Anda di halaman 1dari 83

BAB 3 MASYARAKAT MASA PRAAKSARA DI INDONESIA

Peta Konsep
Masyarakat Masa Praaksara di Indonesia
Kehidupan masyarakat Praaksara
Jenis-jenis manusia purba di Indonesia
Benda peninggalan zaman Praaksara

Kompetensi Dasar
- Memahami kronologi, perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada aspek politik, social, budaya,
geografis, dan pendidikan sejak masa praaksara sampai masa Hindu-Budha dan Islam
- Menguraikan kronologi, perubahan, dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada aspek politik, social,
budaya, geografis, dan pendidikan sejak masa Praaksara sampai masa Hindu-Budha dan Islam

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari mater ini, siswa diharapkan dapat :
- Menjelaskan periodisasi masa Praaksara di Indonesia
- Mengidentifikasi jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia
- Menjelaskan perkembangan masyarakat Praaksara Indonesia

Apersepsi
Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan bumi dan seluruh isinya, termasuk manusia. Tahukah anda bagaimana perkembangan
kehidupan manusia terutama di Indonesia? Menurut sejarah, dahulu manusia belum dapat menulis dan belum memiliki tempat
untuk menetap. Di mana masa itu dikenal dengan nama Praaksara. Pembabagan zaman, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
masa Praaksara dan masa sejarah. Di mana perbedaannya terletak pada peninggalannya. Masa Praaksara merupakan masa di
mana manusia masih bergantung pada alam, belum ditemukannya teknologi seperti saat ini. Sehingga untuk bertahan hidup
mereka menggunakan peralatan yang terbuat dari batu. Selain itu manusia Praaksara belum mengenal tempat tinggal sehingga
mereka kebanyakan berpindah-pindah atau nomaden menyesuaikan kondisi alam di mana mereka tinggal. Keadaan manusia pada
saat itu masih sangat primitive. Untuk memahami tentang masyarakat masa Praaksara di Indonesia, maka pelajarilah materi
berikut dengan sungguh-sungguh!

Kehidupan Masyarakat Praaksara


Manusia pada zaman dahulu yang mengandalkan apa yang ada di alam. Misalnya makan hanya
dari tumbuhan dan hewan yang ada disekitar mereka. Jika sudah habis mereka berpindah tempat
untuk mempertahankan hidupnya. Manusia zaman dahulu belum dapat menulis ataupun
membaca seperti sekarang. Di mana pada masa itu disebut sebagai masa Praaksara.
1. Pengertian Zaman Praaksara
Tingkat peradaban manusia membawa akibat kehidupannya terpecah menjadi dua babagan
yang dikenal dengan istilah zaman Praaksara (Prasejarah) dan Zaman Aksara (Sejarah).
Zaman Praaksara (pra artinya sebelum) atau zaman Nirlika (nir berarti hilang, likha atau
aksara yaitu tulisan). Jadi, zaman Praaksara berarti zaman sebelum ada ada peninggalan
tertulis. Dengan kata lain, suatu masa kehidupan manusia yang belum terdapat keterangan-
keterangan yang berupa tulisan. Adapun yang menjadi sumbernya adalah hasil budaya yang
mereka tinggalkan. Sedangkan zaman Aksara atau zaman Sejarah adalah suatu zaman di
mana bangsa tersebut telah meninggalkan tulisan.
Bukti-bukti yang ditinggalkan manusia pada zaman itu sebagian besar telah membantu
karena lamanya tersimpan dalam batu, dan usinya ratusan ribu, bahkan sampai jutaan tahun
yang lalu. Bukti-bukti sisa kehidupan manusia dan hewan yang telah membatu itu, dikenal
dengan istilah fosil, sedangkan benda-benda yang pernah dibuat oleh manusia pada zaman itu
disebut artefak.
Zaman Praaksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan
hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan
menggunakan tulisan disebut zaman Aksara atau zaman Sejarah. Sekelompok manusia yang
telah mengenal tulisan, biasanya meninggalkan catatan-catatan tertulis kepada generasi
berikutnya. Dari catatan-catatan tertulis itulah kita mengetahui bahwa nenek monyang kita
dahulu telah mengenal tulisan. Catatan-catatan tersebut antara lain batu bertulis, piagam dan
kitab-kitab. Catatan tertulis pada batu disebut Prasasti.
Bangsa Indonesia meninggalkan zaman Praaksara kira-kira pada tahun 400 Masehi. Hal itu
dapat diketahui dari batu bertulis yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Bahasa
dan bentuk huruf yang dipakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400
Masehi.
Zaman Praaksara tidak meninggalkan bukti tertulis. Zaman itu hanya meninggalkan benda-
benda hasil kebudayaan manusia. Adapun tiga macam sumber sejarah, sebagai berikut :
a. Sumber lisan : keterangan langsung dari para pelaku atau sanksi dari peristiwa-peristiwa
sejarah
b. Sumber tulisan : keterangan tertulis mengenai suatu peristiwa sejarah, seperti prasasti,
piagam, dokumen, babad, tambo, naskah, surat kabar dan laporan.
c. Sumber benda : benda-benda peninggalan masa lampau, seperti alat-alat dari batu,
senjata, patung, perhiasan, candi dan gedung.
2. Periodisasi Zaman Praaksara
Periodisasi masa prasejarah ini dibagi secara geologis dan arkeologis atau berdasarkan
kebudayaannya.
a. Berdasarkan geologis
Periodisasi masa Prasejarah berdasarkan ilmu geologi dilakukan untuk mengetahui
terbentuknya bumi dari masa awal sampai saat ini. Adapun penelitian periode bumi
berdasarkan ilmu geologi dilakukan melalui lapisan-lapisan bumi. Melalui lapisan-
lapisan bumi dapat diketahui usia fosil dan benda-benda purbakala yang ada, sehingga
dapat diketahui kira-kira usia bumi beserta makhluk yang pernah menghuninya.
Berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari lapisan kulit bumi), sejak mulai terjadinya
bumi sampai sekarang, bumi dapat dibagi menjadi empat zaman. Berikut adalah zaman
Prasejarah berdasarkan geologinya.
1) Arkaikum
Zaman Arkaikum adalah zaman yang paling tua dan diperkirakan berumur sekitar
2.500 juta tahun yang lalu. Pada zaman Arkaikum, kulit bumi masih membara karena
memiliki temperature yang sangat tinggi. Pada masa tersebut, diperkirakan belum ada
tanda-tanda kehidupan. Bumi masih dalam proses pembentukan menjadi zat padat.
2) Paleozoikum
Paleozoikum merupakan zaman bumi purba, maksudnya masa ketika pada permukaan
bumi mulai terbentuk hidrosfer dan atmosfer. Zaman Paleozoikum diperkirakan
berumur 340 juta tahun yang lalu. Pada zaman Paleozoikum diperkirakan telah
muncul tanda-tanda kehidupan di permukaan bumi.
Zaman Paleozoikum (zaman hidup pertama) di bumi terbagi menjadi beberapa tahap
kehidupan, sebagai berikut :
a) Cambrium, ditandai dengan mulai ada kehidupan yang masih sangat primitive
seperti kerang dan ubur-ubur
b) Silur, merupakan zaman dimana mulai ada kehidupan hewan bertulang belakang,
seperti ikan
c) Devon, ditandai dengan mulai ada kehidupan binatang jenis amfibi tertua
d) Carbon, ditandai dengan mulai ada binatang merayap jenis reptil
e) Perm, ditandai dengan mulai ada hewan darat, ikan air tawar, dan amfibi
3) Mesozoikum
Zaman ini berumur kurang lebih 150 juta tahun yang lalu. Zaman Mesozoikum
disebut zaman sekunder (zaman hidup kedua) dan disebut juga zaman reptil sebab
muncul reptile yang besar. Seperti Dinosaurus dan Atlantosaurus.
4) Neozoikum
Zaman Neozoikum adalah zaman bumi baru (bumi sudah terbentuk seluruhnya).
Zaman ini terbagi menjadi zaman Tersier dan zaman Kuarter.
a) Zaman Tersier yaitu zaman hidup ketiga yang makhluk hidupnya berupa binatang
menyusui sejenis monyet dank era, reptile raksasa mulai lenyap, dan pada akhir
zaman ini sudah ada jenis kera-manusia. Zaman ini ditandai dengan munculnya
tenaga endogen yang dahsyat sehingga mematahkan kulit bumi. Kejadian tersebut
membentuk rangkaian pegunungan besar di seluruh dunia. Dengan adanya
pegunungan tersebut, timbullah letusan-letusan gunung berapi yang membentuk
relief permukaan bumi. Zaman Tersier terbagi atas Eosen, Miosen, Oligosen, dan
Pliosen.
Pada zaman tersier inilah binatang menyusui mulai berkembang sepenuhnya.
Muncul juga orang utan di masa Miosen, daerah asalnya dari Afrika. Pada saat itu
Benua Afrika masih menyatu dengan jazirah arab.
b) Zaman Kuarter, yaitu zaman hidup keempat. Pada zaman ini mulai muncul
kehidupan manusia. Zaman ini dibedakan menjadi zaman Pleistosen (Diluvium)
dan zaman Holosen (Aluvium).
(1) Kala Pleistosen atau zaman Diluvium, berlangsung sejak 600.000 tahun yang
lalu. Zaman ini sering disebut zaman es (zaman glasial). Zaman glasial ini
ditandai dengan mulai mencairnya es yang bertumpuk di kutub Utara karena
terjadi perubahan iklim global yang terus menerus. Air mulai menyelimuti
dataran di Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara. Keadaan iklim dunia
yang berubah-ubah sangat memengaruhi keadaan Kutub Utara. Apabila suhu
turun, lapisan es di daratan meluas dan permukaan air laut akan turun. Namun
apabila suhu naik, es yang mencair akan membentuk lautan di berbagai
belahan bumi.
Untuk membentuk kehidupan awal manusia purba yang ada di Indonesia,
menurut Von Koenigswald, zaman Pleistosen meninggalkan zaman kehidupan
yang dikenal dengan lapisan Pleistosen. Pada lapisan Pleistosen dikenal tiga
lapisan yang masing-masing lapisan menunjukkan jenis, umur, dan ciri-ciri
kehidupan yang berbeda. Ketiga lapisan itu meliputi :
a) Lapisan Pleistosen bawah (Formasi Pucangan), dimana di lapisan ini
ditemukan jenis fosil manusia purba jenis Meganthropus Paleojavanicus
dan Pithecanthropus Mojokertensis yang diperkirakan berusia 1,9 juta
tahun. Ciri fisik manusia pada masa ini masih banyak kesamaan dengan
jenis kera.
b) Lapisan Pleistosen Tengah (Formasi Kabuh), pada lapisan ini ditemukan
jenis Pithecanthropus Erectus dan Pithecanthropus Soloensis awal. Ciri
fisik manusia masih mirip dengan kera hanya volume otaknya mengalami
penambahan yang diperkirakan hidup 1-1/2 juta tahun yang lalu. Mereka
telah mengenal alat-alat kehidupan dan mengenal bahasa dalam taraf yang
sangat sederhana. Mereka juga mengenal api, sehingga diperkirakan sudah
memasak makanan hasil buruan mereka.
c) Lapisan Pleistosen Atas (Formasi Notopuro), dimana pada lapisan ini
ditemukan jenis Pithecanthropus Soloensis akhir dan manusia jenis homo.
Masa ini diperkirakan berumur hingga 40.000 tahun yang lalu. .
(2) Kala Holosen atau zaman Aluvium, berlangsung sejak 20.000 tahun yang lalu.
Pada zaman ini muncul spesies Homo Sapiens, di antaranya adalah Homo
Wajakensis.
b. Berdasarkan hasil kebudayaan
Berdasarkan hasil penelitian oleh para ahli, zaman Prasejarah dapat dibedakan atas
beberapa kurun waktu sesuai dengan tingkat peradabannya (budayanya). Secara garis
besar zaman Prasejarah dibagi menjadi dua zaman, yaitu zaman batu dan zaman logam.
1) Zaman Batu
Zaman Batu adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjuang kehidupan
manusia terbuat dari batu. Zaman batu dapat dibedakan menjadi empat, sebagai
berikut :
a) Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Disebut zaman batu tua karena alat-alat kebudayaan yang dihasilkan masih sangat
kasar. Kebudayaan Paleolitikum di Indonesia di temukan di daerah Pacitan dan
Ngandong, maka sering disebut kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
(1) Kebudayaan Pacitan
Alat-alat kebudayaan Pacitan ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun
1935. Di daerah Pacitan banyak ditemukan alat-alat dari batu yang masih
sangat kasar. Alat-alat tersebut berbentuk kapak, yaitu kapak perimbas
(choooper), karena tidak memakai tangkai maka disebut kapak genggam. Alat
budaya Pacitan diperkirakan berasal dari lapisan Pleistosen tengah (Lapisan
trinil), sedangkan pendukung kebudayaan ini adalah Pithecanthropus Erectus.
Kapak genggam selain ditemukan di Pacitan, juga ditemukan di Sukabumi
dan Ciamis (Jawa Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Bengkulu dan
Lahat (Sumatera Selatan), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), Cabenge
(Sulawesi Selatan), dan Flores. Selain kapak genggam juga dikenal jenis lain,
yakni alat serpih (flakes). Alat serpih ini digunakan untuk menguliti binatang
buruan, mengiris daging, dan memotong umbi-umbian (seperti pisau pada
masa sekarang). Alat ini banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan dan
Sumatera Selatan.
(2) Kebudayaan Ngandong
Di sekitar daerah Ngandong dan Sidorejo (dekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur)
ditemukan banyak alat dari tulang di samping kapak-kapak genggam dari
batu. Alat-alat kebudayaan Ngandong ditemukan oleh Von Koeningswald
pada tahun 1941. Alat-Alat dari tulang (semacam alat penusuk = belati) dan
tanduk rusa banyak ditemukan terutama di Gua Sampung. Alat ini digunakan
untuk menggali ubi dan dan kedelai dari dalam tanah. Ada juga alat-alat
seperti ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya, yang mungkin digunakan
untuk menangkap ikan. Jenis alat ini ditemukan dilapisan Pleistosen atas,
sedangkan pendukung kebudayaan ngandong adalah jenis manusia puba
Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Di Ngandong juga ditemukan alat-
alat kecil yang dinamakan flakes, yang terbuat dari batu indah, seperti
chalsedon.
Penghidupan manusia Paleolitikum adalah mengembara dari satu tempat ke
tempat lain. Cara penghidupannya dengan mengumpulkan makanan yang ada
di alam sekitarnya yang dinamakan food gathering.
b) Zaman Batu Madya (Mesolitikum)
Mesolitikum berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan lithos yang artinya
batu, sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah. Hasil kebudayaan batu
tengah sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman
Paleolitikum (batu tua). Sesuai dengan perkembangan penalarannya, zaman
Mesolitikum ditandai dengan adanya kebudayaan kyokkenmoddinger dan
kebudayaan abris sous roche.
(1) Kyokkenmoddinger
Suatu corak istimewa dari zama Mesolitikum Indonesia ialah adanya
peninggalan-peninggalan yang disebut Kyokkenmoddinger. (kyokken berarti
dapur, modding berarti sampah, jadi kyokkenmoddinger artinya sampah
dapur). Sampah dapur tersebut dapat ditemukan di sepanjang pantai Sumatera
Utara di antara Langsa Aceh –Medan, yaitu bukit atau tumpukan kerang dan
siput yang tinggi dan panjang yang telah menjadi fosil.
Bekas-bekas itu menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal
dalam rumah-rumah bertonggak. Makanannya berupa siput dan kerang. Siput-
siput itu dipatahkan ujungnya, kemudian diisap isinya dari bagian kepalanya,
Kulit-kulit siput dan kerang itu dibuang selama waktu bertahun-tahun,
mungkin ratusan atau ribuan tahun. Akhirnya menjadi bukti kerang yang
hingga beberapa meter tingginya dan luasnya (ada yang sampai tujuh meter).
Bukti-bikti itulah yang dinamakan Kyokkenmoddinger.
Dari hasil penyelidikan Dr. P.V. Van Stein Callenfels (Pelopor Ilmu
Prasejarah Indonesia dan biasa dikenal sebagai Bapak Prasejarah Indonesia)
tahun 1925, dapat diketahui bahwa bukti-bukti kerang dan siput tersebut
adalah bekas sisa-sisa makanan dari masyarakat yang hidup di tepi pantai. Di
tempat yang sama ditemukan pula jenis kapak genggam (chooper) yang diberi
nama pebble (Kapak Sumatera) yang berbeda dengan kapak genggam zaman
Paleolitikum (chopper). Pebble ini dibuat dari batu kali yang dipecah atau
dibelah. Sisi luarnya yang memang sudah halus dibiarkan, sedangkan sisi
dalamnya (tempat belah) dikerjakan lebih lanjut, sesuai dengan keperluannya.
Di samping itu juga terdapat kapak pendek (hanche courte). Bentuknya kira-
kira setengah lingkaran dan seperti kapak genggam juga, dibutanya dengan
memukuli dan memecahkan batu, serta tidak diasah. Sisi tajamnya terdapat
pada sisi yang lengkung.
(2) Abris Sous Roche
Hasil penemuan kedua dari kebudayaan Mesolitikum adalah Abris Sous
Roche, yaitu sebuah gua yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia
prasejarah. Gua-gua itu sebenarnya lebih menyerupai ceruk-ceruk di dalam
batu karang yang cukup untuk memberi perlindungan terhadap hujan dan
panas. Di dalam dasar gua-gua itu didapatkan banyak peninggalan
kebudayaan dari jenis Paleolitikum sampai dengan Neolitikum, tetapi
sebagian besar dari zaman Mesolitikum. Penelitian pertama terhadap Abris
Sous Roche dilakukan oleh Dr. P. V. Stein Callencels (1928-1931) di Gua
Lawa dekat Sampung-Ponorogo, Madiun-Jawa Timur. Di tempat tersebut
ditemukan alat-alat kebudayaan dari zaman Paleolitikum sampai zaman
logam, yang berupa flake, batu penggiling, ujung panah dari batu, kapak, alat
dari tulang dan tanduk binatang, alat dari perunggu dan besi. Adapun yang
paling banyak ditemukan adalah alat-alat dari tulang dan tanduk binatang.
c) Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Kebudayaan Neolitikum adalah kebudayaan batu muda., ciri-cirinya adalah alat
sudah dibuat dengan baik, diasah dan halus. Masa ini merupakan masa bercocok
tanam di Indonesia yang bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah
(mengupam) alat-alat batu serta mulai dikenalnya teknologi pembuatan tembikar.
Masa ini telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, yakni
perubahan dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Hasil
kebudayaan Neolitikum, diantaranya ialah kapak persegi, kapak lonjong, alat
serpih, gerabah dan perhiasan.
(1) Kapak Persegi
Nama kapak persegi itu berasal dari Von Heine Geldern, berdasarkan pada
penampang alang alat-alatnya, yang berupa persegi panjang atau juga
berbentuk trapesium. Kapak persegi kebanyakan terbuat dari batu api yang
keras atau chalsedon, bentuknya persegi panjang atau trapesium. Daerah
penemuan kapak persegi pada umumnya di Indonesia bagian Barat, seperti di
Lahat, Palembang, Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya dan Pacitan.
Sebab, penyebaran kapak persegi dari daratan Asia ke Indonesia melalui jalur
Barat (Sumatera-Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Sulawesi).
(2) Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong didasarkan atas penampang alangnya yang berbentuk
lonjong, dan bentuk kapaknya bulat telur. Ujungnya yang runcing untuk
tangkai dan ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam. Ada dua macam
kapak lonjong, yaitu walzenbeil (yang besar) yang banyak ditemukan di
Papua, dan kleinbeil (yang kecil) banyak ditemukan di Kepulauan Tanimbar
dan Seram.
(3) Alat Serpih
Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-
pecahan kecil yang berbentuk segitiga, trapesium, atau setengah bulat. Alat ini
tidak dikerjakan lebih lanjut dan digunakan untuk alat pemotong, gurdi atau
penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi mata panah dan ujung
tombak.
(4) Gerabah
Di zaman bercocok tanam, manusia sudah dapat membuat benda-benda dari
tanah liat yang dibakar disebut tembikar atau gerabah. Hanya pembuatannya
sangat sederhana. Gerabah hanya dibuat dengan tangan tanpa bantuan roda
pemutar seperti sekarang. Jenis benda yang dibuat dari tanah liat, antara lain
kendi, mangkuk, periuk belanga, dan manik-manik.
(5) Perhiasan
Perhiasan di zaman bercocok tanam umumnya terbuat dari batu, tembikar dan
kulit kerang. Di Indonesia, perhiasan banyak ditemukan di daerah Jawa Barat
dan Jawa Tengah. Jenis perhiasan itu, antara lain gelang, kalung, manik-manik
dan anting-anting.
d) Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Pada zaman batu ini dihasilkan peninggalan dari batu besar yang biasa disebut
Megalitikum. Megalitikum berasal dari kata mega yang artinya besar dan lithos
yang artinya batu. Jadi yang dimaksud dengan tradisi megalithic adalah pendirian
bangunan dari batu yang berukuran besar. Peninggalan Megalithikum ditemukan
di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan.
Bentuk peninggalan Megalithikum antara lain :
(1) Menhir adalah bangunan berupa batu tegak atau tugu yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang
telah meninggal.
(2) Dolmen, yaitu meja batu untuk sesaji. Dolmen berfungsi sebagai tempat
persembahan untuk memuja arwah leluhur. Di samping sebagai tempat
pemujaan, Dolmen juga berfungsi sebagai pelinggih, tempat duduk kepala
suku atau raja.
(3) Sarkofagus atau keranda batu, yaitu bangunan berbentuk seperti lesung. Juga
dapat berbentuk waruga, yaitu batu utuh, persegi dan bulat seperti terdapat di
Sulawesi Utara.
(4) Kubur Batu, yaitu lempeng batu yang disusun utnuk pembatas dan mayat
ditaruh di dalamnya.
(5) Punden berundak, yaitu bangunan suci untuk pemujaan, terbuat dari batu yang
bertingkat-tingkat.
(6) Arca yang merupakan perwujudan dari manusia atau binatang terbuat dari
batu besar.
2) Zaman Logam
Zaman Logam berdasarkan peralatan yang digunakan dapat dibedakan menjadi tiga,
sebagai berikut.
a) Zaman Perunggu
Pada zaman Perunggu hidup masyarakat yang disebut Proto Melayu atau Melayu
Muda, yaitu Kelompok Homo Mongoloid sebangsa orang Tionghoa Tua. Mereka
masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM dan suda membawa kebudayaan
perunggu. Pada zaman ini mulai dikenal teknologi Undagi (tukang) di mana sudah
dituntut adanya pekerja yang terampil dengan teknologi Undagi. Pada zaman ini
sudah ada perdagangan dalam bentuk barter atau saling menukarkan barang.
Belum ada alat tukar khusus yang berfungsi sebagai uang. Kebudayaan Dongson
dikenal sebagai produk zaman Perunggu yang menghasilkan :
(1) Nekara: bentuknya seperti gendering besar, biasanya digunakan untuk upacara
mengundang hujan, seperti di Bali.
(2) Moko : nekara dalam ukuran kecil sebagai alat upacara keagamaan
(3) Kapak corong : kapak dengan berbagai ukuran disebut dengan kapak sepatu.
(4) Arca perunggu : benda perunggu dengan bentuk binatang/orang.
(5) Bejana Perunggu : bentuknya seperti gitar Spanyol tanpa tangkai.
(6) Perhiasan, seperti cincin perunggu, gelang kaki, gelang tangan, dan kalung
sebagian besar telah ditemukan sebagai bekal kubur.
b) Zaman Tembaga
Zaman Tembaga merupakan zaman awal manusia mengenal peralatan dari logam.
Di Indonesia tidak mengalami zaman Tembaga, karena tidak ditemukan bukti-
bukti peninggalan zaman tersebut. Zaman itu hanya berkembang di Semenanjung
Malaya, Kamboja, Muangthai, dan Vietnam.
c) Zaman Besi
Pada zaman Besi banyak menghasilkan benda peralatan hidup dan senjata, seperti
tombak, mata panah, cangkul, sabit, dan mata bajak. Benda peninggalan zaman
Besi tidak banyak ditemukan karena sifatnya mudah berkarat.
3. Perkembangan sosial budaya manusia purba
Kehidupan manusia purba berkembang secara dinamis ditinjau dari berbagai sisi
kehidupan meliputi bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan selama berjuta-juta tahun.
Berikut ini adalah tahap kehidupan manusia purba di Indonesia.
a. Masa berburu, mengumpulkan makanan dan meramu
Kehidupan manusia padamasa berburu dan mengumpulkan makanan sangat
bergantung kepada alam. Tempa manusia purba pada masa ini berada di daerah
padang rumput dengan semak belukar atau hutan kecil yang berdekatan dengan
sungai/danau, dengan perlindungan dahan dan dedaunan. Selain itu, manusia purba
tersebut ada yang tinggal di dalam gua-gua untuk menghindari serangan binatang
buas.
Mereka hidup berkelompok antara 10-15 orang dengan cara berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat yang lain, berpindahnya mereka untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hubungan antara anggota kelompok sangat erat. Mereka bekerja
sama untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan kelompoknya dari
serangan kelompok lain/serangan binatang buas. Pada masa berburu dan meramu,
manusia purba telah memiliki peralatan hidup. Adapun peralatan hidup dan ciri-ciri
manusia pada masa ini, sebagai berikut.
1) Peralatan manusia masa berburu dan meramu
Peralatan yang digunakan oleh manusia untuk berburu pada waktu itu dibuat dari
batu, kayu, maupun tulang-tulang hewan dalam bentuk yang sederhana. Alat-alat
yang digunakan manusia purba pada saat itu adalah sebagai berikut :
a) Kapak perimbas, digunakan untuk mengguliti binatang hasil berburu,
merimbas kayu, dan memecah tulang.
b) Alat serpih, digunakan sebagai gurdi, penusuk dan sebagai pisau
c) Kapak genggam awal, digunakan untuk menggali ubi dan memotong binatang
hasil berburu.
2) Ciri social masyarakat masa berburu dan meramu
Adapun ciri-ciri social masyarakat, antara lain :
a) Hidup dalam kelompok-kelompok kecil
b) Hidup mengembara
c) Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi
sungai atau danau. Tempat tinggal sementara dalam gua-gua.
d) Ada kelompok lainnya yang tinggal di daerah pantai. Mereka mencari
binatang kerang sebagai makanannya. Kulit-kulit kerang menjadi menumpuk
seperti bukit yang keras.
e) Kehidupan yang masih keras dengan teknologi peralatan sangat primitive
berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah penduduk.
b. Masa bercocok tanam dan menetap
Masa bercocok tanam seolah-olah merupakan suatu revolusi pada zaman Praaksara.
Pada masa ini kehidupan manusia mengalami perubahan yang besar, mereka telah
mengenal cara hidup, seperti berikut.
1) Kehidupan meramu dan berburu berubah ke bercocok tanam di lading/sawah.
2) Hidup berpindah-pindah berubah menjadi menetap/sedenter.
3) Membuat peralatan hidup dari batu kasar menjadi batu halus
4) Kepercayaan mulai berkembang
Pada saat manusia hidup menetap adalah dengan memilih gua sebagai tempat
tinggalnya. Biasanya gua yang dipilih adalah gua yang letaknya cukup tinggi, yaitu di
lereng bukit dan dekat dengan mata air. Gejala-gejala mulai hidup menetap dengan
cara bercocok tanam dan berternak diperkirakan pada tahun 6000 SM. Mereka mulai
mengenal seni memperindah gua tempat tinggalnya dengan melukis atau membuat
gambar hiasan di dinding gua.
Pada masa ini cara hidup manusia mulai berubah, mereka mulai menetap di
tempat tertentu dan bercocok tanam. Tingkat peralatan hidup mereka juga semakin
maju dan baik. Mereka tidak hanya membuat benda-benda dari batu dan tanah liat,
tetapi juga dari logam. Peralatan ini tidak hanya sekadar untuk mencari makanan,
tetapi juga dipergunakan untuk upacara-upacara keagamaan. Cara membuatnya
diperhalus dan diperindah. Mereka mulai hidup berkelompok. Kelompok ini mulai
berkembang menjadi kampong/desa. Oleh karena itu, mereka juga memilih seorang
pemimpin. Biasanya seorang pemimpin dipilih karena mempunyai kemampuan yang
lebih daripada yang lain. Selain harus memimpin kelompok, ia juga harus mampu
menghadapi bahaya alam maupun perang antarsuku. Mereka sangat taat dan
menghormati pemimpinnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya bangunan yang disebut
Menhir. Mayat sang pemimpin dikuburkan dalam kubur batu dan di atasnya
diletakkan dolmen.
Ciri-ciri budaya masa bercocok tanam, yaitu pada masyarakat pertanian yang
menetap, sudah ditemukan alat-alat dari batu halus, seperti kapak persegi dan kapak
lonjong. Dalam perkembangannya, masyarakat tersebut juga menggunakan kapak
perunggu, nekara dan gerabah serta benda-benda megalit.
Ciri-ciri ekonomi pada saat bercocok tanam, selain kapak-kapak batu yang
sudah siap pakai, ditemukan juga bilah-bilah batu. Bilah-bilah batu tersebut adalah
kapak yang belum diupam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada semacam
tempat produksi alat-alat kapak batu da nada konsumennya. Berarti pada waktu itu
sudah ada kegiatan yang bersifat ekonomis. Ditemukannya kulit kerang menunjukkan
kulit saat itu digunakan sebagai alat penukar.
c. Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan akhir masa praaksara di Indonesia. Kata Perundagian
berasal dari bahasa Bali: undagi yang artinya adalah seseorang atau sekelompok
orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau ketrampilan jenis
usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan atau pembuatan
sampah. Masa perundagian diperkirakan semasa dengan zaman perunggu.
Pada masa perundagian, kehidupan social ekonomi masyarakat sudah maju dan
meningkat daripada masa bercocok tanam. Kemajuan social ekonomi itu terutama
terlihat pada kemampuannya mengolah logam, khusunya perunggu dan besi.
Kegiatan perdagangan antarpulau pada masa perundagian dibuktikan dengan
ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar
binatang seperti gajah, merak dan harimau. Nekara tersebut berasal dari daerah
Indonesia bagian Barat. Keahlian dalam teknik tinggi saat itu adalah keahlian
peleburan logam yang kemudian dijadikan alat-alat yang dipakai dalam keidupan
sehari-hari. Untuk dapat melebur logam harus mempunyai keahlian khusus, logam
dipanaskan terus menerus sampai pada titik cair dan titik lebur, lalu dicetak dengan
alat-alat dari batu atau dari tanah liat atau dengan lilin untuk dijadikan perkakas-
perkakas yang diperlukan. Untuk dapat membuat perkakas dari perunggu ada dua
teknik, yaitu :
1) Teknik Bivalve
Teknik ini memakai cetakan dari batu, cetakan ini terdiri atas dua bagian. Jika
dijadikan satu atau diikat dengan tali akan membentuk rongga. Dalam rongga itu
kemudian dituangkan perunggu yang berupa cairan, lalu didinginkan. Jika
perunggu sudah dingin dan padat, berarti perkakas itu sudah jadi, lalu cetakannya
dapat dilepaskan dari ikatannya. Adapun kelebihan dari teknik ini adalah satu alat
dapat dipakai berulang-ulang. Sedangkan kelemahannya, yaitu membuat alat
cetakannya tidak mudah, sebab dibuat dari batu.
2) Teknik a cire perdue
Teknik ini dilakukan dengan membentuk model atau benda tertentu dari lilin.
Bentuk itu lalu dibungkus dengan tanah liat dan dibakar. Saat dibakar lilin akan
mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat, dengan demikian jadilah
cetakan baru berupa tanah liat yang berongga. Ke dalam cetakan yang berongga
itu dimasukkan perunggu cair lewat lubang tersebut sampai penuh, lalu
didinginkan. Adapun kelebihan dari teknik ini adalah membuat bentuk model
benda-benda yang diinginkan lebih mudah karena hanya berasal dari lilin,
sedangkan kelemahannya, yaitu satu alat cetakan hanya dapat dipakai satu kali.
4. Perkembagan teknologi dari system kepercayaan awal masyarakat di Indonesia
Adapun perkembangan teknologi dari system kepercayaan pada masa Praaksara, sebagai
berikut.
a. Perkembangan teknologi zaman Praaksara
Tanaman yang dibudidayakan adalah jenis kedelai karena mereka belum
mengenal biji-bijian. Mereka diperkirakan telah mengenal padi padian liar yang
tumbuh di hutan. Mereka mengetam dengan menggunakan pisau batu yang tajam.
Jenis tanaman yang dibudidayakan antara lain kedelai dan sukun sebagai bahan
makanan yang penting, selain itu buah-buahan (pisang, durian, rambutan dan
sebagainya), labu air, kelapa, dan sagu.
Pada tahap permulaan, teknik penanaman dilakukan dengan cara memisah-
misahkan tunasnya/langsung menanam batangnya yang telah dipotong-potong
(setek). Cara mengembakbiakan tanaman yang berasal dari biji-bijian baru
berkembang kemudian karena memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup
rumit. Untuk menyempurnakan usaha pada masa perundagian diciptakan alat-alat dari
logam.
Metalurgi berkembang sebagai dampak dari pengembangan pengetahuan dan
pengalaman dalam mengolah logam dan biji-bijiannya, yang dimanfaatkan untuk
memenuhi keperluan akan teknonik, sosioteknik, dan idioteknik manusia dalam
masyarakat. Menurut Sharer dan Ashmore, kehadiran metalurgi merupakan akibat
dari perkembangan teknologi yang melibatkan bahan baku berbagai logam, dan
selanjutnya diproduksi menjadi artefak untuk memenuhi kepentingan hidup manusia.
Proses pengerjaan logam meliputi kegiatan peleburan, pencampuran (amalgamazing),
rolling, elektrolisis (pemurnian bahan-bahan senyawa), pengerjaan panas dan
sebagainya. Munculnya golongan uundagi yang memiliki ketrampilan membuat
perangkat dari logam merupakan bukti bahwa manusia telah mempunyai
piroteknologi dalam sejarah kehidupannya. Jenis logam yang lebih awal dikenla oleh
manusia adalah tembaga dan emas. Dalam perkembangan teknologi Praaksara
Indonesia, belum banyak ditemukan pernagkat logam dari perunggu dan besi.
Percampuran tembaga dan timah menjadi perunggu. Apabila pernyataan Brandes
dalam teori Brandes tien Puten (Sepuluh Mutiara Brandes) itu benar, berarti pada
zaman Praaksara astronomi telah dikenal. Dalam kaitannya dengan itu, R.P. Soejono
mengemukakan bahwa pada masa perundagian , ilmu tentang perbintangan dan iklim
telah dikuasai untuk mengetahui arah angin yang diperlukan dalam pelayaran dan
untuk mengatur kegiatan dalam pertanian.
Penerapan ilmu astronomi belum diketahui secara pasti. Namun, tidak diragukan
lagi bahwa manusia purba mempunyai perhatian terhaap benda-benda angkasa, yang
jejaknya masih dapat diketahui dalam keagamaan. Van Susthelan mengemukakan
bahwa di daerah Ende (Sumba), menhir dipergunakan untuk upacara yang disebut
Opera Sangen, yang kaitannya dengan pemujaan terhadap matahari, bulan, dan
bintang.
Nenek moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ulung dalam
bidang pelayaran. Teknik pembuatan kapal telah dikenal sejak zaman Praaksara.
Tanda awal kea rah itu diketahui sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut, yaitu berupa lukisan perahu pada dinding gua di Sulawesi Selatan
(Bellae, Sumpang Bita, dan Lakbakang), Sulawesi Tenggara (Pulau Muna), Maluku
(Pulau Seram dan Teluk Sulaeman), NTT (Pulau Kei) dan Timor Timur (Pulau
Tutala, lli Kere-Kere, dan Lena Hara).
b. Sistem kepercayaan zaman Praaksara
Sifat kerja sama antara rakyat dan pimpinannya membentuk persatuan yang kuat,
memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan
roh baik, bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan
demikian muncullah kepercayaan animism, dinamisme, dan totemisme.
1) Animisme
Adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda. Roh itu
mempunyai kekuatan gaib yang disebut mana. Roh atau jiwa itu pada manusia
disebut nyawa.
Roh yang meninggalkan badan manusia untuk selama-lamanya itu disebut
arwah. Kepercayaan yang memuja arwah dari nenek moyang yang disebut
animisme.
Agar hubungan dengan arwah nenek moyang terpelihara dengan baik, maka
dibuatlah patung-patung nenek moyang untuk pemujaan.
2) Dinamisme
Istilah Dinamisme berasal dari kata dynamo artinya kekuatan. Dinamisme
adalah paham/kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup
atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai
kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci.
Benda-benda yang berisi mana disebut fetisyen yang berarti benda sihir.
Benda-benda yang dianggap suci ini , misalnya pusaka, lambing kerajaan,
tombak, keris, gamelan, sebagainya akan membawa pengaruh baik bagi
masyarakat. Misalnya suburnya tanah, hilangnya wabah penyakit, menolak
malapetaka, dan sebagainya. Antara Fetisyen dan jimat tidak terdapat perbedaan
yang tegas. Keduanya dapat berpengaruh baik dan buruk tergantung kepada siapa
pengaruh itu hendak ditujukan. Perbedaannya, jika jimat pada umumnya
dipergunakan / dipakai di badan dan bentuknya lebih kecil daripada Fetisyen.
Contohnya , fetisyen panji Kiai Tunggul Wulung dan Tombak Kiai Plered dari
Keraton Yogyakarta.
3) Totemisme
Adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena
memiliki kekuatan supranatural.
5. Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
Ada yang beranggapan nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Nusantara dan ada
juga yang berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan.
Batasan antara ras, rumpun, bnagsa, dan suku dalam segi antropologi. Ras adalah
golongan masyarakat luas yang terdiri dari berbagai rumpun, misalnya ras kaukasoid
yang menurunkan beberapa rumpun bangsa. Rumpun adalah gan besar dari bangsa-
bangsa yang sama asalnya, misalnya rumpun Melayu. Bangsa adalah kumpulan manusia
yang biasa terikat karena kesatuan bangsa dan kebudayaan dalam arti umum dan
menempati wilayah tertentu, misalnya India, Tiongkok, atau Indonesia yang terdiri atas
berbagai suku. Sedangkan suku (atau suku bangsa) adalah kesatuan social yang disatukan
oleh identitas kebudayaan, khususnya dari identitas bahasa, misalnya Dayak di
Kalimantan atau Dani di Papua. Namun, adakalanya sebuah rumpun bisa disebut bangsa,
misalnya melayu. Berikut adalah teori tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia.
a. Prof. Dr. H. Kern, Ilmuan asal Belanda, menyatakan bahwa bangsa Indonesia
berasal dari Asia. Kern berpendapat bahwa bangsa-bangsa yang digunakan di
Kepulauan Indonesi, Polinesia, Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang
sama, yakni bahasa Austronesia. Kern menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia
berawal dari suatu daerah dan menggunakan bahasa Campa. Menurutnya nenek
moyang bahasa Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik menuju Kepulauan
Indonesia. Pendakat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang
dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia, misalnya kata “kampong” yang
banyak digunakan sebagai kata tempat di Kamboja. Selain nama Geografis istilah
binatang dan alat perangpun banyak kesamaannya. Tetapi pendapat ini di sangkal
oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan perbendaharaan bahasa Campa.
b. Von Heine Gildern pun berpendapat tak jauh berbeda dengan Kern bahawa bahasa
Indonesia berasal dari Asia Tengah. Teori Gildern ini didukung oleh penemuan-
penemuan sejumlah artefak, sebagai perwujudan budaya yang ditemukan di Indonesia
mempunyai banyak kesamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia.
c. Max Muller, berpendapat lebih spesifik, yaitu bahwa bangsa Indonesia berasal dari
daerah Asia Tenggara. Namun, alas an Muller tak didukung oleh alas an yang jelas.
d. Sementara itu, Willem Smith melihat asal usul bangsa Indonesia melalui penggunaan
bahasa oleh orang-orang Indonesia. Willem Smith membagi bahasa-bahasa di Asia
atas dasar bahasa yang dipakai, yakni bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang
berbahasa Jerman, dan bangsa yang berbahasa Austria. Lalu bahasa Austria dibagi
dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro Asia dan bangsa yang berbahasa
Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah
Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.
Ahli lain yang bernama Hogen menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah
pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa Melayu ini kemudian bercampur dengan
bangsa Mongol yang disebut bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu
(Melayu Muda).
a. Periode Proto Melayu atau Melayu Tua
Persebaran berlangsung sekitar tahun 1.500 SM. Mereka tiba di Indonesia
dengan membawa kebudayaan Neolitikum (Batu Muda). Contohnya adalah tradisi
pembuatan kapak persegi dan kapak lonjong. Kebudayaan ini mula-mula terpusat di
Bacson-Hoabinh, daerah Indocina. Keturunan Proto Melayu yang masih ada,
diantaranya suku Toraja dan suku Dayak. Bangsa Proto Melayu ini melewati dua
jalur utama, yaitu :
1) Jalur barat melalui Malaka dan menyusuri Pulau Sumatra
2) Jalur utara melalui Filipina kemudian ke Sulawesi Utara.
Para ahli memperkirakan bahwa bangsa Melayu Tua ini peradabannya satu
tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan manusia purba yang ada di Indonesia.
Orang-orang Melayu Tua ini berkebudayaan Batu Muda (Neolitikum). Benda-benda
buatan mereka masih menggunakan batu namun telah sangat halus. Kebudayaan
kapak persegi dibawa bangsa Proto Melayu melalui jalur barat, sedangkan
kebudayaan kapak lonjong melalui jalan timur. Sebagian dari mereka ada yang
bercampur dengan ras kulit hitam.
Pada perkembangan selanjutnya, mereka terdesak ke arah timur karena
kedatangan bangsa Melayu Muda. Keturunan Proto Melayu ini sampai kini masih
berdiam di Indonesia bagian timur, seperti di Dayak, Toraja, Mentawai, Nias, dan
Papua. Sementara itu, bangsa kulit hitam (ras Negrito) yang tidak mau bercampur
dengan bangsa Proto lalu berpindah ke pedalaman atau pulau terpencil agar terhindar
dari pertemuan dengan suku atau bangsa lain yang mereka anggap sebagai
“pengganggu”. Keturunan mereka hingga kini masih dapat dilihat meski populasinya
sedikit, antara lain orang di Siak, orang Kubu di Palembang, dan orang Semang di
Malaka.
b. Periode Deutro Melayu atau Melayu Muda
Mereka masuk Nusantara sekitar tahun 500 SM dengan membawa tradisi
kebudayaan logam, yang pada mulanya berpusat di Dongsong di Asia Timur. Hasil
budaya yang ditinggalkan di antaranya nekara, moko, bejana, kapak corong,
perunggu, dan lain-lain. Keturunan suku kelompok Deutro Melayu antara lain suku
Jawa, suku Bugis, dan suku Melayu. Jalur yang mereka lewati adalah Dongsong-
Malaka-Sumatra. Kebudayaan mereka biasa dikenal dengan kebudayaan Dongsong
atau kebudayaan Perunggu.
Kebudayaan mereka lebih maju daripada bangsa Proto
Melayu.
Mereka telah pandai membuat benda-benda logam
(perunggu). Kepandaian ini lalu berkembang menjadi membuat
besi. Kebudayaan Melayu Muda ini sering disebut kebudayaan
Dongson. Nama Dongson ini disesuaikan dengan nama daerah
di sekitar Teluk Tonkin (Vietnam) yang banyak ditemukan
benda-benda peninggalan dari logam.
Daerah Dongson ini ditafsir sebagai tempat asal bangsa Melayu Muda sebelum
pergi menuju Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di
Indonesia di antaranya adalah kapak corong (kapak sepatu), nekara, dan bejana
perunggu.
Benda-benda logam ini umumnya terbuat dari tuangan (cetakan). Keturunan
bangsa Deutro Melayu ini selanjutnya berkembang menjadi suku-suku tersendiri,
misalnya Melayu, Jawa, Sunda,Bugis, Minang, dan lain-lain. Kern menyimpulkan
hasil penelitiann bahasa yang tersebar di Nusantara adalah serumpun karena berasal
dari bahasa Austronesia. Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah Nusantara
seperti bahasa Jawa, sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, dan lain-lain,
merupakan akibat dari keadaan alam Indonesia sendiri yang dipisahkan oleh laut dan
selat.
Disamping dipisahkan oelh selat dan samudera , perbedaan bahasa pun
disebabkan karena setiap pulau Indonesia memiliki karakteristik alam yang berbeda-
beda.
Bangsa Melayu Muda inilah yang berhasil mengembangkan peradaban dan
kebudayaan yang lebih maju daripada bangsa Proto Melayu dan bangsa Negrito yang
menjadi penduduk di pedalaman. Hingga sekarang keturunan bangsa Proto Melayu
dan Negrito masih bermasyarakat secara sederhana, mengikuti pola nenek moyang
mereka, dan kurang bersentuhan dengan budaya luar seperti India, Islam dan Eropa.
Sedangkan bangsa Deutro Melayu mampu berasimilasi dengan kebudayaan Hindu-
Budha, Islam dan Barat.
Setelah menetap di Indonesia, bangsa-bangsa tersebut mendapatkan pengaruh
budaya baru dengan adanya pelayaran dan perdagangan awal melalui laut yang
dilakukan pada masa kuno.
Pelayaran dan perdagangan periode berikutnya dilakukan oleh bangsa India
dan Tiongkok dengan bangsa Indonesia. Hubungan dengan bangsa India itulah yang
kemudian membawa pengaruh lahirnya kebudayaan India di tanah Indonesia sebagai
hasil akulturasi antara kedua kebudayaan. Kebudayaan India yang dimaksud adalah
kebudayaan Hindu dan Budha, yang kemudian berkembang dengan pesat di
Indonesia khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya.

Latihan Siswa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan benar!
1. Apa perbedaan dari zama Praaksara dan zaman Aksara?
2. Jelaskan mengenai zaman Tersier!
3. Apa yang dimaksud dengan abris sous roche?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan Menhir!
5. Apakah yang dimaksud dengan Animisme?
 Jenis-jenis manusia purba di Indonesia
Penemuan manusia purba di Indonesia dapat dilakukan berdasarkan fosil-fosil yang
telah ditemukan. Fosil adalah tulang belulang, baik binatang maupun manusia, yang
hidup pada zaman purba yang usianya sekitar ratusan atau ribuan tahun. Adapun
untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia purba pada saat itu, yaitu dengan
cara mempelajari benda-benda peninggalannya yang biasa disebut dengan artefak.
Adapun persebaran manusia purba di Indonesia meliputi berbagai daerah. Anda padat
melihatnya pada peta penemuan manusia purba.

Berikut beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.


1. Meganthropus Paleojavanicus
Adalah fosil yang pernah ditemukan di Sangiran oleh Von Koeningswald
pada tahun 1936 dan 1941. Fosil yang ditemukan berupa bagian rahang bawah
dan tiga buah gigi terdiri atas gigi taring dan dua geraham. Makanan jenis
manusia purba ini adalah tumbuhan. Makhluk hidup kira-kira 2 juta hingga 1 juta
tahun yang lalu. Meganthropus berasal dari lapisan Pleistosen bawah yang sampai
sekarang belom ditemukan perkakasnya. Ciri-ciri dari Meganthropus
Paleojavanicus, sebagai berikut .
a. Memiliki tulang pipi yang tebal
b. Memiliki otot rahang yang kuat
c. Tidak memiliki dagu
d. Memiliki tonjolan belakang kepala yang tajam
e. Memiliki tulang kening yang menonjol
f. Memiliki perawakan yang tegap
g. Memakan tumbuh-tumbuhan
h. Hidup berkelompok dan berpindah-pindah.
2. Pithecanthropus (manusia kera)
Pithecanthropus diperkirakan hidup pada zaman Paleolitikum. Fosil ini
ditemukan pada lapisan Pleistosen bawah dan tengah, yang pertama kali
ditemukan pada tahun 1890 oleh Eugene Dubois. Penemuan Pithecanthropus ini
berupa bagian rahang, gigi dan sebagian tulang tengkorak. Eugene Dubois
menemukan fosil purba ini di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Ciri-ciri manusia purba
jenis pithecanthropus, sebagai berikut :
a. Badan tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus
b. Tinggi badan berkisar sekitar antara 165-180 cm.
c. Tulang rahang dan geraham kuat, bagian kening menonjol
d. Wajah tidak berdagu
e. Volume otak berkisar antara 750 – 1.300 cc
f. Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong
g. Alat penguyahnya kuat dan otot tengkuk sudah mengecil
h. Diperkirakan hidup 1-25 juta tahun yang lalu
i. Bagian kening menonjol
Jenis manusia purba Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia, antara lain :
a. Pithecanthropus Erectus
Pada tahun 1890 Eugene Dubois menemukan fosil jenis Pithecanthropus
di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Fosil tersebut diberi nama Pithecanthropus
Erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak.
Ciri-ciri Pithecantropus Erectus, sebagai berikut :
1) Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat
2) Tinggi badan sekitar 165-170 cm dengan berat badan kurang lebih 100 kg.
3) Berjalan tegak
4) Makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan.
5) Hidup antara 1-1,5 juta tahun yang lalu.
6) Bagian rahang menonjol ke depan.
7) Dagu tidak ada dan hidung lebar.
8) Pipi menonjol ke depan dan ke samping
9) Leher tegap dan miring ke belakang
10) Tengkorak lonjong dan atap tebal
11) Volume otak berkisar antara 750-1.000 cc.
b. Pithecanthropus Mojokertensis
Fosil Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto)
ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 saat mengadakan
penelitian di Desa Perning dekat Mojokerto di Lembah Sungai Brantas.
Kemudian pada tahun 1939, Weidenreich dan Von Koeningswal menemukan
jenis Pithecanthropus di Sangiran pada Pleistosen bawah. Weidenreich
memberikan nama fosil tersebut dengan Pithecanthropus Robustus, sedangkan
Von Koeningswald menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis.
c. Pithecanthropus Soloensis (manusia kera dari Solo)
Fosil Pithecanthropus Soloensis ditemukan di Ngandong (blora) oleh Von
Koeningswald, Oppenoorth dan Ter Haar pada sekitar tahun 1931-1934 ketika
mengadakan penelitian di Lembah Sungai Bengawan Solo. Setelah itu
kemudian ditemukan juga jenis Pithecanthropus di Sangiran yang
diperkirakan hidup pada 900.000 sampai 200.000 tahun yang lalu dan
diperkirakan terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Tiongkok.
d. Pithecanthropus Robustus
Fosil ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Keoningswald pada tahun
1939 di Trinil, Lembah Sungai Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari
Pleistosen Bawah. Von Koeningswald menganggap fosil ini sejenis dengan
Picthecanthropus Mojokertensis.
3. Homo
Homo artinya manusia. Jenis Homo ini adalah manusia purba yang paling maju
dibandingkat dengan lainnya.
Ciri manusia purba jenis Homo, sebagai berikut :
a. Berat badan kira-kira 30 sampai 150 kg.
b. Bolume otaknya lebih besar dari 1.350 cc
c. Berjalan tegak
d. Muka dan hidung lebar
e. Mulut masih menonjol
f. Mengenal peralatan dari batu dan tulang.
Fosil manusia purba jenis Homo yang ditemukan di Indonesia, sebagai berikut :
a. Homo Wajakensis
Homo Wajakensis ditemukan oleh Van Riestschoten di Wajak,tulungagung
pada tahun 1889. Temuan ini kemudian diselidiki oleh Dr. Eugene dubois.
Manusia purba jenis ini mempunyai tingkatan lebih tinggi dibandingkan
Pithecanthropus Erectus. Homo Wajakensis termasuk ras yang sulit
ditemukan karena memiliki ciri-ciri ras Mongoloid dan juga ras
Austromelanesoid. Homo Wajakensis mulai tinggal di Indonesia sekitar
40.000 tahun yang lalu.
b. Homo Soloensis
Homo Soloensis artinya manusia dari Solo. Ditemukan oleh C. Ter Haar di
Ngandong, Ngawi, Jawa Timur bersama Ir. Oppernoorth pada tahun 1931-
1932. Adapun ciri manusia purba jenis ini, sebagai berikut.
1) Berbadan tegap dengan ketinggian + 180 cm.
2) Tonjolan kening agak terputus di tengah (diatas hidung).
3) Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus dengan
volume otak berkisar antara 1.000-1.300 cc.
4) Otak kecilnya lebih besar daripada otak kecil Pithecanthropus Erectus.
c. Homo Sapiens
Homo Sapiens artinya manusia cerdik. Manusia purba ini berasal dari zaman
Holosen 40.000 tahun yang lalu, telah mengalami pengecilan kepala dan
tubuh yang lain, sehingga fisiknya sudah hampir sama dengan manusia zaman
sekarang. Homo Sapiens ini sudah mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi
daripada manusia purba lainnya. Homo Sapiens terdiri atas subsapiens, ras
mongoloid, ras kaukasoid, dan ras Negroid. Ras Mongoloid memiliki ciri
berkulit kuning dan menyebar di Asia Tenggara.
Adapun ciri-ciri Homo Sapiens, sebagai berikut :
1) Tinggi badan antara 130-210 cm
2) Volume otaknya berkisar antara 1.000 cc – 1.200 cc
3) Otot tengkuk mengalami penyusutan
4) Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan
5) Berdagu dan tulang rahangnya tidak terlalu kuat
6) Berdiri dan berjalan tegak
7) Muka tidak menonjol ke depan
Berikut jenis manusia purba yang ada di Indonesia berdasarkan periodisasi zaman
Praaksara
Masa Jenis
Holosen - Homo Sapiens
Pleistosen atas (Ngandong) - Homo Wajakensis
- Homo Soloensis
Pleistosen tengah (Trinil) - Pithecanthropus Erectus
Pleistosen Bawah (Jetis) - Pithecanthropus Robustus
- Pithecanthropus Mojokertensis
- Meganthropus Paleojavanicus

Di Indonesia, fosil manusia purba dapat ditemukan di Pulau Jawa. Temuan-


temuan di pulau Jawa memiliki arti penting karena berasal dari segala zaman
sehingga tampak jelas perkembangan badaniah manusia purba tersebut.
Penelitian tentang manusia purba di Indonesia terbagi atas tiga periode, yaitu :
1. Periode tahun 1889-1909
Dilakukan oleh Eugene Dubois di daerah Trinil, Ngawi, Jawa Timur yang
berhasil menemukan fosil Pithecanthropus erectus.
2. Periode tahun 1931-1941
Dilakukan oleh C. ter Haar, Oppenoorth, Ralph Von Koeningswald, dan F.
Weidenreich, dilakukan di daerah Ngandong yang terletak di sepanjang
Sungai Bengawan Solo dan di daerah Sangiran. Hasil penemuan tersebut
diantaranya adalah Meganthropus Paleojavanicus dan Pithecanthropus
Mojokertensis.
3. Periode sejak tahun 1952 dan seterusnya
Dilakukan oleh para pakar bangsa Indonesia di antaranya Prof. Dr. Teuku
Jacob, Prof. Dr. Sartono, Dr. Ir. Otto Sudarmadji, dan Prof. Dr. R. P. Soejono
di daerah Sangiran.
Latihan Siswa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Apakah yang dimaksud dengan fosil?
2. Sebutkan jenis-jenis Homo!
3. Sebutkan ciri-ciri Pithecanthropus Erectus!
4. Apakah yang dimaksud dengan artefak?
5. Sebutkan ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus!

 Benda Peninggalan Zaman Praaksara


Benda-benda peninggalan Zaman Praaksara, sebagai berikut :
1. Peninggalan masa berburu dan berpindah
Peninggalan-peninggalan yang banyak ditemukan pada masa berburu dan
berpindah, antara lain sebagai berikut :
a. Alat-alat batu inti
Batu inti adalah sisa bahan batu (kerakal atau serpihan batu besar) yang
berbidang-bidang akibat penyerpihan. Contohnya :
1) Kapak Perimbas (chopper). Kapak ini tajamnya berbentuk konveks
(cembung) atau kadang-kadang lurus.
2) Kapak penetak (chopping tool). Kapak ini dibuat dari segumpal batu yang
tajamnya dibentuk liku-liku melalui penyerpihan yang dilakukan selang-
seling pada dua sisi pinggiran.
3) Pahat genggam (hand adze). Bentuk alat ini mendekati bujur sangkar atau
persegi panjang. Tajamnya disebutkan melalui penyerpihan terjal.
4) Kapak Genggam Awal . pemangkasan dilakukan pada satu permukaan
batu untuk memperoleh ketajaman, bentuk alat ini meruncing.
5) Kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan memperlihatkan
penyerpihan secara kasar pada kedua belah permukaannya.
6) Alat-alat serpih. Bentuk alat-alat serpih tergolong sederhana dengan
kerucut pukul yang jelas menonjol. Alat-alat tersebut banyak ditemukan di
Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat serpih selain dibuat dai pecahan batu juga
dari pecahan tulang. Alat ini digunakan untuk pisau dan alat panah, alat ini
juga banyak ditemukan di Sangiran.
b. Alat dari tulang dan tanduk
Alat dari tulang dan tanduk digunakan untuk ujung tombak dan untuk
menggali umbi dari dalam tanah. Alat ini banyak ditemukan di daerah
Ngandong.
Alat-alat budaya Pacitan yang berhasil di kumpulkan oleh Von
Koeningswald telah digolong-golongkan oelh Movius. Penelitian budaya
Pacitan dilanjutkan pada tahun 1953 dan 1954 oleh Van Heekeren, Soejono,
dan Basoeki. Di daerah Tabuhan, jenis-jenis alat-alat budaya Pacitan
ditemukan di lembah-lembah Klai Gede, kali Sunglon, dan Kali Sirikan yang
merupakan sungai-sungai dibawah tanah.
Daerah ini adalah tempat penemuan baru yang ternyata mengandung
alat-alat batu setaraf dengan temuan-temuan di lembah Kali Baksoko.
Penemuan kapak perimbas pertama terjadi pada tahun 1953 di celah sebuah
runtuhan karang gamping di tepi kali gede yang mendorong pelaksanaan
penelitian yang lebih mendalam terhadap keadaan daerah sekelilingnya.
Penelitian-penelitian pada tahun 1953 dan 1954 menghasilkan sejumlah alat
bantu yang dipungut dari dasar sungai, dari lapisan-lapisan kerakal di tepi-tepi
sungai (1,5-2 m), dan dari peninggian-peninggian yang mungkin sekali
merupakan bekas-bekas tempat tinggal manusia. Pleistosen di sekitar tempat
yang mengandung air.
2. Peninggalan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Peninggalan-peninggalan yang dapat ditemukan pada masa ini, sebagai berikut :
a. Kapak Sumatra-Lith, yaitu batu kerakal yang dibelah tangan, berguna untuk
membuat rumah panggung di tepi pantai. Kapak jenis ini ditemukan dalam
kyokkenmoddinger (sampah dapur) di pantai timur Sumatra Utara.
b. Alat Serpih Toala, alat ini digunakan di Sulawesi Selatan dan di Nusa
Tenggara. Mnausia pendukungnya berciri Mongoloid.
c. Alat tulang Sampung, pembuatan dan penggunaan alat ini berkembang di
Jawa Timur. Manusia yang memakainya diduga Austromelanesoid yang
tinggal di gua-gua, seperti di Gua lawa Sampung dekat Ponorogo.
d. Mata panah batu bergigi, seperti yang digunakan orang Toala.
3. Peninggalan masa bercocok tanam
Pada awalnya kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang
disediakan oleh alam. Kemampuan awal mengolah alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya masuk pada masa bercocok tanam.
Manusia Praaksara dapat menyediakan makanannya sendiri karena pada tahap
ini, manusia mampu memproduksi tumbuh-tumbuhan dan mengembangbiakkan
binatang ternak.
Manusia mampu menanam berbagai jenis tumbuhan yang semula tumbuh liar,
seperti menanam padi dan umbi-umbian.
Pada tahap bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah
seperti halnya pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Berhuma merupakan cara bercocok tanam yang digunakan oleh manusia
Praaksara pada masa itu. Cara berhuma digunakan dengan membersihkan hutan
dan menanaminya. Teknik berhuma digunakan pada daerah-daerah yang kurang
system pengairannya.
Masa bercocok tanam manusia Praaksara menhasilkan berbagai alat
kehidupan. Alat-alat itu ada yang terbuat dari batu pada masa bercocok tanam ini
masuk dalam zaman Mesolitikum (zaman batu pertengahan) dan Neolithikum
(zaman batu muda).
Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa bercocok tanam alat-alat yang
dihasilkan sudah mengalami perkembangan. Jika pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan alat yang dibuat dari batu masih kasar, maka pada masa
bercocok tanam alat-alatnya sudah mulai halus.

