Anda di halaman 1dari 8

Kehidupan masyarakat praaksara dibagi menjadi tiga masa,

yaitu:
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Masa bercocok tanam
Masa perundagian

Masa berburu dan mengumpulkan makanan


Manusia purba pada masa ini selalu berpindah-pindah
(nomaden) karena tidak punya tempat tinggal tetap. Untuk
mencari tempat-tempat yang menyediakan banyak bahan
makanan. Manusia purba mengumpulkan makanan yang
tersedia di alam, tanpa mengolah atau menanam lebih dulu.
Alat-alat yang digunakan pada masa ini antara lain: Kapak
perimbas untuk merimbas kayu, menguliti binatang, dan
memecah tulang. Kapak genggam untuk menggali umbi dan
memotong hewan buruan. Alat serpih digunakan sebagai
pisau. Manusia praaksara membutuhkan api untuk memasak
dan penerangan pada malam hari. Pembuatan api dengan
cara menggosokkan dua keing batu yang mengandung unsur
besi. Maka akan timbul percikan api untuk membakar lumut
atau rumput kering. Dalam kehidupan sosial, manusia
praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali
diri untuk menghadapi lingkungan sekitarnya.
Masa bercocok tanam
Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai
memenuhi kebutuhan hidup dengan cara pembukaan laham
di hutan untuk dijadikan ladang. Pada masa ini, manusia
praaksara mulai hidup menetap di suatu tempat tinggal
sederhana secara berkelompok. Tetapi kehidupan berburu
dan mengumpulkan makanan tidak sepenuhnya ditinggalkan.
Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan
masyarakat karena terdapat beberapa penemuan baru
seperti penguasaan sumber-sumber alam, memelihara
tumbuhan dan hewan. Alat-alat yang digunakan pada masa
bercocok tanam berasal dari batu yang telah dihaluskan,
antara lain: Mata panah untuk berburu. Barang pecah belah
dari tanah liat (gerabah). Beliung persegi untuk menebang
kayu dan mencangkul. Kapak lonjong untuk mengolah tanah.

Masa perundagian
Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana
dan pembagian kerja. Di kehidupan pada masa perundagian,
manusia purba sudah menemukan bijih-bijih logam dan
mengenal pengolahan logam. Sehingga berbagai peralatan
mulai dibuat dari logam. Pertukangan dan pengecoran logam
seperti perunggu, tembaga dan besi untuk membuat barang-
barang kebutuhan rumah tangga yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Meski sudah ada alat-alat dari logam,
tetapi manusia purba pada masa ini masih menggunakan
alat-alat yang terbuat dari batu. Akan tetapi penggunaan
bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana penggunaan
bahan batu. Karena persediaan logam masih terbatas.

Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara?


Sebelum sampai ke era modern seperti saat ini, para leluhur
kita telah melalui banyak proses dalam hidupnya. Termasuk
saat dimana mereka tak mengenal apa-apa, bahkan tulisan.
Masa ini, kita mengenalnya sebagai masa Praaksara.
Praaksara atau Nirleka, atau prasejarah sendiri secara
harafiah berarti sebelum (pra), dan tulisan (aksara). Ini adalah
masa dimana manusia belum mengenal tulisan dan hanya
mengandalkan Fosil (sisa makhluk hidup yang telah
membatu) dan Artefak (sisa peralatan manusia yang telah
membatu) untuk mempelajari kehidupannya.

Dimulainya masa praaksara sendiri hingga kini belum


diketahui secara pasti dan belum bisa dibuktikan, namun satu
hal yang pasti, masa praaksara dimulai sejak manusia purba
mulai ada di muka Bumi.

Zaman Praaksara terbagi dalam dua periodisasi zaman, yakni


zaman Batu dan zaman logam. Zaman batu terdiri atas empat
zaman, termasuk Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan
Megalitikum. Pada zaman ini, alat perkakas manusia masih
terbuat dari batu. Lain halnya dengan zaman logam, dimana
peralatan pada masa itu mayoritas terbuat dari perunggu dan
besi.
1. Zaman Batu
Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Pada zaman ini alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari
batu yang dibuat dengan sangat kasar serta sederhana.
Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
Zaman ini berlangsung pada masa Holosen. Salah satu ciri
khas kebudayaan batu tengah adalah adanya sampah-
sampah dapur dari kulit kerang (kjokkenmoddinger).
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Tak seperti dua zaman sebelumnya, di zaman batu muda ini
manusia telah mulai memiliki keterampilan. Ini bisa dilihat
dari benda-benda perkakas yang sudah mulai diasah dan
tampak halus. Kepandaian gerabah ini sudah semakin maju
dan dibuat dengan teknik yang halus.
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Di masa ini, manusia sudah mulai menghasilkan bangunan-
bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar.
Tujuan pembangunan bangunan besar adalah sebagai sarana
pemujaan terhadap roh nenek moyang. Adapun hasil-hasil
kebudayaan Megalitikum meliputi menhir, Punden berundak,
dolmen, kubur peti batu, sarkofagus (keranda jenasah),
waruga dan arca-arca megalitik.
2. Zaman Logam
Zaman Perundagian berlangsung pada Zaman Logam, kira-
kira sejak 500 SM. Disebut Zaman Logam karena mayoritas
peralatan dari zaman ini terbuat dari perunggu lalu besi.

