Anda di halaman 1dari 24

Pengertian Zaman Praaksara

Zaman Praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara berasal dari dua
kata, yaitu pra yang artinya “sebelum” dan aksara yang berarti “tulisan”. Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti
“tanpa” dan leka berarti “tulisan”. Batas antara Zaman Praaksara dengan Zaman Sejarah adalah mulai adanya
tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan,
sedangkan Sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.

Berakhirnya Zaman Praaksara atau dimulainya Zaman Sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama
tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir + tahun 4000 SM masyarakatnya
sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir sudah memasuki Zaman Sejarah.
Kurun Waktu Masa Praaksara
Bumi merupakan planet tempat tinggal manusia dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Usia bumi
diperkirakan sekitar 4.500 juta tahun. Perkembangan bumi dapat diketahui melalui ilmu geologi, yakni ilmu tentang
komposisi, struktur dan sejarah bumi. Berdasarkan ilmu geologi, bumi terbagi dalam empat zaman, yaitu:

 Arkeozoikum adalah zaman tertua dalam sejarah perkembangan bumi beserta segala hal yang hidup di bumi,
berumur kira-kira 545-4.500 juta tahu lalu. Pada masa itu, keadaan bumi belum stabil, kulit bumi masih tahap
pembentukan, dan udara masih sangat panas sehingga belum tampak tanda-tanda kehidupan. Setelah itu, terjadi
penurunan suhu yang memungkinkan munculnya suatu kehidupan. Hal itu terjadi pada akhir Arkeozoikum.
 Paleozoikum merupakan kelanjutan dari Arkeozoikum dan diperkirakan berumur sekitar 245-545 juta tahun yang
lalu. Pada masa Paleozoikum, bumi lambat laun menjadi dingin dan tanda-tanda kehidupan semakin jelas, yakni
dengan munculnya makshluk bersel satu seperti bakteri. Pada masa itu, telah muncul pula sejumlah makhluk
hidup sejenis ikan maupun binatang amfibi, walaupun dalam jumlah sedikit. Paleozoikum disebut juga sebagai
zaman primer (zaman pertama). Mesozoikum disebut pula dengan zaman sekunder (zaman kedua) atau zaman
reptil dan berumur kira-kira 65-245 juta tahun yang lalu. Mesozoikum merupakan masa pertumbuhan kedua
dalam tingkat kehidupan makhluk hidup. Pada masa itu muncul reptil raksasa yang dikenal dinosaurus yang
panjangnya mencapai 12 meter dan Atlantosaurus dengan panjang 30 meter. Pada zaman itupun sudah muncul
binatang jenis burung dan binatang menyusui dalam tingkat yang masih rendah.
 Mesozoikum zaman ini juga disebut dengan zaman primer (zaman pertama). Namun disisi lain mesozoikum juga
disebut dengan zaman sekunder (zaman kedua) atau zaman reptil. Adapun para ilmuan telah memperkirakan
bahwa zaman ini terjadi sekitar 65-245 juta tahun yang lalu.Selain itu mesozoikum juga merupakan masa
pertumbuhan kedua dalam tingkat kehidupan makhluk hidup di bumi. Kemudian pada masa itu juga muncul
banyak sekali binatang reptil besar seperti Dinosaurus yang panjangnya bisa mencapai 12 meter dan juga
Atlantosaurus dengan panjangnya yang mencapai 30 meter. Selain itu juga muncul banyak sekali binatang burung
dan binatang menyusui dalam tingkat yang masih rendah.
 Neozoikum pada masa ini para ilmuan telah memperkirakan bahwa zaman tersebut terjadi sekitar 65 juta tahun
yang lalu. Kemudian pada zaman itu keadaan bumi sudah mulai stabil dan banyak sekali makhluk hidup yang
beragam muncul di bumi. Adapun Neozoikum itu sendiri dbagi menjadi dua, yaitu zaman tersier (zaman ketiga)
dan juga zaman kuarter (zaman keempat). Pada zaman tersier ini beberapa jenis binatang yang memiliki ukuran
besar sudan mulai berkurang dan mulai digantikan oleh jenis binatang yang menyusui seperti kera dan monyet.
Sedangkan pada zaman kuarter ini mulai muncul tanda-tanda kehidupan dari manusia purba. Adapun untuk
zaman kuarter itu sendiri masih terbagi menjadi dua masa, yaitu Pleistosen dan masa Halosen. Pleistosen juga
lebih dikenal dengan masa awal kehidupan manusia purba. Kemudian selain banyak yang menyebutkan sebagai
Diluvium, zaman Pleistosen juga disebut dengan zaman es atau galsial.
Pada zaman es ini ditandai dengan banyak nya air yang berubah menjadi es, kemudian permukaan laut juga
menurun sekitar 100 sampai 150 meter, dan juga lautan yang dangkal berubah menjadi daratan. Adapun masa
glasial di Indonesia telah terbentuk menjadi paparan Sunda. Pada waktu itu, pulau Sumatra, Kalimantan, serta
Malaka menjadi satu dan beberapa pulau di Indonesia Timur, Papua dan Australia merupakan satu daratan. Karena
hal itulah sampai sekarang ini dapat kita lihat dari jenis hewan dan tumbuhan yang sama terdapat di pulau
Sumatera, Kalimantan, Malaka dan daratan Asia. Kemudian selain paparan Sunda juga terbentuklah paparan Suhu.
Zaman Batu
Zaman batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat
dari batu (karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan lain juga
digunakan, tetapi batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan
senjata. Istilah ini berasal sistem tiga zaman. Zaman Batu sekarang dipilah lagi menjadi masa
Paleolitikum, Mesolitikum,Megalitikum dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi
lebih jauh.