Adapun benda-benda yang dihasilkan pada masa bercocok tanam, sebagai berikut:
a. Kyokkenmoddinger
Salah satu bukti adanya kehidupan manusia pada masa Praaksara adalah
ditemukannya kyokkenmoddinger. Kyokkenmoddinger adalah suatu istilah
yang berasal dari bahasa Denmark (kyokken = dapur, modding= sampah),
secara herfiah diartikan sampah-sampah dapur. Kyokkenmoddinger banyak
ditemukan di daerah tepi pantai. Adanya Kyokkenmoddinger menunjukkan
telah adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah yang
bertonggak. Ditemukannya Kyokkenmoddinger menunjukkan manusia
Praaksara hidupnya tergantung dari hasil-hasil laut, seperti siput dan kerang.
Kyokkenmoddinger banyak ditemukan di sepanjang pantai Sumatera Timur
Laut, antara Aceh, Langsa, dan Medan. Pada Kyokkenmoddinger itu
ditemukan juga kapak genggam (pebble).
b. Abris sous roche
Abris sous roche merupakan gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di
dalam batu karang. Gua tersebut berfungsi untuk memberikan perlindungan
kepada manusia Praaksara dari hujan dan panas.
Alat-alat yang juga ditemukan di abris sous roche, di antaranya alat-alat
dari batu berupa ujung panah dan flakes, batu-batu penggiling, kapak-kapak
yang sudah diasah, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, dan alat-alat dari
logam (perunggu dan besi). Tulang belulang manusiapun ditemukan (jenis
Papua-Melanesoide) dan binatang. Abris Sous Roche banyak ditemukan di
gua lawa dekat Sampung (Ponorogo, Madiun) , Bojonegoro, dan Lamoncong
(Sulawesi Selatan). Para peneliti yang mengadakan penelitian tentang hal ini,
yaitu Stein Callenfels di Gua Lawa, Van Heekeren di daerah Basuki, dan Fritz
Sarasain dan Paul Sarasin di Lamoncong.
c. Perhiasan
Bahan yang digunakan untuk membuat hiasan berasal dari bahan-bahan
yang mudah dicari di sekitar tempat tinggalnya. Bagi yang tinggal di daerah
pantai, mereka membuat hiasan yang berasal dari kulit kerang. Ada pula
perehiasan yang terbuat dari terakota, yaitu tanah liat yang dibakar seperti
membuat gerabah. Sedangkan hiasan yang dibuat dari bahan batu berupa
gelang, kalung, dan beliung.
d. Pakaian
Manusia pada masa bercocok tanam diduga sudah mengenal pakaian.
Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang. Bukti penemuan
pakaian pada masa Praaksara ditemukan di Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan
beberapa tempat lainnya.
e. Kapak persegi (beliung persegi)
Kapak persegi ini terbuat dari batu persegi. Alat ini digunakan untuk
mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara, karena ada
juga beliung yang dibuat khusus dari bahan batu semipermata. Di wilayah
Indonesia alat ini banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara.
f. Kapak lonjong
Kapak lonjong terbuat dari batu kali. Bentuknya bulat telur, ujung yang
satu agak runcing, dan dapat dipasangkan pada suatu tangkai. Ujung yang lain
agak bulat dan diasah agar menjadi tajam. Daerah penemuan kapak lonjong di
daerah Indonesia adalah daerah Indonesia bagian Timur, misalnya Papua,
Seram, Minahasa dan Tanibar. Kapak ini disebut kapak lonjong karena
penampangnya berbentuk lonjong. Alat ini digunakan sebagai cangkul untuk
menggarap tanah dan sebagai kapak biasa, terdapat di Maluku, Papua, dan
Sulawesi Utara.
g. Mata Panah
Alat ini dipergunakan untuk berburu, sampai sekarang masih digunakan
di Papua.
h. Gerabah
Gerabah adalah barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat yang
dibakar. Dari bahan yang sama dibuat pula alat-alat perhiasan.
4. Peninggalan masa perundagian (pertukangan)
Peralatan atau hasil teknologi pada masa Perundagian itu, sebagai berikut :
a. Jenis-jenis peralatan dari besi, misalnya beliung atau semacam cangkul, mata
pisau, mata tombak, dan sabit
b. Gerabah
Gerabah dibuat dari tanah dan masih sederhana cara pembuatannya.
c. Pakaian
Di Kalimantan, Sulawesi dan dibeberapa tempat lainnya pernah ditemukan
alat pemukul kulit kayu. Kulit kayu biasa digunakan sebagai bahan pakaian.
d. Perhiasan
Barang perhiasan di zaman purba banyak yang berupa gelang dan kalung yang
terbuat dari batu indah dan kerang. Perhiasan kalung biasanya dibuat dari batu
akik atau batu yang dicat. Bahkan dalam perkembangan zaman perunggu,
dikenal barang-barang perhiasan, misalnya gelang, cincin, kalung dan anting-
anting yang terbuat dari perunggu, dibawah barang-barang perhiasan dari
batu.
e. Nekara
Nekara adalah semacam tambur yang berbentuk seperti dandang
terbalik. Dalam kehidupan manusia purba nekara dijadikan benda pusaka.
Benda ini dianggap suci dan dipuja puja. Fungsinya untuk mengiringi
kegiatan upacara. Jenis nekara banyak ditemukan di berbagai daerah,
misalnya di Pulau Sumatera, Jawa, Bali Sumbawa, Rote, dan Selayar.
Di pulau Alor ditemukan nekara yang berukuran kecil dan dikenal
dengan nama moko. Kemudian di Bali terdapat nekara yang berukuran sangat
besar dan masih utuh. Tingginya mencapai 1,98 meter dan bergaris tengah
1,60 meter. Nekara ini dianggap suci karena menurut kepercayaan penduduk,
nekara adalah bagian bulan yang jatuh dari langit. Nekara ini sekarang
disimpan di sebuah pura di daerah pejang, Kabupaten Gianyar. Pura untuk
menyimpan nekara tersebut dinamakan Pura Panataran Sasih.
Penemuan nekara dapat menunjukkan adanya hubungan antarwilayah
di Indonesia dan hubungan dengan dunia luar. Nekara dari Selayar dan
kepulauan Kei dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak dan
harimau.
Nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat atau dari Benua Asia.
Di Sangean terdapat nekara yang bergambar orang menunggang kuda
beserta pengiringnya yang memakai pakaian orang Tartar.
f. Kapak Perunggu
Kapak perunggu biasa disebut juga kapak sepatu, karena bagian atasnya
membentuk corong dengan bibir terbelah dua. Pada corong itu dimasukkan
tangkai kapak. Karena itulah kapak ini terkenal pula dengan sebutan kapak
corong.
Di beberapa tempat di Indonesia ditemukan kapak corong, seperti di
Sumatera selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar,
dan Papua dekat Danau Sentani.
Ukuran kapak corong beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana,
ada yang besar memakai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan
ada pula yang panjang satu sisinya.
Kapak corong yang panjang satu sisinya disebut candrasa. Kegunaan
kapak ini tidak semuanya digunakan sebagai alat sebagaimana layaknya
kegunaan kapak, ada juga yang berfungsi sebagai alat upacara dan hiasan.
g. Bejana
Bejana perunggu adalah sebuah benda yang bentuknya mirip seperti gitar
Spanyol tetapi tanpa tangkai. Ditemukan di daerah Madura dan sumatera. Pola
hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.
h. Arca-arca perunggu
bentuk manusia ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda, dan sedang
memegang panah. Sedangkan bentuk binatang berupa arca kerbau yang
sedang berbaring, sedang berdiri, dan kuda dengan pelana. Arca-arca tersebut
ditemukan di Bangkinang, Lumajang, Palembang dan Bogor.

Latihan Siswa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Sebut dan jelaskan benda-benda peninggalan manusia purba pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjt!
2. Apa yang Anda ketahui tentang peninggalan benda bersejarah berupa
kapak lonjong?
3. Sebutkan daerah-daerah penemuan nekara!
4. Sebutkan peninggalan batu inti masa berburu dan berpindah!
5. Siapa sajakah peneliti yang menemukan alat-alat budaya Pacitan?
Aktivitas Siswa

Pelajari kembali materi tentang kehidupan masyarakat Indonesia pada masa


Praaksara!
Buatlah kelompok yang terdiri atas empat orang! Bersama dengan kelompok
Anda bacalah wacanan berikut, kemudian diskusikan pertanyaan di
bawahnya secara bersahabat/komunikatif, kerja keras, rasa ingin tahu, dan
tanggung jawab! Selanjutnya presentasikan di depan kelas untuk diberi
penilaian oleh guru!
Kehidupan Manusia Praaksara
Kala Pleistosen merupakan zaman yang sangat penting, sebab pada zaman ini manusia
mulai muncul di muka bumi. Kala Pleistosen berlangsung kira-kira dari 3 juta samapi 10.000
tahun sebelum masehi. Pada saat ini juga terjadi perluasan lapisan es sampai ke wilayah yang
cukup jauh dari daerah kutub. Meluasnya lapisan es tentunya memengaruhi aktivitas hewan dan
manusia pada saat itu. Sejumlah hewan bergerak atau melakukan migrasi ke daerah yang lebih
hangat. Manusia juga melakukan perjalanan ke wilayah lainnya yang lebih sesuai.
Pada zaman es, permukaan air laut turun akibat meluasnya es di kutub. Akibatnya,
sejumlah wilayah laut yang dangkal dapat dilalui karena berubah menjadi daratan.
Bagaimanakah yang terjadi pada kepulauan Indonesia pada saat itu? Kepulauan Indonesia bagian
barat bersatu dengan Benua Asia, sedangkan Kepulauan bagian Timur bersatu dengan Benua
Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian Barat dengan Benua Asia
sekarang menjadi lautan Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan
Indonesia bagian Timur dengan Benua Australia disebut Paparan Sahul. Papas an Sunda yang
saat itu masih berupa daratan telah menjadi tempat aktivitas manusia purba. Sisa-sisa dari alat-
alat dari batu tidak hanya tersebar luas di Indonesia tetapi juga di Asia Selatan dan Asia Timur
yang menunjukkan bahwa pergerakan mereka tidak terhalangoleh lautan. Bukti lainnya adalah di
temukannya fosil-fosil manusia yang menunjukkan banyak persamaan dengan Pithecanthropus
Erectus di dekat peking dan di bebarapa tempat di Asia Timur.
Pertanyaan :
1. Menurut Anda, apa yang membedakan kehidupan manusia pada masa Praaksara dengan
manusia modern sekarang?
2. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia Praaksara berusaha untuk tetap menjaga
keseimbangan alam. Bagaiman dengan manusia modern sekarang ini? Kemukakan pendapat
Anda!
Uji Kompetensi

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar!
1. Zaman dimana binatang-binatang raksasa makin menyusut jumlahnya dan binatang menyusui
sudah mulai muncul disebut zaman …
a. Neozoikum c. Kuarter
b. Tersier d. Arkaikum
2. Ciri fisik nenek moyang bangsa Indonesia di daerah Palembang yang diwakili suku Kubu
menunjukkan ciri ras …
a. Melanesoid c. Negroid
b. mongoloid d. Weddoid
3. Pembagian zaman Prasejarah di Indonesia menjadi zaman arkaikum, Paleozoikum,
Mesozoikum, dan Neozoikum didasarkan pada …
a. tempat tinggal manusia purba
b. sumber kehidupan manusia purba
c. bahan kepercayaan yang dianut manusia purba
d. lapisan-lapisan bumi
4. Zaman Nirlika disebut juga zaman …
a. sejarah c. tersier
b. prasejarah d. kuarter
5. Berikut ini adalah lokasi penemuan fosil Pithecanthropus, kecuali …
a. trinil c. kedungbrubus
b. sangiran d. klaten
6. Zaman diperkirakan manusia mulai hadir di muka bumi adalah zaman …
a. Neozoikum c. Paleozoikum
b. Mesozoikum d. Arkaikum
7. Fosil manusia purba yang berada di Indonesia pertama kali ditemukan oleh …
a. E. Dubois c. Ter Haar
b. Teuku Jacob d. Raffles
8. Nenek moyang bangsa Indonesia yang datang sekitar 500 SM adalah …
a. proto melayu c. melayu austronesia
b. deutro melayu d. austromelanesoid
9. Fosil manusia yang ditemukan di Flores sering disebut pygmi oleh para ahli, artinya …
a. katai c. cebol
b. kerdil d. abnormal
10. Berikut kepercayaan nenek moyang yang diturunkan sampai sekarang, kecuali menyembah …
a. dewa alam c. kedasyatan alam
b. gunung dan sungai d. tuhan
11. Berikut ini yang bukan ciri-ciri manusia Purba jenis Homo adalah …
a. tinggi tubuhnya antara 130-210 cm
b. tidak berdagu
c. volume otak sudah berkembang
d. berasal dari ras austromelanesoid
12. Fosil yang ditemukan antropolog Australia bernama Raymond Dart di Taung, Afrika Selatan
adalah …
a. sinanthropus pekinensis c. homo neandertalensis
b. australopithecus africanus d. homo rhodesiensis
13. Bangsa Indonesia diperkirakan berasal dari Mongol yang persebarannya terjad secara
bergelombang, teori tersebut dinyatakan oleh …
a. Hogen c. Dr. Brandes
b. N.J. Kroom d. Mohammad Ali
14. Gaya dan cara hidup manusia puba tentu berbeda dengan manusia sekarang. Cara hidup
manusia purba yang paling awal adalah …
a. berladang dan beternak c. beternak dan bertani
b. meramu dan berladang d. berburu dan meramu
15. Kapak yang banyak berfungsi untuk kegiatan pertanian dan biasa disebut dengan beliung adalah
kapak …
a. perimbas c. lonjong
b. penetak d. persegi
16. Pada masa Paleolitikum sudah berkembang jenis Praaksara berupa …
a. moko c. kapak pendek
b. pebble d. kapak genggam
17. Kehidupan manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan disebut pula
dengan nama masa …
a. perundagian c. bercocok tanam
b. nomaden d. food gathering
18. Dalam kepercayaan masyarakat masa Praaksara, setiap benda memiliki tenaga gaib disebut
kepercayaan …
a. animism c. totemisme
b. dinamisme d. ateisme
19. Di Indonesia, zaman logam lebih dikenal dengan zaman Perunggu, sebab barang dari perunggu

a. lebih murah c. banyak digunakan untuk upacara adat
b. lebih indah d. banyak ditemukan
20. Dibawah ini yang bukan merupakan sifat hidup masa bercocok tanam adalah …
a. nomaden c. menggunakan kapak persegi
b. mengenal tata irigasi d. pembagian pekerjaan dan tugas
21. Peti mayat yang di dalamnya ada periuk dari binatang dan porselen disebut …
a. dolmen c. waruga
b. sarkofagus d. kubur peti batu
22. Arca Megalithikum pada umumnya menggambarkan …
a. arwah nenek moyang c. binatang-binatang piaraan
b. binatang-binatang besar d. binatang-binatang yang dikeramatkan
23. Peran kepala suku dalam masyarakat purba masa food gathering adalah …
a. membagi kelompok berburu sesuai dengan keahlian
b. memilih kelompok pengrajin logam dan besi
c. memelihara kegiatan gotong royong
d. menyiapkan lading untuk ditanam
24. Ditemukannya alat-alat batu untuk bercocok tanam menunjukkan bahwa manusia purba
telah hidup menetap, alasannya …
a. manusia purba bercocok tanam di lahan dekat perkampungan
b. manusia harus memilih lahan yang cocok untuk ditanami
c. bercocok tanam memerlukan waktu lama sehingga harus menetap
d. tanaman yang ditanam belum banyak jenisnya
25. Pada zaman logam, alat-alat yang digunakan manusia purba terbuat dari …
a. perak dan tembaga c. besi dan perunggu
b. tembaga dan besi d. kuningan dan tembaga
26. Manusia purba yang berarti manusia cerdik adalah …
a. homo wajakensis c. homo sapiens
b. homo soloensis d. meganthropus paleojavanicus
27. Perhatikan ciri manusia purba berikut!
1) Berbadan tegap dengan ketinggian + 180 cm.
2) Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung)
3) Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus dengan volume otak
berkisar antara 1.000-1.300 cc
4) Otak kecilnya lebih besar daripada otak kecil Pithecanthropus erectus.
Ciri diatas dimiliki oleh …
a. homo sapiens c. pithecanthropus soloensis
b. homo soloensis d. pithecanthropus robustus
28. Bangunan berupa batu tegak atau tugu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan roh
nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang telah meninggal adalah …
a. dolmen c. menhir
b. kubur batu d. punden berundak
29. Moko merupakan kebudayaan Dongson yang dikenal sebagai produk zaman perunggu
yang memiliki ciri-ciri …
a. bentuknya seperti gendering besar, biasanya digunakan untuk upacara mengundang
hujan
b. nekara dalam ukuran kecil sebagai alat upacara keagamaan
c. kapak dengan berbagai ukuran
d. benda perunggu dengan bentuk binatang atau orang
30. Kelebihan yang terdapat pada teknik bivalve yang digunakan untuk membuat perkakas
dari perunggu adalah …
a. alatnya dapat dipakai berulang-ulang
b. membuat alat cetaknya tidak mudah karena terbuat dari batu
c. membuat bentuk model benda-benda yang diinginkan lebih mudah karena berasal
dari lilin
d. satu alat cetakan hanya dapat dipakai sekali saja

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar!


1. Sebutkan fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia!
2. Jelaskan ciri-ciri manusia purba ras Mongoloid!
3. Bagaimana proses kedatangan bangsa Deutro Melayu ke Nusantara?
4. Sebutkan lima peralatan hidup manusia yang dihasilkan pada masa perundagian!
5. Mengapa binatang dan manusia yang ada di bagian timur Indonesia lebih mirip dengan
yang ada di Australia?
BAB 4
KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDHA DAN ISLAM

