Anda di halaman 1dari 48

Kehidupan Manusia dan

Hasil Hasil Budaya


Masyarakat Pra Aksara
Indonesia

NAMA : TYARA AULIA BALQIS


KELAS : X.DKV.2
MAPEL : SEJARAH INDONESIA
Zaman praaksara di Indonesia
A. Tahapan Perkembangan Zaman Pada Masa Praaksara

B. Tipologi Hasil Budaya Masyarakat Praaksara Di Indonesia

C. Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara

D. Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Pra-Aksara

E. Asal Usul Dan Persebaran Nenek Moyang Indonesia

LATIHAN
A.Tahapan Perkembangan Pada Masa Praaksara

1.Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan Pada


zaman Palaeolithikum, kira-kira 2 juta tahun lalu, manusia purba hidup berpindah-
pindah dari suatu tempat ke tempat lain (Nomaden). Mereka berpindah-pindah
mencari daerah yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketergantungan
hidup pada alam merupakan pokok kehidupan manusia purba zaman itu. Mereka
berburu hewan liar dan mengumpulkan bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan.
Pola ini disebut sebagai food gathering. Untuk berburu dan mengumpulkan bahan
makanan mereka menggunakan alat-alat sederhana, apa adanya yang tersedia di
alam sekitar mereka.
Ada beberapa alat-alat dari batu yang ditemukan di wilayah Indonesia, seperti
kapak perimbas, kapak penatah, dan kapak genggam. Batu-batu serpih yang
terbuat dari pecahan batu digunakan sebagai pisau atau alat pemotong, juga
sebagai mata panah atau tombak. Digunakan sebagai ujung tombak dan alat
untuk mencungkil atau menggali umbi-umbian dari dalam tanah. Jenis manusia
yang hidup pada berburu dan mengumpulkan makanan ini, adalah Meganthropus
Palaejavanicus, Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Erectus, Homo
Soloensis dan Homo Wajakensis.
Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan terus berlanjut pada zaman
Mesolitihikum. Kehidupan semi nomaden.
2.Masa Bercocok Tanam dan Beternak (Food Producing)
Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi.
Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut
ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan dari food gathering ke food
producing merupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi
karena terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan berburu
menjadi bercocok tanam.
Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia sekarang. Dalam
hal kepercayaan mereka melakukan pemujaan kepada arwah nenek moyang yang dianggap sangat
mempengaruhi kehidupan mereka (animisme) dan mempercayai kepada benda-benda alam yang
dianggap memiliki kekuatan (dinamisme).
Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk menunjang kegiatan
bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah halus, diupam (diasah),
seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk
menggarap ladang. Adanya juga Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman.
Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini banyak
ditemukan di Indonesia.
3.Masa Megalithikum (Masa Kebudayaan Batu Besar)
Adanya kebudayaan megalithik terungkap dari penemuan bangunan-bangunan yang dibuat dari batu
besar
Bahan-bahan bangunan megalithik kerap kali harus didatangkan dari tempat lain sebelum didirikan di
suatu tempat yang terpilih. Dalam kenyataannya, bangunan megalithik memang didirikan demi
kepentingan seluruh masyarakat yang membangunnya. Bangunan ini didirikan untuk kepentingan
penghormatan dan pemujaan roh nenek moyang. Dengan demikian, pendirian bangunan megalitihik
berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pada masa itu.

Bangunan megalithik tersebar di seluruh Indonesia. Ada yang dibangun secara berkelompok dan ada
yang berdiri sendiri. Kehidupan menetap yang telah dijalani menimbulkan ikatan-ikatan antara manusia
dengan alam semestanya. Oleh karena itu, nenek moyang kita mempunyai kepercayaan yang berkaitan
dengan alam sekitarnya.

.
4. Masa Zaman Logam
Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah
mengenal teknologi pertukangan secara sederhana. Pada
masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan
besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan
keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal
dengan nama perundagian dan orang yang ahli
mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka
zaman logam disebut juga zaman perundagian.
Pada masa ini nenek moyang bangsa Indonesia telah
pandai membuat barang-barang penunjang kehidupan dari
logam. Di Indonesia logam yang digunakan adalah
perunggu dan besi. Maka muncul daerah-daerah produsen
barang, yang kemudian ditukarkan dengan barang
kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter. Kebutuhan
barang makin meningkat memunculkan daerah konsumen,
sehingga terjadilah perdagangan antar daerah.
Kebudayaan zaman logam terus berkembang hingga
munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.
B. Tipologi Praaksara Di Indonesia
Hasil Budaya Masyarakat

Meskipun manusia pra-aksara belum mengenal tulisan,


mereka telah meninggalkan berbagai hasil Zaman Batu Muda
(Neolithikum), Zaman Batu Besar (Megalithikum), dan Zaman
Logam. Meskipun pada masa itu manusia pra-aksara belum
mengenal tulisan, mereka telah mengenal berbagai teknologi
sehingga dapat meninggalkan berbagai macam hasil
kebudayaan. Berikut ini penjelasan mengenai hasil kebudayaan
masyarakat pra-aksara:
1. Zaman Batu Tua (Paleolithikum) /
Kebudayaan Pacitan dan Ngandong

