LATIHAN
A.Tahapan Perkembangan Pada Masa Praaksara
Bangunan megalithik tersebar di seluruh Indonesia. Ada yang dibangun secara berkelompok dan ada
yang berdiri sendiri. Kehidupan menetap yang telah dijalani menimbulkan ikatan-ikatan antara manusia
dengan alam semestanya. Oleh karena itu, nenek moyang kita mempunyai kepercayaan yang berkaitan
dengan alam sekitarnya.
.
4. Masa Zaman Logam
Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah
mengenal teknologi pertukangan secara sederhana. Pada
masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan
besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan
keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal
dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka
zaman logam disebut juga zaman perundagian.
Pada masa ini nenek moyang bangsa Indonesia telah
pandai membuat barang-barang penunjang kehidupan dari
logam. Di Indonesia logam yang digunakan adalah
perunggu dan besi. Maka muncul daerah-daerah produsen
barang, yang kemudian ditukarkan dengan barang
kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter. Kebutuhan
barang makin meningkat memunculkan daerah konsumen,
sehingga terjadilah perdagangan antar daerah.
Kebudayaan zaman logam terus berkembang hingga
munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.
B. Tipologi Praaksara Di Indonesia
Hasil Budaya Masyarakat
Masa Paleolithikum berlangsung sekitar 600.000 tahun tahun yang lalu. Masa ini
adalah masa dimana manusia mulai ada di bumi. Pada masa paleolithikum ini manusia
pra-aksara hanya bisa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia yang hidup
pada zaman itu belum bisa melakukan kegiatan produksi. Mereka sangat bergantung
pada alam sekitar. Mereka sering melakukan perburuan gajah, rusa, kerbau, dan
bahkan binatang air seperti kerang dan ikan. Kegiatan perburuan itu biasanya
dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan tugas perempuan adalah mengumpulkan
makanan dari alam seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan serta
mengolahnya agar bisa dimakan. Untuk melakukan kegiatan tersebut, para manusia
pra-aksara menciptakan bermacam-macam peralatan yang sifatnya masih kasar dan
dan belum diasah halus.
Alat-alat yang dibuat hampir tidak
mengubah bentuk aslinya, karena teknologi
yang di kuasai masih sangat primitif dan
sederhana seperti :
a) Kebudayaan Pacitan
>Kapak Perimbas
Kapak perimbas adalah sejenis kapak besar dari batu dan tidak bertangakai. Teknik pembuatan kapak
ini menggunakan teknik pembenturan batu-batu. Kapak ini ditemukan pertama kali oleh Van
Koeningswald di daerah Punung, Pacitan, Jawa Timur. Diperkirakan kapak ini milik manusia
jenis Pithecantropus Erectus.
>Kapak Genggam
Kapak Genggam adalah kapak sederhana tanpa tangkai dan masih termasuk dalam peralatan yang
kasar karena belum diasah. Kapak ini hampir sama dengan Kapak Perimbas dan Kapak
Penetak, namun bentuknya lebih kecil dan sederhana. Cara pemakaiannya adalah dengan
digenggan pada ujungnya yang lebih ramping. Alat ini juga banyak ditemukan di daerah
Nusantara.
>pahat genggam
Pahat genggam bentuknya lebih kecil dari kapak genggam. Alat ini berfungsi untuk
menggemburkan tanah dan mencari umbi-umbian untuk dikonsumsi.
Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu masa
dengan zaman paleolitikum. Secara geografis, pada zaman ini masih bergantung pada kondisi alam
sekitar. Daerah sungai, danau, padang rumput merupakan tempat-tempat ideal bagi manusia
praaksara, karena di tempat itulah tersedia air dan bahan makanan sepanjang tahun. Pada zaman
itu manusia praaksara menempati tempat tinggal sementara di gua-gua payung yang dekat dengan
sumber makanan seperti ikan, kerang, air, dan lain-lain.
