Penggalian Kjökkenmodding
2) Perkembangan Teknologi
Teknologi muncul dari upaya manusia untuk memenuhi kebun hidupnya, termasuk untuk
mempertahankan dirinya dari berb ancaman Manusia purba dalam mengatasi kebutuhan
hidup menimbulkan keinginan untuk menggunakan alat bantu. Pada t awal, alat yang
digunakan masih terbilang kebetulan dan in Akan tetapi, dari situ timbul kemampuan untuk
memodi dan menghasilkan alat yang diinginkan hingga pada akhir melahirkan teknologi
pembuatan peralatan
Pada masa berburu/meramu peralatan dari batu dan tuli dibuat untuk dipakai dalam upaya
pemenuhan kebutuhan seha hari Hasil kebudayaan manusia purba di Jawa Barat pada masa
antara lain alat-alat dari batu, kapak perimbas (chopper), kapu penetak (chopping tool) flakes,
dan alat serpih. Alat-alat serpih banya ditemukan di sekitar Bandung seperti Dago, Ujung
Berung, Cililin, da Padalarang yang diduga merupakan tepian Danau Bandung Purba
Kapak perimbas digenggam dan berbentuk masif. Tradisi kapak perimbas ini dijumpai
hampir di seluruh Asia Tenggara, ditemuka juga di Tiongkok, Thailand, Vietnam, Pulau
Luzon (Filipina) dan bahkan di Pakistan. Ada banyak jenis kapak, kapak perimbas bentu
tajamannya cembung, cara pembuatannya dengan cara mengiks saru pinggiran batu. Kapak
penetak bentuknya liku-liku ada di dua sisi batu. Pahat genggam, berbentuk bujur sangkar
persegi atas persegi empat panjang. Kapak genggam awal, bentuknya meruncing dan kulit
batu masih melekat. Teknologi pembuatan alat ini dengan batu, makanya zaman ini disebut
zaman batu. Ragam jenis kapak ini ditemukan Koenigswald di Pacitan, Lembah Kali
Basokso, yakni 431 kapak perimbas, 89 kapak penetak, 87 pahat genggam. 195 kapak
genggam awal, 153 kapak genggam, 596 alat serpih yang belum terpakai. 807 alat serpih
telah terpakai, dan 30 aneka ragam alat lain.
Tradisi pembuatan gerabah telah berkembang sejak lama di wilayah Jawa Barat, seperti di
Kalapadua (Bogor), Serpong (Tangerang). dan di sekitar Danau Bandung, Gerabah yang
ditemukan di sekitar Danau Bandung daerah Dago umumnya berbentuk periuk-periuk bulat.
Pada masa itu, teknik yang dilakukan masih sangat sederhana tanpa alat bantu dan
pembakaran biasa. Namun, berbeda dengan temuan gerabah Kalapadua yang dilihat dari
pecahannya, gerabah ini dibuat dengan teknik yang lebih baik, tetapi masih kurang dalam
teknik pembakaran sehingga rapuh dan kurang tahan lama. Selain penemuan beberapa
kompleks situs tradisi gerabah, Jawa Barat juga memiliki beberapa pusat industri gerabah
yang masih menggunakan cara tradisional dengan teknik tatap landas (padle and anvil),
seperti di wilayah Sadang Gentong dan Pasir Sempur di Garut. Bentuk gerabah yang
dihasilkan berupa, cobek, cuwo, (berbentuk seperti mangkuk besar, biasa digunakan untuk
wadah air) dan sangrayan (semacam cobek tetapi berukuran lebih besar biasa digunakan
untuk menggoreng).
c. Masa Perundagian
Masa Perundagian disebut sebagai zaman logam awal atau zaman Paleometalik. Masuknya
teknologi logam awal ke Kepulauan Indonesia disebabkan oleh perubahan lingkungan
budaya. Salah satu peristiwa penting yang menjadi pemicu perubahan budaya itu adalah
migrasi penutur Austronesia dari Semenanjung Malaya atau Kalimantan ke Vietnam Selatan.
Keberadaan penutur Austronesia di Asia Tenggara daratan ini tidak disangsikan lagi menjadi
ujung tombak dalam menjalin hubungan dengan budaya kawasan itu. Melalui jaringan
hubungan ini teknologi pembuatan logam budaya Dongson yang berkembang di Vietnam
Utara mulai diperkenalkan ke Kepulauan Indonesia. Dalam sejarah perkembangan teknologi
logam, tembaga alam (native copper) adalah jenis logam yang pertama ditemukan oleh
manusia. Pada tahap ini manusia hanya mengenal jenis logam tunggal (monometalik) untuk
pembuatan artefak. Selanjutnya manusia mengenal teknik mencampur logam (polimetalik),
yakni perunggu untuk pembuatan artefak.
lilin air (a cire perdue) yang digunakan dengan cara membuat benda yang akan dicetak dari
lilin yang berisi tanah liat sebagai inti, lalu dilapisi kembali dengan tanah liat kemudian
dipanaskan. Lilin akan meleleh dan membentuk suatu ruang yang kemudian diisi dengan
tuangan logam cair sehingga menghasilkan benda yang diinginkan.
Artefak logam yang merupakan produk kebudayaan Dongson dapat dibedakan menjadi
beberapa kategori yaitu alat-alat musik perhiasan, peralatan, dan senjata. Artefak logam
tersebut antara lain berupa nekara, sejenis lonceng (bells), mangkok, gelang, pelindung
lengan dan dada, ikat pinggang, cincin, mata pancing, kapak corong, mata panah, sejenis
sabit yang tangkainya berlubang, kapak bahu, mata tombak, pisau kecil, pedang, dan pisau
belati yang tangkainya berhiaskan tubuh manusia. Kebudayaan Dongson merupakan puncak
dari perkembangan teknologi logam di Vietnam Utara didahului oleh beberapa fase budaya
yaitu Phung Nguyen, Dong Dao, dan Go Mun. Pada masing-masing fase budaya tersebut
terdapat artefak logam yang memiliki kandungan timah dan timbal berbeda. Namun, meski
teknologi logam sudah mulai berkembang, tradisi gerabah tidak hilang.