1. Zaman Batu Tua (Palaeolitikum)


Zaman batu tua berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman batu tua ini
alat alat banyak dibuat dari batu kasar yang tidak diasah dan dihaluskan. Alat alat dari batu kasar
pada zaman batu tua ini antara lain chopper atau kapak genggam. Disebut kapak genggam
karena cara penggunaan kapak itu adalah dengan digenggam langsung tanpa benda lain sebagai
pegangannya.
2. Zaman Batu Tengah (Mesoitikum)
Pada zaman batu tengah ini, bentuk benda benda atau alat alat masih sama dengan
zaman batu tua, yaitu berbentuk kasar, tidak diasah dan tidak dihaluskan. Alat alat yang
dihasilkan pada zaman ini, antara lain peble (kapak genggam) sejenis chopper pada masa
Palaeotikum dan hacle courte (kapak pendek). Pebble dibuat dari batu kali yang dipecah dan
dibelah sisi luarnya. Adapun kapak pendek berbentuk setengah lingkaran
Pada zaman batu tengah ini, tempat tinggal masyarakat sudah mulai menetap atau tidak
berpindah-pindah. Mereka tinggal di gua-gua, bahkan ada juga masyarakat yang sudah mampu
membuat rumah meskipun masih sederhana dengan atap dan dinding saja. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari, mereka sudah mulai bercocok tanam, seperti umbi-umbian.
3. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Pada zaman batu muda ini alat alat dibuat dari batu yang sudah diasah atau dihaluskan.
Selain itu, pembuatan alat alat ini sudah mulai memperhatikan nilai seninya. Alat alat dari batu
pada zaman batu muda ini, antara lain kapak persegi dan kapak lonjong. Sesuai dengan namanya
bantuk kapak persegi adalah persegi panjang atau berbentuk trapesium. Bentuk sisinya agak
melengkung sedikit. Pada bagian ujungnya diberi tangkai untuk memegang dan
menggunakannya. Tangkai itu dikaitkan dengan rotan pada bagian yang melengkung itu. Bentuk
kapak lonjong adalah bulat telur. Ujung yang satu agak lancip dan ujung yang lainnya tajam.
Masyarakat pada zaman batu muda ini sudah hidup menetap dengan membuat dan
menempati rumah-rumah. Rumah-rumah itu dibuat dari kayu, bambu atau daun-daunan.
Mereka sudah hidup berkelompok membentuk suatu masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, mereka bercocok tanam dengan menggunakan kapak persegi dan kapak
lonjong. Kapak persegi dan kapak lonjong ini selain berfungsi untuk memotong atau memukul,
juga dapat digunakan sebagai cangkul dalam bercocok tanam.
4. Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Pada zaman batu besar, banyak dibuat bangunan dari batu batu yang besar. Batu batu
besar ini masih kasar. Untuk membuat bangunan, batu batu yang besar itu hanya diratakan saja
secara kasar sampai terbentuk bangunan yang dikehendakinya.
Bangunan bangunan pada zaman batu besar ini, antara lain menhir, dolmen, punden
berundak-undak, peti kubur (sarcopagus), kubur batu dan arca-arca.
NOMADEN
Bangsa Nomaden atau bangsa pengembara, adalah berbagai komunitas masyarakat yang
memilih hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain di padang pasir atau daerah
bermusim dingin, daripada menetap di suatu tempat. Masyarakat yang berpindah-pindah tempat
tetapi bukan di padang pasir atau daerah bermusim dingin, disebut sebagai kaum gipsi. Banyak
kebudayaan dahulunya secara tradisional hidup nomaden, akan tetapi kebiasaan tradisional
nomaden tersebut semakin lama semakin berkurang di negara-negara yang telah mengalami
industrialisasi.
Terdapat tiga macam kehidupan nomaden, yaitu sebagai pemburu-peramu (hunter-
gatherers), penggembala (pastoral nomads), dan pengelana (peripatetic nomads). Berburu-
meramu adalah metode bertahan hidup yang paling lama bertahan dalam sejarah manusia, dan
para pelakunya berpindah mengikuti mus im tumbuhan liar dan hewan buruan.
FOOD GATHERING (BERBURU & MENGUMPULKAN MAKANAN)
Food gathering seringkali diartikan sebagai kegiatan mencari, mendapatkan, dan
mengumpulkan makanan. Food gathering seringkali disebut sebagai masa berburu dan
mengumpulkan makanan, ada pula yang menyebut sebagai masa berburu dan meramu. Secara
pengertian sama, tetapi kadang ada pula yang membedakan.
Kegiatan food gathering tentu saja bergantung pada ketersediaan makanan yang ada
pada lingkungan alam sekitar. Oleh sebab itu, food gathering juga dikaitkan dengan masa
kehidupan nomaden, yaitu pola hunian manusia yang masih berpindah-pindah tidak menetap.
Pada masa food gathering, manusia hanya Mengumpulkan dan menyeleksi makanan
karena belum dapat mengusahakan jenis tanaman untuk dijadikan bahan makanan. Namun Pada
perkembangan selanjutnya muncul sekelompok manusia purba yang bertempat tinggal
sementara seperti di gua-gua atau di tepi pantai dan manusia mulai mengenal api.
FOOD PRODUCING (BERCOCOK TANAM)
Apabila pada masa food gathering diartikan sebagai zaman berburu dan mengumpulkan
makanan, maka food producing diartikan sebagai zaman bercocok tanam. Food Producing adalah
kegiatan manusia untuk menciptakan atau memproduksi makanan melalui kegiatan bercocok
tanam. Tentu saja pada zaman ini mereka telah meninggalkan kegiatan mengumpulkan makanan
dan kehidupan manusia tidak selalu bergantung pada makanan yang disediakan oleh alam.
Sebab pada fase ini manusia telah menggunakan akal pikirannya untuk mendapatkan makanan
tanpa harus berpindah-pindah hunian.
Manusia purba mulai mencoba memproduksi makanan dengan menanam, Kegiatan
bercocok tanam menandakan adanya revolusi kehidupan dan perubahan kebudayaan dari food
gathering menuju food producing. Kegiatan bercocok tanam inii dilakukan saat mereka sudah
mulai bertempat tinggal, meskipun masih bersifat sementara. Ketika tanah disekitar sudah tidak
subur lagi, maka mereka mencari tempat baru yang masih subur/membuka hutan untuk lahan
bercocok tanam.
Perkembangan Muncul Alat
Dalam masa perkembangannya,dari masa berburu dan mengumpulkan makanan sampai
masa bercocok tanam, dapat diketahui perkembangan kebutuhan hidup manusia. Teknologi
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar
biasa. Bahkan ada para ahli yang mengatakan bahwa pada masa ini mengalami revolusi yang
besar dalam peradaban manusia. Betapa tidak, karena penghidupan food gathering menjadi
food producing. Sejak itu terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dan di dalam
seluruh penghidupan umat manusia.
Tahap Perkembangan Teknologi :
 Alat-alat dari batu halus
 Alat-alat dari logam
Latar Belakang :
Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih tempat untuk hidup. Oleh karena itu,
manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Jika kondisi lingkungan
tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, mereka tidak akan mau bertempat tinggal di lokasi
tersebut. Manusia selalu berusaha untuk menjadikan sesuatu menjadi lebih baik. Termasuk
dalam hal tempat tinggal.
Pengertian Animisme
Animisme berasal dari bahasa latin yaitu anima yang berarti Roh, kepercayaan animisme
adalah suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada dibumi baik itu hidup ataupun mati
mempunyai roh. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di Bumi ini (seperti
kawasan tertentu, gunung, laut, sungai, gua, pohon dan batu besar) memiliki jiwa yang harus
dihormati agar tidak mengganggu manusia, Tetapi malah membantu kehidupan mereka.
Menghormati dengan cara melakukan pemujaan dan memberikan sesaji biasa di lakukan
oleh penganut animisme. Bagian dari kepercayaan ini adalah adanya roh-roh orang yang telah
meninggal, kepercayaan ini mempercayai jika roh orang yang telah meninggal dapat masuk ke
tubuh hewan.
Pengertian Dinamisme

Dinamisme berasal dari bahasa yunani dunamos yang mempunyai arti kekuatan atau
daya, Kepercayaan dinamisme adalah kepercayaan yang menyakini bahwa semua benda-benda
yang ada di dunia ini baik hidup atau mati mempunyai daya dan kekuatan ghaib. Benda-benda
tersebut dipercaya dapat memberi pengaruh baik dan pengaruh buruk bagi manusia.
Benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan contohnya : Benda pusaka, tombak,
keris, gamelan dan lambang kerajaan.
JENIS-JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA

1. Meganthropus Paleojavanicus
Kata Meganthropus berasal dari dua kata yakni megas yang artinya besar dan anthropus yang artinya
manusia. Sedangkan, kata Paleojavanicus berasal dari kata paleo yang artinya tua dan javanicus yang artinya Jawa.
Jadi, Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia raksasa tertua dari Jawa dan diperkirakan sebagai manusia
purba tertua di Indonesia dan juga disebut sebagai salah satu fosil manusia purba yang paling primitif.
Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Van Koenigswald, seorang peneliti Belanda pada tahun 1936 M di
daerah Sangiran, Jawa Tengah dan diperkirakan berusia 1-2 juta tahun saat masa penelitian. Penemuan fosil
meganthropus tidaklah ditemukan lengkap melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah,
serta beberapa gigi yang telah lepas. Jenis fosil ini diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan
terutama tumbuh-tumbuhan.
Ciri – ciri Meganthropus Paleojavanicus :
Makanannya berupa jenis tumbuh – tumbuhan.
Tidak memiliki dagu sehingga lebih mirip kera.
Memiliki tonjolan yang tajam di belakang kepala.
Memiliki tulang pipi yang tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
Memiliki otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
Memiliki postur tubuh yang tegap.
2. Pithecanthrophus
Pithecantrophus merupakan jenis fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Di Indonesia, ada
tiga jenis Pithecanthrophus yang sudah ditemukan antara lain Pithecanthrophus Erectus, Pithecanthrophus Mojokertensis, dan
Pithecanthropus Soloensis. Berikut rincian dari ketiga jenis fosil Pithecantrophus.
Pithecanthrophus Erectus
Penemu fosil Pithecanthrophus Erectus adalah seorang dokter Belanda bernama Eugene Dubois. Awalnya ia mengadakan
penelitian di Sumatera Barat tetapi tidak menemukan apa-apa, lalu pindah ke pulau Jawa. Ia pun berhasil menemukan fosil
Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Pithecantrophus Erectus sendiri berarti
manusia kera yang berjalan tegak. Fosil yang ditemukan adalah berupa tulang rahang atas, tulang kaki, dan tengkorak. Fosil
Pithecanthrophus Erectus sendiri ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
Adapun ciri – ciri dari Pithecanthropus Erectus adalah :
1. Volume otaknya diantara 750 – 1350 cc.
2. Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
3. Postur tubuh yang tegap tetapi tidak setegap meganthropus.
• Memiliki gigi geraham yang besar dengan rahang yang sangat kuat.
1. Memiliki hidung yang tebal.
2. Memiliki tonjolan kening yang tebal dan melintang di dahi dari sisi ke sisi.
3. Wajah menonjol ke depan serta dahinya miring ke belakang.
4. Pada bagian belakang kepala terlihat menonjol yang mirip dengan wanita berkonde.
5. Memiliki alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat kuat.
3. Pithecanthrophus Mojokertensis
Pithecanthrophus Mojokertensis disebut juga sebagai Pithecantrophus Robustus. Von Koenigswald berhasil
menemukan fosil yang hanya berupa tulang tengkorak anak – anak yang dinamakan Pithecanthrophus
Mojokertensis di Jetis dekat Mojokerto, Jawa Timur. Selanjutnya, pada tahun 1936, Weidenrich menemukan fosil
tengkorak anak yang dinamakan Pithecantropus Robustus di Lembah Sungai Brantas, Desa Jetis, Mojokerto.
4. Pithecanthrophus Soloensis
Sedangkan, Pithecanthrophus Soloensis ditemukan di Ngandong, Lembah Bengawan Solo oleh Von
Koenigswald, Ter Harr dan Oppernoorth. Lebih jelasnya, fosil ini ditemukan di dua tempat yang berbeda oleh Von
Koenigswald dan Oppernoorth di daerah Ngandong dan Sangiran sekitar tahun 1931 – 1933. Adapun fosil yang
ditemukan adalah berupa tengkorang dan juga tulang kering.
Fosil Pithecanthrophus yang ditemukan di Indonesia memiliki umur yang bervariasi yakni diantara 30.000 sampai 1
juta tahun yang lalu, hal itu didasarkan pada hasil pengukuran umur lapisan tanah. Di dalam kehidupan sehari – hari,
Pithecanthrophus menggunakan peralatan yang terbuat dari batu atau kayu yang didapatkannya. Berdasarkan hasil
penelitian, tidak ditemukan tanda – tanda bahwa makanan yang dimakan oleh Pithecanthrophus tersebut sudah
diolah ataupun dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan meskipun pada saat itu mereka sudah menggunakan
peralatan dari kayu dan batu serta memakan apa saja yang terdapat di alam baik berupa tumbuh – tumbuhan dan
hewan.
Adapun ciri-ciri dari Pithecantrophus secara umum antara lain :
• Memiliki volume otak yang berkisar antara 750 – 1350 cc.
• Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
• Badannya tegap tetapi tidak setegap Meganthrophus.
• Memiliki tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
• Memiliki hidung yang lebar dan tidak berdagu.
• Memiliki rahang yang kuat dan gigi geraham yang besar.
• Makanannya berupa daging hewan buruan dan tumbuh – tumbuhan
5. Homo Soloensis
Fosil ataupun alat- alat beserta hasil kebudayaan dari manusia purba banyak ditemukan di Indonesia, dan
menjadi sesuatu yang penting dari para ahli untuk meneliti dan mendapatkan informasi yang kongkrit terkait
manusia purba. Fosil yang ditemukan di Indonesia berasal kebanyakan dari masa Pleistosen, sehingga secara fisik
perkembangannya lebih ke bentuk manusia sekarang.
Sebelum membahas langsung tentang Homo Soloensis, mari kita simak pengertian dari kata homo itu
senidiri. Homo disini bermakna manusia purba yang mendekati bentuk manusia sempurna atau lebih sempurna
dibandingkan dengan jenis manusia purba Meganthropus ataupun Pithecantropus.
Manusia purba jenis Homo ini mereka sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hiduonya dengan berburu
menggunakan peralatan dari batu yang berupa kapak, alat-alat serpih, dan alat-alat lain yang terbuat dari tulang
seperti peralatan ujung tombak, dan alat pengorek ubi serta keladi.

Ciri-ciri Manusia Purba Homo Secara Umum :


• Bentuk fisiknya hampir seperti manusia sekarang
• Tingginya antara 130-210 cm
• Berat badannya antara 30-150 kg
• Hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu
• Tonjolan pada kening agak berkurang dan sudah berdagu
• Berdiri tegak dan berjalan dengan sempurna
6. HOMO WAJAKENSIS
Manusia purba dari jenis genus Homo adalah salah satu manusia purba yang memiliki umur paling muda.
Fosil dari manusia purba ini sudah diperkirakan sudah ada semenjak 15.000-40.000 tahun sebelum masehi.
Dari volume otak manusia purba ini sudah hampir menyerupai manusia zaman sekarang. Bisa diketahui jika
manusia purba jenis ini adalah manusia (Homo), bukan salah satu manusia kera. Homo adalah manusia purba yang
mempunyai pikiran cerdas. Di Indonesia sendiri terdapat Homo Wajakensis
• Muka datar dan lebar
• Hidung lebar dan bagian mulut menonjol (maju)
• Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi yang nyata
• Pipinya menonjol ke samping
• Kapasitas otaknya bisa lebih dari 1300 cc, dan volume otak yang berukuran 1350cc-1450cc
• Berat badan dari 30 – 150 kg
• Tinggi badan 130 – 210 cm
• Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
• Perawakannya masih seperti kera tetapi sudah berdiri tegak
• Cara berjalan sudah lebih tegak
• Otot dan Tulang besar
7. Homo sapiens
Merupakan manusia purba modern yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang.
Homo sapiens disebut pula manusia berbudaya karena peradaban mereka cukup tinggi. Dibandingkan dengan
manusia purba sebelumnya, Homo sapiens lebih banyak meninggalkan benda-benda berbudaya. Diduga, mereka
inilah yang menjadi nenek moyang bangsa-bangsa di dunia.
Ciri - ciri manusia purba Homo Sapiens yaitu:
• Berjalan dan berdiri homo sapiens dengan tegak
• Memiliki volume otak 1650cc
• Memiliki muka datar dan lebar
• Akar hidung yang lebar
• Memiliki busur kening yang menonjol dan terlihat nyata
• Sedikit menonjol dibagian mulut
• Memiliki ciri ciri mirip seperti ras mongoloid dan ras austramelanosoid
• Memiliki tinggi tubuh 1,30 m sampai 2,10 m
• Memiliki otak lebih berkembang daripada Meganthropus dan pithecanthropus
• Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut
• Memiliki dagu
• Otot dibagian tengkuk mengalami penyusutan
8. Homo floresiensis
Merupakan manusia purba berukuran kerdil yang hidup diantara 95.000 sampai 18.000 tahun yang lalu dan
mendiami disebuah pulau terpencil di negara Indonesia. Nama lain homo floresiensis yaitu manusia flores yang
dijuluki Hobbit yang diberik an oleh peniliti yang menemukan fosil dari genus Homo ini.
Karakteristik tubuh dan volume otak yang kecil yang didapat dan diteliti saat menemukan bentuk dari
subfosil (sisa dari tubuh yang belum sepenuhnya membatu) ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores. Liang Bua banyak
ditemukan fosil manusia purba, stegodon, biawak dan tikus yang berukuran cukup besar yang diperkirakan menjadi
makanan mereka dahulu. Penemuan selain itu, juga ditemukan peralatan yang terbuat dari batu seperti; pisau, mata
panah, beliung dan tulang yang telah terbakar.

Ciri - ciri manusia purba Homo Floresiensis yaitu:


• Ukuran tubuh kerdil
• Mempunyai tengkorak yang relatif panjang dan rendah
• Memiliki ukuran otak sangat kecil
• Volume otak 380 cc
• Mempunyai rahang yang menonjol
• Memiliki dahi yang sempit
• Memiliki berat badan 25 kg
• Tinggi badan sekitar 106 cm
ANGGOTA KELOMPOK :

1. Muhammad Kemal
2. Roby M.I
3. Nadia Farasyi
4. Safa Audy S
5. Salsa D.R

Anda mungkin juga menyukai