Fosil Manusia Purba


Di dalam kehidupan masyarakat praaksara, pulau Jawa
menduduki tempat yang penting dalam penelitian-penelitian
fosil-fosil manusia purba. Penemuan pertama fosil
Pithecantropus Erectus oleh Eugene Dubois dan penemuan
fosil-fosil lainnya di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo
menyebabkan pulau Jawa terkenal di kalangan pakar
kepurbakalaan dunia.

Diantara beberapa fosil manusia purba yang ditemukan di


pulau Jawa, ada Meganthropus Paleojavanikus yang
ditemukan di Sangiran oleh von Koenigswald pada tahun
1936 dan 1941, dan Marks pada tahun 1953. Setelah itu, ada
juga Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, dan Homo
Wajakensis.

Fosil Pithecanthropus ditemukan di Trinil, Perning dekat


Mojokerto, Sangiran, Kedung Brubus, Sambung Macan, dan
Ngandong. Fosil-fosil tersebut terdapat pada lapisan
Pucangan dan Kabuh. Berarti, Pithecanthropus diperkirakan
hidup di masa yang sama dengan Meganthropus, namun
lebih panjang rentang tahunnya, yakni antara 2 juta hingga
30.000 tahun lalu.

Homo Soloensis, yang merupakan spesies Homo paling tua,


diperkirakan hidup di Indonesia sekitar 550.000 tahun lalu.
Dan ditemukan di dua tempat terpisah, tapi sama-sama di
tepian Bengawan Solo, pada tahun 1931 sampai 1933.
Sementara Homo Wajakensis ditemukan di Wajak,
Tulungagung. Homo Wajakensis termasuk Homo yang paling
muda, yakni hidup di Indonesia mulai 40.000 hingga 15.000
tahun lalu.

Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Nenek moyang bangsa Indonesia termasuk dalam rumpun
Austronesia. Mereka menetap di Nusantara sehingga disebut
bangsa Melayu Indonesia. Perpindahan dari Yunan ke
Nusantara dilakukan dalam dua gelombang. Pada masa
perpindahan gelombang kedua itulah beberapa kebudayaan
yang dianggap lebih maju juga ikut mereka kembangkan di
Nusantara.

Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua)

Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) memasuki wilayah


Indonesia sekitar tahun 1500 SM. Mereka menempuh dua
jalur, yakni jalur barat melalui Semenanjung Malaysia–
Sumatera dan jalur timur melalui Filipina–Sulawesi. Bangsa
dari rumpun Austronesia ini memiliki kebudayaan yang lebih
maju dibandingkan manusia purba yang telah lebih dulu ada
di Indonesia. Kebudayaan mereka dikenal sebagai
kebudayaan neolitikum yang mampu membuar peralatan
dari batu yang sudah dihaluskan.

Hasil kebudayaan neolithikum antara lain berupa kapak


persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi banyak ditemukan
di wilayah barat Indonesia, meliputi Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Bali. Kapak lonjong ditemukan di wilayah
timur Indonesia, meliputi sebagian Sulawesi. Maluku, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua. menjadi nenek moyang
penduduk Maluku dan NTT sekarang ini.

Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)

Bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) memasuki wilayah


Indonesia dalam kurun waktu 500 SM hingga 300 SM. Seperti
pendahulunya, Proto Melayu, termasuk rumpun Austronesia.
Mereka masuk ke wilayah Indonesia melalui jalur Barat,
mulai dari teluk Tonkin, menyusuri daratan Semenanjung
Malaysia, lalu menyeberang Selat Malaka ke Sumatera. Dari
pulau ini ada yang meneruskan ke Jawa. Kemudian dari Jawa,
ada yang menyebar ke bagian selatan dan timur Kalimantan
lalu ke Sulawesi; ada pula yang menyebar ke Bali dan Nusa
Tenggara.
Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masa Praaksara
Secara garis besar, kehidupan sosial ekonomi pada masa
praaksara dibedakan menjadi dua, yaitu Food Gathering
(masa berburu dan meramu) dan Food producing (masa
bercocok tanam). Hal ini ditandai dengan ditemukannya
bukti-bukti seperti Kjokkenmoddinger (tumpukan sampah
makanan berupa kulit kerang dan tulang belulang yang telah
membatu) dan Abris Shous Roches (Gua-gua karang sebagai
tempat tinggal manusia purba).

Anda mungkin juga menyukai