruk batu padas. Manusia prasejarah juga mulai bercocok tanam dan mulai mengatur masyarakatnya.
Mereka melakukan pembagian pekerjaan, kaum laki-laki berburu, sedangkan kaum perempuan
menjaga anak dan membuat kerajinan berupa anyaman dan keranjang. Pada zaman Mesolithikum,
manusia praaksara menghasilkan beberapa hasil kebudayaan berupa Kapak Genggam, Kapak Pendek,
Flakes (alat batu tulis)

c. Zaman Neolithikum

Neolithikum atau zaman batu muda yang merupakan masa revolusi dalam kehidupan yang
terjadi pada manusia purba. Pada zaman ini manusia telah berhasil membuat alat budaya dari batu
dengan cara halus dan indah. Hal ini adanya fakta bahwa para manusia purba ini berfikir untuk tidak
menggantungkan diri dengan alam dan mulai berusaha untuk menghasilkan dan menciptakan
makanan sendiri (food producing) melalui pertanian. Selain pertanian, manusia praaksara juga mulai
beternak sapi dan kuda yang dagingnya diambil untuk dikonsumsi. Manusia praaksara juga menjalani
hidup dengan cara menetap (sedenter). Mereka membangun rumah secara berkelompok yang
mendiami suatu wilayah tertentu. Pada zaman Neolithikum, menghasilkan beberapa hasil kebudayaan
berupa kapak persegi, kapak batu, dan tembikar.

d. Zaman Megalithikum

Zaman megalithikum atau zaman batu besar merupakan suatu kebudayaan dikaitan dengan
kehidupan keagamaan masyarakat karena pada zaman ini sudah mengenal kepercayaan. Pada zaman
ini, manusia purba sudah bisa membuat kebudayaan dari batu. Pada Zaman megalithikum ini terbagi
menjadi dua masa, pada masa pertama terkait dengan alat-alat upacara, sedangkan masa kedua terkait
dengan upacara penguburan. Pada Zaman Megalithikum sendiri, menghasilkan beberapa kebudayaan
berupa Menhir, Dolmen, Sarkofagus, Waruga, Arca dan Punden Berundak.

2. Zaman Logam

Merupakan masa ketika manusia prasejarah mampu membuat dan menggunakan alat-alat
budaya logam. Pada zaman logam, manusia purba telah hidup menetap dan membentuk
perkampungan atau desa. Zaman logam sendiri dibagi lagi menjadi 3 yaitu :

a. Zaman Perunggu

Zaman Perunggu di Indonesia berawal dari pengaruh budaya Dongson di Vietnam. Manusia
pertama saat itu mampu mencampurkan timah dan tembaga untuk membuat alat budaya perunggu.
Pada zaman perunggu ini ada beberapa hasil kebudayaan berupa kapak corong, candrasa, bejana
perunggu, necara perunggu, dll.

b. Zaman Besi
Zaman Besi adalah era di mana manusia pertama dapat membuat dan menggunakan besi
sebagai alat kehidupan. Pada Zaman Besi ada beberapa hasil kebudayaan berupa mata tombak, pisau,
kapak, dan cangkul.

B. Evolusi Manusia Praaksara

Indonesia sebagai negara yang tak pernah lepas dari sumber penemuan berupa fosil manusia
memiliki peran yang penting dalam kajian antropologi ragawi, khususnya dalam ilmu
palaeoantropologi. Berbagai data fisik manusia purba dapat ditemukan di Indonesia, utamanya di
wilayah Jawa, dimana fosil manusia purba ini berasal dari lapisan pleistosen bawah-tengah-atas
hingga awal kala holosen. Dengan adanya data-data tersebut, memudahkan penjabaran gambaran
mengenai evolusi fisik manusia praaksara yang dapat diuraikan menjadi:

1) Evolusi Manusia Praaksara Kala Pleistosen


Pleistosen merupakan awal dari kehidupan manusia, dimana kehidupan mereka terus
mengalami kemajuan secara bertahap dan tentunya hal ini juga terjadi pada bentuk tubuh maupun
kecerdasan akal. Pada kala ini, terdapat tiga periode yang dijabarkan menjadi: (1) pleistosen bawah,
(2) pleistosen tengah, (3) pleistosen atas. Meganthropus atau yang biasa disebut dengan manusia
besar sebagai jenis manusia pertama yang berada pada kala pleistosen bawah, dimana eksistensinya
dibuktikan melalui fosil manusia Meganthropus Paleojavanicus (raksasa dari Jawa) yang ditemukan
oleh Van Koeningswald pada situs Sangiran, Jawa Tengah. Salah satu ciri yang terlihat dari fosil
manusia jenis ini adalah rahang serta giginya yang besar, sehingga dapat dikatakan bahwa
Meganthropus memakan makanan yang diperoleh tanpa melewati proses memasak.

Pithecanthropusmerupakan jenis manusia yang fosilnya paling banyak ditemukan, sehingga


pada kala pleistosen, lebih banyak dihuni oleh jenis manusia ini. Manusia Pithecanthropus erectus
merupakan jenis manusia Pithecanthropusyang penyebarannya lebih banyak dan meluas., dimana
salah satu temuan fosilnya yang paling terkenal dan terpenting yaitu atap tengkorak serta tulang
paha pada situs Trinil tepatnya di tahun 1891. Berdasarkan pertanggalan absolut, jenis manusia yang
ditemukan oleh Eugene Dubois ini, diperkirakan hidup pada kala pleistosen tengah. Adapun jenis
Pithecanthropus yang hidup hingga awal pleistosen atas adalah Pithecanthropus soloensis, dimana
temuan fosil jenis manusia ini ditemukan pada situs Sangiran, Sragen, dan Blora.

Genus Homo sebagai salah satu jenis manusia yang hidup pada kala pleistosen akhir
merupakan manusia yang paling maju apabila dibandingkan dengan jenis manusia yang hidup pada
zaman sebelumnya. Jika melihat salah satu manusia yang ada di Indonesia dengan genus tersebut,
maka Homo wajakensislah yang menjadi jawabannya dengan bukti fosilnya yang ditemukan pada
situs Wajak (Tulungagung) dan beberapa tulang paha yang berada di situs Trinil serta tulang
tengkorak di situs Sangiran.

2) Evolusi Manusia Praaksara Kala Holosen


Pada permulaan kala holosen, Indonesia memiliki dua jenis ras manusia, yaitu: (1)
australomelanesid, dan (2) monggolid. Jika melihat karakteristik fisik ras australomelanesid, maka
dapat dijelaskan bahwa mereka memliki badan yang lebih tinggi, tengkoraknya relatif kecil, dahi
yang sedikit miring, serta pelipis dengan bulatan yang tak sempurna. Mereka memiliki lebar muka
yang sedang dengan bagian unsur kening yang nyata. Dengan geraham-gerahamnya yang belum
mengalami reduksi lebih lanjut membuat ras ini memiliki alat pengunyah relatif kuat. Ras jenis ini
hidup di bagian barat dan utara dengan sedikit campuran ras monggolid.Sebaliknya ras monggolid
mempunyai tinggi badan dengan rata-rata yang lebih sedikit. Tengkorak yang mereka miliki
berukuran besar atau sedang, dimana isi tengkorak rata-rata lebih besar. Dahi yang lebih membulat
serta rongga matanya tinggi dan berbentuk persegi. Pada ras ini mengalami reduksi alat pengunyah
lebih lanjut dengan gigi seri dan taringnya yang menembilang.

C. Kondisi Sosial – Ekonomi pada Masa Prasejarah


R.P Soejono (1970 dalam Slamet,2013:21) merilis model periodesasi prasejarah yang ditinjau
dari konteks sosial- ekonomi masa prasejarah di Indonesia yang dibagi menjadi beberapa tahap,
sebagai berikut:masa berburu dan mengumpulkan makanan(food gathering)tingkat rendah, masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam(food producing),serta
masa perundagian.Kondisi sosial-ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
rendah, dimana pada tahap itu manusia memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan mengandalkan
hasil alam,contohnya dengan berburu binatang dan mengumpulkan makanan dari hasil tumbuhan.
Sehingga tempat tinggal cenderung nomaden(berpindah-pindah) menyesuaikan ketersediaan sumber
makanan.
Jika ditinjau menurut konsepsi periodesasi yang lama,maka masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat rendah masuk dalam masa paleolitik,dimana pada masa itu manusia telah mengenal
sistem pembagian kerja secara tidak langsung berdasarkan umur atau jenis kelamin. Selanjutnya yaitu
pada tahap berburu atau mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau pada masa mesolitik, dimana
pada tahap tersebut kehidupan sosial-ekonomi manusia masih mengandalkan hasil alam,namun
menurut Clark& Piggot (1967), jika pada zaman mesolitik(berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut) masih dilakukan, akan tetapi manusia telah mengenal holtikultur yang dilakukan secara
berpindah. Manusia telah mengenal pola kehidupan yang berlangsung dalam gua(abris sous roche)
dan pola kehidupan di pantai(kjokkenmoddinger) guna mendekati sumber makanan. Sebagai bukti
eksistensi masa tersebut di Indonesia,yaitu dengan adanya suatu sistem penguburan di dalam gua
(antara lain budaya Sampung) dan bukit Kerang (Sumatera Utara) sebagai bukti awal penguburan
manusia di Indonesia, serta lukisan dinding gua dan dinding karang (Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Maluku, dan Papua) yang merupakan ekspresi rasa estetik dan religius, melengkapi bukti
kegiatan manusia pada masa ini(Slamet Sujud,2013:25-26).
Kemudian pada tahap bercocok tanam(food producing) terjadi pada masa neolitik. Kehidupan
manusia tidak lagi bergantung pada hasil perburuan dan pada alam,sebab manusia telah mampu
mengembangkan lingkungan alam dengan melakukan cocok tanam sederhana(slash and burn) dan
merawat hewan untuk dijadikan ternak. Selain itu dalam aspek aspek sosial,manusia mulai menetap
disuatu tempat dengan membentuk kelompok perkampungan kecil. Menurut V.Gordon Childe(1958
dalam Slamet Sujud,2013:27), jika manusia telah mengenal adanya sistem perdagangan dalam bentuk
barter.Di lain sisi perkembangan konsep kepercayaan mulai dikenal,hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya temuan batu besar sebagai hasil tradisi kepercayaan megalitik. R.Von.Heine(1945)
mengklasifikasikan temuan tersebut menjadi 2 tradisi,yaitu tradisi megalitik tua(2500-1500 SM) yang
berkembang pada zaman neolitik, dan tradisi megalitik muda(1000-1 abad) yang berkembang pada
masa perundagian. Di Indonesia bukti berkembangnya sistem kepercayaan dan kebudayaan megalitik
dibuktikan dengan adanya temuan Dolmen XXXVI (a) dan Dolmen XXXVII (b) di Dusun Krasak,
Situs Maskuning Kulon(Liana,2020). Selanjutnya yaitu masa perundagian, pada tahap perundagian
kondisi sosial-ekonomi masyarakat telah ada sistem pembagian yang lebih kompleks,serta pada
masyarakat undagi, pertanian dengan sistem sawah mulai dikembangkan.Dan pada masa perundagian
ini sistem kepercayaan berpusat pada pemujaan kepada roh nenek moyang yang disebut sebagai
tradisi megalitik muda.

D. Kesimpulan

Berdasarkan konsep periodesasi, Zaman prasejarah Indonesia sendiri terbagi menjadi dua
zaman yaitu diantaranya zaman batu yang terdiri Zaman Palaeolitikum, Zaman Mesolitikum, Zaman
Neolitikum dan Zaman Megalitikum, serta zaman logam yang meliputi, Zaman perunggu danZaman
besi. Indonesia pada kala pleistosen telah dihuni paling sedikit yaitu empat jenis manusia praaksara
yang diantaranya: (1) Meganthropus paleojavanicus (kala pleistosen bawah), (2) Pithecanthropus
erectus dan Pithecanthropus soloensis (kala pleistosen tengah-atas), (3) Homo wajakensis (kala
pleistosen atas-holosen awal). Kemudian pada kala holosen, sudah mulai terdapat dua ras manusia
yang berada di Indonesia yang terbagi menjadi: (1) ras australomelanesid, (2) ras monggolid.

Kondisi sosial-ekonomi masa prasejarah di Indonesia dimulai dari masa berburu dan
mengumpulkan makanan(food gathering)hingga masa perundagian. Hasil dari tahapan tersebut,
masyarakat prsejarah dapat beradaptasi yang awalnya bergantung pada hasil alam,kemudian mampu
mengembangkan kehidupan menuju yang lebih maju.Berbagai hasil dari proses tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya temuan sistem penguburan dalam gua yang terdapat di Sumatera Utara
hingga hasil kebudayaan megalitikum sebagai wujud pemujaan terhadap roh leluhur yang ditemukan
pada situs Maskuning Kulon. Hal tersebut menunjukkan bahwa eksistensi masa prasejarah di
Indonesia benar adanya secara nyata yang ditemukan mulai dari hasil kebudayaan dan teknologi,fosil
manusia purba serta sistem pertanian yang masih digunakan masyarakat hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Diansyah, Arfan dkk., 2019, Prasejarah Indonesia, Medan: Yayasan kita menulis

Ahmad, T. A. (2010). Strategi pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran pada materi zaman
prasejarah. Paramita: Historical Studies Journal, 20(1).

Jati, S. S. P. (2015). PRASEJARAH INDONESIA: Tinjauan Kronologi dan Morfologi. Jurnal


Sejarah dan Budaya, 7(2), 22-32.

Suprapta, B. (2017). PRASEJARAH INDONESIA DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN


PRASEJARAH ASIA TENGGARA: KAJIAN ARKEOLOGI POS-PROSESUAL
PERSPEKTIF STRUKTURALISME LEVI-STRAUSS. Sejarah dan Budaya: Jurnal
Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya, 10(2), 131-143.

WIJAYANTI, L. Kebudayaan Megalitik DI Situs Maskuning Kulon Pujer Bondowoso (Doctoral


dissertation, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember).http://repository.unej.ac.id/

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319840/pendidikan/prasejarah-indonesia.pdf

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=357933&val=7688&title=PRASEJARAH%20INDONESIA:%20Tinjauan
%20Kronologi%20dan%20Morfologi

http://p2k.unhamzah.ac.id/id3/3073-2970/Prasejarah_25531_uhamzah_p2k-unhamzah.html

Anda mungkin juga menyukai