Anda di halaman 1dari 9

Nama : HIMZA ANDRA PURWITO

NIM : 21401015

PRODI : PPKN

MATA KULIAH : SEJARAH NASIONAL

KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA ZAMAN PURBA ATAU KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA ZAMAN
PURBA ATAU ZAMAN NIRLEKA

Zaman nirleka atau zaman praaksara adalah zaman dimana manusia belum mengenal tulisan(Zaman
prasejarah).

Keberadaan kehidupan manusia di indonesia pada masa prasejarah dapat diketahui berdasarkan
peninggalan yang berupa fosil dan artefak.Pada masa tersebut manusia berkomunikasi dengan cara
bertemu langsung atau dengan simbol.

Bangsa Indonesia mengakhiri masa praaksara sekitar abad ke-4 masehi. Pembabakan zaman
prasejarah berdasarkan arkeologi dibedakan menjadi zaman batu dan zaman logam.

Peninggalan Zaman Praaksara Zaman batu Berdasarkan hasil temuan alat-alat yang digunakan dan
dari cara pengerjaannya, zaman batu terbagi menjadi empat, yaitu zaman batu tua Palaeolithikum,
zaman batu madya Mesolithikum, zaman batu muda Neolithikum, dan zaman batu besar
Megalithikum.

Zaman batu muda Palaelithukum berlangsung sekitar 600.000 tahun SM. Pada zaman ini ditemukan
peralatan dari batu untuk menunjang kehidupan manusia. Manusia masih nomaden bergantung
sumber makanan. Cara hiduo pada zaman ini hanya berburu dan mengumpulkan makanan

Zaman batu madya Mesolithikum terdapat alat penunjang hidup yang masih bersifat kasar, tapi
sudah ada upaya memperhalus alat. Kehidupan mulai berkembang, mulai mengenal sistem
masyarakat dan tidak lagi berkelompok. Tempat tinggal sudah menetap di goa dan tidak berpindah-
pindah. Sudah mengenal bercocok tanam dan pembagian tugas

Zaman batu muda Neolithikum sudah tidak bergantung pada berburu, melainkan sudah
mengembangkan bercocok tanam dan berternak. Peralatan sudah halus dan diasah, dan dibarengi
alat lain seperti gerabah dan kain tenun. Untuk tempat tinggal sudah membuat rumah dari kayu,
bambu, atau dedaunan

Zaman batu besar Megalithikum tak hanya alat yanh dihasilkan tapi juga ritual dan upacara.
Bangunan yang dihasilka  antara lain, mehrir, tugu batu besar untuk memuja arwah nenek moyang,
dolmen, sarkofagus.

Dalam berkembangnya tingkat berpikir manusia untuk beraktivitas tidak hanya menggunakan
bahan-bahan dari batu untuk alat-alat kehidupan tapi juga dari logam, seperti perunggu dan besi 
Pada zaman logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat dari batu.
Masyarakat pada waktu itu mengenal teknik pengolahan logam. Kemampuan manusia membuat
alat-alat dan benda dari logam menandakan jika kebudayaan manusia sudah berkembang. Zaman
logam juga sering disebut zaman perundagian. Pada zaman logam dibagi menjadi tiga zaman, yaitu
zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.

Fosil Manusia Purba


Di dalam kehidupan masyarakat praaksara, pulau Jawa menduduki tempat yang penting dalam
penelitian-penelitian fosil-fosil manusia purba. Penemuan pertama fosil Pithecantropus Erectus oleh
Eugene Dubois dan penemuan fosil-fosil lainnya di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo
menyebabkan pulau Jawa terkenal di kalangan pakar kepurbakalaan dunia. Diantara beberapa fosil
manusia purba yang ditemukan di pulau Jawa, ada Meganthropus Paleojavanikus yang ditemukan di
Sangiran oleh von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941, dan Marks pada tahun 1953. 

Setelah itu, ada juga Pithecantropus Erectus,yang ditemukan di Trinil, Perning dekat Mojokerto,
Sangiran, Kedung Brubus, Sambung Macan, dan Ngandong. Lalu ada Homo Soloensis, yang
merupakan spesies Homo paling tua, diperkirakan hidup di Indonesia sekitar 550.000 tahun lalu. Dan
ditemukan di dua tempat terpisah, tapi sama-sama di tepian Bengawan Solo, pada tahun 1931
sampai 1933. Sementara Homo Wajakensis ditemukan di Wajak, Tulungagung. Homo Wajakensis
termasuk Homo yang paling muda, yakni hidup di Indonesia mulai 40.000 hingga 15.000 tahun lalu.

Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Nenek moyang bangsa Indonesia termasuk dalam rumpun Austronesia. Mereka menetap di
Nusantara sehingga disebut bangsa Melayu Indonesia. Perpindahan dari Yunan ke Nusantara
dilakukan dalam dua gelombang. Pada masa perpindahan gelombang kedua itulah beberapa 

kebudayaan yang dianggap lebih maju juga ikut mereka kembangkan di Nusantara.

    Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua)

Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1500 SM. 

Mereka menempuh dua jalur, yakni jalur barat melalui Semenanjung Malaysia–Sumatera dan 

jalur timur melalui Filipina–Sulawesi. Kebudayaan mereka dikenal sebagai kebudayaan neolitikum
yang mampu membuar peralatan dari batu yang sudah dihaluskan.Hasil kebudayaan neolithikum
antara lain berupa kapak persegi dan kapak lonjong.

    Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu)

Bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) memasuki wilayah Indonesia dalam kurun waktu 500 

SM hingga 300 SM. Seperti pendahulunya, Proto Melayu, termasuk rumpun Austronesia. 

Mereka masuk ke wilayah Indonesia melalui jalur Barat, mulai dari teluk Tonkin, menyusuri 

daratan Semenanjung Malaysia, lalu menyeberang Selat Malaka ke Sumatera. Dari pulau ini ada 

yang meneruskan ke Jawa. Kemudian dari Jawa, ada yang menyebar ke bagian selatan dan timur 

Kalimantan lalu ke Sulawesi; ada pula yang menyebar ke Bali dan Nusa Tenggara.

Kehidupan Sosial Ekonomi Masa Praaksara

Secara garis besar, kehidupan sosial ekonomi pada masa praaksara dibedakan menjadi dua, yaitu 

Food Gathering (masa berburu dan meramu) dan Food producing (masa bercocok tanam). Hal ini 

ditandai dengan ditemukannya bukti-bukti seperti Kjokkenmoddinger (tumpukan sampah 

makanan berupa kulit kerang dan tulang belulang yang telah membatu) dan Abris Shous Roches 

(Gua-gua karang sebagai tempat tinggal manusia purba).


ZAMAN PRA SEJARAH

Prasejarah adalah sebutan bagi kurun waktu yang bermula ketika makhluk hominini mulai 

memanfaatkan perkakas batu sekitar 3,3 juta tahun silam, dan berakhir ketika sistem 

tulis diciptakan. Oleh karena itu prasejarah juga disebut Zaman Praaksara (zaman sebelum ada 

aksara) atau Zaman Nirleka (zaman ketiadaan tulisan).

    Sumer di Mesopotamia, Lembah Sungai Indus, dan Mesir Kuno adalah peradaban-peradaban 

yang pertama kali menciptakan aksara dan menyimpan rekam sejarah. Kemajuan ini dicapai

sejak permulaan Zaman Perunggu. Pembagian prasejarah menjadi Zaman Batu, Zaman Perunggu,
dan Zaman Besi disebut sistem tiga zaman

    Awal

Istilah "prasejarah" dapat berarti kurun waktu panjang yang bermula dari kejadian alam 

semesta atau penciptaan Planet Bumi, tetapi lebih sering diartikan sebagai kurun waktu yang 

bermula sejak kemunculan makhluk hidup di Planet Bumi, bahkan lebih khusus lagi diartikan 

sebagai kurun waktu yang bermula sejak kemunculan umat manusia.[4][5]

Akhir

Tarikh akhir prasejarah lazimnya dianggap sebagai tarikh yang bertepatan dengan 

munculnya rekam sejarah. Dengan demikian tarikh akhir prasejarah berbeda-beda dari satu 

kawasan ke kawasan lain, tergantung pada tarikh ketika rekam sejarah yang relevan menjadi 

sumber ilmiah yang berguna.

    Kurun waktu

Dalam membagi prasejarah-manusia di Erasia, para sejarawan bisanya menggunakan sistem tiga 

zaman, Sistem tiga zaman 

adalah periodisasi prasejarah-manusia menjadi tiga kurun waktu berurutan yang diberi nama 

menurut teknologi pembuatan perkakasnya yang paling menonjol, yaitu:

Zaman Batu

Zaman Perunggu

Zaman Besi

Sejarah istilah 

Gagasan "prasejarah" mulai mengemuka pada Abad Pencerahan dalam karya-karya tulis para 

ahli purbakala, yang memakai kata 'primitif' untuk menyifatkan masyarakat-masyarakat yang 

sudah wujud sebelum munculnya rekam sejarah.