Masa Paleolithikum berlangsung sekitar 600.000 tahun tahun yang lalu. Masa ini
adalah masa dimana manusia mulai ada di bumi. Pada masa paleolithikum ini manusia
pra-aksara  hanya bisa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia yang hidup
pada zaman itu belum bisa melakukan kegiatan produksi. Mereka sangat bergantung
pada alam sekitar. Mereka sering melakukan perburuan gajah, rusa, kerbau, dan
bahkan binatang air seperti kerang dan ikan. Kegiatan perburuan itu biasanya
dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan tugas perempuan adalah mengumpulkan
makanan dari alam seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan serta
mengolahnya agar bisa dimakan. Untuk melakukan kegiatan tersebut, para manusia
pra-aksara menciptakan bermacam-macam peralatan yang sifatnya masih kasar dan
dan belum diasah halus.
Alat-alat yang dibuat hampir tidak
mengubah bentuk aslinya, karena teknologi
yang di kuasai masih sangat primitif dan
sederhana seperti :

a)    Kebudayaan Pacitan
 >Kapak Perimbas
Kapak perimbas adalah sejenis kapak besar dari batu dan tidak bertangakai. Teknik pembuatan kapak
ini menggunakan teknik pembenturan batu-batu. Kapak ini ditemukan pertama kali oleh Van
Koeningswald di daerah Punung, Pacitan, Jawa Timur. Diperkirakan kapak ini milik manusia
jenis Pithecantropus Erectus.

> Kapak Penetak (Chopper)


Kapak Penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas tetapi ukurannya lebih
besar. Cara pembuatannya juga masih kasar. Kapak ini digunakan untuk menebang pohon, membelah
kayu, atau untuk memotong benda lainnya. Wilayah persebarannya hampir di seluruh Nusantara.
 

>Kapak Genggam
Kapak Genggam adalah kapak sederhana tanpa tangkai dan masih termasuk dalam peralatan yang
kasar karena belum diasah. Kapak ini hampir sama dengan Kapak Perimbas dan Kapak
Penetak, namun bentuknya lebih kecil dan sederhana. Cara pemakaiannya adalah dengan
digenggan pada ujungnya yang lebih ramping. Alat ini juga banyak ditemukan di daerah
Nusantara.
>pahat genggam

 Pahat genggam bentuknya lebih kecil dari kapak genggam. Alat ini berfungsi untuk
menggemburkan tanah dan mencari umbi-umbian untuk dikonsumsi.

>Alat serpih ( flakes )


