Anda di halaman 1dari 14

PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

Coba amati gua-gua yang terdapat di sekitar daerah Anda. Gua tersebut mungkin terletak di tepi
pantai atau di daerah perbukitan. Kadangkala di tempat tersebut masih ditemukan batu
berbentuk anak panah, lukisan manusia purba di dinding gua atau tumpukan kerang yang sudah
membatu (kjokkenmoddinger). Apabila masih ditemukan benda-benda atau lukisan tersebut,
dimungkinkan bahwa tempat tersebut merupakan bekas peninggalan masa purba.
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

Isi Materi

A. Kehidupan Awal Manusia Praaksara


Indonesia
B. Hubungan Peradaban Awal Masyarakat
Indonesia dengan Kebudayaan
Bachson-Hoabinh, Dongson, dan
Sahuynh
C. Hasil Budaya Masyarakat Praaksara di
Indonesia
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masa berburu dan


mengumpulkan makanan manusia purba ditandai dengan cara kehidupan
kelompok masyarakat kecil.
 Mereka hidup secara berpindah-pindah (nomaden) karena kehidupannya
masih sangat bergantung pada alam.
 Pada kelompok manusia purba, laki-laki bertugas mencari binatang
buruan, sedangkan perempuan bertugas memelihara anak-anak,
mengumpulkan makanan, dan memasak.

 Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ternyata


telah menghasilkan budaya yang belum pernah ada pada masa sebelumnya
seperti lukisan-lukisan di dinding gua dan karang bekas tempat tinggal
mereka.
 Menurut Marwati Joned Pusponegoro, di Indonesia, penemuan lukisan-
lukisan tersebut tersebar di daerah Sulawesi Selatan, Kepulauan Maluku, dan
Pulau Irian (Papua).
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Gambaran sistem kepercayaan masyarakat pada masa berburu dan


mengumpulkan makanan, selain dapat diketahui dari lukisan-lukisan di
dinding-dinding gua dan karang, juga dapat diketahui dari tata cara
upacara penguburan mayatnya.
 Dari tata cara penguburan dapat diketahui bahwa di antara mayat-
mayat itu ada yang ditaburi dengan butiran cat warna merah.

 Masa peralihan diperkirakan berlangsung selama zaman Batu Tengah


(Mesolithikum) pada zaman Holosen.
 Pendukung kehidupan masa peralihan tersebut adalah jenis manusia
Homo Sapiens dari jenis Papua Melanesoid.
 Mereka masih menerapkan pola hidup berburu, menangkap ikan,
mencari kerang, dan siput di laut serta mengumpulkan makanan.
 Selanjutnya, kehidupan berpindah-pindah (nomaden) berangsur-angsur
mulai ditinggalkan yang dibuktikan dengan adanya sampah-sampah
dapur yang berasal dari kulit siput dan kerang sebagai makanan
pokoknya (Kjokkenmoddinger).
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Manusia purba pada masa peralihan tampaknya juga mulai pandai


mengolah makanannya dengan memakai api.
 Karena kehidupannya masih primitif, manusia purba menciptakan api
dengan cara menggoreskan batu, kayu, atau benda-benda keras lainnya
hingga menimbulkan api.
 Alat dari bambu juga dipakai oleh manusia purba.

 Menurut pendapat para ahli bahwa pada masa itu sudah ada anggapan
tertentu mengenai kematian.
 Orang menganggap bahwa orang yang telah meninggal itu pindah ke
tempat lain (alam baka), namun masih tetap dapat berhubungan dengan
orang yang masih hidup.
 Inti sistem religi manusia pada masa praaksara, yakni pemujaan dan
penghormatan kepada roh nenek moyang.
 Pada masa-masa selanjutnya kepercayaan tersebut terus berkembang,
termasuk munculnya bangunan batu-batu besar (Megalithikum) yang
khusus dipergunakan sebagai sarana untuk pemujaan terhadap roh-roh
nenek moyang, seperti bangunan Menhir.
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Ketika manusia zaman praaksara mulai mengenal teknik bercocok tanam


Bentuk
dan sudah hidup menetap di suatu tempat, rumah
maka manusia
lahirlah polapurba
kehidupan masa bercocok tanam atau bertani.
 Pada masa ini diperkirakan daerah-daerah yang ditempati manusia
purba semakin meluas dan mereka sudah mampu menghasilkan bahan
makanan sendiri.
 Pada zaman ini, kehidupan manusia praaksara sudah beralih dari
berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering) ke
cara hidup menghasilkan makanan (food producing).
 Pola hidup food producing akan selalu diikuti oleh cara hidup menetap
(sedenter).
 Adanya kehidupan menetap biasanya memunculkan kesadaran perlunya
penataan hidup bermasyarakat.
 Misalnya, sistem gotong royong dalam pembukaan sawah. Selain itu,
perlu ditetapkan seorang pemimpin (primus interpares) yang dapat
menjamin tata tertib hidup bermasyarakat.
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Karena pertambahan penduduk yang menyebabkan jumlah tenaga kerja


meningkat maka bidang pertanian berkembang pesat.
 Pada bidang pertanian masyarakat mulai menanami lahan pertanian dengan
berjenis-jenis tanaman, seperti umbi-umbian dan buah-buahan, sukun,
durian, manggis, rambutan, duku, serta salak.
 Dari jenis-jenis tanaman itu berkembang jenis-jenis tanaman lainnya,
seperti biji-bijian, padi-padian, dan sayur-sayuran.
 Namun, selain bercocok tanam manusia purba juga beternak.