Cara-cara penelitian

Sumber utama informasi tentang masa prasejarah adalah arkeologi (cabang ilmu antropologi), tetapi
sementara ahli kini mulai lebih banyak memanfaatkan bukti-bukti dari bidang-bidang ilmu
pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan social. Peneliti-peneliti utama prasejarah-manusia adalah
para arkeolog dan ahli antropologi biologis yang menggunakan ekskavasi, survei geologi, survei
geografi, dan berbagai analisis ilmiah lain untuk menyingkap dan menafsirkan fitrah serta perilaku
masyarakat-masyarakat praaksara dan tunaaksara

Zaman Batu[sunting | sunting sumber]

Konsep "Zaman Batu" dipakai dalam kajian arkeologi di hampir semua negara di dunia. Dalam 

kajian arkeologi Benua Amerika, Zaman Batu disebut dengan berbagai nama lain, dan dimulai 

dari Tahap Litikum atau Zaman Paleo-Indian

Paleolitikum

Paleolitikum atau Zaman Batu Tua bermula ketika manusia mulai memanfaatkan perkakasperkakas
batu. Paleolitikum adalah kurun waktu tertua dalam rentang Zaman Batu.

Mesolitikum

Mesolitikum atau Zaman Batu Madya adalah kurun waktu perkembangan teknologi manusia 

yang mengantarai Paleolitikum dan Neolitikum dalam rentang Zaman Batu. Kurun waktu ini bermula
pada akhir kala Pleistosen, sekitar 10.000 tahun silam, dan berakhir pada waktu  munculnya
kepandaian bercocok tanam yang berbeda-beda dari satu kawasan ke kawasan lain.

Neolitikum

Dari sekian banyak spesies manusia yang muncul pada kurun waktu Paleolitikum, hanya Homo 

sapiens sapiens yang tersisa pada kurun waktu Neolitikum. Neolitikum atau Zaman Batu Muda
bermula kira-kira 10.200 tahun Pra-Masehi di beberapa tempat di Timur Tengah, baru kemudian hari
bermula di kawasankawasan  lain, dan berakhir pada kurun waktu 4.500 tahun sampai 2.000 tahun

Kalkolitikum

Kalkolitikum atau Zaman Tembaga adalah kurun waktu transisi, manakala kepandaian mengolah 

logam tembaga muncul bersamaan dengan menyebarnya pemanfaatan perkakas batu. Pada kurun 

waktu ini, sejumlah senjata dan perkakas dibuat dari tembaga. Meskipun masih sangat bersifat 

Neolitik, sesungguhnya Kalkolitikum adalah fase Zaman Perunggu sebelum manusia mengetahui 

bahwa melakur tembaga dengan timah akan menghasilkan logam yang lebih keras, 

yakni perunggu.

Zaman Perunggu

Pada Zaman Perunggu, beberapa kebudayaan mulai mengenal kepandaian mengabadikan ingatan 

tentang suatu kejadian dalam bentuk keterangan tertulis, dan dengan demikian menjadi
kebudayaan-kebudayaan pertama yang keluar dari masa prasejarah. Oleh karena itu Zaman
Perunggu atau kurun-kurun waktu tertentu dalam rentang Zaman Perunggu hanya dapat dianggap
sebagai bagian dari masa prasejarah di kawasan-kawasan dan peradaban-peradaban yang baru
belakangan mengadopsi atau mengembangkan sistem penyimpanan keterangan tertulis.

Zaman Besi

Zaman Besi bukanlah bagian dari Prasejarah bagi peradaban-peradaban yang sudah mengenal 

kepandaian menyimpan rekam sejarah dalam bentuk tulisan pada Zaman Perunggu. Kebanyakan 

peradaban memasuki masa sejarah pada Zaman Besi, seringkali lewat aksi penaklukan yang
dilancarkan negara-negara kekaisaran, yang giat berekspansi ketika itu.

Periodisasi Prasejarah Indonesia

Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk 

membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu dan Zaman Besi), serta berdasarkan 

kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Zaman Berburu dan Meramu, 

Zaman Bercocok Tanam, dan Zaman Perundagian.

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di
samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi empat zaman, antara lain:

Zaman Batu Tua (Zaman Berburu dan Meramu Tahap Awal) 

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

1. Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya 

seperti kapak perimbas dan kapak penetak)

2. Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes dan peralatan dari tulang)

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada 

Palaeolithikum antara lain:

1. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang 

bentuknya tidak beraturan dan bertekstur kasar)

2. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan 

untuk menggemburkan tanah).

3. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buahbuahan
dan umbi-umbian).

4. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, 

masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).

5. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum dan karena di dekat sumber air 
ada banyak hewan dan tumbuhan yang bisa dimakan).

6. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).

7. Sudah mengenal api (berdasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di 

Cina, di mana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah gua).

Zaman Batu Madya (Zaman Berburu dan Meramu Tahap Lanjut)

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

Kebudayaan Kjokkenmoddinger

Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur & moddinger yang berarti
sampah (dan kjokkenmoddinger artinya sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia,
kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai
Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan.

Kebudayaan Abris Sous Roche

Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang
diduga pernah dihuni oleh manusia.

Zaman Batu Muda (Zaman Bercocok Tanam)

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah
atau diupam sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:

Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatra, 

Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,

Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.

Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,

Pakaian dari kulit kayu

Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatra, Jawa, Melolo (Sunda)

Kebudayaan Megalitik 

Antara zaman neolitikum dan zaman logam setelah itu berkembanglah kebudayaan megalitik, yaitu
kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya (Membuat rumah, Alat
Berburu, dll) bahkan hingga puncak kebudayaan megalitik justru pada terjadi pada zaman logam.
Hasil kebudayaan Megalitik, antara lain:

 Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.

 Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang

 Sarkofagus (keranda batu): peti mati berbentuk lesung bertutup

 Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat

 Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup

 Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka


Zaman Logam (Zaman Perundagian)

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat 

dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang 

diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang 

disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue.

Zaman Perunggu 

Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tongkin China (pusat 

kebudayaan ini) manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan 

perbandingan 3: 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Zaman Besi

Pada zaman ini, manusia sudah terampil melebur bijih besi untuk dituang dan dijadikan alat 

sesuai keperluan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga 

maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ± 3500 °C.

KONTAK AWAL MASYARAKAT DI NUSANTARA DENGAN LUAR

Sejarah Prakolonial Indonesia

Sebelum kekuatan Eropa Barat mampu menguasai daratan dan perairan Asia Tenggara, belum
ada Indonesia.Nusantara yang kita ketahui sekarang terdiri dari pulau - pulau dan tanah yang
dikuasai oleh berbgai macam kerajaan dan kekaisaran,terkadang hidup damai berdampingan
terkadang terjadi konflik.Nusantara yang luas ini kurang memiliki rasa persatuan sosial dan poliik
seperti indonesia sekarang.

Pengaruh Agama Hindu dan Budha di Indonesia

Prasasti tertua yang ditemukan di Nusantara dikenal sebagai Prasasti Kutai dan berasal dari
Kalimantan Timur, yang tertanggal sekitar tahun 375 Masehi ketika kerajaan Kutai Martadipura
berkuasa. Prasasti ini pakai bahasa Sansekerta (bahasa liturgis agama Hindu) menggunakan tulisan
Palawa, tulisan yang dikembangkan di India Selatan sekitar abad ketiga Masehi. Meskipun demikian,
hubungan perdagangan antara India dan Nusantara diketahui telah dibentukkan berabad-abad
sebelum prasasti Kutai itu. Selat Malaka, jalur laut yang menghubungkan Samudera. Hindia dengan
Samudera Pasifik, telah menjadi saluran pengiriman utama untuk perdagangan lintas laut antara
Cina, India, dan Timur Tengah sejak ingatan manusia.  

Tapi diasumsikan bahwa agama Hindu dan Buddha tidak disebarkan ke Nusantara oleh para
pedagang India. Kemungkinan besar, para raja dan kaisar di Nusantara tertarik dengan kehormatan
Brahmana (kelas imam agama Hindu yang merupakan peringkat tertinggi dari empat kasta sosial
India).

Kedatangan Islam di Indonesia

Meskipun merupakan kerajaan Hindu-Buddha, Islam berpengaruh bagi kalangan elit penguasa
Majapahit. Kemungkinan Islam sudah ada di Asia Tenggara maritim dari awal era Islam ketika
pedagang Muslim datang ke Nusantara, membuat permukiman di daerah pesisir, menikah dengan
perempuan setempat dan dihormati karena kekayaan mereka yang diperoleh melalui perdagangan.
Beberapa penguasa lokal kemungkinan tertarik dengan agama baru ini dan dianggapnya
menguntungkan untuk menganut sebuah keyakinan yang sama seperti sebagian besar pedagang.

Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia

Cerita tentang kekayaan Malaka telah sampai di Eropa dan menggoda bangsa Portugis, yang
memiliki teknologi navigasi yang maju, untuk berlayar ke bagian dunia ini agar bisa memiliki
pengaruh lebih besar pada jaringan perdagangan rempah-rempah dunia (dan yang membuat
keuntungan mereka lebih tinggi). Pada 1511 Malaka ditaklukkan oleh armada Portugis di bawah
pimpinan Afonso de Albuquerque. Meskipun demikian, penaklukan ini memiliki konsekuensi yang
luas untuk jalur perdagangan. Malaka, yang dulu merupakan pelabuhan kaya, dengan cepat hancur
saat di bawah kekuasaan Portugis (Portugis yang tidak pernah berhasil memonopoli perdagangan
Asia).

Belanda juga tertarik untuk membangun cengkeraman yang kuat pada jaringan perdagangan
rempahrempah di Asia Tenggara. Ekspedisi pertama mereka mencapai Banten pada tahun 1596 tapi
disertai dengan permusuhan antara orang Belanda dan penduduk pribumi. Namun setelah tiba
kembali di Belanda, ekspedisi ini masih tetap menunjukkan keuntungan besar yang memperlihatkan
bahwa ekspedisi ke kawasan Asia Tenggara sebenarnya menghasilkan banyak uang juga.

Namun saking banyaknya ekspedisi yang diadakan oleh beberapa perusahaan Belanda (ke
Nusantara), menimbulkan dampak negatif pada keuntungan mereka. Persaingan memperebutkan
rempah-rempah mendongkrak kenaikan harganya di Nusantara sementara peningkatan pasokan
rempah-rempah di Eropa menyebabkan penurunan harga di Eropa. Hal ini membuat pemerintah
Belanda memutuskan untuk menggabungkan perusahaan pesaingnya menjadi satu badan usaha
yang disebut Serikat Dagang Hindia Timur (Vereenigde Oost Indische Compagnie, disingkat VOC).
VOC ini menerima kekuasaan berdaulat yang besar untuk memonopoli perdagangan rempah-
rempah Asia serta menyingkirkan pesaing Eropa lainnya

Menuju Pemerintahan Kolonial di Indonesia

Sementara itu, negara-negara Islam terus berkembang di Nusantara. Di Aceh (Sumatra) Sultan
Iskandar Muda mendirikan kekuasaan besar di awal abad ke-17, mengendalikan cadangan lada dan
timah. Namun, ia tidak pernah berhasil membangun hegemoni di sekitar Selat Malaka karena Johor
dan para Portugis merupakan pesaing yang kuat. Setelah pemerintahan Iskandar Muda, Aceh
mengalami periode panjang perpecahan internal yang menghentikannya menjadi kekuatan penting
di luar ujung utara Sumatera

Di Jawa Tengah Mataram menjadi dinasti yang paling kuat dan paling lama dari dinasti Jawa modern,
dengan masa pemerintahan Sultan Agung sebagai kejayaan politik. Sultan Agung berkuasa pada
tahun 1613-1646 dan berhasil menaklukkan hampir seluruh daratan Jawa, kecuali kerajaan Banten di
Jawa Barat dan kota Batavia yang dikuasai VOC. Penguasaan Belanda terhadap Batavia adalah ibarat
onak/duri di mata Sultan Agung yang ingin menguasai seluruh daratan pulau. Dalam dua
kesempatan ia mengirim pasukannya untuk menaklukkan kota Belanda ini tapi gagal dua kali.

VOC dengan cepat menyebarkan kekuasaannya di Nusantara dan mendapatkan kendali atas
produksi cengkeh dan pala di Kepulauan Banda (Maluku) dengan menggunakan langkah-langkah
ekstrim seperti pembantaian massal. VOC terus memperluas jaringan pos perdagangannya di
seluruh Nusantara. Kota dan pelabuhan yang memainkan peran sentral dalam jaringan perdagangan
Belanda ini adalah Surabaya (Jawa Timur), Malaka (Malaysia Barat) dan Banten (Jawa
Barat).Meskipun statuta VOC pada awalnya tidak memperbolehkannya mengganggu politik internal
negaranegara pribumi, namun VOC mengakar cukup kuat dalam politik Mataram di Jawa Tengah.
Setelah kematian Sultan Agung, Mataram dengan cepat merosot dan sengketa suksesi muncul
sekitar akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18. VOC memainkan taktik memecah-belah dan
menaklukkan yang pada akhirnya mengakibatkan pembagian kerajaan Mataram menjadi empat
bagian dengan penguasanya menjadi tunduk kepada VOC. Meskipun posisi VOC masih lemah di luar
Pulau Jawa, perkembangan politik di Jawa ini dapat dianggap sebagai tahap awal penjajahan Belanda
di Nusantara

Anda mungkin juga menyukai