Alat serpih adalah peralatan sederhana terbuat dari tulang dan tanduk.
Biasanya alat ini berukuran 10-20 cm. Diduga alat ini memiliki fungsi yang
bermacam-macam seperti : Alat penusuk untuk mengupas, memotong,
menggali tanah, pengganti pisau dan sebagai gurdi. Alat ini banyak ditemukan
di daerah gua tempat tinggal para manusia purba.
b). Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong adalah adalah kebudayaan yang berkaitan dengan
penemuan di daerah Ngawi, Jawa Timur. Di wilayah ini banyak ditemukan
berbagai peralatan dari batu dan tulang (bone culture). Yang digunakan oleh
manusia jenis Homo Sooloensis dan Homo wajakensis. Diduga tulang yang
menjadi bahan peralatan itu berasal dari tulang dan tanduk rusa. Umumnya
alat itu berfungsi untuk menusuk dan sebagai sangkur jika digunakan di
zaman sekarang. Di wilayah Ngandong ini juga banyak ditemukan peralatan
seperti tombak yang bergerigi.
2. Zaman Batu Madya
(Mesolithikum)
> Abris Sous Roche > Lukisan-lukisan
Masa zaman batu madya adalah Abris Sous Roche adalah gua gua
masa peralihan, yaitu suatu masa Lukisan inilah yang membuktikan
yang dijadikan tempat tinggal
dimana pembuatan alat-alat bahwa manusia yang hidup pada
manusia purba pada masa
kehidupan mulai maju, lebih halus, zaman itu telah mengenal
mesolithikum.
dan lebih baik. Pada masa ini, hasil seni.lukisan ini terletak di gua
kebudayaan zaman paleolithikum Leang-leang dan merupakan salah
>Kokkenmoddinger satu bukti yang masih ada hingga
tidak punah tetapi makin maju dan
Kjokkenmoddinger ditemukan kini. pada zaman ini manusia juga
berkembang.  Manusia juga telah
ditemukan di Aceh Tamiang, gua mulai mengenal api.api ini diduga
mulai mengenal kesenian. Diduga
Kepah Sumatra dan Kawal Darat ditrmuka pada 400.000 tahun yang
manusia yang hidup pada masa ini
Bintan pada tahun 1925. lalu oleh manusia Homo Erectus.api
adalah bangsa Papua Melanesoide.
Kjokkenmoddinger adalah istilah pada masa itu digunakan untuk
Peninggalan-peninggalan sejarah
yang berasal dari bahasa Denmark memasak makanan, sumber
pada masa ini adalah:
yaitu kata Kjokken berarti dapur dan penerangan , dan juga sebagai
kata modding yang berarti sampah. senjata
3. Zaman Batu Muda > Kapak Persegi
Nama kapak persegi ini berasal dari > Kapak Lonjong
(Neolithikum) von Heine Geldern berdasar Kapak lonjong merupakan hasil
penampang dari alat-alatnya yang kebudayaan zaman neolitikum,
:Pada zaman Batu Muda ini, yang terbuat dari batu kali dan
berbentuk persegi panjang atau
kehidupan manusia pra-aksara nefrit.Disebut kapak lonjong
trapesium. Kapak ini berbentuk
mencapai puncaknya. Mereka mulai karena bentuk penampangnya
persegi panjang dengan bagian
mengalami kemajuan, mereka telah lonjong dan bentuk kapaknya
pangkal yang tidak tajam untuk
bercocok tanam, timbul suatu sendiri bulat telur. Seluruh
mengikat tangkai, sedangkan sisi
perubahan dalam kehidupan para permukaan telah digosok dengan
lainnya diberi tajaman dengan cara
manusia pra-aksara jenis Homo halus dengan sisi pangkal agak
diasah. Selain berguna sebagai
sapiens. Mereka mulai bisa runcing serta sisi depan lebih lebar
kapak, benda ini juga dapat
menternakkan hewan dan dan diasah sampai tajam. 
digunakan untuk memotong kayu
membudidayakan berbagai tanaman Kebudayaan zaman neolitikum
dan bahkan sebagai cangkul.
seperti padi, jagung, keladi, dan jauh lebih maju dibandingkan
Pendukung daripenyabaran kapak
ketela. Pada masa ini mereka juga dengan zaman sebelumnya, karena
ini adalah bangsa Austronesia.
sudah mulai mempunyai rumah dan pada masa itu senjata seperti
>Mata Panah
meninggalkan pola kehidupan kapak lonjong sudah menggunakan
Mata panah mencerminkan alat
berpindah- pindah (nomaden). Alat- pegangan yang terbuat dari kayu,
yang digunakan berburu pada
alat yang digunakan pada masa itu dan bambu.Pendukung dari
zaman praaksara. Ada dua tempat
juga sudah tergolong alat yang halus persebaran kapak ini adalah bangsa
penemuan penting, berhubungan
karena telah diasah sedemikian rupa. Melanesia.
dengan mata panah pada zaman
Alat-alat tersebut antara lain :
praaksara, yaitu Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan.
4.     Zaman Batu Besar >Dolmen
(Megalithikum) Dolmen adalah sebuah meja batu yang sering digunakan dalah proses
upacara adat sebagai pelinggihan roh atau tempat meletakkan sesaji
>Menhir
Menhir adalah tugu batu yang diletakkan dengan cara berdiri. Menhir sering
Pada masa ini, para manusia pra- digunakan dalam peringatan meninggalnya nenek moyang atau tempat
aksara telah mengenal memuja mereka. Di Indonesia, menhir sering ditemukan di Pulau Sumatera
kepercayaan dalam tingkat awal dan Jawa.
yaitu kepercayaan terhadap roh >Waruga
(Animisme) dan benda-benda Menhir adalah tugu batu yang diletakkan dengan cara berdiri. Menhir sering
digunakan dalam peringatan meninggalnya nenek moyang atau tempat
keramat (Dinamisme).Oleh
memuja mereka. Di Indonesia, menhir sering ditemukan di Pulau Sumatera
karena itu di Indonesia
dan Jawa.
berkembang tradisi batu besar
>Sarkofagus
(Megalitikum). Benda-benda
Sarkofagus adalah sebuah tempat jenazah yang terdiri dari dua batu besar
tradisi tersebut adalah :: yang ditangkupkan. Benda ini banyak ditemukan di daerah Bali dan
Sumbawa.
>Punden Berudak
Punden Berundak adalah susunan batu yang ditata dengan sedemikian rupa
dan biasanya terdiri dari tujuh undak. Bangunan ini digunakan sebagai
sarana pemujaan. DLL
5.  Zaman Logam
a). Zaman perunggu
Masa ini sering disebut juga masa >Nekara
perundagian.pada masa ini bukan Nekara adalah  sebuah tambur besar dari perunggu yang berbentuk seperti
berarti zaman batu telah berakhir ,
zaman batu juga ikut berkembang berumbung yang berpinggang pada bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup.
jika ditambah manusia telah pandai Para manusia pra-aksara menganggap benda ini sebagai benda suci yang
membuat berbagai peralatan dari merupakan  bagian dari bulan yang jatuh dari langit dan sering digunakan
logam,baik perunggu maupun sebagai upacara mendatangkan hujan, memanggil arwah nenek moyang, dan
besi.disamping peralatan zaman sebagai gendering perang.
batu yang
>Moko
berkembang ,keterampilan manusia
Moko adalah nekara dalam ukuran yang lebih kecil dan ramping. Moko banyak dibawa
dalam membuat benda dari logam oleh pedagang Bugis dari daerah Gresik. Alat ini biasanya digunakan sebagai maskawin
juga meningkat . Benda benda hasil atau pusaka.
keterampilan diantaranya: >Bejana Perunggu
Bejana perunggu ini memiliki bentuk seperti keranjang yang diikatkan ke badan
para pencari ikan sebagai tempat ikan hasil tangkapan.
Bejana ini ada yang polos dan ada yang bermotif .bejana ini banyak ditemukan di daerah
madura dan Sumatra.
5. Zaman Logam >Kapak upacara
 Kapak upacara adalah kapak
berwarna hitam dengan hiasan di
> Kapak Perunggu kedua sisinya. Pada sisi pertama,
Kapak perunggu dibagi 2 yaitu : kapak sepatu atau kapak corong terdapat hiasan berupa hewan
dan kapak upacara.Kapak ini memiliki berbagai macam ukuran. berkaki empat dan gambar flora.
Dilihat dari penggunaannya kapak ini berguna untuk perkakas saat Sedangkan ujung pegangannya
bekerja dan benda pusaka sat upacara. Kapak ini hampir bisa memiliki hiasan motif garis bergerigi,
ditemukan di seluruh daerah Indonesia dan pada sisi lainnya terdapat hiasan
>Arca Perunggu topeng.
Arca yang diemukan pada masa ini biasanya terbuat dari perunggu
dan bentuknya sangat beragam,mulai dari manusia hingga binatang
>Perhiasan Perunggu
b)  Zaman Besi
Zaman besi adalah zaman terakhir
Perhiasan perunggu ada bermacam macam.mulai dari
dari masa pra-aksara.pada zaman ini
gelang,cincin,kalung,dan bandulnya.pada umumnya perhiasan dari
manusia telah mampu melebur besi
perunggu ini memiliki motif hias
dari bijihnya dan mengubahnya
> Candrasa menjadi barang yang
Candrasa adalah kapak corong yang salah satu sisinya ada yang diinginkan.barang barang yang
panjang dan bentuknya sangat indah. Kapak ini juga dilengkapi merupakan peninggalan dari zaman
dengan hiasan. Benda ini berfungsi untuk tanda kebesaran kepala ini jumlahnya sangat terbatas dan
suku dan alat upacara adat. jarang ditemukan karena diduga
barang barang ini telah hancur
karena proses perkaratan.
c.Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara

Pada awalnya masyarakat praaksara hidup secara nomaden 


(berpindah-pindah). Kemudian mereka mengalami
perubahan dari nomaden ke semi nomaden. Akhirnya
mereka hidup secara menetap di suatu tempat dengan
tempat tinggal yang pasti. 
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat
praaksara menggunakan beberapa jenis peralatan mulai dari
yang terbuat dari batu hingga logam. Oleh karena itu,
masyarakat praaksara telah menghasilkan alat untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan
perkembangan kehidupannya, masyarakat praaksara terbagi
menjadi tiga masa yaitu masa berburu dan mengumpulkan
makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan
Makanan
.
Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-wilayah yang
ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan bahan makanan dalam
jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut juga memiliki banyak hewan
sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan.

Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu masa
dengan zaman paleolitikum. Secara geografis, pada zaman ini masih bergantung pada kondisi alam
sekitar. Daerah sungai, danau, padang rumput merupakan tempat-tempat ideal bagi manusia
praaksara, karena di tempat itulah tersedia  air dan bahan makanan sepanjang tahun. Pada zaman
itu manusia praaksara menempati tempat tinggal sementara di gua-gua payung yang dekat dengan
sumber makanan seperti ikan, kerang, air, dan lain-lain.

Untuk sumber penerangan manusia prakasara menggunakan api yang diperoleh dengan cara
membenturkan sebuah batu dengan batu sehingga menimbulkan percikan api dan membakar
bahan-bahan yang mudah terbakar seperti serabut kelapa kering, dan rumput kering.
a.) Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah bergantung pada alam. Mereka akan tetap
tinggal di wilayah tersebut selama persediaan bahan makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan
maka mereka akan berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu berpindah-pindah
inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai
cadangan sebelum mereka mendapatkan tempat baru.
b.) Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam satu kelompok ada seorang pemimpin
kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin
anggota kelompoknya untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki bertugas memburu
hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan.
c.) Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-alat pada zaman praaksara memberikan
petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu bertahan hidup.
Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang dikembangkan pada zaman itu adalah
hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah
ditemukan di antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.
2. Masa Bercocok Tanam

Bagi mereka, dengan bercocok tanam dirasakan persediaan


makanan akan tercukupi sepanjang tahun tanpa harus membuka
ladang lagi. Selain bercocok tanam juga mereka mengembangkan
hewan ternak untuk dipelihara.
 
Manusia yang hidup pada masa ini diperkirakan satu masa dengan
zaman neolitikum. Secara geografis, pada zaman ini sangat
menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini sangat dibutuhkan
untuk bercocok tanam. Hasil dari panen juga sangat dipengaruhi
oleh kondisi tekstur tanah yang digunakan.
a.) Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan  produksi sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka
membabat hutan untuk ditanami dan produk yang mereka hasilkan antara lain umbi-umbian.
Selain pertanian, sumber ekonomi mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam, kerbau, babi hutan dan lain-lain). 
Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah melakukan kegiatan perdagangan sederhana yaitu barter. Barang
yang ditukarkan adalah hasil cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung.
Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil ikan laut yang dikeringkan dibutuhkan oleh
mereka yang tinggal di pedalaman.  
b.) Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup lebih teratur. Mereka hidup secara
berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan kecil. Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan
dalam kampong dipimpin oleh ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena kriteria yang diambil
berdasarkan orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara reigius. Dengan dmeikian semua aturan yang telah
ditetapkan harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh kelompok tersebut.
Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama. Kegiatan yang memerlukan tenaga besar sepeprti
mebangun rumah, berburu, membuat perahu membabat hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan
mengumpulkan makanan, menabur benih di ladang, beternak, merawat rumah dan keluarga diserahkan pada kaum
perempuan. 
Sedangkan ketua suku sebagai komando dari semua kegiatan di atas sekaligus sebagai pusat religi pada kepercayaan yang
mereka anut. Dari sinilah muncul strata sosial dalam sebuah komunitas masyarakat kecil. Secara berangsur-angsur namun
pasti kelompok ini membentuk sebuah masyarakat yang besar dan kompleks sehingga muncul suatu masyarakat kompleks di
bawah kekuasaan yang kelak disebut kerajaan dengan datangnya pengaruh Hindu dan Budha.
c.) Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang mengarah pada usaha
bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat yang dihasilkan pun lebih halus dan memiliki
gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok tanam, alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat
itu antara lain kapak lonjong, gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki alam sendriri. Pada masa
ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali benda-benda keperluan sehari-hari seperti perhiasan.
Tujuannya adalah agar arwah yang meninggal dunia mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan
kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Berkaitan erat dengan kepercayaan, maka pada masa bercocok tanam muncul tradisi pendirian bangunan-
bangunan besar yang terbuat dari batu yang disebut tradisi megalitik. Tradisi ini didasari oleh kepercayaan
bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang sudah meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan
kesuburan ketika bercocok tanam. 
Oleh sebab itu, jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat perlu diabadikan dalam sebuah
monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini kemudian menjadi lambang orang yang meninggal dunia
sekaligus tempat penghormatan serta media persembahan dari orang yang masih hidup ke orang yang sudah
meninggal dunia. Bangunan megalitik tersebut antara lain, dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden
berundak.
3. Masa Kehidupan Perundagian
Pada masa ini diperkirakan satu zaman dengan masa perunggu. Pada zaman ini
peradaban manusia sudah mencapai tingkat yang tinggi. Hal ini ditandai munculnya
sekelompok orang yang memiliki keahlian tertentu dalam pembuatan gerabah,
pembuatan perhiasan serta pembuatan perahu. Yang paling menonjol adalah
pembuatan bahan-bahan dari logam. Dengan munculnya masa perundagian, maka
secara umum berakhirlah masa praaksara di Indonesia walaupun dalam
kenyataannya ada beberapa daerah di pedalaman yang masih berada di zaman batu.

Kegiatan berladang mulai berganti ke persawahan. Kegiatan persawahan


memungkinkan adanya pengaturan masa bercocok tanam sehingga mereka tidak
hanya bergantung pada kondisi iklim dan cuaca namun juga berpikir kapan waktu
yang tepat untuk bercocok tanam dan waktu yang tepat untuk beternak. Kondisi
geografis inilah yang perlu dicermati agar mereka tidak gagal panen. Mereka belajar
ilmu alam dan dari alam mereka mengetahui arah angin, berlayar antar pulau,
mencari penghasilan di laut dan melakukan perdagangan antar wilayah.

love
…..
a.) Kehidupan ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya dan mampu berpikir bagaimana
memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Hasil  panen pertanian disimpan untuk masa kering dan
diperdagangkan ke daerah lain. Masyarakat juga sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas, bahkan jenis
hewan tertentu digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan perdagangan. Kemampuan produksi,
konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan hidup mereka.
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka melakukan perdagangan yang lebih luas
jangkauannya. Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini menambah nilai ekonomis yang tinggi karena
beragamnya barang-barang yang ditukarkan. Bukti perdagangan antar pulau pada masa perundagian adalah
ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan
harimau.
b.) Kehidupan budaya
Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran diterapkan pada benda-benda nekara
perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu sudah membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal
ini terlihat dari temuan di Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam
kehidupan yang dianggap penting.  Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu menggambarkan orang atau
hewan yang menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak.
Teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami perkembangan yang sangat pesat,
di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari seperti kapak, corong, dan lain-lain.

……
…..

c.) Kehidupan  sosial
Pada masa perundagian kehidupan masyarakat yang sudah menetap mengalami perkembangan dan hal ini mendorong
masyarakat untuk keteraturan hidup.  Aturan hidup bisa terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin
yang mereka pilih atas dasar musyawarah. Pemilihan pemimpin dipilih dengan kriteria yang bisa melakukan hubungan
dengan roh-roh atau arwah nenek moyang untuk keselamatan desa setempat serta keahlian-keahlian lain.
Dalam kehidupan yang sudah teratur ini, berburu hewan seperti singa, harimau merupakan prestige jika bisa
melakukannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata pencaharian juga untuk meningkatkan strata sosial, artinya jika
mereka bisa menaklukan harimau maka mereka telah menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan gagah dalam suatu
lingkungan masyarakat.
Kehidupan masyarakat pada masa ini telah menunjukkan solidaritas yang kuat. Pada masa ini sudah ada kepemimpinan
dan pemujaan terhadap sesuatu yang suci di luar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada di luar batas
kemampuan manusia. 
Sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada zaman perunggu karena pada masa ini
masyarakat lebih kompleks dan terbagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan keahliannya. Ada kelompok petani,
kelompok pedagang, kelompok undagi. Masing-masing kelompok memiliki aturan tersendiri dan adanya aturan yang
umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar
musyawarah mufakat dalam kehidupan yang demokratis.

……
D. Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Pra-Aksara
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara diperkirakan mulai
tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang
terjadi pada masa mesolitikum. Bukti yang turut memperkuat adanya
corak kepercayaan pada zaman praaksara adalah ditemukannya
lukisan perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan
kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam
baka. Hal ini membuktikan bahwa pada masa tersebut sudah
mempercayai adanya roh.
Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia mulai
merenungkan kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Oleh karena itu,
muncul berbagai sistem kepercayaan yang diyakini oleh manusia
praaksara yaitu animism, dinamisme, dan totemisme.

love
1.) Animisme
Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam buku Sejarah Asia Tenggara
(2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau makhluk
halus.
Karakteristik manusia praaksara yang mengaut kepercayaan ini adalah mereka yang selalu memohon
perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh nenek moyang seperti meminta kesehatan, keselamatan, dan
lain-lain.
2.) Dinamisme
Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan, dinamis. Dinamisme
adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan supranatural seperti
pohon dan batu besar. Unsur dinamisme lahir dari ketergantungan manusia terhadap kekuatan lain yang berada
di luar dirinya.
Manusia pada zaman praaksara ini memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka membutuhkan pertolongan
dari benda-benda yang dianggap mampu memberi keselamatan.
3.) Totemisme
Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau tumbuhan tertentu memiliki
kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau malapetaka kepada penganutnya.
Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme cenderung mengeramatkan binatang atau
tumbuhan tertentu, sehingga mereka tidak diperbolehkan mengkonsumsi binatang atau tumbuhan tersebut. 
Sobat Gramedia, dengan mempelajari kehidupan zaman praaksara kita menjadi tahu bahwa manusia
mengalami proses berpikir yang terus berkembang dan tentu semua itu muncul atas dasar rasionalitas manusia
dalam merespon fenomena yang terjadi. Semoga artikel ini bermanfaat ya. 
love
E. Asal Usul Dan Persebaran Nenek Moyang Indonesia
Menurut pendapat Sarasin bersaudara, penduduk asli asli kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap
dan bertubuh kecil. Pada mulanya mereka tinggal di Asia bagian Tenggara. Ketika zaman es mencair dan
air laut naik hingga berbentuk laut Cina selatan dan laut Jawa sehingga memisahkan pegunungan
vulkanik kepulauan Indonesia dari daratan utama.
Beberapa penduduk asli kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman,
sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli itu disebut sebagai suku
bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja,
Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya.
Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang mendiami Sumatra dan Toala di
Sulawesi merupakan penduduk tertua di kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai hubungan erat
dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini masih ada di Afrika, Asia
Selatan, dan Oceania. Vedda itulah manusia pertama yang datang ke pulau-pulau yang sudah
berpenghuni. Mereka membawa budaya perkakas batu. Ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya
mesolitik.
Pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Para pendatang baru itu jumlahnya
lebih banyak dari penduduk asli. Mereka datang dalam dua tahap. Mereka disebut oleh Sarasin sebagai
Proto Melayu dan Deutero Melayu. Kedatangan Proto Melayu dan Deutero Melayu terpisah
diperkirakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.

love
love
1. Proto Melayu
Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai pulau
paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian selatan. Ras Melayu ini memiliki ciri-ciri: rambut
lurus, kulit kuning kecoklatan dan mata sipit.
Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam kemudian ke kepulauan Indonesia. Mereka
pada awalnya menempati pantai-pantai Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat.
Ketika datang para imigran baru (Deutro Melayu atau Ras Melayu Muda), mereka ras Proto Melayu berpindah masuk
ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan untuk dijadikan hunian. Kehidupan di dalam hutan menjadikan
mereka terisolasi dari dunia luar sehingga memudarkan peradaban mereka. Penduduk asli dan ras Proto Melayu pun
kemudian melebur dan kemudian menjadi suku Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Kehidupan ras yang terisolasi tersebut kemudian menyebabkan Proto Melayu mendapatkan pengaruh dari
kebudayaan Hindu maupun Islam di kemudian hari. Ras Proto Melayu mendapat pengaruh Kristen sejak mereka
mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru
dalam kehidupan mereka.
Persebaran suku Dayak hingga ke Filipina selatan, Serawak dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari
kepulauan Indonesia. Sementara suku Batak yang mengambil rute ke Barat menyusuri pantai Burma dan Malaka
Barat. Beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku Karen di Burma banyak mengandung kemiripan dengan
bahasa Batak.

love
love
2. Deutero Melayu
Ras Deutero Melayu adalah ras yang datang dari Indocina bagian utara. Ras ini membawa budaya baru berupa
perkakas dan senjata besi di kepulauan Indonesia atau kebudayaan Dongson. Ada yang menyebut mereka dengan
sebutan orang Dongson.
Peradaban mereka lebih tinggi dari ras Proto Melayu. Mereka dapat membuat perkakas dari perunggu. Peradaban
mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan logam. Perpindahan mereka ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari
rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia seperti kapak persegi panjang.
Peradaban ini dapat dijumpai di Sumatra, Kalimantan, Malaka, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam hal pengolahan tanah, mereka memiliki kemampuan untuk membuat irigasi pada tanah-tanah pertanian yang
telah berhasil diciptakan dengan membabat hutan terlebih dahulu. Ras Deutero Melayu juga memiliki peradaban
pelayaran lebih maju dari pendahulunya karena petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan
mereka terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga menggunakan jalur pelayaran laut.
Sebagian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang bahkan hingga sampai Madagaskar.
Kedatangan ras Deutero Melayu di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Mereka kemudian berpindah mencari
tempat baru ke hutan sebagai tempat hunian mereka. Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu melebur dan menjadi
penduduk di kepulauan Indonesia.
Pada masa berikutnya mereka menjadi sulit dibedakan. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra
bagian utara serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di kepulauan Indonesia kecuali penduduk Papua
yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah ras Deutero Melayu.
.
love
3. Melanesoid

Ras Melanesoid ini tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah timur yaitu Irian dan benua
Australia. Di kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua, bersama dengan Papua Nugini, Bismarck, Solomon, New
Caledonia dan Fiji, mereka merupakan rumpun Melanesoid. Seperti dikatakan Daldjoeni, suku Melanesoid sekitar
70% menetap di Papua sedangkan 30% mendiami beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua Nugini.
Awalnya, kedatangan Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir atau pada tahun 70.000 SM. Pada saat itu
kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga kedinginan maksimal dan air laut menjadi beku.
Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau
baru. Adanya pulau-pulau itu memudahkan makhluk hidup berpindah dari Asia menuju kawasan Oseania.
Suku Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua kemudian ke Benua Australia yang sebelumnya
merupakan satu kepulauan yang berhubungan dengan Papua. Suku Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu
jiwa meliputi wilayah Papua dan Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum.
Pada saat masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 SM, kepulauan Papua dan Benua Australia
terpisah seperti yang dapat dilihat saat ini. Pada saat itu jumlah penduduk mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500
SM mencapai 0,5 jiwa.

love
Asal mula bangsa Melanesia yaitu Proto Melanesia yang merupakan penduduk
pribumi di Jawa. Mereka ialah manusia wajak yang tersebar pada bagian timur dan
menduduki Papua sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan
laut yang terjadi pada saat itu. Di Papua manusia wajak hidup berkelompok-
kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai.
Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan.
Tempat tinggal mereka berupa perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan yang
ringan. Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah atau tadah angin yang
sering didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah-kemah dan tadah
angin itu hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung sedangkan
aktivitas lainnya dilakukan di rumah.
Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu. Mereka yang belum
sempat mencapai kepulauan Papua akhirnya melakukan percampuran dengan ras
baru tersebut. Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid menghasilkan
keturunan Melanesoid Melayu. Saat ini mereka merupakan penduduk Nusa
Tenggara Timur dan Maluku.

love
love
4. Negrito dan Weddid
Sebelum kedatangan kelompok Melayu tua dan muda, orang-orang Negrito dan Weddid sudah masuk terlebih
dahulu ke Indonesia. Negrito merupakan sebutan yang diberikan oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka
jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito ini bertalian darah dengan
jenis-jenis Negro yang terdapat di Afrika serta kepulauan Melanesia, demikian pula bagaimana sejarah perpindahan
mereka juga belum banyak diketahui dengan pasti.
Kelompok Weddid ini terdiri oleh orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga
nampak seperti berang. Kulit mereka coklat tua dan tinggi untuk laki-lakinya rata-rata 155 cm. Weddid berarti jenis
Wedda (bangsa yang terdapat di pulau Ceylon- Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Indonesia cukup luas
misalnya di Palembang dan Jambi (Kubu), Siak, dan Sulawesi tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna).
Periode imigrasi berlangsung berabad-abad. Terdapat kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras yang
sama dan dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang orang Indonesia saat ini.
Sekitar 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia adalah bahasa Austronesia yaitu Melayu-Polinesia.
Bahasa tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi dua oleh Sarasin yaitu bahasa Aceh dan bahasa-bahasa di
pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Kelompok kedua adalah bahasa Batak, Melayu standar, Jawa dan Bali. Kelompok ini memiliki hubungan dengan
bahasa Malagi di Madagaskar dan Tagalog di Luzon. Persebaran geografis kedua bahasa itu menunjukkan bahwa
penggunanya adalah pelaut-pelaut pada masa dahulu yang sudah mempunyai peradaban lebih maju.
Di samping bahasa-bahasa itu, ada juga bahasa Halmahera Utara dan Papua yang digunakan di pedalaman Papua
dan pulau Halmahera bagian utara.
. ,. , ,.
. , . , .,.,
. , , , .,., ,.,.,.,.
, ., . ,. , . , . , .,.
. ,.,. .,.,.,. ,
, . ,
,. , .,.,. .,.,.,.,
.,.,. .,.,..,.,
.,.,
Teori Nenek Moyang Bangsa
Indonesia
Beberapa teori mengenai nenek
moyang bangsa Indonesia menurut
pakar.
. ,. , ,.
. , . , .,.,
. , , , .,., ,.,.,.,.
,. , .,.
. ,.
, ., .
,.,. .,.,.,. , . , . , 1. Drs. Moh Ali
,
,.,. .,.,.,.,
,. , .
.,.,. .,.,..,., Menurut Drs. Moh Ali, bangsa Indonesia berasal

.,.,
dari daerah Yunan-Cina. Pendapat ini dipengaruhi
oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa
bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol
yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih kuat
sehingga mereka pindah ke selatan termasuk
Indonesia.
Moh Ali mengatakan bahwa leluhur orang
Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar
yang terletak di daratan Asia dan mereka
berdatangan secara bergelombang. Gelombang
pertama berlangsung dari 3000 hingga 1500 SM
(Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada
1500 hingga 500 SM (Deutero Melayu).
Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan
Neolitikum dengan jenis perahu bercadik satu,
sedangkan gelombang kedua menggunakan
perahu bercadik dua.
2. Prof. Mohammad Yamin

Prof. Mohammad Yamin mengatakan bahwa orang


Indonesia adalah asli berasal dari wilayah Indonesia
sendiri. Moh Yamin meyakini bahwa ada sebagian bangsa
atau suku di luar negeri yang berasal dari Indonesia.
Mohammad Yamin mengatakan bahwa temuan fosil dan
artefak lebih banyak dan lengkap di Indonesia daripada
daerah lain di Asia, seperti temuan fosil Homo atau
Pithecanthropus Soloensis dan Wajakensis yang tidak
ditemukan di daerah Asia lain termasuk Asia Tenggara.
3. Willem Smith
Menurut pandangan Willem Smith, asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh orang-orang Indonesia.
Willem Smith mengkategorikan bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang dipakai yakni bangsa yang berbahasa Togon,
bangsa yang berbahasa Jerman dan bangsa yang berbahasa Austria.
Kemudian bahasa Austria dibagi menjadi dua yaitu bangsa yang menggunakan bahasa Austro Asia dan bangsa yang
menggunakan bahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia (Melanesia
dan Polinesia).
Dalam teori Out of Afrika dan Out of Taiwan menerangkan tentang asal usul nenek moyang Indonesia yang terlihat bahwa
betapa eratnya keterkaitan dinamika sejarah Melanesia dengan bumi nusantara. Kata Melanesia diperkenalkan pertama kali
oleh Dumot d’urville seorang penjelajah berkebangsaan Prancis untuk menyebut wilayah etnik penduduk yang berkulit hitam
dan berambut keriting di kawasan Pasifik.
Menurut Harry Truman pada sekitar 60000 tahun yang lalu terdapat sekelompok orang yang dengan semangat keberaniannya
melintasi selat-selat dan laut hingga mencapai kepulauan Indonesia.
Mereka adalah Homo Sapiens yang dalam buku literatur disebut sebagai manusia modern awal. Ketika berangkat dari tanah
asalnya yaitu Afrika, mereka tidak memiliki tujuan. Teori ini menurut para ahli disebut teori Pout of Africa. Dalam pemikiran
mereka yang ada hanyalah bagaimana mereka dapat menemukan ladang kehidupan baru yang lebih menjanjikan.
Mereka beruntung dalam pengembaraannya dapat mengatasi segala rintangan alam, dari generasi ke generasi mereka
mencapai wilayah-wilayah penghidupan yang baru dalam asal-usul dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia.
Di tempat baru, mereka mengeksplorasi sumber daya lingkungan yang tersedia untuk mempertahankan hidup. Mereka
meramu dari berbagai buah-buahan, umbi-umbian yang ada di wilayah tersebut. Hewan-hewan juga diburu oleh mereka
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Corak Kehidupan Nenek
Moyang Bangsa Indonesia
wesome Words
Untuk keperluan itu maka dibuatlah peralatan dari batu dan bahan organik seperti dari kayu
dan bambu. Corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia ini meliputi kehidupan
agraris, kehidupan bahari, kehidupan sosial,kehidupan seni budaya, dan kehidupan religius.

a.) Kehidupan agraris


d.) Kehidupan seni budaya
Nenek moyang bangsa Indonesia hidup dengan
Nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal
bertani. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat
barang-barang perhiasan dari batu, perunggu, manik-
khusus pertanian yang berupa beliung persegi dan
manik, dan kaca. Mereka juga pandai melukis.
kapak lonjong.
e.) Kehidupan religius
b.) Kehidupan bahari Nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal
Nenek moyang bangsa Indonesia telah mampu bentuk-bentuk kepercayaan seperti: pemujaan terhadap
mengarungi laut. Mereka juga memiliki pengetahuan roh nenek moyang, animisme (kepercayaan bahwa
tentang laut, angin, musim, dan astronomi. Mereka suatu benda memiliki roh atau jiwa), dinamisme
juga membuat perahu bercadik.
(kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan
c.) Kehidupan sosial gaib), dan monoteisme (kepercayaan bahwa di luar
Nenek moyang bangsa Indonesia telah hidup dalam dirinya ada satu kekuatan yang melebihi dirinya yaitu
masyarakat yang teratur dalam kesehariannya hidup kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa).
secara gotong royong. Pada dasarnya nenek moyang bangsa Indonesia sudah
memiliki kepercayaan yakni mengakui adanya
kekuatan luar biasa yang berada di luar diri manusia.
A. Soal Pilihan Ganda Tentang Masa Praaksara di Indonesia  
 
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda pada
pilihan yang paling benar.
1.Zaman sebelum manusia mengenal tulisan (aksara) disebut....
a. zaman palaeolithikum
b. prasejarah atau pra-aksara
c. prasasti
d. fosil

2. Berdasarkan benda-benda peninggalan zaman manusia purba, pembabakan zaman pra-aksara dibagi
menjadi ....
a. zaman sejarah dan zaman praaksara
b. zaman perunggu dan zaman logam
c. zaman batu dan zaman logam
d. zaman plestosin dan zaman holosen

3. Alat peninggalan zaman palaeolithikum, yaitu ....


a. kapak corong
b. kapak lonjong
c. kapak persegi
d. kapak genggam
 
4. Manusia purba yang sudah menggunakan alat-alat yang halus dan sudah mengenal cara bercocok tanam
merupakan ciri-ciri kehidupan zaman ....
a. Palaeolithikum
b. Mesolithikum
c. Neolithikum
d. Megalithikum
 
5. Pada zaman batu muda, manusia sudah mengenal cara bercocok tanam. Cara hidup manusia purba
tersebut disebut ....
a. nomaden
b. food producing
c. food gathering
d. Palaeolithikum

6. Hasil peradaban manusia purba yang menjadikan gua-gua sebagai tempat tinggal disebut ....
a. nomaden
b. food producing
c. food gathering
d. abris sous roche
 
7. Zaman kebudayaan batu besar pada pembabakan kehidupan manusia purba disebut ....
a. Mesolithikum
b. Megalithikum
c. Mongoloid
d. Neolithikum
 
8. Gambar berikut merupakan alat peninggalan zaman Neolithikum yang disebut ....
a. kapak corong
b. kapak lonjong
c. kapak persegi
d. kapak genggam
 
9. Hasil kebudayaan pada zaman Mesolithikum berupa tumpukan sampah dapur dari kulit siput dan kerang
disebut ....
a. abris sous roche
b. kjokkenmoddinger
c. Proto Melayu
d. food gathering
 
10. Peti tempat menyimpan jenazah berikutnya seperti palung atau lesung yang dibuat dari batu yang utuh
dan diberi penutup sebagai hasil kebudayaan Megalithikum disebut ....
a. dolmen
b. sarkofagus
c. menhir
d. perimbas
 
11. Nekara merupakan alat peninggalan zaman perunggu, yaitu ....
a. menhir
b. sarkofagus
c. dolmen
d. arca
 
12. Fosil adalah ....
a. sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu
b. sisa-sisa hewan yang telah membatu
c. sisa-sisa tumbuhan yang telah membatu
d. sisa-sisa manusia yang telah membatu
 
13. Fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan pada 1890 di daerah ....
a. Solo
b. Sangiran
c. Trinil
d. Ngandong
 
14. Di antara jenis manusia purba yang ditemukan di Pulau Jawa, yang memiliki tingkat kecerdasan paling
tinggi adalah manusia purba ....
a. Meganthropus
b. Pithecanthropus
c. Homo Soloensis
d. Robustus
 
15. Fosil Homo Soloensis ditemukan oleh ....
a. E. Dubois, von Reitschoten, dan Ter Haar
b. von Koenigswald, E. Dubois, dan Ter Haar
c. Oppenoorth, Dubois, dan von Koenigswald
d. Oppenoorth, von Koenigswald, dan Ter Haar
TERIMAKASIH…..
SEKIAN…..

Anda mungkin juga menyukai