Peta Konsep

Kompetensi Dasar

Tujuan Pembelajaran

Apersepsi

 Perkembangan Hindu-Budha di Indonesia


Bangsa Asing yang sempat singgah di Indonesia tidak hanya sekadar berdagang, akan
tetapi mereka juga menyebarkan agama, salah satunya adalah Hindu-Budha. Berikut adalah
perkembangan Hindu-Budha di Indonesia :
1. Sejarah Agama Hindu dan Budha
Agama Hindu dan Budha ini diperkirakan berasal dari India. Adapun sejarah agama
Hindu dan Budha, sebagai berikut :
a. Sejarah Agama Hindu
Agama Hindu adalah agama yang lahir di India. Nama Hindu dikaitkan
dengan nama negeri India (Indus). Perkembangan agama Hindu di India sangat
berkaitan dengan system kepercayaan bangsa Arya yang masuk ke india pada 1500
SM. Mereka masuk India melalui celah Khyber dan menggantikan posisi bangsa
Dravida dan Munda yang pernah menguasai India. Sebelum India diduduki bangsa
Arya, India di huni bangsa Dravida. Bangsa Arya memasuki lembah Indus secara
bergelombang, bergerak dan menyebar kea rah tenggara dan memasuki daerah
lembah Sungai Gangga dan Yamuna. Di Punjab (daerah lembah sungai Indus),
bangsa Arya dapat mempertahankan kemurnian keturunanya. Sedangkan yang
berada di lembah gangga dan Yamuna berintegrasi (menyatu) dengan bangsa
Dravida yang merupakan penduduk asli. Agama Hindu merupakan sinkretisme
(percampuran) antara kepercayaan bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa
Dravida. Dalam agama Hindu terdapat tiga dewa utama yang dikenal dengan nama
Trimurti. Ketiga dewa tersebut sebagai berikut :
1. Brahma (dewa pencipta). Dewa ini perannya adalah menciptakan dan mengatur
atau menetapkan segala yang ada di alam semesta. Dewa ini mempunyai istri
yang bernama Saraswati (dei kesenian dan kecantikan) yang memiliki
kendaraan yang berwujud seekor angsa putih.
2. Wisnu (dewa pemeliharaan). Dewa ini perannya adalah memelihara alam
semesta yang telah diciptakan oleh Dewa Brahma. Istri Dewa Wisnu adalah
Dewi Sri atau laksmi, yaitu dewi kemakmuran. Wisnu mempunyai peliharaan
yang menjadi tunggangannya, yaitu seekor burung garuda.
3. Syiwa (dewa penghancur, pembinasa). Dewa ini perannya menetapkan
kehancuran dan kebinasaan sesuatu baik itu manusia, binatang, maupun alam
semesta. Istrinya bernama Durga, yaitu dewi kematian. Syiwa mempunyai
seorang putra yang juga menjadi dewa, yaitu Ganesha. Ganesha adalah dewa
ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Sumber ajaran agama Hindu terdapat pada kitab suci weda, Brahmana (tafsir kitab
weda), dan Upanisad
Kitab Weda ini dituliskan dalam empat bagian, yaitu :
1) Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa
2) Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci yang syairnya diambil dari Reg-
Weda
3) Yajur-Weda, berisi penjelasan tentang syair-syair yang diambil dari Reg-Weda
4) Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan (mantra-mantra)
Dalam tradisi masyarakat Hindu, ada empat kelompok golongan masyarakat,
sebagai berikut :
1) Kaum Brahmana (para pendeta atau pemuka agama)
2) Kaum kesatria (para bangsawan)
3) Kaum Waisya (para petani dan pedagang)
4) Kaum Sudra (para pelayan, buruh atau rakyat kecil)
Dengan demikian Hinduisme adalah perpaduan antara keyakinan keagamaan
yang suci dan kelas social yang mempunyai hukum moral. Namun pada hakikatnya,
pembagian tersebut pada dasarnya hanyalah sekadar hanya untuk menjaga
kemurnian ras bangsa Arya agar tidak tercampur dengan ras bangsa Dravida yang
sering dianggap sebagai bangsa yang rendah. Bahkan ada satu golongan yang
dikeluarkan dari golongan yang umum, yaitu golongan Paria. Golongan ini adalah
golongan rakyat rendah yang meliputi penjahat, gelandangan dan pengemis.
Golongan Paria dikeluarkan dari golongan umum karena dianggap memiliki kasta
yang sangat rendah dan terlalu banyak memiliki kesalahan sehingga tidak pantas
dimasukkan dalam golongan masyarakat umum.
Tempat suci umat Hindu antara lain kota Benares yang dianggap sebagai tempat
bersemayamnya Dewa Syiwa. Sungai Gangga dianggap keramat dan suci karena air
sungai Gangga dianggap dapat mensucikan abu jenazah yang dibuang kedalamnya.
Hari raya umat Hindu ialah Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Nyepi dan
Siwaratri.
b. Lahirnya Agama Budha
Agama Budha dibawa oleh seorang yang bernama Sidharta Gautama. Dia
adalah putra dari Raja Sudodana dari Kerajaan Kosala di kepilawastu. Mereka
berasal dari suku Sakya, termasuk kasta kesatria. Ibunya bernama Maya. Sidharta
pernah diramal oleh seorang Brahmana, bahwa kelak akan menjadi pendeta besar
dan termasyhur.
Agama Budha adalah agama yang lahir sebagai akibat atau reaksi dari
munculnya agama Hindu. Ada yang mengatakan bahwa agama Budha lahir karena
dalam agama Hindu terdapat upacara pengorbanan sacral terhadap makhluk hidup.
Ada juga yang mengatakan bahwa lahirnya Agama Budha disebabkan adanya
protes atas golongan Brahmana yang dianggap selalu diistimewakan.
Oleh karena itu dalam ajaran agama Budha tidak diakui pembagian kasta
(golongan) dalam masyarakat. Menurut ajaran Budha, setiap orang mempunyai hak
dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan asalkan ia mampu
mengendalikan dirinya sehingga bebas dari samsara/sengsara (penderitaan di
dunia). Penganut Agama Budha percaya bahwa tujuan hidup manusia di dunia
adalah menghentikan reinkarnasi, karena reinkarnasi adalah penderitaan yang
bersifat sementara. Sedangkan penderitaan sebenarnya adalah apabila seseorang
terus-menerus mengalami reinkarnasi, atau selalu dilahirkan kembali ke dunia, yang
berarti terus menerus mengalami penderitaan. Reinkarnasi adalah proses lahirnya
kembali manusia dari kehidupan sebelumnya dengan kehidupan yang baru.
Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menekan trisna (nafsu). Nafsu dapat
ditekan melalui delapan jalan (astavidha), sebagai berikut :
1) Pandangan (ajaran) yang benar
2) Niat atau sikap yang benar
3) Berbicara yang benar
4) Berbuat atau bertingkah laku yang benar
5) Penghidupan yang benar
6) Berusaha yang benar
7) Memerhatikan hal-hal yang benar
8) Bersemadi yang benar
Pemeluk agama Budha wajib melaksanakan tiga ikrar (Tri Ratna), sebagai berikut :
1) Berlindung kepada Budha
2) Berlindung kepada Dharma (ajaran) agama Budha
3) Berlindung kepada Sanggha (perkumpulan) masyarakat pemeluk agama Budha
Agama Budha mempunyai kitab suci yang ditulis dengan bahasa Pali, yaitu kitab
Tripitaka (Tiga Keranjang). Kitab ini terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut :
1) Vinayapitaka, berisi tentang bermacam-macam aturan hidup dan hukum
penentu cara hidup pemeluknya.
2) Sutrantapitaka, berisi tentang pokok-pokok wejangan Sang Budha.
3) Abdhidharmapitaka, berisi tentang penjelasan dan kupasan mengenal social
beragaman atau falsafat agama.
Dalam perkembangannya agama budha pecah menjadi dua aliran, sebagai berikut :
1) Buddha Mahayana (kendaraan besar), artinya jika seorang telah dapat mencapai
nirwana, hendaklah memikirkan orang laian yang masih dalam kegelapan
(bersifat terbuka).
2) Buddha Theravadha atau Buddha Hinayana (kendaraan kecil), artinya yang
penting bagaimana setiap individu dapat mencapai nirwana bagi diri sendiri
(bersifat tertutup).
Tempat-tempat suci agama Buddha, sebagai berikut :
1) Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat kelahiran sang Budha. Sang Budha
lahir pada tahun 563 SM.
2) Bodh-Gaya, tempat sang Budha mendapat penerangan, kesadaran tinggi atau
Bodhi.
3) Samath, tempat sang Budha pertama kali memberikan pengajaran kepada
pengikut-pengikutnya.
4) Kucinagara, tempat Sang Budha wafat pada tahun 482 SM.
Umat budha merayakan hari raya Waisak, yang merupakan peringatan kelahiran,
menerima pencerahan Bodhi (pencerahan), dan wafatnya sang budha yang
bertepatan dengan saat bulan purnama pada bulan Mei.
2. Masuknya Hindu-Budha ke Indonesia
Sejak zaman Prasejarah orang Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung yang gemar
mengarungi samudra. Bahkan menurut beberapa ahli sejarah, hubungan dagang antara
India dengan Indonesia telah terjalin. Hubungan ini kemudian berkembang tidak hanya
pada perdagangan saja, tetapi juga terjadi interaksi antarbudaya dan kepercayaan. Hal
ini disebabkan para pedagang itu tdak hanya mempunyai maksud untuk berdagang,
tetapi juga untuk menyebarkan agama Hindu. Dari hubungan ini kemudian terjadi
beberapa perubahan dalam masyarakat Indonesia, misalnya sebagai berikut :
a. Semula hanya mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian
mengenal dan menganut agama Hindu-Budha
b. Semula belum mengenal aksara/tulisan, menjadi mengenal aksara/tulisan, dan dari
tulisan itu Indonesia mulai memasuki zaman sejarah.
Menurut sejarawan Van Leur dan wolters, kegiatan hubungan dagang Indonesia dengan
bangsa-bangsa Asia pertama kali dilakukan dengan India, kemudian dengan
Tiongkok.hal itulah yang akan menjadikan budaya dan kepercayaan Hindu-Budha
masuk ke Indonesia, karena India dan Tiongkok merupakan wilayah yang lebih dahulu
menerima budaya Hindu-Budha. Bukti adanya hubungan dagang tersebut dapat
diketahui dari kitab Jataka dan kitab Ramayana. Kitab Jataka menyebut nama
Swarnabhumi, sebuah negeri emas yang dapat di capai melalui perjalanan jauh dan
penuh bahaya. Swarnabhumi yang dimaksud adalah pulau Sumatra. Sedangkan kitab
Ramayana menyebut Yawadwipa dan Swarnadwipa. Menurut ahli ilmu bahasa kuno,
nama Yawadwipa berarti pulau padi yang subur. Ini diduga adalah sebutan untuk pulau
Sumatra. Dalam buku sastra kuno India, Mahaniddesa disebutkan bahwa India telah
mengenal beberapa tempat di Indonesiapada abad ke-3 Masehi. Bukti-bukti yang ada
pengaruh Hindu-Budha yang masuk ke Indonesia yang berasal dari India Selatan.
Bukti-bukti tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dipakainya nama berakhiran “warman” yang merupakan tradisi bagi orang India
Selatan.
b. Dipakainya huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari kerajaan Palla di
India Selatan pada Prassati-prasasti di Indonesia.
Hipotesis tentang masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Budha ke Indonesia,
sebagai berikut :
a. Hipotesis Waisya
Hipotesis ini dikemukan oleh NJ. Krom. Yang menyebutkan bahwa proses
masuknya kebudayaan Hindu melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia.
Kaum pedagang (Waisya) India yang berdagang di Indonesia mengikuti angina
musim. Biasanya selama enma bulan. Selama para pedagang India tersebut menetap
di Indonesia, mereka manfaatkan untuk menyebarkan agama Hindu-Budha
b. Hipotesis Kesatria
Hipotesis kesatria mengungkapkan bahwa pembawa agama dan kebudayaan Hindu
masuk ke Indonesia adalah kaum kesantria atau bangsawan. Menurut hipotesis ini,
pada masa lampau di India terjadi peperangan antarkerajaan. Salah seorang
pendukung hipotesis ini adalah sejarawan C.C Berg.
c. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini diungkap oleh JC. Van Leur. Dia mengatakan bahwa kebudayaan
Hindu-Budha India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana.
Pendapatnya itu didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-
prasasti yang menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
d. Teori arus balik
Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang
mengembangkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat mengenai
keaktifan orang-orang Indonesia ini diungkap oleh F.D.K Bosch yang dikenal
dengan Teori Arus Balik. Teori ini menyebutkan bahwa banyak pemuda Indonesia
yang belajar agama Hindu-Budha ke India.
3. Pengaruh agama Hindu-Budha di Indonesia
Pengarh agama dan kebudayaan Hindu-Budha terjadi pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Aspek-aspek tersebut meliputi bidang social, teknologi, kesenian juga
pendidikan.
a. Bidang sosial
Di bidang sosial, tradisi Hindu-Budha berpengaruh terhadap system
kemasyarakatan dan pemerintahan.
b. Bidang Teknologi
Peninggalan Hindu-Budha dalam bidang seni bangunana (arsitektur) yang
berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di
Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai makam raja dan
bagian atas punden bertingkat itu dibuatkan patung rajanya. Adapun candi di India
berbentuk stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja
dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng.
Candi yang bercorak Budha anatara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
c. Kesenian
Pengaruh tradisi Hindu-Budha di Indonesia tampak juga pada bidang kesenian,
khusunya seni rupa dan seni sastra. Dalam bidang seni rupa, banyak kita temui
hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang
seni sastra, pengaruh tradisi Hindu-Budha terlihat pada penggunaan huruf Pallawa
dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Ada juga hasil kesusastraan Indonesia
yang sumbernya dari India, yaitu cerita Ramayana dan Mahabarata yang dijadikan
lakon wayang. Banyak kitab Hindu-Budha yang menjadi asset bangsa saat ini,
diantaranya Negarakertagama dan Bharatayudha.
d. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Budha dapat kita lihat bahwa sampai
akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat khususnya di bidang sastra,
bahasa dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwenang
memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Budha. Salah
satu hasil dari perkembangan pendidikan, dikemukaakn oleh I-Tsing, bahwa di
Sriwijaya terdapat “universitas” yang dapat menampung ratusan mahasiswa
biarawan Budha untuk belajar agama.

Latihan Siswa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Sebutkan tiga dewa utama dalam agama Hindu!
2. Apakah isi dari Atharwa-Weda?
3. Pada agama Budha, nafsu dapat di tekan melalui delapan jalan yang disebut astavidha.
Sebutkan kedelapan astavida tersebut!
4. Bagaimana pengaruh masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia?
5. Jelaskan tentang Hipotesis Waisya!

 Kerajaan-Kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia


Masuknya kebudayaan Hindu dan Budha menyebabkan kedua agama itu menimbulkan
pengaruh yang kuat di tengah-tengah masyarakat. Menguatnya pengaruh Hindu-Budha itu
juga ditandai dengan ebrdirinya berbagai kerajaan Hindu-Budha. Seperti apakah kerajaan
yang bercorak Hindu-Budha?
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400-500 M. kerajaan ini merupakan kerajaan
Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak di tepi sungai Mahakam, Kalimantan
Timur. Informasi mengenai kerajaan ini diperoleh dari tujuh prasasti yang disebu yupa
berbentuk Menhir atau tiang batu yang ditemukan di Muarakaman tepi Sungai Mahakam.
Yupa ini menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang diperkirakan ditulis
pada 400 M. yupa adalah tugu batu untuk upacara persembahan penganut animisme. Dari
ketujuh prasasti tersebut dapat diketahui tentang :
a. Silsilah : Kudungga berputra Aswawarman yang seperti dewa Matahari.
Aswawarman berputra tiga. Dari ketiga putra tersebut, Mulawarman raja yang bai,
kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan Kenduri (selametan),
mengadakan korban, maka didirikanlah tugu oleh para Brahmana.
b. Tempat sedekah : Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi
sedekah 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat tanah yang sangat suci,
yaitu Waprakeswara.
c. Macam-macam sedekah yang lain seperti wijen, malai bunga, lampu dan lain-lain.
Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Raja Kutungga memiliki
putra yang bernama Aswawarman. Aswawarman memiliki putra bernama
Mulawarman. Keluarga Kutungga pernah melakukan upacara Vraiyastoma, yaitu
upacara Hindu untuk penyucian diri sebagai syarat masuk pada kasta Kesatria.
Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu berawal dari pemerintahan Aswawarman.
Sedangkan agama yang dianut oleh Mulawarman adalah Hindu aliran Syiwa. Hal
tersebut dapat diketahui dari salah satu prasasti Yupa yang menyebut tempat dalam
tanah yang sangat suci yang diberi nama Waprakeswara. Waprakeswara merupakan
suatu tempat suci untuk memuja Dewa Syiwa.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara didirikan sekitar abad ke-5di lembah sungai Citarum
Bogor, Jawa Barat. Kerajaan ini merupakan kerajaan tertua di Jawa. Ketujuh prasasti
yang menerangkan kerajaan Tarumanegara, sebagai berikut :
a. Prasasti Ciaruteun, ditemukan di dekat muara Cisadane. Pada prasasti ini terdapat cap
cap sepasang telapak kaki raja Purnawarman seperti kaki Dewa Wisnu.
b. Prasasti Kebon Kopi. Dalam prasasti tersebut terdapat kalimat yang berbunyi, “Inilah
dua telapak kaki gajah yang seperti Airawata, gajah penguasa negeri Taruma yang
gagah perkasa”. Tapak kaki dipuja merupakan ajaran Hindu Vaisnawa, raja dianggap
keturunan Dewa.
c. Prasasti Jambu. Terdapat gambar sepasang kaki dengan tulisan “gagah mengagumkan
dan jujur terhadap tugas adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang
termasyur. Sri Purnawarman yang memerintah di Taruma dan baju Zirahnya yang
terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh.
d. Prasasti Tugu. Dalam prasasti tersebut kalimat yang berbunyi “Dahulu sebuah laut
setelah melalui puri”. Dari tahun ke-22 masa pemerintahan Purnawarman telah digali
sungai Gomati yang panjangnya 6.122 tombak (+ 12 km). penggalian selesai 21 hari
dimulai tanggal 6 paro peteng bulan Phalguna dan selesai tanggal 13 paro terang
bulan caitra. Lalu diadakan selametan dan oleh Purnawarman dihadiahkan kepada
Brahmana 1.000 ekor sapi.
e. Prasasti Lebak. Terdapat di Lebak, Banten. Dalam prasasti tersebut terdapat kalimat
yang berbunyi, “Inilah tanda keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang
bersungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman yang menjadi
Panji sekalian raja”.
f. Prasasti Pasir Alwi. Prasasti ini belum dapat dibaca karena menggunakan huruf ikal.
g. Prasasti Muara Cianten. Prasasti ini juga belum dapat dibaca karena menggunakan
huruf Ikal.
Sumber berita lain tentang kerajaan Tarumanegara diperoleh dari catatan seorang
musafir Tiongkok yang bernama Fa-Hien, Fa-Hien dalam perjalanannya ke India singgah
di Ye-Po-Ti (Pulau Jawa) karena perahu yang ditumpanginya dilanda topan. Fa-Hien
mengatakan bahwa di To-Lo-Mo (Tarumanegara) pada 414 M ada tiga agama, yaitu
Hindu yang merupakan agama yang paling banyak penganutnya, agama Budha, dan
agama “Kotor”. Para Sejarawan menduga bahwa yang disebut agama “kotor” adalah
animism dan dinamisme.
Kerajaan Tarumanegara juga mempunyai arca-arca peninggalan yaitu :
a. Arca Rajasi (disebutkan dalam prasasti tugu) diperkirakan berasal dari Jakarta
b. Dua buah patung Wisnu dari Cibuaya yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 M dan
berciri seni Pallawa (India Selatan).
Raja terbesar Kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman. Dia memerintah dengan
sangat bijaksana dan adil. Dia memerintah dengan sangat bijaksana dan adil. Pada
masanya rakyat hidup dengan makmur. Hal tersebut dengan bukti pada prasasti Tugu
yang menceritakan bahwa Purnawarman telah memerintahkan penggalian sungai
Gomati untuk menjegah terjadinya banjir dan pemberian sedekah berupa 1.000 ekor
sapi kepada para Brahmana. Dari prasasti yang telah diteliti oleh sejarawan
disimpulkan bahwa Raja Purnawarman menganut agama Hind aliran Wisnu.
3. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah, dengan pusat lembah kali Progo,
ynag meliputi Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Ibu kotanya Medang
kamulan, dengan raja yang pertama kali memerintah adalah Raja Sanjaya, penganut
Hindu pusat kerajaan terletak d daerah yang disebut Medang I Bhumi Mataram
(diperkirakan sekitar Prambanan, Klaten, Jawa Tengah).
Pada saat pemerintahan Raja Panangkaran, kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi
dua kerajaan, yaitu sebagai berikut :
a. Kerajaan yang bercorak Hindu diperintah oleh Dinasti Sanjaya.
Kerajaan Mataram Lama dan Dinasti Sanjaya berlokasi di Jawa Tengah bagian Utara.
Pusat kerajaan di Medang dan terletak di Poh pitu. Bukti-bukti adanya Dinasti
Sanjaya, diketahui melalui sumber-sumber berikut ini :
1) Prasasti Canggal (732 M), isinya mengenal asal usul Raja Sanjaya, dan
pembangunan sebuah lingga di Bukit Sirengga.
2) Prasasti Kedu (907 M), prasasti ini disebut juga Prasasti Belitung atau Prasasti
Mantyasih. Isinya tentang silsilah raja-raja keturunan Dinasti Sanjaya, meliputi :
a) Raja Sanjaya g) Raden Karuwangi
b) Rakai Panangkaran h) Rakai Watuhumalang
c) Rakai Panunggulan i) Rakai Dyah Balitung
d) Rakai Warak j) Daksotama
e) Rakai Garung k) Dyah Tulodong
f) Rakai Pikatan l) Dyah Wawa
b. Kerajaan yang bercorak Budha diperintah oleh Dinasti Syailendra
Dinasti Syailendra muncul pada pertengahan abad ke-8 di Jawa Tengah bagian
Selatan, yaitu antara daerah Bagelan dan Yogyakarta.
Sumber sejarah Dinasti Syailendra umumnya berupa prasasti, sebagai berikut :
1) Prasasti Kalasan (778 M), isinya Raja Panangkaran telah memberikan hadiah
tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah
biara untuk pendeta agama Budha.
2) Prasasti Kelurak (782 M), isinya tentang pembuatan arca Mnajusri yang terletak
sebelah utara Prambanan.
3) Prasasti Ratu Boko (856 M), isinya keberhasilan Raja Pikatan dan
Pramodhawardhani mengalahkan Balaputradewa
4) Prasasti Nalandra (860 M), isinya tentang asal usul Raja Balaputradewa.
5) Prasasti Hamaparan (750 M), isinya peringatan tentang pemberian tanah di desa
Hamaparan oleh Raja Bhanu demi kebaktian terhadap Dewa Syiwa.
6) Prasasti Abhaya Giwiwihara dan Kayumungan, isinya menyebutkan tentang
wangsa (dinasti) Syailendra.
7) Prasasti Sojomerto, isinya menyebutkan nama Danupunta Salendra yang
merupakan gelar dari Dinasti Syailendra.
Pada masa pemerintahan Sanjaya, Mataram mengalami masa kemakmuran dan
ketentraman.
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra dapat dipersatukan dengan pernikahan
Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dengan Pramodhawardhani
dari Dinasti Syailendra yang beragama Budha.
Pada tahun 924 M terjadi bencana letusan Gunung Merapi yang memorak-
porandakan daerah Jawa Tengah. Dalam situasi yang kurang menguntungkan
tersebut, Empu Sendok sebagai Mahamantri I Hino dari pemerintahan Wawa
memindahkan pemerintahan Mataram dari Jawa Tengah ke jawa Timur dan
mendirikan Wangsa Baru, yaitu Wangsa Isyana.
4. Kerajaan Medang Kamulan (929 M)
Kerajaan Medang Kamulan terletak di Jawa Timur yaitu sekitar Sngai Brantas, ibu
kotanya bernama Watan Mas. Kerajaan ini didirikan oleh Empu Sendok yang juga
sebagai pendiri Dinasti Isyana.
Sumber sejarah Kerajaan Medang Kamulan berasal dari beberapa buah prasasti, sebagai
berikut :
a. Prasasti Pucangan e. Prasasti Turunyang
b. Prasasti Anjuk Landang dan Paradah f. Prasasti wuharata
c. Prasasti Limus g. Prasasti Gandhakuri
d. Prasasti Silet
Sepeninggal Empu Sendok, Kerajaan Medang diperintah oleh Dharmawangsa Teguh.
Pada masa pemerintahannya kerajaan Medang di serang Sriwijaya. Kerajaan Medang
mencapai kejayaannya dibawah kekuasaan Airlangga yang memindahkan kerajaan ke
Kahuripan. Untuk menghindari perang saudara, maka Airlangga dibantu Empu Baradha
membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu :
a. Kerajaan Jenggala denga ibu kota Kahuripan, terletak disebelah utara Sungai Brantas.
b. Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan Ibu Kota Daha, terletak disebelah selatan Sungai
Brantas.
5. Kerajaan Kediri (Panjalu)
Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri berawal dari pembagian kerajaan Jenggala oleh
Raja Airlangga untuk menghindari perpecahan di antara kedua putranya. Pembagian
kerajaan ini dilakukan oleh Empu Sendok.
Kerajaan Jenggala kemudian dibagi dua, yaitu kejaraan Jenggala dengan ibu kota di
Kahuripan dan Kerajaan Kediri dengan ibu kota di Daha. Kedua kerajaan ini dibatasi oleh
Sungai Brantas. Akan tetapi, perpecahan tetap saja terjadi karena setelah Airlangga wafat
pada 1049 M, terjadi perang saudara.
a. Kehidupan Politik
Kerajaan Kediri mencapai kejayaannya pada masa Pemerintahan Raja Jayabaya
(1135-1157 M), bahkan dikenal sampai ke Tiongkok. Berita ini dibawa oleh seorang
saudagar Tiongkok bernama Khou Ku Fei. Ia menceritakan bahwa pada 1200 M,
Kediri adalah kerajaan yang makmur dan telah memiliki pemerintahan yang diatur
oleh hukum . raja-raja yang memerintah kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
1) Raja Jayawarsa
2) Rakai Sirikan Sri Bameswara
3) Raja Jayabaya (1135-1159)
4) Raja Sarweswara (1159-1169)
5) Sri Aryyeswara (1169-1181)
6) Sri Gandra (1181-1182)
7) Kameswara (1182-1185)
8) Kertajaya (1185-1222)
b. Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa Kameswara, seni sastra berkembang pesat. Kemajuan bidang
kesusastraan pada zaman Kediri disebabkan oleh factor-faktor, sebagai berikut :
1) Adanya pujangga-pujangga yang pandai
2) Adanya perlindungan terhadap para pujangga
3) Berkembangnya penghormatan kepada para raja melalui seni sastra
4) Adanya kebebesan berpikir dalam mengembangkan seni sastra.
Khou Ku Fei menceritakan bahwa pada 1200 M, Kediri adalah kerajaan yang
makmur dan telah memiliki pemerintahan yang diatur oleh hukum. Pada masa itu,
Jayabaya banyak menghasilkan karya sastra mengagumkan, seperti Kitab
Bharatayudha yang diubah oleh Empu Sedah dan empu Panuluh. Yang paling
terkenal dari Raja Jayabaya adalah ramalannya yang terkenal sampai sekarang dan
terhimpun dalam suatu kitab, yaitu Jongko Jayabaya. Karya sastra yang lainnya
adalah Kitab Hariwangsa karangan Empu Panuluh, Kitab Gatotkacasraya karangan
Empu Panuluh, Kitab Smaradhahana oleh Empu Darmaja dan Kitab Cerita Panji.
c. Kemunduran Kerajaan Kediri
Pada masa pemerintahannya, Kertajaya ingin di hormati dan disembah seperti
Dewa. Hal ini membuat para Brahmana tidak senang dan mereka meminta
perlindungan kepada Ken Arok, Akuwu (Kepala Desa) Tumapel. Kebetulan pada saat
itu Ken Arok sangat berambisi untuk menjadi Raja. Ken Arok menyusun kekuatan
yang sangat kuat. Akhirnya, Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya pada tahun
1222. Penyerangan ini dilakukan di sebuah daerah yang bernama Ganter. Dengan
demikian, berakhirlah Kerajaan Kediri. Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan
Singasari.
6. Kerajaan Sriwijaya
Sejak awal abad ke-1 M sudah terjalin hubungan dagang antara Indonesia dan India
yang melewati jalur selat Malaka. Salah satu kerajaan yang muncul di kawasan Selat
Malaka adalah Kerajaan sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah Berjaya di
Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai Negara Maritim dengan
menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan Internasional. Setiap pelayaran dan
perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah
kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa, Semenanjung
Malaysia, dan Thailand Selatan.
Adapun sumber sejarah yang membuktikan keberadaan Kerajaan Sriwijaya, sebagai
berikut :
a. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya
1) Prasasti kedukan bukit ditemukan di tepi sungai Batang dekat kota Palembang
dan berangka tahun 683 M. isinya tentang perjalanan Dapunta Hyang yang
mengadakan perjalanan selama delapan hari dengan membawa 20.000 pasukan
dan berhasil menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya
menjadi makmur.
2) Prasasti Talang Tuo (684 M). isinya tentang pembuatan taman Sriksetra oleh
Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.
3) Prasasti Kota Kapur (686 M). ditemukan di Pulau Bangka.
4) Prasasti Karang Birahi (686 M). ditemukan di Jambi. Isinya adalah tentang
permohonan kepada dewa untuk keslamatan Rakyat dan Kerajaan Sriwijaya.
5) Prasasti Telaga Batu. Ditemukan di Palembang. Isinya berupa kutukan terhadap
mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah raja.
6) Prasasti Palas Pasemah. Isinya adalah bahwa wilayah lampung Selatan telah
menjadi kekuasaan Sriwijaya.
7) Prasasti Ligor (775 M). isinya bahwa kerajaan Sriwijaya pernah diperintah oleh
Darmaseta.
b. Berita orang Tiongkok yang bernama I-Tsing
Dalam pemberitaannya, I-Tsing menyatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri
pada abad ke-7 M. Menurut catatan I-Tsing, Sriwijaya berperan sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan dan agama Budha di Asia Tenggara. I-Tsing belajar
tata bahasa Sanskerta dalam teologi Budha di Sriwijaya. I-Tsing menerjemahkan
kitab-kitab suci agama Budha ke dalam bahasa Mandarin. Dia menyebutkan bahwa di
Sriwijaya ada seribu orang pendeta yang belajar agama Budha. Disebutkan bahwa
para pendeta yang belajar agama Budha itu dibimbing oleh Sakyakirti. Berdasarkan
berita I-Tsing ini, dapat disimpulkan bahwa kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-7 M
telah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Budha di Asia Tenggara. Kerajaan
Sriwijaya mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa.
Hal ini ditandai dengan ramainya perdagangan di perairan Sriwijaya sebagai jalur
perdagangan Internasional. Wilayah kerajaan Sriwijaya mencapai Sumatra, Jawa
Barat, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, Malaysia, Singapura dan Thailand
selatan.
7. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok dengan nama Dinasti Girindrawardhana,
artinya keturunan dari Girindra. Ken Arok menjadi raja dengan gelar Sri Rangga Rajasa
Sang Amurwwabhumi. Ken Arok adalah cikal bakal raja-raja di Singasari dan Majapahit.
a. Sumber sejarah
Sumber sejarah tentang Singasari terdapat dalam buku Pararaton dan
Negarakertagama dan ditambah prasasti-prasasti peninggalannya.
1) Pararaton atau disebut juga Ketuturanira Ken Arok, isinya menceritakan riwayat
Ken arok dari lahir sampai menjadi raja dan urutan raja-raja yang memerintah di
Singasari.
2) Negarakertagama ditulis pada tahun 1365 oleh Empu Prapanca yang merupakan
seorang pujangga Kerajaan Majapahit. Berisi tentang pandangan Filsafat
kemegahan kerajaan Majapahit, perjalanan suci Hayam Wuruk ke tempat
percandian leluhurnya (antara lain ke Singasari), dan sedikit memuat riwayat Ken
Arok.
b. Kehidupan Politik
Menurut Kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak dari seorang petani dari Desa
Pangkur. Ibunya bernama Ken Endok. Desa itu terletak di sebelah Timur Gunung
Kawi dekat Malang. Waktu masih muda, Ken Arok adalah anak yang sangat nakal.
Berkat bimbingan Brahmana yang bernama Lohgawe, Ken Arok dididik menjadi
orang yang baik. Ken arok kemudian mengabdi kepada Akuwu tumapel. Akuwu itu
bernama Tunggul Ametung. Untuk melaksanakan rencana membunuh Tunggul
Ametung, Ken Arok memesan sebuah keris kepada Empu Gandring. Setelah
membunuh Tunggul Ametung, ia segera mengangkat dirinya menjadi akuwu di
Tumapel dan memperistri Ken Dedes. Ternyata Ken Dedes sudah mempunyai
seorang anak dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati.
Ken Arok mempunyai dua istri yaitu Ken Dedes dan Ken Umang. Dari
perkawinannya dengan Ken Dedes mempunyai empat orang anak yaitu Mahisa Wong
Ateleng, Panji Saprang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimba. Kemudian dari Ken Umang
mempunyai anak yang bernama Panji Tohjaya.
Perebutan kekuasaan dan konflik menjadi ciri khas kerajaan yang didirikan oleh
Ken Arok (1222-1227). Keberadaan kerajaan Singasari diketahui dari kitab Pararaton
dan Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Prapanca. Ken Arok hanya memerintah
selama lima tahun (1222-1227). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh seseorang
atas perintah Anusapati, anak tirinya. Ken Arok di candikan di daerah Kagenengan
dalam bentuk perpaduan Syiwa-Budha.
Anusapati menjadi raja menggantikan Ken Arok sebagai Raja Singasari pada
tahun 1227 sampai tahun 1248 M. anusapati di bunuh oleh Tohjaya. Jenazahnya
dicandikan di Candi Kidal (dekat Malang).
Setelah itu, Singasari dipimpin oleh Panji Tohjaya. Pada masa pemerintahan Panji
Tohjaya terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggawuni/Wisnuwardhana
(Anak anusapati) dan Mahisa Cempaka (anak Mahisa wong ateleng). Panji Tohjaya
berhasil melarikan diri, tetapi ia meninggal di Katang Lumbang. Dengan jatuhnya
Tohjaya, Ranggawuni naik Tahta dan menjadi raja d Singasari (1248-1268).
Pada tahun 1268 M, raja Ranggawuni yang bergelar Wisnuwardhana meningeal
dunia. Untuk pertahankan kerajaannya, Wisnuwardhana membangun benteng di
daerah Canggu. Ia meninggal pada tahun 1262 M dan didarmakan di jajagu (sekarang
candi jago). Wisnuwardhana mempunyai putra yang bernama Kertanegara, sedangkan
Mahisa Cempaka mempunyai putra yang bernama Dyah Lembu Tal.
Tampuk pemerintahan selanjutnya dipegang oleh putranya yang bernama
Kertanegara. Kertanegara adalah raja terbesar Singasari. Pada masa pemerintahan
Kertanegara inilah Singasari tampil menjadi kerajaan yang sangat besar, luas
kekuasaannya. Kertanegara menjadi raja dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri
Kertanegara.
Kertanegara mempunyai cita-cita menyatukan seluruh Nusantara. Pada 1275,
kertanegara mengirim tentaranya ke Melayu. Pengiriman tentara ini terkenal dengan
sebutan Ekspedisi Pamalayu. Tujuannya adalah untuk menjalin persahabatan dan
meluaskan wilayah kekuasaan. Selain itu, ia menaklukan Bali, Pahang, Sunda,
Bakulapura (di Kalimantan Barat), dan Gurun (di Maluku). Kertanegara juga
menjalin hubungan dengan Raja Campa. Tujuannya adalah untuk menahan perluasan
kekuasaan Kaisar Kubilai Khan dari Mongol. Pada 1281 M, Kubilai Khan
mengirimkan lagi utusannya dengan maksud yang sama. Akan tetapi Kertanegara
tetap menolak. Sekitar 1289 M, Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-
Chi dengan maksud agar Kertanegara mau tunduk dan mengakui kebesaran kerajaan
Mongol. Namun, pemerintahan ini ditolak mentah-mentah oleh Kertanegara dan dia
memotong telinga utusan Mongol itu. Keretanegara menyadari bahwa tindakannya
sangat menghina Kubilai Khan dan akan menimbulkan pertempuran. Namun, ia
sudah mempersiapkan diri menghadapi serbuan dari Mongol.
c. Keruntuhan Singasari
Pada tahun 1292, Jayakatwang (raja kecil di Kediri) melakukan pemberontakan.
Ternyata Singasari dapat dikalahkan dan Kertanegara dapat dibunuh. Ini terjadi
karena sebagian besar pasukan dikirim untuk melakukan Ekspedisi Pamalayu.
Kertanegara dicandikan di Candi Jawi sebagai Syiwa-Budha, dan Bairawa di Candi
Singasari. Sebagian keluarga istana melarikan diri yang kelak akan mendirikan
Majapahit. Akhirnya Jayakatwang naik tahta menjadi Raja Singasari. Pada saat
penyerangan tersebut, Raden Wijaya, menantu Kertanegara dapat meloloskan diri ke
Madura dan mendapat pertolongan dari Bupati Sumenep, Arya Wiraraja.
Bertepatan dengan selesainya persiapan untuk menyerang Kediri, pasukan Kubilai
Khan datang menyerang Singasari. Mereka mengira Singasari masih di pimpin
Kertanegara yang telah menghinanya. Kesempatan ini dimanfaatkan Raden Wijaya
yang segera bergabung dengan pasukan Kubilai Khan untuk menyerang Singasari.
Tanpa diketahui Raden Wijaya menyerang pasukan Mongol. Pasukan Mongol hancur
dan sisanya pulang ke negerinya. Pada 1293 M, Raden Wijaya mendirikan kerajaan
Majapahit yang terkenal.
8. Kerajaan Majapahit
Sejarah kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang paling mengesankan. Tokoh yang
berperan merintis Majapahit adalah Raden Wijaya. Kerajaan Majapahit terletak di sekitar
Sungai Brantas dengan pusatnya di daerah Mojokerto, Jawa Timur.
Informasi mengenai kerajaan Majapahit dapat diketahu dari beberapa sumber sejarah,
yaitu :
a. Kitab Pararaton, Sutasoma, dan Negarakertagama.
b. Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijaya Krama.
c. Berita Tiongkok yang termuat dalam buku Ying-Yai Sheng-Lan.
d. Beberapa buah Prasasti, antara lain :
1) Dibuat Raden Wijaya, antara lain : Prasasti Gunung Butak, Kudadu dan
Sukamrata
2) Dibuat Jayanegara, antara lain : Prasasti Tuhanaru, Blambangan dan Blitar.
3) Dibuat Tribuwanatunggadewi, yaitu Prasasti Langgaran.
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Majapahit, antara lain :
a. Raden Wijaya (1293-1309 M)
Raden Wijaya merupakan pendiri Kerajaan Majapahit.
b. Jayanegara (1309-1328 M)
Beliau merupakan Raja yang lemah, sehingga banyak terjadi pemberontakan.
Beberapa pemberontakan yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Jayanegara,
sebagai berikut :
1) Pemberontakan Ronggolawe
2) Pemberontakan Lembu Sora
3) Pemberontakan Nambi
4) Pemberontakan Kuti pada tahun 1319, dapat diatasi berkat jasa Gajah Mada. Atas
jasanya tersebut Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1321
Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha.
c. Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M)
Raja Jayanegara tidak mempunyai putra sehingga takhta kerajaan jatuh ke tangan
Gayatri. Akan tetapi, Gayatri memilih menjadi Biksuni sehingga
Tribuwanatunggadewi putrinya ditunjuk menjadi Raja Majapahit dengan bergelar
Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Di bawah pemerintahannya terjadi
pemberontakan Saden dan Keta. Tapi semuanya dapat diatasi oleh Gajah Mada yang
telah diangkat sebagai Patih Majapahit.
Pada saat upacara pelantikan Gaja Mada sebagai Patih Majapahit tahun 1331 M,
beliau mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Inti
sumpah tersebut adalah bahwa Gajah Mada tidak akan makan Palapa (semacam
rempah-rempah), tidak akan bersenang-senang sebelum seluruh kepulauan Nusantara
bersatu di bawah kekuasaan Majapahit.
d. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai zaman keemasannya.
Cita-cita Gajah Mada yang diucapkan melalui sumpah palapa disebut pula sebagai
Wawasan Nusantara II dapat tercapai. Wilayah Majapahit hamper sama dengan
wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit disebut sebagai Negara Maritim
Nasional II. Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi tiga peristiwa penting, yaitu
peristiwa Bubad tahun 1357 M, perjalanan SuciHayam wuruk ke tempat leluhurnya
dan ucapan Crada yang diadakan untuk memperingati wafatnya Rajapadhi tahun 1362
M.
e. Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M)
Pada masa pemerintahannya terjadi perang saudara dengan Wirabhumi yang disebut
perang Paregreg. Berakhir dengan terbunuhnya Wirabhumi.
f. Dewi Suhita (1429-1447 M)
g. Bhre Tumapel (1447-1451 M)
h. Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
i. Purwawisesa (1457-1467 M)
j. Pandan Salas (1467-1478 M)
Berakhirnya pemerintahan Pandan Salas, diganti dengan pemerintahan
Girindrawardhana. Kerajaan Majapahit mulai mundur dan akhirnya runtuh disebabkan
oleh faktor-faktor, sebagai berikut :
a. Faktor Politik
Kesatuan Majapahit atas kekuatan Gajah Mada, setelah Gajah Mada meninggal
daerah yang luas tersebut tidak dapat dipertahankan.
b. Factor Ekonomi
Majapahit dulu dapat menyatukan daerah pertanian dan Bandar-bandar, tapi setelah
ada ekspedisi Tiongkok, Bandar-bandar lebih suka langsung berhubungan dengan
luar negeri. Bandar yang lebih demokratis, berusaha melepaskan diri dari Majapahit.
c. Factor Agama
Berkembangnya agama Islam menyebabkan banyak daerah di bawah kekuasaan
Majapahit yang melepaskan diri. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan
bahwa kehancuran Majapahit karena adanya serangan dari Demak.
Dalam Serat Kondo dan Babad Tanah jawi runtuhnya Majapahit ditandai dengan
Candra sangkala : Sirna Ilang Kertaning Bumi : 1400 Caka = 1478 M.

Latihan Siswa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan tentang silsilah Kerajaan Kutai!
2. Sebutkan arca-arca peninggalan Kerajaan Tarumanegara!
3. Siapa saja raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri?
4. Apakah isi dari Prasasti Talang Tuo?
5. Siapakah yang mengucapkan Sumpah Palapa?
 Peninggalan Kerajaan Hindu Budha
Peninggalan dari Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia :
1. Candi
Candi adalah bangunan kuno yang dibuat dari batu atau bata. Candi berasal dari kata
Candikagrha yang berarti kediaman candika. Candika adalah nama lain dari Dewi Durga
(Dewi Maut). Candi didirikan sebagai makan sekaligus tempat pemujaan.
Adapun candi peninggalan kerajaan Hindu-Budha, sebagai berikut :
a. Candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno, yaitu :
1) Cnadi Hindu
a) Kelompok Candi Dieng, terletak di Kabupaten Wonosobo. Dikawasan Candi
Dieng terdapat beberapa candi yang diberi nama tokoh wayang oleh penduduk
setempat, seperti Semar, Puntadewa, Bima, Arjuna, Gatutkaca, dan lain-lain.
b) Candi Sambisari, terletak di dekat Yogyakarta. Dibangun pada masa Raja
Garung.
c) Kelompok Candi Prambanan (Roro Jonggrang), terletak di perbatasan Klaten-
Yogyakarta. Di kelompok ini ada tiga candi induk, yaitu Candi Siwa, Candi
Brahma, dan Candi Wisnu.
d) Kelompok Cnadi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran.
2) Candi Budha
Candi pada agama Budha pada umumnya hanya berfungsi sebagai tempat
pemujaan bagi raja. Candi Budha pada umumnya terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :
a) Kamadatu (bagian dasar), artinya manusia masih dalam Rahim ibu.
b) Rulpadatu (bagian tengah), artinya kehidupan manusia di dunia.
c) Arupadatu (bagian atas), artinya kehidupan nirwana.
Adapun peninggalan yang termasuk Candi Budha, sebagai berikut :
a) Candi Borobudur, terletak di Kabupaten Magelang. Dibangun pada masa Raja
Samaratungga.
b) Candi Pawon (Brajanalan), terletak di Kabupaten Magelang. Dibangun oleh
Pramodyawardani.
c) Candi Mendut, terletak di Kabupaten Magelang. Di dalamnya terdapat Patung
Padmapani dan Wajrapani.
d) Candi Kalasan, terletak di Kabupaten Sleman. Dibangun oleh Raja
Panangkaran.
e) Candi Ngawen, terletak di Kabupaten Muntilan.
b. Candi peninggalan Kerajaan Medang (Dinasti Isyana)
1) Candi Sumbernanas, terletak di Blitar yang dibangun oleh Empu Sendok.
2) Candi Songgoriti, terletak di Batu Malang yang dibangun oelh Empu Sendok.
3) Candi Gunung Gangsir, terletak di Bangil yang dibangun Empu Sendok.
4) Candi Lor (Anjuk Landang), terletak di Brebek, Nganjuk yang dibangun oleh
Empu Sendok.
5) Candi Pucangan, terletak di Gunung Penanggungan. Dibangun oleh Raja
Airlangga.
6) Candi Belahan, dibangun oleh Raja Airlangga
c. Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya
1) Candi Muara Takus, terletak di Bnagkinang, Kampar, Riau
2) Candi Gunung Tua, terletak di Padangsidempuan, Tapanuli, Sumatera Utara. Di
kelompok ini ada satu candi yang bentuknya khas, yaitu Candi Biaro Barhal.
3) Candi Portibi
4) Candi Muara Jambi
d. Candi peninggalan Kerajaan Singasari
1) Candi Kidal, terletak di Malang merupakan makam Raja Anusapati
2) Candi Kagenengan, terletak di sebelah selatan Singasari merupakan makam Ken
Arok.
3) Candi Jago, terletak di Malang merupakan makam Raja Wisnu Wardhana
4) Candi Kumitir, merupakan makam Mahisa Campaka
5) Candi Singasari, terletak di Malang merupakan makam Raja Kertanegara sebagai
Bhairawa.
6) Candi Jawi, terletak di dekat Pringen merupakan makam Raja Kertanegara
sebagai Budha Syiwa.
e. Candi peninggalan Kerajaan Majapahit
1) Candi Panataran, terletak di Blitar, Jawa Timur
2) Candi Sawentar, terletak di Blitar, Jawa Timur
3) Candi Tikus, terletak di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur
4) Candi Sukuh, terletak di Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini menunjukkan
unsur Jawa asli
5) Candi Cetho, terletak di Karanganyar, Jawa Tengah
2. Stupa
Stupa adalah bangunan dari batu yang berbentuk seperti tempurung yang merupakan
ciri khas agama Budha. Stupa berfungsi untuk menyimpan peninggalan keramat Budha.
Misalnya, stupa Candi Borobudur dan stupa Candi Kalasan.
3. Relief
Relief adalah seni pahat dengan gambar timbul. Pada umumnya dipahatkan pada
dinding candi, terutama pada lorong-lorongnya dan melukiskan cerita yang diambil dari
karya-karya sastra Hindu-Budha, misalnya sebagai berikut :
a. Candi Borobudur, terdapat tiga relief cerita, yaitu :
1) Karmawibhangga, yaitu menggambarkan perbuatan manusia dan hukuman atas
perbuatan itu.
2) Latitawistara, yaitu cerita rakyat Budha Gautama dari lahir hingga mendapat
Bodhi. Relief ini terdapat pada dinding pertama.
3) Ganda Wyuha menceritakan usaha Sudhana mencari ilmu tertinggi. Relief ini
terdapat pada lorong dinding kedua.
b. Candi Prambanan (Roro Jonggrang), terdapat dua relief cerita, yaitu :
1) Ramayana terdapat pada lorong Candi Syiwa diteruskan pada lorong Candi
Brahma.
2) Kresnayana : terdapat pada lorong Candi Wisnu.
3) Candi Jago, terdapat tiga relief cerita, yaitu Kresnayana, Parthayajna, dan Kunjara
Karna.
4) Candi Penataran, terdapat dua relief cerita yaitu Ramayana dan Kresyana
5) Candi Surowono, terdapat relief cerita Arjuna Wiwaha.
4. Patung (Arca)
Patung Hindu umumnya berbentu dewa-dewi, tokoh, dan makhluk mistik. Misalnya,
patung Raja Airlangga berbentuk patung Dewa Wisnu sedang menunggang garuda, dan
Patung Ken Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamita. Adapun patung Budha, bentuknya
mewujudkan Sang Budha Gautama sendiri. Patung Budha tampil dalam berbagai posisi.
Misalnya, sikap dhyana mudra yaitu sikap tangan sedang bersemedi atau sikap wara-
mudra yaitu sikap tangan sedang memberi anugerah.
a. Patung Agama Hindu
1) Syiwa (Mahadewa, Mahaguru, Bhairawa, dan Mahakala)
2) Wisnu, Brahma, dan Durga (Mahisa Sura Mardini, Kali, dan Parwati)
3) Ganesha
4) Dwarapala
5) Linggayoni
b. Patung Agama Budha
1) Dhyani Budha, ada lima bentuk, yaitu Wairocana (dewa penguasa zenith),
Amithaba (dewa penguasa barat), Amogasidhi (dewa penguasa utara), Ratna
Sambhawa (dewa penguasa selatan), dan Aksobhnya (dewa penguasa timur).
2) Dhyani Bodhisatwa, ada tiga bentuk yaitu Awalokiteswara, Padmapani, dan
Maitreya.
3) Dewi Tara
5. Seni Sastra
Seni sastra Hindu-Budha di Indonesia dibagi menjadi : Zaman Mataram, Zaman
Kediri, Zaman Majapahit I dan Zaman Majapahit II.
6. Agama
Agama Hindu pertama kali muncul di Indonesia pada awal abad ke-5 M, dengan
berdirinya kerajaan Kutai dan tujuh buah peninggalan yang berupa Yupa. Sampai
sekarang agama Hindu masih banyak dianut oleh penduduk Bali. Agama Budha telah
masuk ke Indonesia dan berkembang pesat mulai abad ke-7 M. masuknya agama Budha
berdasarkan penemuan beberapa Arca Budha di Sempaga, Jember, dan Bukti Siguntang
di Palembang.
7. Tulisan dan Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang
seagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
8. System Penanggalan
System penanggalan yang banyak digunakan oleh raja-raja Hindu-Budha adalah
Tarikh Saka (tahun Saka) yang pertama kali digunakan oleh Raja Kanisakha. Perbedaan
waktu antara tahun Saka dengan tahun Masehi adalah 78 tahun. Misalnya, Raja Sanjaya
meninggal pada tahun 668 Saka maka, kalau dibaca dengan tahun Masehi adalah 668 +
78 = 746 Masehi.

 Perkembangan Islam di Indonesia


Agam Islam masuk ke Indonesia dari adanya sumber-sumber yang menyebutkan bahwa
agama Islam telah masuk ke Indonesia melalui para pedagang utamanya.
Selain itu, di Indonesia juga terdapat peninggalan-peninggalan kesultanan yang bercorak
Islam.
1. Proses masuknya Islam ke Indonesia
Menurut sumber terkuat adalah bahwa pada abad ke-7, pedagang-pedagang Islam
dari Asia Barat (Arab dan Persia) telah sampai ke Indonesia. Pada saat itu, kerajaan yang
terkenal di Indonesia adalah Sriwijaya, yang menurut pedagang Islam disebut dengan
Zabag atau Sribuza. Di samping itu, para pedagang dari Gujarat (India) telah menjalin
hubungan dagang dengan Malaka dan beberapa Kepulauan Indonesia. Berdasarkan
kenyataan itu, dapat diperkirakan bahwa pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia lebih
awal daripada yang di duga banyak orang. Setidak-tidaknya, orang-orang Gujarat lebih
awal menerima pengaruh Islam dan mereka membawanya ke Indonesia melalui kegiatan
perdagangan. Beberapa bukti yang dapat dipergunakan untuk memastikan masuknya
islam ke Indonesia, sebagai berikut :
a. Surat Raja Sriwijaya
Salah satu bukti kuat tentang masuknya Islam ke Indonesia dikemukakan oleh Prof.
Dr. Azyumardi Azra dalam bukunya “Jaringan Ulama Nusantara”. Dalam buku itu,
azyumardi menyebutkan bahwa islam telah masuk ke Indonesia pada masa Kerajaan
Sriwijaya.
b. Cerita Marco Polo
Pada tahun 1092, Marco Polo seorang musafir dari Venesia (Italia) singgah di Perlak
dan beberapa tempat di Aceh bagian Utara. Marco Polo seang melakukan perjalanan
dari Venesia ke negeri Tiongkok. Ia menceritakan bahwa pada abad ke-II, Islam telah
berkembang di Sumatra bagian Utara. Ia juga menceritakan bahwa Islam telah
berkembang sangat pesat di Jawa.
c. Cerita Ibnu Battutah
Pada tahun 1345, Ibnu Battutah mengunjungi Samudra Pasai. Ia menceritakan bahwa
Sultan Samudra Pasai sangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Di samping itu, ia
menceritakan bahwa Samudra Pasai merupakan kesultanan dagang yang sangat maju.
Di sana, Ibnu Battutah bertemu dengan para pedagang dari India, Tiongkok, dan para
pedagang dari Jawa.
d. Makam Sultan Malik Al Saleh
Makam Sultan Malik Al Saleh yang berangka tahun 1297 merupakan bukti bahwa
Islam telah masuk dan berkembang di daerah Aceh pada abad ke-13. Mengingat
Malik Al Saleh adalah seorang Sultan, maka dapat diperkirakan bahwa Islam telah
masuk ke daerah Aceh jauh sebelum Malik Al Saleh mendirikan Kesultanan Samudra
Pasai.
e. Makam Fatimah binti Maimun
Berdasarkan hasil penelitian sejarah telah ditemukan sebuah makam Islam di Leran,
Gresik. Pada batu nisan dari makam tersebut tertulis nama seorang wanita, yaitu
Fatimah binti Maimun dan angka tahun 1082. Artinya, dapat dipastikan bahwa pada
akhir abad ke-11 Islam telah masuk ke Indonesia. Dengan demikian, dapat diduga
bahwa Islam telah masuk dan berkembang di Indonesia sebelum tahun 1082.
2. Peranan pedagang dan ulama dalam penyebaran Islam di Indonesia
Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya Bandar-bandar perdagangan
yang turut membantu mempercepat persebaran agama Islam. Di samping itu, cara lain
yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para Mubaligh. Berikut adalah
peran para pedagang dan ulama dalam menyebarkan agama Islam.
a. Peranan Pedagang
Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah
pesisir. Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, Bandar-
bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para
pedagang. Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk
menunggu datangnya angina musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran
antar pedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat.
Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat istiadat, budaya bahkan agama.
Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui
perkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat
yang umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam
kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada
penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Bahkan kemudian berkembang
perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir. Penduduk setempat yang telah
memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesame pedagang , juga
kepada sanak familinya. Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga
akhirnya muncul sebah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk
pemerintahan Islam. Dari situlah lahir kesulitan-kesulitan Islam di Nusantara.
b. Peranan Ulama
Penyebaran Islam juga dilakukan oleh para ulama orang Indonesia. Mereka adalah
para wali yang menyiarkan Islam ke seluruh Indonesia. Pada umumnya mereka
adalah utusan dari khalifah kaum muslimin untuk menyebarkan Islam di Indonesia.
Misalnya pada tahun 1404 M, pertama kali para ulama utusan Sultan Muhamamd I
(Sultan Muhammad Jalabi/Celebi) dari kekhalifahan Turki Usmani. Para ulama
utusan Sultan itu datang ke Indonesia untuk mengajarkan Islam. Setiap periode ada
dua utusan yang tetap dan ada pula yang di ganti. Pengiriman ini dilakukan selama
lima periode. Mereka adalah :
1) Maulana Malik Ibrahim, ahli tata Negara dari Turki atau yang lebih dikenal
dengan nama Sunan Gresik.
2) Maulana Ishak (Syekh Awwalul Islam), dari Samarqand (Pakistan)
3) Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir.
4) Maulana Muhammad Al Magribi dari Maroko
5) Maulana Malik Israil dari Turki
6) Maulana Hasanuddin dari Palestina
7) Maulana Aliyuddin dari Palestina
8) Syekh Subakir dari Persia.
Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu di Pasai. Pada waktu itu
salah seorang pejabat Kerajaan Samudra Pasai antara tahun 1349-1406 M mengantar
Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak ke Jawa. Periode berikutnya, antara tahun
1421-1436 M datang tiga mubaligh ke Jawa menggantikan mubaligh yang wafat.
Mereka adalah :
1) Sayyid Ali Rahmatullah
Dia adalah putra Syekh Ibrahim (Ibrahim As Samarqandi), dari Samarqandi
ibunya adalah putri Raja Campa (Kamboja). Dia dikenal dengan nama Sunan
Ampel.
2) Sayyid Jafar Sadiq dari Palestina yang dikenal dengan nama Sunan Kudus. Nama
kudus diambil dari kata Al Quds, yaitu tanah suci umat Islam di Palestina.
3) Syarif Hidayatullah, juga dari Palestina yang dikenal dengan nama Sunan Gunung
Jati.
Mulai tahun 1463 M semakin banyak mubalig keturunan Jawa yang menggantikan
mubalig wafat atau pindah tugas. Mereka adalah :
1) Maulana Ainul Yaqin/Raden Paku (Sunan Giri)
Dia adalah putra dari Maulana Ishak dan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak
Sembuyu, Raja Blambangan
2) Raden Mas Said (Sunan Kalijaga)
Putra Adipati Wilwatikta, Bupati Tuban
3) Umar Syahid (Sunan Muria)
Dia adalah putra dari Sunan Kalijaga
4) Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)
Dia adalah putra Sunan Ampel
5) Raden Qasim (Sunan Drajad)
Putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putra Prabu Kertabumi, Raja
Majapahit.
Namun demikian, orang jawa lebih akrab dengan Sembilan orang yang giat
menyebarkan Islam di jawa. Sembilan orang itu dikenal dengan nama Wali Sanga.
Adapun yang termasuk Wali Sanga adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan
Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus, Sunana
Drajad, dan Sunan Giri. Metode penyebaran Islam mereka adalah memadukan Islam
dengan kebudayaan setempat, tetapi tetap harus berlandasan pada aqidah (keyakinan)
Islam. Misalnya orang-orang Jawa sangat suka dengan Kesenian, oleh karena itu para
wali juga memadukan Unsur seni dalam dakwahnya.
Contohnya adalah menciptakan lagu jawa yang liriknya berisi tentang nasihat dan
pesan-pesan keislaman seperti Gending Pangkur, yang diciptakan oleh Sunan Drajad,
Gending Durma diciptakan oleh Sunan Bonang, Sunan Giri menciptakan Gending
Asmaradana dan Pocung, dang ending anak-anak seperti Ilir-Ilir, Jamuran, dan
Cublak-Cublak Suweng. Sunan Kudus menciptakan Gending Mas Kumambang dan
Mijil. Sunan Muria menciptakan Gending Sinom dan Kinanthi. Sedangkan Sunan
Kalijaga sangat terkenal dengan kesenian wayangnya yang digunakan sebagai sarana
dalam berdakwah.
Selain Wali Sanga, ada juga nama-nama ulama lain yang menyebarkan agama Islam
di daerah-daerah tertentu, sebagai berikut :
1) Dato ri Bnadang, Dato ri Tiro, dan Dato Sulaeman yang dianggap sebagai
pembawa dan penyebar agama Islam di Sulawesi.
2) Dato ri Bandang dan Tuan Tunggang di Parangan yang dianggap sebagai
pembawa dan penyebar agama Islam di Kutai, Kalimantan timur.
3) Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang yang menyebarkan agama Islam di
Demak. Hanya saja, ajaran Syekh Siti Jenar telah menyimpang dari ajaran Islam
sehingga dia dianggap menyebarkan ajaran sesat. Ajaran itu adalah pantheistic
atau menyatunya Tuhan ke dalam Jiwa manusia.
4) Sunan Geseng yang menyebarkan agama Islam di daerah Magelang
5) Syekh Burhanuddin yang menyebarkan agama Islam di daerah Ulakan,
Minangkabau.
6) Sunan Tembayat yang menyebarkan agama Islam di daerah Bayat, Klaten.
7) Syekh Abdul Muhyi yang menyebarkan agama Islam di daerah Pamijahan,
Tasikmalaya.
8) Sunan Panggung yang menyebarkan agama Islam di daerah Tegal
9) Syekh Abdurrauf As Sinkeli yang menyebarkan agama Islam di daerah Singkel,
Aceh
10) Syekh Yusuf yang menyebarkan agama Islam di Banten
11) Sunana Prapen yang menyebarkan agama Islam di Lombok
12) Sayid Muhammad Alaydrus dan Sayid Ali bin Abubakar Al Hamid yang
menyebarkan agama Islam di Klungkung, Bali
13) Syekh Ismail yang menyebarkan agama Islam di pedalaman Sumatra
Islam juga mudah diterima oleh masyarakat karena memiliki karakteristik yang khas.
Hal-hal yang membuat Islam mudah diterima adalah sebagai berikut :
1) Syarat masuk islam sangat mudah. Seseorang dianggap telah masuk Islam kalau
ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat
2) Islam mudah dipelajari, dipahami dan diterapkan
3) Tata cara ibadahnya mudah, simpel, dan tidak memerlukan banyak ritual yang
menghabiskan biaya.
4) Agama Islam sesuai dengan fitnah manusia, artinya memahami potensi-potensi
naluriah dan biologis manusia, serta mengakui kelebihan dan kelemahan manusia.
5) Dalam Islam tidak dikenal kasta.
6) Islam disebarkan dengan cara yang damai.
7) Ajaran Islam memuaskan akal dan menentramkan hati.
Pada abad ke-15 Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran dan runtuh pada
tahun 1478. Runtuhnya Majapahit ini sangat memberi peluang terhadap tumbuh dan
berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai
kerajaan Islam pertama di Jawa. Berkembangnya Kerajaan Demak sebagai kerajaan
Islam kemudian disusul berdirinya kerajaan Banten dan kerajaan Cirebon.
3. Saluran Islamisasi di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa saluran-saluran atau jalur, sebagai
berikut:
a. Pendidikan
Penyebaran agama dan kebudayaan melalui pendidikan ini biasanya berbentuk
pondok atau pesantren.
b. Perkawinan
Penyebaran agama dan kebudayaan melalui perkawinan lebih cepat dan efektif.
Contoh : perkawinan putri kerajaan Campa dengan raja Majapahit Brawijaya,
perkawinan Maulana Ishak dengan putri Raja Blambangan yang kemudian
melahirkan Sunan Giri.
c. Perdagangan
Melalui kegiatan perdagangan, seorang pedagang pantai yang telah beragama
Islam memeprkenalkan agamanya kepada pedagang dari pedalaman yang belum
memeluk Islam.
d. Saluran Seni dan Budaya
Seni budaya seperti wayang kulit, tradisi sekaten, dan seni sastra dapat menjadi
saluran Islamisasi yang efektif. Wali Sanga yang sering menggunakan wayang
dalam berdakwah adalah Sunan Kalijaga. Contoh : pembuatan lirik-lirik Islam ke
dalam lagu-lagu masyarakat Jawa pada waktu itu.

Latihan Siswa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan tentang cerita Marco Polo berkaitan dengan masuknya Islam di Indonesia!
2. Siapakah Ayyid Ali Rahmatullah?
3. Siapakah putra Sunan Kalijaga yang juga menjadi Wali Sanga?
4. Apa saja hal-hal yang membuat Islam mudah diterima di Indonesia?
5. Jelaskan tentang pendidikan sebagai saluran penyebaran Islam di Indonesia!
 Kesultanan Islam di Indonesia
Kesultanan yang bercorak Islam, sebagai berikut :
1. Kesultanan Perlak (840 M)
Sebagian para ahli berpendapat bahwa Perlak hanyalah sebuah kota dagang yang
penduduknya beragama Islam. Tapi sebenarnya Perlak adalah sebuah kesultanan Islam
yang berdiri sebelum Kesultanan Samudra Pasai.
Dasar yang digunakan untuk menyebutkan bahwa Perlak sebagai kesultanan Islam
yang pertama adalah adanya naskah-naskah tua berbahasa Melayu, antara lain :
a. Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah Wal Fasi
Naskah ini karangan Abu Ishak Makarani Al Fasy, antara lain disebutkan secara tegas
bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada tanggal 1 Muharram 225 H atau tahun 840 M,
dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah
yang semula bernama Saiyid Abdul Aziz.
b. Kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan As Salathin, karangan Syekh Syamsul Bahri
Abdullah As Asyl, yang menyebutkan berdirinya Kesultanan Perlak pada
tahun 227 H.
c. Catatan Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin, kitab ini berisi silsilah raja-raja
Perlak
2. Kesultanan Samudra Pasain (1285 M)
Kesultanan Samudra Pasai terletak di Pesisir Timur Aceh. Letak kerajaan ini sangat
strategis karena dekat dengan Selat Malaka. Selat Malaka adalah jalur pelayaran
perdagangan Internasional.
Semula Kesultanan Samudra Pasai merupakan dua kerajaan yang terpisah. Pada
tahun 1285, Marah Silu (Raja Samudra) berhasil menyatukan kErajaan Samudra dengan
Kerajaan Pasai. Marah Silu kemudian memeluk agama Islam dan bergelar Sultan Malik
Al-Saleh. Kesultanan Samudra Pasai meluaskan wilayah hingga ke Perlak dan Lamuri.
Samudra Pasai berkembang pesat dan menjadi perdagangan yang ramai dikunjungi oleh
pedagang-pedagang dari arab, Gujarat, Pegu, Syiam, Kedah, dan Jawa. Barang yang
diperdagangkan di Samudra Pasai beraneka ragam, seperti lada, emas, kapur barus, dan
kain sutra.
Sultan-sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Samudra Pasai, antara lain :
a. Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297 M)
Ia merupakan raja pertama dan sekaligus sebagai pendiri kerajaan. Sebelum menjadi
raja, ia bernama Marah Silu atau Merah Selu. Sultan Malik Al-Saleh menikah dengan
Ganggang Sari, Putri Raja Perlak (Sultan Makhdum Malik Ibrahim Syah Johan
Berdaulat).
b. Sultan Muhammad Malik At Tahir (1297-1326 M)
c. Sultan Ahmad Parumadal Parumal Malik As Zahir (1326-1348 M)
d. Sultan Zainal Abidin Bahrain Syah
e. Sultan Abdullah
Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Perumadal Perumal Malik As ZZahir,
Samudra Pasai dikunjungi Ibnu Battutah. Ia adalaha ulama terkenal dari Maroko yang
sedang mengemban tugas dari Sultan Delhi, India, untuk berkunjung ke Tiongkok. Dalam
kesempatan lain, Kaisar Tiongkok mengirim Laksamana Cheng Hoo berkunjung ke
Samudra Pasai. Cheng Hoo adalah seorang laksamana bangsa Tiongkok yang telah
menganut agama Islam. Setelah Sultan Ahmad Wafat, Kesultanan Samudra Pasai
mengalami kemunduran.
3. Kesultanan Malaka (1296 M)\
Hubungan perdagangan antara Samudra Pasai dan Malaka telah membawa pengaruh
yang besar terutama budaya Islam di Malaka. Lambat laun Malaka menjadi Bandar Islam
yang ramai dan terpenting di Asia Tenggara. Dalam perkembangannya, Malaka berubah
menjadi Kesultanan.
Kesultanan Malaka didirikan oleh Parameswara. Ia adalah keturunan bangsawan
Majapahit. Setelah dinobatkan sebagai raja, Parameswara kemudian bergelar Sultan
Iskandar Syah. Ia memerintah pada tahun 1296-1414 M. di bawah pemerintahannya,
Malaka mencapai masa kejayaan. Malaka kemudian menjadi pusat perdagangan dan
perkembangan islam di Asia Tenggara.
Pengganti Sultan Iskandar Syah berturut-turut adalah sebagai berikut :
a. Sultan Muhammad Syah
b. Sultan mudhafar Syah
c. Sultan Mansyur Syah
Daerah-daerah kekuasaan Malaka meliputi seluruh Semenanjung Malaka, Sumatera
Tengah, Siak, Indra Giri, daerah sekitar Kampar, dan Kepulauan Riau. Seiring dengan
kedatangan Bnagsa Barat di Indonesia, pada tahun 1511 M. malaka diserang dan
diduduki oleh Protugis. Penyerangan Protugis ini dipimping oleh Alfonso de
Albuquerque. Akhirnya, Malaka dapat dikuasai protugis.
4. Kesultanan Aceh (1514 M)
Aceh semula merupakan kerajaan kecil dibawah kekuasaan kerajaan Pedir. Pada
tahun 1514, Sultan Ali Mughayat Syah (sultan Ibrahim) berhasil melepaskan Aceh dari
kekuasaan Pedir. Sejak Protugis berkuasa di Malaka, diterapkan system Monopoli yang
sangat merugikan pedagang. Para pedagang yang datang dari Arab, Persia dan Gujarat
kemudian mencari tempat persinggahan baru untuk berdagang. Tempat persinggahan
baru itu ialah pelabuhan Aceh yang sedang tumbuh. Dari Aceh para pedagang dapat
melanjutkan pelayaran dengan menyusuri pantai Barat Pulau Sumatra, ke Barus,
Pariaman, Bengkulu, kemudian ke Selat Sunda.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, kesultanan Aceh mencapai masa
kejayaan. Wilayah kekuasaannya bertambah luas, kehidupan beragaman mengalami
perkembangan pesat. Armada dagang Aceh berlayar hingga ke Luat Merah. Barang yang
diperdagangkan beraneka ragam diantaranya Lada, emas, kapur barus dan kain. Aceh
menjalin hubungan dengan kekhalifahan Turki di Timur Tengah. Turki banyak
membantu Aceh dalam bidang persenjataan modern. Di lingkungan istana tinggal
seorang ulama besar bernama Hamzah Fansuri. Beliau banyak menulis buku-buku
tentang agama Islam.
Pada masa Pemrintahan Sultan Iskandar Tani (1637-1642), buku-buku karya Hamzah
Fansuri dibakar. Ajarannya dianggap sesat dan dilarang. Nuruddin Ar-Raniri, yang
berasal dari India (Gujarat) diangkat menjadi ulama. Setelah Sultan Iskandar Thai wafat
(1641), kerajaan Aceh mengalami kemunduran.
5. Kesultanan Demak (1500 M)
Kesultanan Demak merupakan kesultanan Islam pertama di Jawa. Pendiri kesultanan
Demak adalah Raden Patah seorang putra Raja Majapahit, Prabu Kertabumi (Brawijaya).
Faktor yang mendorong tumbuhnya Kesultanan Demak, sebagai berikut :
a. Letaknya strategis di pesisir utara Pulau Jawa
b. Adanya hubungan dagang antara Jawa dan Maluku
c. Runtuhnya Kerajaan Majapahit
d. Adanya peranan Wali Sanga
e. Hasil pertanian terutama beras di daerah pedalaman sangat melimpah.
f. Didukung oleh kota-kota di pantai utara Jawa yang sudah lepas dari ikatan Majapahit.
g. Jatuhnya Malaka ke tangan Protugis
Sultan-sultan yang pernah memerintah di kesultanan Demak, sebagai berikut :
a. Raden Patah (1500-1518 M)
Sebagai pendiri Kesultanan Demak, Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar Al
Falah. Raden Patah berhasil menjadikan Demak, sebagai pusat penyebaran agama
Islamdi Pulau Jawa. Dala menyebarkan agama Islam, ia dibantu Wali Sanga.
b. Pati Unus (1518-1521 M)
Sebelum menjadi Sultan Demak, Pati Unus giat membantu ayahnya (Raden Patah)
memperluas wilayah dan mempertahankan wibawa Demak sebagai Kerajaan Islam.
Buktinya pada tahun 1513, ia menyerang markas Portugis di Malaka. Serangan ini
mengalami kegagalan. Pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan mendapat julukan
“Pangeran Sabrang Lor”.
c. Sultan Trenggana (1521-1546 M)
Sultan Trenggana adalah Raja Demak yang terbesar. Pada zamannya datanglah
Fatahillah (Faletehan) dari Pasai. Ia dinikahi dengan adik Trenggana dan berjasa
besar dalam membantu perkembangan Demak, misalnya dalam menaklukan Banten,
Cirebon dan Panarukan. Pada tanggal 22 Juni 1527, Fatahillah berhasil merebut
Sunda Kelapa dari tangan Protugis. Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa
menjadi Jayakarta. Setelah Sultan Trenggana wafat (1546), Kesultanan Demak
mengalami kemunduran.
6. Kesultanan Pajang (1568 M)
Kesultanan Pajang muncul di tengah perang saudara memperebutkan takhta
Kesultanan Demak. Setelah Sultan Prawata meninggal, Jaka tingkir (Adipati Pajang)
mengangkat diri menjadi Sultan pewaris Demak. Jaka Tingkir juga dikenal sebagai Mas
karebet atau Panji Mas. Pada tahun 1568, Hadiwijaya naik Takhta menjadi Sultan Pajang.
Istananya terletak di daerah Boyolali, Jawa Tengah. Pusaka kerajaan Majapahit yang
tersimpan di Demak dipindahkan ke Istana Pajang. Hal ini menandakan bahwa pusat
kerajaan pindah dari Demak yang dekat dengan pantai ke pedalaman yang agraris.
Sultan Hadiwijaya menyerang Arya Penangsang di Jipang. Dalam penyerangan
tersebut turut serta Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram) dan Danang Sutawijaya
(putra Pemanahan). Dalam sebuah pertempuran, Sutawijaya berhasil membunuh Arya
Penangsang. Dengan wafatnya Arya Penangsang, Pajang menjadi kerajaan paling kuat
dan mewarisi kekuasaan Demak, sedangkan Kesultanan Demak semakin merosot. Arya
Pangiri (menantu Sultan), diangkat sebagai Bupati di Demak. Daerah-daerah yang
memberikan pengakuan atas kekuasaan Pajang antara lain Demak, Pati, Tuban, Surabaya,
Madiun, Blitar, Pemalang, Krapyak, dan Kedu Selatan.
Ki Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram) diangkat menjadi Bupati Mataram.
Sutawijaya (Raden Bagus atau Raden Ngabel Loring Pasar) diangkat sebagai anak
angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Ia dibesarkan di dalam istana bersama Pangeran Benawa
(Putra Mahkota). Pada tahun 1575, Ki Ageng Pemanahan meninggal dan dimakamkan di
Pasar Gede. Sultan Hadiwijaya memilih Sutawijaya menggantikan Ki Ageng Pemanahan
menjadi Penguasa Mataram.
Pada tahun 1582, Sultan Hadiwijaya wafat. Kerabat Keraton Demak, khusunya trah
Trenggana, mengangkat Pangeran Arya Pangiri sebagai Sultan Pajang. Namun, usaha ini
ditentang oleh Rakyat Pajang. Pangeran Benawa (pewaris tahta) minta bantuan kepada
Sutawijaya untuk mengusir Arya Pangiri. Pangeran Benawa merasa tidak mampu
memegang tampuk pemerintahan Kesultanan Pajang. Oleh karena itu, mahkota kerajaan
diserahkan kepada Sutawijaya. Dengan demikian, tamatlah riwayat Kesultanan Pajang
(tahun 1586) dan selanjutnya muncullah Kesultanan Mataram.
7. Kesultanan Mataram (1586 M)
Pendiri Kesultanan Mataram adalah Sutawijaya. Wilayah Mataram adalah hadiah dari
Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pemanahan. Setelah menjadi raja, Sutawijaya
bergelar penembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama.
Sultan-sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Mataram Islam, sebagai berikut :
a. Sutawijaya (1586-1601 M)
Sutawijaya adalah pendiri Kerajaan Mataram Islam dan bergelar Penembahan
Senopati. Masa pemerintahannya selalu dipenuhi dengan pemberontakan.
Pemberontakan itu antara lain datang dari Surabaya, Madiun, Ponorogo, Pati dan
Demak. Semua pemberontakan berhasil dipadamkan. Penembahan Senopati wafat
pada tahun 1601.
b. Mas Jolang (1601-1613 M)
Pada masa pemerintahan Mas Jolang banyak terjadi pemberontakan. Banyak wilayah
bawahan yang melepaskan diri. Ketika Mas Jolang pulang dari Medan peperangan di
jawa Timur, ia meninggal di Desa Krapyak sehingga terkenal dengan nama
Panembahan Sedo Krapyak. Setelah Sultan Agung wafat (1645). Kerajaan Mataram
mengalami kemunduran.
c. Sultan Agung (1613-1645 M)
Tahun 1613 Mas Jolang wafat, penggantinya adalah Adipati Martapura. Sayangnya ia
sakit-sakitan. Akhirnya diputuskan Kerajaan Mataram dikendalikan oleh saudaranya
yang bernama Mas Rangsang atau Sultan agung Hanyokrokusumo. Sultan Agung
merupakan raja terbesar di kerajaan Mataram. Ia berambisi untuk menguasai wilayah
Jawa. Tahun 1628 dan 1629 berusaha merebut Batavian dari Belanda, namun gagal.
d. Amangkurat I (1645-1677 M)
Pada masa pemerintahannya muncul pemberontakan Trunojoyo.
e. Amangkurat II (1677-1707 M)
f. Amangkurat III (1703-1708 M)
g. Pangeran Puger (1708-1719 M)
h. Amangkurat IV (1719-1727 M)
8. Kesultanan Cirebon (1526 M)
Menurut Babad Negarakertabumi, Cirebon berasal dari kata Caruban yang berarti
campuran. Karena pada abad ke-15 M Cirebon dihuni oleh para pedagang Islam yang
berdarah campuran.
Semula Cirebon berada dibawah kekuasaan Kerajaan Pejajaran. Pada tahun 1526
Fatahillah (Faletehan) menguasai Cirebon dan menjadi Sultan pertama Cirebon. Berkat
kecakapan Fatahillah, Cirebon berkembang menjadi kesultanan besar. Berawal dari
kesultanan Cirebon tersebut, Fatahillah mengembangkan agama Islam di Jawa Barat.
Pada saat Fatahillah melanjutkan penduduknya di Banten dan Sunda Kelapa, Kesultanan
Cirebon diserahkan kepada putranya yang kedua, Pangeran Pasarehan. Fatahillah ingin
memusatkan perhatiannya pada bidang agama.
Sultan-sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Cirebon, sebagai berikut :
a. Fatahillah (Faletehan atau Sunan Gunung Jati)
b. Pangeran Pasarehan
c. Dipati Swargo
d. Panembahan Ratu
e. Dipati Made Gayam
f. Pangeran Giriloyo
Setelah Pangeran Giriloyo wafat pada tahun 1662. Kesultanan Cirebon pecah menjadi
dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
9. Kesultanan Banten (1527 M)
Pada awalnya, Banten merupakan bagian dari Kerajaan Pejajaran, kemudian pada
tahun 1527 direbut oleh Pasukan Demak pimpinan Fatahillah. Sejak saat itu Banten,
Sunda Kelapa, dan Cirebon dikuasai oleh Fatahillah. Kemudian Banten tumbuh menjadi
kota dagang dan kaya dengan lada. Ketika di Demak terjadi kemelut politik karena
perebutan kekuasaan setelah Sultan Trenggana wafat, maka Banten melepaskan diri dari
kekuasaan Demak dan menjadi kesultanan Islam sendiri.
Kesultanan Banten juga didirikan oleh Fatahillah pada tahun 1526. Sultan-Sultan
Banten setelah Fatahillah, sebagai berikut :
a. Hasanuddin (1552-1570 M)
Dibawah pemerintahan Hasanuddin, Banten berkembang menjadi kota dagang yang
ramai. Banten banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari luar dan para pedagang
tersebut banyak mendirikan perkampungan. Hasanuddin berhasil meluaskan
wilayahnya sampai ke Lmapung sehingga dapat menguasai daerah lada.
b. Penembahan Yusuf (1570-1580 M)
Ia berhasil menundukkan Kerajaan Pejajaran
c. Maulana Muhammad (1580-1596 M)
d. Abdul Mufakir (1586-1640 M)
e. Abu Maali Ahmad Rahmatullah (1640-1651 M)
f. Abdullah Fatah (1651-1682 M)
Ia bergelar Sultan Ageng tirtoyoso. Dibawah pemerintahannya, Banten mencapai
puncak kejayaan.
g. Abdul Kahar
Pada masa pemerintahan Abdul Kahar (Sultan Haji), kerajaan Banten perlahan-lahan
mengalami kemunduran.
Kemunduran Kesultanan Banten disebabkan factor-faktor berikut ini :
a. Perang saudara dan perebutan kekuasaan
b. Sultan Haji bersahabat dengan VOC (Belanda). Sejak saat itu Banten berada di bawah
pengaruh VOC.
10. Kesultanan Banjar (abad ke-16 M)
Pada awal abad ke-16 M, di Kalimantan Selatan terdapat tiga kerajaan, yaitu
Nagaradipa, Nagara Daha, dan Banjar. Raja Bnajar yang bernama Raden Samudra
mengirimkan seorang pembesar, Baliturang ke Demak untuk minta bantuan militer
karena kerajaan Banjar sedang menghadapi serangan Kerajaan Negara Daha. Ia
dinobatkan oleh Sunan Kudus menjadi Sultan Banjar yang pertama dengan gelar Sultan
Suryanullahatau Sultan Suryansyah.
11. Kesultanan Makassar (abad ke-16 M)
Pada abad ke-16 M, di Sulawesi Selatan berdiri beberapa kerajaan, di antaranya
Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Sopeng, dan Lawu. Kerajaan Gowa bergabung dengan Tallo
menjadi Kesultanan Makassar. Kemudian Kerajaan Bone, Wajo, dan Sopeng bergabung
menjadi satu disebut Tellum Pottjoe.
Dalam perkembangan berikutnya yang paling menonjol ialah Kerajaan Makassar
dengan ibu kotanya Sumbaopu. Bersatunya dua kerajaan (Gowa dan Tallo), terjadi ketika
Kerajaan Gowa diperintah oleh Tumaparisi Kallona dan Kerajaan Tallo diperintah
Karaeng Matoaya. Tokoh pemersatunya adalah Tuni Pasuruk.
Sultan-Sultan yang pernah memerintah Makassar, sebagai berikut :
a. Sultan Alauddin Awwalul – Islam (1591-1638 M)
Ia adalah mantan Raja Gowa, yang semula bernama Daeng Manrabia. Raja ini
mengangkat Karaeng Matoaya (mantan Raja Tallo) sebagai Mnagkubumi dengan
gelar Sultan Abdullah. Pada masa pemerintahannya diciptakan undang-undang dan
hukum perdagangan yang disebut “Ade Allopiloping Bacanna Pabalue”. Undang-
undang ini dimuat dalam buku “Lontara Amanna Gappa”.
b. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)
Pada masa pemerintahannya, agama Islam berkembang semakin pesat terutama
setelah pedagang Malaka beralih ke daerah Makassar.
c. Sultan Hasanuddin (1653-1669)
Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai puncak kejayaan.
Wilayah meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Kalimantan Timur, dan sebagian Nusa Tenggara. Bahkan kerajaan Bone pun ingin
mereka taklukkan. Tetapi usaha tersebut gagal, karena Raja Bone Aru Palaka minta
bantuan kepada Belanda. Akibatnya Makassar kalah dan pada tahun 1667 dipaksa
menandatangani perjanjian Bongaya.
Isi perjanjian Bongaya sebagai berikut :
1) VOC memperoleh hak monopoli dagang di Makassar
2) Belanda mendirikan Benteng di pusat Kesultanan Makassar yang bernama
Benteng Rotterdam.
3) Makassar melepas Bone dan pulau di luar wilayah Makassar.
4) Aru Palaka diakui sebagai Raja bone.
Karena kegigihannya melawan Belanda, Sultan hasanuddin mendapat julukan “Ayam
Jantan dari Timur” (de haan van de Oosten).
d. Sultan Mapasombha
Ia adalah putra Sultan Hasanuddin. Pada tahun 1660, Aru Palaka seorang bangsawan
Bugis di Soppeng tidak mau tunduk kepada Kerajaan Makassar.
12. Kesultanan Ternate dan Tidore (abad ke-13 M)
Pelayaran dan perdagangan di Maluku menjadi maju karena pelabuhan Ternate dan
Tidore ramai disinggahi para pedagang dari dalam dan luar negeri seperti dari Jawa,
Malaka, Tiongkok, Arab, Persia dan Turki. Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13 M,
dengan ibu kotanya di Sampalu.
Sultan-sultan yang pernah memerintah Ternate, sebagai berikut :
a. Malomatiya (1350-1357 M)
b. Sultan Marhun atau Gapi Baguno (1465-1485 M)
c. Sultan Zainal Abidin (1485-1500 M)
d. Sultan Sirullah atau Boleife (1500-1522 M)
e. Sultan Tabariji (1522-1535 M)
f. Sultan Hairun (1535-1570 M)
g. Sultan Baabullah (1570-1583 M)
h. Sultan Saiduddin Barakat (1583-1606 M)
Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Cirililitati. Ia mendapat bimbingan
ulama dari Arab yang bernama Syekh Mansyur. Kemudian ia bergelar Sultan
Jamaluddin. Kejayaan kerajaan Tidore tercapai pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Ia
berhasil mempersatukan Tidore dan Ternate untuk bersama-sama melawan Belanda.
Dalam persaingan antara Ternate dan Tidore masing-masing membentuk
persekutuan, sebagai berikut :
a. Kerajaan Ternate membentuk persekutuan Uli Lima yang terdiri atas lima daerah,
yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon.
b. Kerajaan Tidore membentuk persekutuan Uli Siwa yang terdiri atas Sembilan daerah,
yaitu Tidore, Jailolo, Halmahera, Makyan, Soasiu, serta pulau-pulau sekitarnya
sampai Irian.

Latihan Siswa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan tentang Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah Wal Fasi!
2. Bagaimanakah kesultanan Aceh di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda?
3. Sebutkan factor yang mendorong tumbuhnya Kesultanan Demak!
4. Jelaskan tentang Pati Unus!
5. Sebutkan Sultan-Sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Cirebon!

 Peninggalan Sejarah Bercorak Islam di Indonesia


Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam di Indonesia , sebagai berikut :
1. Masjid
Peninggalan masjid bersejarah di Indonesia memiliki keunikan. Hal tersebut karena
bangunan masjid di Indonesia merupakan perpaduan antara berbagai kebudayaan yang
pernah berkembang di Indonesia. Misalnya, perpaduan antara seni bangunan Hindu dan
seni bangunan Islam, seperti Masjid Kudus, Masjid Demak, Masjid Ternate, Masjid
Penyengat, dan Masjid Agung Cirebon. Perpaduan antara seni bangunan Islam dan seni
bangunan Eropa, seperti Masjid Agung Bnaten dan Masjid Sumenep. Perpaduan antara
seni bangunan Islam dan seni bangunan India-Moghul, contohnya Masjid Baiturrahman.

Anda mungkin juga menyukai