B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara
di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Praaksara
Masa praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal
tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa praaksara adalah
manusia purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta
kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui
kehidupan manusia purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka
yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun
hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu.
Zaman praaksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum
mengenal tulisan hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan.
Zaman manusia mengenal dan menggunakan tulisan disebut aman aksara
atau aman sejarah. Zaman praaksara di Indonesia berlangsung sampai abad
ke-3 Masehi. Jadi, pada abad ke-4 Masehi, manusia Indonesia baru mulai
mengenal tulisan. Hal ini dapat diketahui dari batu bertulis yang terdapat di
Muara Kaman, Kalimantan Timur. Meskipun prasasti tersebut tidak
berangka tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf yang digunakan
menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat kurang lebih tahun 400 Masehi.
B. Permulaan dan Akhir Masa Praaksara
Masa praaksara dimulai sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa
praaksara. Adapun waktu berakhirnya masa praaksara adalah setelah
manusia mulai mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara tidak sama
bagi tiap-tiap bangsa. Misalnya bangsa Mesir dan Mesopotamia, mereka
telah mengenal tulisan kira-kira 3.000 tahun sebelum Masehi. Artinya,
mereka telah meninggalkan masa praaksara kira-kira 3.000 tahun sebelum
Masehi. Adapun masyarakat di Indonesia mulai mengenal tulisan sekitar
abad ke-5 Masehi. Hal ini diketahui dari Yupa (batu bertulis peninggalan
kerajaan Kutai) yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Dengan
demikian, bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara pada abad ke-5
Masehi.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pada masa praaksara manusia
belum mengenal tulisan, maka tidak ada peninggalan tertulis dari masa
praaksara. Kehidupan manusia pada masa praaksara dapat dipelajari melalui
peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada
waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak membantu
kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia
dan fosil membantu untuk mengetahui pertumbuhan fisik makhluk hidup
pada masa praaksara.
1. Meganthropus
Fosil jenis Meganthropus, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus,
ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941 di Sangiran,
Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Manusia purba tertua di Jawa ini
diperkirakan hidup antara 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu.
Diperkirakan perawakannya sudah tegap, rahang dan gerahamnya besar,
serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Mereka hidup dari makanan
yang terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan.
2. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus paling banyak ditemukan di Indonesia.
Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Jenis-jenis Pithecanthropus di
Indonesia antara lain Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus
soloensis, dan Pithecanthropus erectus. Manusia purba yang diperkirakan
hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu ini berbadan tegak sekitar
165-180 cm. Mereka masih menyerupai kera dengan tulang tengkorak yang
cukup tebal dan berbentuk lonjong. Pithecanthropus hidup berburu dan
mengumpulkan makanan. Mereka tinggal di padang terbuka dan hidup secara
berkelompok.
3. Homo
Manusia jenis homo lebih sempurna dari kedua jenis manusia purba di
atas. Manusia dengan tinggi badan antara 130-210 cm ini hidup antara
25.000-40.000 tahun yang lalu. Jenisnya antara lain Homo Soloensis
(manusia purba dari Solo), Homo Wajakensis (manusia purba dari Wajak),
dan Homo Sapiens (manusia cerdas). Manusia purba jenis ini telah mampu
membuat alat-alat dari batu dan tulang untuk berburu. Mereka juga telah
mampu memasak makanannya walau dengan cara sederhana.
3. Nilai Musyawarah
Dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah
mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur
masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bersama.
4. Nilai Keadilan
Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara,
yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Hal ini
mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan
kewajiban sesuai kemampuannya.
5. Tradisi Bercocok Tanam
Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk
memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bercocok tanam. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya alat khas pertanian yang berupa beliung
persegi dan alat lainnya.
6. Tradisi Bahari (Pelayaran)
Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi. Ilmu ini sangat
membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai
perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang
paling umum dikenal pada waktu itu. Perahu bercadik adalah perahu yang
kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar perahunya tidak
mudah oleng. Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupan masa praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan
laut, perahu ini juga berperan sebagai alat penyebaran budaya.
Dari uraian ini dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat praaksara
sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Dengan memiliki kebudayaan
dan nilai-nilai tersebut, masyarakat praaksara di Indonesia mampu
mengadakan hubungan dan menerima pengaruh kebudayaan baru yang
datang dari luar tanpa mengorbankan kebudayaan sendiri.