Untuk sumber penerangan manusia prakasara menggunakan api yang diperoleh dengan cara
membenturkan sebuah batu dengan batu sehingga menimbulkan percikan api dan membakar
bahan-bahan yang mudah terbakar seperti serabut kelapa kering, dan rumput kering.
a.) Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah bergantung pada alam. Mereka akan tetap
tinggal di wilayah tersebut selama persediaan bahan makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan
maka mereka akan berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu berpindah-pindah
inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai
cadangan sebelum mereka mendapatkan tempat baru.
b.) Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam satu kelompok ada seorang pemimpin
kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin
anggota kelompoknya untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki bertugas memburu
hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan.
c.) Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-alat pada zaman praaksara memberikan
petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu bertahan hidup.
Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang dikembangkan pada zaman itu adalah
hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah
ditemukan di antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.
2. Masa Bercocok Tanam
love
…..
a.) Kehidupan ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya dan mampu berpikir bagaimana
memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Hasil panen pertanian disimpan untuk masa kering dan
diperdagangkan ke daerah lain. Masyarakat juga sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas, bahkan jenis
hewan tertentu digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan perdagangan. Kemampuan produksi,
konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan hidup mereka.
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka melakukan perdagangan yang lebih luas
jangkauannya. Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini menambah nilai ekonomis yang tinggi karena
beragamnya barang-barang yang ditukarkan. Bukti perdagangan antar pulau pada masa perundagian adalah
ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan
harimau.
b.) Kehidupan budaya
Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran diterapkan pada benda-benda nekara
perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu sudah membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal
ini terlihat dari temuan di Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam
kehidupan yang dianggap penting. Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu menggambarkan orang atau
hewan yang menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak.
Teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami perkembangan yang sangat pesat,
di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari seperti kapak, corong, dan lain-lain.
……
…..
c.) Kehidupan sosial
Pada masa perundagian kehidupan masyarakat yang sudah menetap mengalami perkembangan dan hal ini mendorong
masyarakat untuk keteraturan hidup. Aturan hidup bisa terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin
yang mereka pilih atas dasar musyawarah. Pemilihan pemimpin dipilih dengan kriteria yang bisa melakukan hubungan
dengan roh-roh atau arwah nenek moyang untuk keselamatan desa setempat serta keahlian-keahlian lain.
Dalam kehidupan yang sudah teratur ini, berburu hewan seperti singa, harimau merupakan prestige jika bisa
melakukannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata pencaharian juga untuk meningkatkan strata sosial, artinya jika
mereka bisa menaklukan harimau maka mereka telah menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan gagah dalam suatu
lingkungan masyarakat.
Kehidupan masyarakat pada masa ini telah menunjukkan solidaritas yang kuat. Pada masa ini sudah ada kepemimpinan
dan pemujaan terhadap sesuatu yang suci di luar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada di luar batas
kemampuan manusia.
Sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada zaman perunggu karena pada masa ini
masyarakat lebih kompleks dan terbagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan keahliannya. Ada kelompok petani,
kelompok pedagang, kelompok undagi. Masing-masing kelompok memiliki aturan tersendiri dan adanya aturan yang
umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar
musyawarah mufakat dalam kehidupan yang demokratis.
……
D. Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Pra-Aksara
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara diperkirakan mulai
tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang
terjadi pada masa mesolitikum. Bukti yang turut memperkuat adanya
corak kepercayaan pada zaman praaksara adalah ditemukannya
lukisan perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan
kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam
baka. Hal ini membuktikan bahwa pada masa tersebut sudah
mempercayai adanya roh.
Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia mulai
merenungkan kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Oleh karena itu,
muncul berbagai sistem kepercayaan yang diyakini oleh manusia
praaksara yaitu animism, dinamisme, dan totemisme.
love
1.) Animisme
Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam buku Sejarah Asia Tenggara
(2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau makhluk
halus.
Karakteristik manusia praaksara yang mengaut kepercayaan ini adalah mereka yang selalu memohon
perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh nenek moyang seperti meminta kesehatan, keselamatan, dan
lain-lain.
2.) Dinamisme
Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan, dinamis. Dinamisme
adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan supranatural seperti
pohon dan batu besar. Unsur dinamisme lahir dari ketergantungan manusia terhadap kekuatan lain yang berada
di luar dirinya.
Manusia pada zaman praaksara ini memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka membutuhkan pertolongan
dari benda-benda yang dianggap mampu memberi keselamatan.
3.) Totemisme
Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau tumbuhan tertentu memiliki
kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau malapetaka kepada penganutnya.
Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme cenderung mengeramatkan binatang atau
tumbuhan tertentu, sehingga mereka tidak diperbolehkan mengkonsumsi binatang atau tumbuhan tersebut.
Sobat Gramedia, dengan mempelajari kehidupan zaman praaksara kita menjadi tahu bahwa manusia
mengalami proses berpikir yang terus berkembang dan tentu semua itu muncul atas dasar rasionalitas manusia
dalam merespon fenomena yang terjadi. Semoga artikel ini bermanfaat ya.
love
E. Asal Usul Dan Persebaran Nenek Moyang Indonesia
Menurut pendapat Sarasin bersaudara, penduduk asli asli kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap
dan bertubuh kecil. Pada mulanya mereka tinggal di Asia bagian Tenggara. Ketika zaman es mencair dan
air laut naik hingga berbentuk laut Cina selatan dan laut Jawa sehingga memisahkan pegunungan
vulkanik kepulauan Indonesia dari daratan utama.
Beberapa penduduk asli kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman,
sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli itu disebut sebagai suku
bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja,
Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya.
Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang mendiami Sumatra dan Toala di
Sulawesi merupakan penduduk tertua di kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai hubungan erat
dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini masih ada di Afrika, Asia
Selatan, dan Oceania. Vedda itulah manusia pertama yang datang ke pulau-pulau yang sudah
berpenghuni. Mereka membawa budaya perkakas batu. Ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya
mesolitik.
Pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Para pendatang baru itu jumlahnya
lebih banyak dari penduduk asli. Mereka datang dalam dua tahap. Mereka disebut oleh Sarasin sebagai
Proto Melayu dan Deutero Melayu. Kedatangan Proto Melayu dan Deutero Melayu terpisah
diperkirakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.
love
love
1. Proto Melayu
Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai pulau
paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian selatan. Ras Melayu ini memiliki ciri-ciri: rambut
lurus, kulit kuning kecoklatan dan mata sipit.
Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam kemudian ke kepulauan Indonesia. Mereka
pada awalnya menempati pantai-pantai Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat.
Ketika datang para imigran baru (Deutro Melayu atau Ras Melayu Muda), mereka ras Proto Melayu berpindah masuk
ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan untuk dijadikan hunian. Kehidupan di dalam hutan menjadikan
mereka terisolasi dari dunia luar sehingga memudarkan peradaban mereka. Penduduk asli dan ras Proto Melayu pun
kemudian melebur dan kemudian menjadi suku Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Kehidupan ras yang terisolasi tersebut kemudian menyebabkan Proto Melayu mendapatkan pengaruh dari
kebudayaan Hindu maupun Islam di kemudian hari. Ras Proto Melayu mendapat pengaruh Kristen sejak mereka
mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru
dalam kehidupan mereka.
Persebaran suku Dayak hingga ke Filipina selatan, Serawak dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari
kepulauan Indonesia. Sementara suku Batak yang mengambil rute ke Barat menyusuri pantai Burma dan Malaka
Barat. Beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku Karen di Burma banyak mengandung kemiripan dengan
bahasa Batak.
love
love
2. Deutero Melayu
Ras Deutero Melayu adalah ras yang datang dari Indocina bagian utara. Ras ini membawa budaya baru berupa
perkakas dan senjata besi di kepulauan Indonesia atau kebudayaan Dongson. Ada yang menyebut mereka dengan
sebutan orang Dongson.
Peradaban mereka lebih tinggi dari ras Proto Melayu. Mereka dapat membuat perkakas dari perunggu. Peradaban
mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan logam. Perpindahan mereka ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari
rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia seperti kapak persegi panjang.
Peradaban ini dapat dijumpai di Sumatra, Kalimantan, Malaka, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam hal pengolahan tanah, mereka memiliki kemampuan untuk membuat irigasi pada tanah-tanah pertanian yang
telah berhasil diciptakan dengan membabat hutan terlebih dahulu. Ras Deutero Melayu juga memiliki peradaban
pelayaran lebih maju dari pendahulunya karena petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan
mereka terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga menggunakan jalur pelayaran laut.
Sebagian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang bahkan hingga sampai Madagaskar.
Kedatangan ras Deutero Melayu di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Mereka kemudian berpindah mencari
tempat baru ke hutan sebagai tempat hunian mereka. Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu melebur dan menjadi
penduduk di kepulauan Indonesia.
Pada masa berikutnya mereka menjadi sulit dibedakan. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra
bagian utara serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di kepulauan Indonesia kecuali penduduk Papua
yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah ras Deutero Melayu.
.
love
3. Melanesoid
Ras Melanesoid ini tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah timur yaitu Irian dan benua
Australia. Di kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua, bersama dengan Papua Nugini, Bismarck, Solomon, New
Caledonia dan Fiji, mereka merupakan rumpun Melanesoid. Seperti dikatakan Daldjoeni, suku Melanesoid sekitar
70% menetap di Papua sedangkan 30% mendiami beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua Nugini.
Awalnya, kedatangan Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir atau pada tahun 70.000 SM. Pada saat itu
kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga kedinginan maksimal dan air laut menjadi beku.
Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau
baru. Adanya pulau-pulau itu memudahkan makhluk hidup berpindah dari Asia menuju kawasan Oseania.
Suku Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua kemudian ke Benua Australia yang sebelumnya
merupakan satu kepulauan yang berhubungan dengan Papua. Suku Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu
jiwa meliputi wilayah Papua dan Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum.
Pada saat masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 SM, kepulauan Papua dan Benua Australia
terpisah seperti yang dapat dilihat saat ini. Pada saat itu jumlah penduduk mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500
SM mencapai 0,5 jiwa.
love
Asal mula bangsa Melanesia yaitu Proto Melanesia yang merupakan penduduk
pribumi di Jawa. Mereka ialah manusia wajak yang tersebar pada bagian timur dan
menduduki Papua sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan
laut yang terjadi pada saat itu. Di Papua manusia wajak hidup berkelompok-
kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai.
Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan.
Tempat tinggal mereka berupa perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan yang
ringan. Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah atau tadah angin yang
sering didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah-kemah dan tadah
angin itu hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung sedangkan
aktivitas lainnya dilakukan di rumah.
Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu. Mereka yang belum
sempat mencapai kepulauan Papua akhirnya melakukan percampuran dengan ras
baru tersebut. Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid menghasilkan
keturunan Melanesoid Melayu. Saat ini mereka merupakan penduduk Nusa
Tenggara Timur dan Maluku.
love
love
4. Negrito dan Weddid
Sebelum kedatangan kelompok Melayu tua dan muda, orang-orang Negrito dan Weddid sudah masuk terlebih
dahulu ke Indonesia. Negrito merupakan sebutan yang diberikan oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka
jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito ini bertalian darah dengan
jenis-jenis Negro yang terdapat di Afrika serta kepulauan Melanesia, demikian pula bagaimana sejarah perpindahan
mereka juga belum banyak diketahui dengan pasti.
Kelompok Weddid ini terdiri oleh orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga
nampak seperti berang. Kulit mereka coklat tua dan tinggi untuk laki-lakinya rata-rata 155 cm. Weddid berarti jenis
Wedda (bangsa yang terdapat di pulau Ceylon- Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Indonesia cukup luas
misalnya di Palembang dan Jambi (Kubu), Siak, dan Sulawesi tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna).
Periode imigrasi berlangsung berabad-abad. Terdapat kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras yang
sama dan dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang orang Indonesia saat ini.
Sekitar 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia adalah bahasa Austronesia yaitu Melayu-Polinesia.
Bahasa tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi dua oleh Sarasin yaitu bahasa Aceh dan bahasa-bahasa di
pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Kelompok kedua adalah bahasa Batak, Melayu standar, Jawa dan Bali. Kelompok ini memiliki hubungan dengan
bahasa Malagi di Madagaskar dan Tagalog di Luzon. Persebaran geografis kedua bahasa itu menunjukkan bahwa
penggunanya adalah pelaut-pelaut pada masa dahulu yang sudah mempunyai peradaban lebih maju.
Di samping bahasa-bahasa itu, ada juga bahasa Halmahera Utara dan Papua yang digunakan di pedalaman Papua
dan pulau Halmahera bagian utara.
. ,. , ,.
. , . , .,.,
. , , , .,., ,.,.,.,.
, ., . ,. , . , . , .,.
. ,.,. .,.,.,. ,
, . ,
,. , .,.,. .,.,.,.,
.,.,. .,.,..,.,
.,.,
Teori Nenek Moyang Bangsa
Indonesia
Beberapa teori mengenai nenek
moyang bangsa Indonesia menurut
pakar.
. ,. , ,.
. , . , .,.,
. , , , .,., ,.,.,.,.
,. , .,.
. ,.
, ., .
,.,. .,.,.,. , . , . , 1. Drs. Moh Ali
,
,.,. .,.,.,.,
,. , .
.,.,. .,.,..,., Menurut Drs. Moh Ali, bangsa Indonesia berasal
.,.,
dari daerah Yunan-Cina. Pendapat ini dipengaruhi
oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa
bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol
yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih kuat
sehingga mereka pindah ke selatan termasuk
Indonesia.
Moh Ali mengatakan bahwa leluhur orang
Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar
yang terletak di daratan Asia dan mereka
berdatangan secara bergelombang. Gelombang
pertama berlangsung dari 3000 hingga 1500 SM
(Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada
1500 hingga 500 SM (Deutero Melayu).
Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan
Neolitikum dengan jenis perahu bercadik satu,
sedangkan gelombang kedua menggunakan
perahu bercadik dua.
2. Prof. Mohammad Yamin
2. Berdasarkan benda-benda peninggalan zaman manusia purba, pembabakan zaman pra-aksara dibagi
menjadi ....
a. zaman sejarah dan zaman praaksara
b. zaman perunggu dan zaman logam
c. zaman batu dan zaman logam
d. zaman plestosin dan zaman holosen
6. Hasil peradaban manusia purba yang menjadikan gua-gua sebagai tempat tinggal disebut ....
a. nomaden
b. food producing
c. food gathering
d. abris sous roche
7. Zaman kebudayaan batu besar pada pembabakan kehidupan manusia purba disebut ....
a. Mesolithikum
b. Megalithikum
c. Mongoloid
d. Neolithikum
8. Gambar berikut merupakan alat peninggalan zaman Neolithikum yang disebut ....
a. kapak corong
b. kapak lonjong
c. kapak persegi
d. kapak genggam
9. Hasil kebudayaan pada zaman Mesolithikum berupa tumpukan sampah dapur dari kulit siput dan kerang
disebut ....
a. abris sous roche
b. kjokkenmoddinger
c. Proto Melayu
d. food gathering
10. Peti tempat menyimpan jenazah berikutnya seperti palung atau lesung yang dibuat dari batu yang utuh
dan diberi penutup sebagai hasil kebudayaan Megalithikum disebut ....
a. dolmen
b. sarkofagus
c. menhir
d. perimbas
11. Nekara merupakan alat peninggalan zaman perunggu, yaitu ....
a. menhir
b. sarkofagus
c. dolmen
d. arca
12. Fosil adalah ....
a. sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu
b. sisa-sisa hewan yang telah membatu
c. sisa-sisa tumbuhan yang telah membatu
d. sisa-sisa manusia yang telah membatu
13. Fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan pada 1890 di daerah ....
a. Solo
b. Sangiran
c. Trinil
d. Ngandong
14. Di antara jenis manusia purba yang ditemukan di Pulau Jawa, yang memiliki tingkat kecerdasan paling
tinggi adalah manusia purba ....
a. Meganthropus
b. Pithecanthropus
c. Homo Soloensis
d. Robustus
15. Fosil Homo Soloensis ditemukan oleh ....
a. E. Dubois, von Reitschoten, dan Ter Haar
b. von Koenigswald, E. Dubois, dan Ter Haar
c. Oppenoorth, Dubois, dan von Koenigswald
d. Oppenoorth, von Koenigswald, dan Ter Haar
TERIMAKASIH…..
SEKIAN…..