1) Beliung Persegi
2) Kapak Lonjong
3) Mata Panah
4) Gerabah dan Perhiasan

1) Dinamisme
2) Animisme
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Pada masa perundagian, telah ditemukan suatu campuran antara timah


putih dan tembaga yang menghasilkan perunggu.
 Di Asia Tenggara logam mulai dikenal kira-kira 3000-2000 Sebelum
Masehi.
 Di Indonesia penggunaan logam perunggu baru dimulai beberapa abad
sebelum Masehi.
 Namun, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, di Indonesia tidak
pernah mengenal alat-alat tembaga, dan hanya mengenal alat-alat dari
perunggu dan besi.

 Masyarakat pada masa perundagian juga masih mempercayai akan


adanya kekuatan roh nenek moyang, dan juga percaya akan adanya
kekuatan animisme serta dinamisme.
 Animisme adalah suatu kepercayaan yang meyakini adanya suatu roh
atau jiwa yang melekat pada benda-benda, baik pada benda hidup
maupun mati.
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Di daerah lembah Sungai Mekong terdapat dua pusat kebudayaan batu,


yaitu di pegunungan Bacson dan di daerah Hoabinh yang terletak tidak
jauh dari Teluk Tonkin (Vietnam).
 Peradaban mereka adalah peradaban Mesolithikum dengan hasil
kebudayaan berupa kapak Sumatra dengan manusia pendukung dari ras
Papua Melanesoid.

 Oleh Madeleine Colani, ahli prasejarah Prancis, kebudayaan tersebut


dinamakan kebudayaan Bacson Hoabinh menurut daerah asal mula
kebudayaan kapak Sumatra tersebut.
 Penyelidikan arkeologi memang membuktikan bahwa daerah Tonkin
merupakan asal kebudayaan Mesolithikum Asia Tenggara yang tersebar ke
berbagai wilayah seperti Indonesia.
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

1) Perkakas dan Peralatan Hidup


a) Pebbles
b) Pendek (hache court)
c) Batu gilingan (pipisan) kecil
d) Kapak proto-Neolitikum
e) Pecahan tembikar
2) Kesenian
a) Lukisan pada kapak
b) Lukisan mirip babi hutan

 Kebudayaan Dongson mulai berkembang setelah berakhirnya zaman Batu


Madya (Neolithikum) atau ketika awal zaman Logam.
 Berdasarkan penelitian arkeologi, kawasan kebudayaan Dongson
merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Adapun yang menjadi pendukung serta penyebar kebudayaan Dongson


ke wilayah Asia Tenggara, adalah kelompok orang-orang Melayu Muda
(Deutro Melayu) yang masuk ke Indonesia sekitar 500 tahun sebelum
Masehi.
 Bangsa Deutro Melayu ini merupakan nenek moyang suku Jawa, Sunda,
Bali, dan Bugis.

1) Bejana Perunggu
2) Nekara
3) Bangunan Megalithikum
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

1) Kebudayaan Pacitan
2) Kebudayaan Ngandong

1) Kebudayaan Kapak Genggam Sumatra (Pabble Culture)


a) Pebble (kapak genggam Sumatra)
b) Pipisan (batu penggiling) beserta landasannya
c) Alu, lesung batu, dan pisau batu
2) Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture)
3) Kebudayaan Toala (Flake Culture)

1) Kebudayaan Kapak Persegi


2) Kebudayaan Kapak Lonjong
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

1) Menhir
Menhir adalah tugu besar dibuat dari batu inti yang masih kasar. Bangunan
itu ditemukan di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
2) Dolmen
Dolmen adalah sebuah batu besar seperti meja, daun dan kakinya terbuat
dari batu utuh yang dihaluskan. Bangunan itu ditemukan di Bondowoso
(Jawa Timur).
3) Sarkofagus
Sarkofagus adalah batu yang dibentuk seperti lesung, tetapi agak bulat,
terdiri atas wadah dan tutup. Benda ini banyak ditemukan di Bali.
4) Peti Kubur Batu
Peti kubur batu adalah bangunan berupa peti batu dengan empat buah
papan batu atau lebih dengan bentuk seperti peti mati zaman sekarang.
Benda itu ditemukan di Sumatra dan Kuningan, Jawa Barat.
5) Punden Berundak
Punden berundak adalah bangunan pemujaan yang tersusun bertingkat-
tingkat.
PREV JUDUL ISI MATERI NEXT

 Kapak corong adalah kapak perunggu yang bagian atasnya berlubang


berbentuk corong yang dipergunakan untuk memasukkan tangkai kayu.
 Kapak corong banyak ditemukan di daerah Sumatra Selatan, Jawa, Bali,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau Selayar, dan Papua.
 Kapak corong yang digunakan untuk tanda kebesaran atau alat upacara
dinamakan candrasa.

 Nekara adalah genderang besar yang dibuat dari perunggu.


 Nekara banyak ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, Bali, Pulau Sangean,
Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei.
 Berdasarkan penyelidikan, nekara dipergunakan sebagai alat upacara
keagamaan.
 Hiasan pada nekara dapat memberi petunjuk adanya kegiatan
keagamaan dan kebudayaan masyarakat yang berkembang pada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai