Anda di halaman 1dari 3

Zaman Prasejarah Kehidupan Manusia Purba

Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi di bagi menjadi 5 zaman yaitu :


Zaman Paleolitikum
Zaman paleolotikum berarti zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan
penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif.
Ciri ciri kehidupan manusia pada zaman paleolotikum yaitu hidup
berkelompok (tinggal disekitar aliran sungai, gua atau di atas pohon ) dan mengandalkan
makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Oleh
karena itu, manusia purba selalu berpindah pindah dari satu tempat ke tempat yang lain
(nomaden). Jenis manusia purba Indonesia yang hidup pada zaman ini antara lain
Pithecanthropus erectus, pithecantropus robustus dan Meganthropus palaeojavanicus.
Selanjutnya hidup berbagai jenis homo ( manusia ) diantaranya Homo soloensis dan Homo
wajakensis.
Zaman Mesolitikum
Zaman mesolitikum disebut juga zaman batu madya / tengah. Zaman ini disebut
pula zaman mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut, yang dimulai pada
akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lalu. Para ahli memperkirakan manusia yang
hidup pada zaman ini adalah bangsa melanesoid yang menyerupai nenek moyang orang
Papua, Sakai, Aeta, dan Aborigin.
Seperti halnya zaman palaeolitikum, zaman mesolitikum mendapat makanan
dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua gua di bawah bukit
karang (abris soucheroche), tepi pantai dan ceruk pegungungan. Gua abris souche roche
menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan. Hasil peninggalan
manusia pada masa itu adalah menyerupai alat-alat kesenian yang ditemukan di gua-gua
dan coretan pada dinding gua seperti di gua leang-leang, sulawesi selatan, yang ditemukan
oleh Ny.Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa
mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung Ponorogo dan
Madiun.
Pada masa ini ditemukan juga kjokken moddinger yaitu dapur kulit kerang dan
siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur Sumatra. Peralatan yang ditemukan di
tempat itu adalah kapak genggam Sumatra, Pabble culture dan alat berburu dari tulang
hewan.

Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum berarti zaman batu muda. Di indonesia, zaman Neolitikum
dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuthi kebutuhan hidupnya mengalami
perubahan pesat dari cara food gathering menjadi food producting yaitu dengan cara
bercocok tanam dan memelihara ternak.
Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk
menghindari bahaya binatang buas. Pada masa Neolitikum,manusia purba telah membuat
lumbung-lumbung guna menyimpan padi dan gabah. Tradisi seperti ini masih ditemukan
di daerah badui di banten.manusia purba telah mengenal 2 jenis peralatan yakni beliung
persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian barat
diperkirakan budaya ini disebarkan dari yunani di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos
dan selanjutnya ke Indonesia. Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang
didatangkan dari Jepang kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, sulawesi utara, maluku,
irian, dan kepulauan Melanesia
Zaman Megalitikum
Mengapa zaman Megalitikum karena pada zaman ini ditemukan peralatan yang
terbuat dari batu-batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan
animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang
yang mendiami benda-benda seperti pohon, batu, sungai gunung dan senjata tajam.
Sementara itu, Dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki
kekuatan atau tenaga gaib yang daoat mempengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan
dalam kehidupan manusia. Diperkirakan manusia pada zaman megalitikum ini mengenal
kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan
diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan.
Adanya kepercayaan manusia terhadap kekuatan alam dan bentuk mahkluk halus
dapat dilihat dari penemuan bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat
rohaniah ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatra selatan, Sulawesi Tenggara dan
Kalimantan dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden berundak
-undak serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan, dolmen adalah meja
untuk menaruh sesaji, sarkofagus adalah bangunan berbentuk lesung yang serupa peti
mati, kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat, Punden
berundak adalah bangunan bertingkat sebagai tempat pemujaan sedangkan arca adalah
perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan

Zaman Logam
Kebudayaaan zaman logam merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli
Indonesia (proto melayu) dengan bangsa mongoloid sehingga membentuk ras deutro
melayu (melayu muda). Disebut zaman logam karena pada masa ini manusianya telah
memiliki kepandaian dalam melebur logam.
Di kawasan asia tenggara penggunaan logam dimulai tahun 3000-2000 SM. Masa
menggunakan logam di kehidupan manusia purba Indonesia disebut masa perundagian.
Alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat keperluan sehari hari seperti
pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak. Pembuatan alat besi memerlukan
tehnik khusus yang mungkin hanya dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat. Yakni
golongan undagi. Di luar Indonesia, berdasar dari bukti arkeologis, sebelum manusia
menggunakan logam besi, mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih
dahulu. Mengolah bijih menjadi logam lebih mudah untuk temgbaga daripada besi. Tehnik
peleburan besi ini berasal dari budaya Dongson di Tonkin (Vietnam). Kapak-kapak logam
yang dibuat di Indonesia terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Salah satu bentuk yang
menarik adalah kapak candrasa yang ditemukan di Jawa dan Kapak-Kapak upacara lain
yang ditemukan di bali dan Roti. Candrasa dari pulau roti dibuat dari logam berukuran 78
x 41,5 cm. Pada mata kapak ini terdapat hiasan kepala manusia atau topeng dengan kedua
telapak tangan terbuka disamping pipinya, dipadu dengan hiasan pola garis-garis. Alat
yang terkenal pada zaman ini adalah nekara yang digunakan sebagai genderang perang
dan keperluan upacara keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai