Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia yang hidup pada zaman Praaksara sekarang sudah berubah menjadi fosil.
Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis.
Penemuan - penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok dihuni manusia kala
itu.
Penemuan - penemuan fosil sangat berguna bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang
ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu. Hewan yang pernah hidup dan
bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang
fosil manusia - manusia purba. Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat
dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia
hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang
ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana
mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu
sebabnya makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai pengertian
manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan homo sapiens serta kehidupannya pada masa
itu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Purba
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. 
Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba
banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa.
Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika
manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan
artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah
membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan artefak
adalah peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu,
tulang, kayu dan logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat
bergantung pada alam. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu :

1. Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan penggunaan
perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri-ciri kehidupan manusia
pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di
atas pohon; dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food
gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini
alat-alatnya terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat
tersebut adalah :
 Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
"Chopper" (alat penetak/pemotong)
 Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung
tombak bergerigi

 Flakes,

yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan
Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah penemuannya maka
alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi
kebudayaan Pacitan dan Ngandong.

2. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan. Zaman ini
disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut", yang
dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli
memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang
merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama
dengan zaman palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum mendapatkan makanan
dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit
karang (abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche
roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.
Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat kesenian yang
ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua
Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950. Van
Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu
penggiling di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil
peninggalannya ditemukan di tempat sampah berupa dapur kulit kerang dan siput
setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger.
Peralatan yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble
culture, dan alat berburu dari tulang hewan. 

3. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai
sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami
perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producing, yaitu dengan cara
bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di
rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas. Manusia pada masa
Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan
persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa dilihat
di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap
pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena
menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan
swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba
Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong.
Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini
disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke
Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang
didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara,
Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak persegi adalah yang
ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan sebagai benda
pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di
Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam upacara-upacara
terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat
berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur. 
4. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah mengenal
kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap
roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai,
gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala
sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap
keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya,
diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk
kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal
dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan. 

Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat
dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang
bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera
Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen,
sarkofagus, kuburan batu, punden berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu
sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus
adalah bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah
lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat; punden berundak adalah bangunan
bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah perwujudan dari
subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan. 

5. Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat
dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat
yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan
batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire
perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul
golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi
atas:

 Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman
tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara
masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk
ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu karena pada masa ini
manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia
Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa penggunaan
logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia purba di Indonesia disebut
masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat
keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya
mungkin dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar
Indonesia, berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam
besi mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah
bijih menjadi logam lebih mudah untuk tembaga dari pada besi.

 Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat
alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga
maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu
±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai kayu, mata pisau,
mata sabit, mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul
(Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

B. Jenis-Jenis Manusia Purba


Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan artinya


besar, Anthropus artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus artinya dari Jawa.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba
bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah
Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda
bernama Von Koeningswald.
Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan lengkap, melainkan hanya
berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas.
Fosil yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.
Ciri-Ciri Meganthropus paleojavanicus :
 Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala.
 Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
 Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
 Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
 Makanannya berupa daging dan tumbuh-tumbuhan.

2. Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia purba
yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri berarti manusia
kera yang berjalan tegak. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah
dan tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan Mereka
sudah memakan segala, tetapi makanannya belum dimasak. Terdapat tiga jenis
manusia Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia, yaitu Pithecanthrophus
erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan Pithecanthropus soloensis. Berdasarkan
pengukuran umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia
mempunyai umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.
1. Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di
sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Mereka hidup sekitar

satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus
berjalan tegak dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume
otak Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari
1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc.
2. Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus robustus.
Fosil manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di
Mojokerto, Jawa Timur. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5
tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang
lalu. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan
dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat.
3. Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von
Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931-
1933. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.

Ciri-ciri Pithecanthropus :

 Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm.


 Badan tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
 Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc.
 Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
 Hidung lebar dan tidak berdagu.
 Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar.
 Makanan berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.

C. Corak Kehidupan Prasejarah Indonesia dan Hasil Budayanya


1. Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk mempertahankan dan memperbaiki
pola hidupnya menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
 Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
 Bentuk budaya yang bersifat Material
2. Masyarakat Prasejarah mempunyai kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
 Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap
mempunyai kekuatan gaib. Misalnya : batu, keris
 Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang mereka yang
bersemayam dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar. Roh tersebut
dinamakan Hyang.
3. Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
 Bersifat Nomaden (hidup berpindah-pindah), yaitu pola kehidupannya belum
menetap dan berkelompok di suatu tempat serta, mata pencahariannya berburu
dan masih mengumpulkan makanan
 Bersifat Permanen (menetap), yaitu pola kehidupannya sudah terorganisir dan
berkelompok serta menetap di suatu tempat, mata pencahariannya bercocok
tanam. Muali mengenal norma adat, yang bersumber pada kebiasaan-
kebiasaan
4. Sistem bercocok tanam/pertanian
 Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak sebagai alat bercocok tanam
 Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk membajak sawah
 Sistem huma untuk menanam padi
 Belum dikenal sistem pemupukan
5. Pelayaran
Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan
mengetahui posisi bintang sebagai penentu arah (kompas)
6. Bahasa
Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk
rumpun bahasa Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan
Mikronesia.Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah karena pengaruh faktor
geografis dan perkembangan bahasa.

FOOD GATHERING
Ciri zaman ini adalah :
 Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan
 Nomaden, yaitu Hidup berpindah-pindah dan belum menetap
 Tempat tinggalnya : gua-gua
 Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu kali yang masih kasar, tulang dan
tanduk rusa
 Zaman ini hampir bersamaan dengan zaman batu tua (Palaeolithikum) dan
Zaman batu tengah (Mesolithikum)

FOOD PRODUCING
Ciri zaman ini adalah :
 Telah mulai menetap
 Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal
 Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma
 Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat
 Alat-alat terbuat dari kayu, tanduk, tulang, bambu ,tanah liat dan batu
 Alat-alatnya sudah diupam/diasah
 Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum (zaman
batu muda) dan Zaman Megalithikum (zaman batu besar)

D. Homo Sapiens
Homo Sapiens merupakan sebuah spesies dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi. Dalam sebuah mitos, manusia seringkali dibandingkan dengan
ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan penggunaan
bahasanya, organisasi mereka dimasyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, serta
berdasarkan kemampuan mereka membentuk sebuah kelompok dan lembaga untuk dukungan
satu sama lain serta pertolongan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus
membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari
ikatan dorongan nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan
yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama
makhluk alamiah, berbeda dengan manusia hewan tidak dapat melepaskan dari ikatan
dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.
Jenis manusia ini termasuk manusia yang memiliki pikiran yang cerdas dan
bijaksana. Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan
pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa lalu yang
merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud
budaya manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku,
ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan. Manusia purba jenis ini memiliki bentuk
tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Dibandingkan manusia purba sebelumnya, homo
sapiens lebih banyak meninggalkan benda – benda berbudaya. Diduga, inilah yang menjadi
nenek moyang bangsa – bangsa di dunia.

Ciri-ciri Homo Sapiens :


 Tinggi tubuh 130-210 cm
 berat badan 30 – 159 kg, dan volume otak 1350 – 1450 cc.
 Otak lebih berkembang dari pada Meganthropus dan pithecanthropus.
 Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
 Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
 Mempunyai ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid.

Jenis-Jenis Homo Sapiens


Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang
sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia
sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis
kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
1. Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)

Fosil ini ditemukan pada tahun 1931 – 1934 oleh Von Koenigswald
dan Wedenreich di desa Ngadong lebah Bengawan Solo. Fosilnya berupa
tengkorak menurut penelitian terrnyata Homo Soloensis tingkatanya lebih
tinggi di banding Pithecanthropus Erektus.

Ciri-ciri homo soloensis :


 Otak kecilnya lebih besar dari pada otak kecil Pithecanthropus Erectus.
 Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus.
 Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung).
 Tinggi badan antara 130 – 210 cm
 Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
 Otot tengkuk mengalami penyusutan
 Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

2. Homo Wajakensis

Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di desa Wajak( Tulung
Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang tengkorak, rahang atas
dan rahang bawah tulang pah dan tulang kering. Homo Wajakensis  golongan
homo Sapiens kelompok manusia purba maju dan terakhir. Dan ini membuktikan
bahwa Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu sudah didiami manusia sejenis
Homo Sapiens.
Ciri-ciri homo wajakensis :
 Berbadan tegap
 Mukanya tidak terlalu menonjol ke depan.
 Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol
 Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus.
 Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata
 Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap
tengkoraknya dari muka ke belakang
 Tingginya sekitar 180 cm
 Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 1000-2000 cc dengan rata-rata 1350-
1450 cc.
 Tinggi badang antara 130-210 cm, berat badan antara 30-150 kg.
 Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu
 Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang masih sederhana.

Kebudayaan Homo Sapiens


Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan
zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu.
Zaman batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan
Zaman Batu Baru (Neolithikum).
Zaman batu tua berlangsung antara 300 ribu tahun sebelum masehi sampai 35
ribu tahun sebelum masehi, yaitu dalam masa 2.650 abad lamanya. Meskipun
manusia yang hidup dan berkebudayaan Batu Tua dan berkembang dalam
masa 2.650 abad itu, kebudayaannya masih rendah, akan tetapi mereka
termasuk dalam jenis Homo Sapiens (manusia berbudaya) untuk membedakan
dari makhluk-makhluk masa sebelumnya.
Zaman batu baru. Secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama kebudayaan
homo sapiens berangsur-angsur meningkat. Homo sapiens dapat membelah
dan mengasah batu, kemudian membentuk batu itu menjadi perkakas
disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak, ujung tombak, mata panah
dan lain sebagainya. Secara perlahan-lahan pula kebudayaan Batu Baru
menyebar ke daerah-daerah yang beriklim hangat di dunia.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. 
Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika
manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan
artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu zaman palaeolitikum,
zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2
zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang
ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh
besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan manusia
prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang bersifat spiritual dan
bersifat material; segi kepercayaan ada dinamisme dan animisme; pola kehidupan manusia
prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup berpindah-pindah dan bersifat permanen
(menetap); sistem bercocok tanam/pertanian; pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi
food producing.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama
dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan
mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang
ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan zaman manusia
mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu terbagi dua tahap,
yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru (Neolithikum).

B. Saran
Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah
pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu. Diharapkan
bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan
makalah guna menciptakan karya tulis yang lebih bermanfaat mengenai kehidupan manusia
homo sapiens pada zaman dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Manusia Purba di Indonesia. http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-


indonesia/. Diakses pada: Sabtu, 4 Agustus 2018

Tria Kusuma Dewi. 2012. Sejarah Manusia Purba Secara Detail. http://www.info-
asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html. Diakses pada: Sabtu, 4 Agustus 2018

Marhadinata. 2013. Sejarah Manusia Purba Di Indonesia .


http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html. Diakses
pada: Sabtu, 4 Agustus 2018

Bubun Saprudin. 2013. Sejarah Manusia Purba.


http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html. Diakses
pada: Sabtu, 4 Agustus 2018

Yessica. 2013. Sejarah Manusia Purba di Indonesia.


http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html.
Diakses pada: Sabtu, 4 Agustus 2018

Zul Fahmi. 2013. Manusia Purba Pithecanthropus Erectus.


http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-erectus.html.
Diakses pada: Sabtu, 4 Agustus 2018

Jagoips. 2012. Kehidupan Manusia Pra Aksara.


http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/. Diakses pada:
Sabtu, 4 Agustus 2018

Anisa. 2015. Makalah Manusia Purba. http://4shared.blogspot.com. Diakses pada: Sabtu, 4


Agustus 2018
Istavita Utama. 2018. Makalah Manusia Purba. http://underpapers.blogspot.com. Diakses
pada: Sabtu, 4 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai