Anda di halaman 1dari 13

Tugas Sejarah

“KEHIDUPAN PRASEJARAH”

Oleh:

Sukma Aji Baskara – 672017107

TEKNIK INFORMATIKA

FAKTULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2020
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Praaksara
disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman Praaksara
dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa
Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah
adanya tulisan. Sejarawan Sartono Kartodirdjo dan Nugroho Notosusanto membagi zaman
praaksara menjadi empat tahapan.

1. Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Pada zaman Palaeolithikum, kira-kira 2 juta tahun lalu, manusia purba hidup
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain (Nomaden). Mereka berpindah-
pindah mencari daerah yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketergantungan
hidup pada alam merupakan pokok kehidupan manusia purba zaman itu. Mereka
berburu hewan liar dan mengumpulkan bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan. Pola
ini disebut sebagai food gathering. Untuk berburu dan mengumpulkan bahan
makanan mereka menggunakan alat-alat sederhana, apa adanya yang tersedia di alam
sekitar mereka. Masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan terus berlanjut
pada zaman Mesolitihikum. Kehidupan semi nomaden. Artinya ada yang tinggal
menetap, tetapi masih ada yang berpindah-pindah. Mereka memilih tempat di
gua/ceruk, tepi pantai, atau tepi sungai. Masa mesolithikum berlangsung selama
kurang lebih 20.000 tahun silam.

2. Masa Bercocok Tanam dan Beternak (Food Producing)


Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun
sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua
Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R.
Soekmono, perubahan dari food gathering ke food producing merupakan satu
revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena
terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan
berburu menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap
sebagai dasar peradaban Indonesia sekarang. Dalam hal kepercayaan mereka
melakukan pemujaan kepada arwah nenek moyang yang dianggap sangat
mempengaruhi kehidupan mereka (animisme) dan mempercayai kepada benda-benda
alam yang dianggap memiliki kekuatan (dinamisme). Manusia purba pada masa
bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk menunjang kegiatan bercocok
tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah halus, diupam
(diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu berbentuk
persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak Lonjong, terbuat dari
batu kali yang berwarna kehitam-hitaman. Umumnya jenis kapak ini digunakan
sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini banyak ditemukan di
Indonesia.

3. Masa Megalithikum (Masa Kebudayaan Batu Besar)


Adanya kebudayaan megalithik terungkap dari penemuan bangunan-bangunan yang
dibuat dari batu besar. Bahan-bahan bangunan megalithik kerap kali harus
didatangkan dari tempat lain sebelum didirikan di suatu tempat yang terpilih. Dalam
kenyataannya, bangunan megalithik memang didirikan demi kepentingan seluruh
masyarakat yang membangunnya. Bangunan ini didirikan untuk kepentingan
penghormatan dan pemujaan roh nenek moyang. Dengan demikian, pendirian
bangunan megalitihik berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat
pada masa itu. Bangunan megalithik tersebar di seluruh Indonesia. Ada yang
dibangun secara berkelompok dan ada yang berdiri sendiri. Kehidupan menetap yang
telah dijalani menimbulkan ikatan-ikatan antara manusia dengan alam semestanya.
Oleh karena itu, nenek moyang kita mempunyai kepercayaan yang berkaitan dengan
alam sekitarnya.

4. Masa Zaman Logam (Masa Perundagian)


Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan
secara sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan besi.
Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakan
pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga zaman
perundagian.
Pada masa ini nenek moyang bangsa Indonesia telah pandai membuat barang-barang
penunjang kehidupan dari logam. Di Indonesia logam yang digunakan adalah
perunggu dan besi. Maka muncul daerah-daerah produsen barang, yang kemudian
ditukarkan dengan barang kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter. Kebutuhan
barang makin meningkat memunculkan daerah konsumen, sehingga terjadilah
perdagangan antar daerah. Kebudayaan zaman logam terus berkembang hingga
munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Secara umum corak kehidupan masa praaksara dibagi menjadi 3 yaitu; masa berburu dan
mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Berikut adalah masing –
masing hasil kebudayaan bangsa Indonesia pada masa praaksara.

1. Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Berburu dan


Mengumpulkan Makanan
Masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang
dibutuhkan mereka untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan
makanan yang tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di
sekitar tempat bermukim mereka pada saat itu). Mereka hidup dengan cara berpindah
pindah (nomaden). Beberapa alat yang digunakan untuk berburu dan mengumpulkan
makanan antara lain sebagai berikut.
a) Kapak Perimbas, digunakan untuk berburu makanan, merimbas kayu, memahat
tulang, dan sebagai senjata. Kapak perimbas ditemukan di Lahat (Sumatera
Selatan), Kamuda (Lampung), Bali, Flores, Timor, Punung (Pacitan, Jawa Timur),
Jampang Kulon (Sukabumi, Jawa Barat), Parigi, Tambangsawah (Bengkulu).
b) Kapak Penetak, dibuat dari fosil kayu dan memiliki bentuk yang hampir sama
dengan kapak perimbas, bagian tajamnya berliku-liku. Kapak penetak ini
bentuknya lebih besar daripada kapak perimbas dan cara pembuatannya masih
kasar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu, atau disesuaikan
dengan kebutuhannya. Kapak penetak ini ditemukan hampir di seluruh wilayah
Indonesia.
c) Kapak Genggam, dibuat dari kalsedon dan fosil kayu, berukuran sedang dan
kecil. Pahat genggam memiliki bentuk yang lebih kecil dari kapak genggam. Para
ahli menafsirkan bahwa pahat genggam mempunyai fungsi untuk
menggemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk mencari umbiumbian yang dapat
dimakan.
d) Alat Serpih, merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang
dibentuk menjadi tajam. Alat tersebut berfungsi sebagai serut, gurdi, penusuk, dan
pisau. Tempat ditemukannya alat serpih ini antara lain di Punung (Pacitan, Jawa
Timur), Sangiran, Ngandong (lembah Sungai Bengawan Solo), Gombong (Jawa
Tengah), Lahat, Cabbenge, dan Mengeruda (Bagian Barat Flores, NTT).
e) Alat - Alat dari Tulang, dibuat dari tulang-tulang binatang buruan, seperti
tanduk menjangan, duri ikan pari, ada kemungkinan digunakan sebagai mata
tombak. Alatalat itu ditemukan di Gua Lawang di daerah Gunung Kendeng,
Bojonegoro. Di gua-gua di daerah Tuban (Gua Gedeh dan Gua Kandang)
ditemukan alat-alat dari kulit kerang berbentuk sabit (lengkung).

2. Hasil Kebudayaan Masa Bercocok Tanam


Masa bercocok tanam merupakan masa setelah berburu dan mengumpulkan makanan,
Masa dimana manusia praaksara mulai hidup menetap, mulai menanam, menguasai
alam. Pada masa ini kehidupan manusia berkembang dengan mulai mengolah
makanan dengan cara bercocok tanam. Beberapa alat yang digunakan antara lain
sebagai berikut.
a) Kapak Persegi, merupakan alat dengan permukaan memanjang dan berbentuk
persegi empat. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus, kecuali pada
bagian pangkal yang digunakan untuk tempat ikatan tangkai. Sisi pangkal diikat
pada tangkai, sisi depan diasah sampai tajam.
b) Kapak Lonjong, merupakan alat berbentuk lonjong dengan pangkal agak runcing
dan melebar pada bagian tajamannya. Seluruh permukaan alat tersebut telah
digosok halus. Sisi pangkal agak runcing dan diikat pada tangkai. Sisi depan lebih
melebar dan diasah sampai tajam pada kedua sisinya sehingga menghasilkan
bentuk tajaman yang simetris. Inilah yang membedakannya dengan beliung
persegi. Alat ini di Indonesia ditemukan hanya terbatas di daerah bagian timur,
yaitu di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua.
c) Mata Panah, mencerminkan kehidupan masyarakat pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan. Mata panahbanyak ditemukan di Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan. Tempat-tempat penemuan mata panah di Jawa Timur antara
lain adalah di Sampung (Gua Lawa), Tuban (Gua Gede dan Gua Kandang),
Besuki (Gua Petpuruh), dan Bojonegoro (Gua Keramat). Di Sulawesi Selatan, alat
ini antara lain ditemukan di beberapa gua di Pegunungan Kapur Bone (Gua
Cakondo, Tomatoa Kacicang, Ara, Bola Batu, Pattae) dan di beberapa gua di
Pegunungan Kapur Maros dan sekitarnya.
d) Gerabah, terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pada masa bercocok tanam, alat ini
dibuat secara sederhana. Semua dikerjakan dengan tangan. Gerabah ditemukan di
daerah Kendenglembu (Banyuwangi), Klapadua (Bogor), Serpong (Tanggerang),
Bali, Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi) serta beberapa daerah lain di
Indonesia.
e) Perhiasan, pada masa bercocok tanam, sudah dikenal perhiasan berupa gelang
yang terbuat dari batu dan kerang. Perhiasan seperti ini umumnya ditemukan di
Jawa Tengah dan Jawa Barat.
f) Bangunan Megalitik, Megalitik berasal dari kata mega yang artinya besar, dan
lithos yang artinya batu.Tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu
didasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang
mati. Jasa dari seseorang yang telah meninggal diabadikan dengan mendirikan
bangunan batu besar yang menjadi medium penghormatan.
1) Menhir, adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara
penghormatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
2) Sarkofagus, adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan.
Peninggalan ini banyak ditemukan di Bali.
3) Dolmen, adalah meja batu tempat menaruh sesaji, tempat penghormatan
kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakan jenazah. Daerah
penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.
4) Waruga, adalah peti kubur batu berukuruan kecil berbentuk kubus atau bulat
yang dibuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Utara.
5) Arca, adalah patung terbuat dari batu utuh, ada yang menyerupai manusia,
kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
6) Punden Berundak, merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan
menyusun batu secara bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak
ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

3. Hasil Kebudayaan Masa Perundagian


Masa perundagian atau jaman logam adalah salah satu tahapan kehidupan manusia
purba berdasarkan arkeologi. Pada zaman logam, masyarakat sudah mengenal
pembagian kerja atau dengan kata lain pada masa ini sudah terdapat tingkatan
masyarakat. Hal ini dikarenakan tidak semua orang memiliki logam dan tidak semua
orang bisa membuat alat-alat yang terbuat dari logam. Berikut ini beberapa
peninggalan masa perundagian.
a) Nekara, ialah semacam tambur besar dari perunggu yang berpinggang di bagian
tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Pada nekara, terdapat pola hias yang beraneka
ragam. Pola hias yang dibuat ialah pola binatang, geometrik, gambar burung,
gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar
manusia. Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar,
dan Irian.
b) Moko, bentuk moko menyerupai nekara yang lebih ramping. Bidang pukulnya
menjorok keluar, bagian bahu lurus dengan bagian tengah yang membentuk
silinder dan kakinya lurus serta melebar di bagian bawah..Nekara yang berukuran
lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko
dianggap sebagai benda keramat dan suci.
c) Kapak Perunggu, terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat, jantung,
dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak
corong. Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah,
dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.
d) Candrasa, sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang,
ditemukan di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara
keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.
e) Perhiasan Perunggu, benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan,
gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa perundagian, banyak
ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.
f) Bejana Perunggu, adalah benda yang terbuat dari perunggu berfungsi sebagai
wadah atau tempat menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan
menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan di Sumatera dan Madura.
g) Arca Perunggu, benda bentuk patung yang terbuat dari perunggu menggambar
orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, dan memegang panah. Tempat-
tempat penemuan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.

Pembabakan Prasejarah Berdasarkan Arkeologi

Kehidupan masyarakat prasejarah di Indonesia dan dunia yang terbagi menjadi beberapa
zaman bisa diketahui berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para arkeolog. Selain itu,
pembabakan zaman prasejarah di Indonesia juga dapat dipelajari secara ilmu Geologi.

1. Zaman Batu
Terjadi sebelum logam dikenal dan selain kayu dan tulang, berbagai alat – alat
kebudayaan masih dibuat dari batu. Pembagian zaman batu dalam prasejarah
berdasarkan arkeologi yaitu:

1) Zaman Paleolitikum (Batu Tua)


Paleolitikum atau zaman batu tua ditandai dengan penggunaan alat pada manusia
zaman batu yang masih berbentuk sederhana serta primitif dan kasar. Ciri – ciri
manusia yang hidup pada zaman ini adalah sebagai berikut:
- Hidup berkelompok di sekitar aliran sungai, gua atau di atas pohon.
- Mengandalkan makanan dari alam menggunakan teknik berburu dan food
gathering.

- Hidup nomaden atau selalu berpindah – pindah tempat berdasarkan


persediaan makanan dari satu tempat ke tempat yang lain.

- Manusia purba yang hidup di zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus


Erectus, Pithecanthropus Robustus, Menganthropus Palaeojavanicus.

2) Zaman Mesolithikum (Batu Tengah)


Zaman batu tengah terjadi pada akhir zaman es yaitu sekitar 10 ribu tahun lalu.
Manusia pada zaman ini adalah bangsa Melanoside, nenek moyang orang Papua,
Semang, Aeta, Sakai dan Aborigin. Masyarakat hidup nomaden dan mencari
makan dengan food gathering, berburu, menangkap ikan, tinggal di gua – gua
bawah bukit karang, menghasilkan artefak manusia purba seperti alat – alat batu
kasar, ditemukan bukit – bukit kerang setinggi 7 meter di pinggir pantai
(Kjokkenmodinger) yang diperkirakan merupakan sampah dapur. Alat – alat yang
ditemukan adalah kapak genggam (pebble), kapak pendek (hache coure), pipisan
(batu penggiling), dan kapak – kapak batu kali yang dibelah. Ada juga
peninggalan berupa lukisan atau coretan di gua dan alat  – alat kesenian, banyak
ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores.
3) Zaman Neolitikum (Batu Muda)
Zaman batu muda di Indonesia dimulai sekitar tahun 1500 SM. Cara hidup
manusia purba di zaman ini sudah beralih ke food producing, beternak dan
bercocok tanam, menetap di rumah – rumah panggung, membangun lumbung –
lumbung untuk menyimpan padi dan gabah. Ciri – ciri utama pada zaman ini
adalah peralatan batu yang sudah dihaluskan. Antara lain berupa kapak persegi
seperti beliung, torah dan pacul yang ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Ada juga artefak di
Indonesia berupa kapak batu atau kapak persegi berleher yang ditemukan dari
Minahasa, perhiasan yang ditemukan di Jawa, pakaian dari kulit kayu, tembikar
yang ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Melolo.
4) Zaman Megalitikum (Zaman Batu Besar)
Penemuan batu – batu besar sebagai bukti – bukti peninggalan megalitikum
menunjukkan bahwa pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan
terhadap roh nenek moyang (animisme) dan kepercayaan pada kekuatan gaib
yang ada pada segala sesuatu (dinamisme). Peninggalan bersejarah zaman
Megalitikum yang berhubungan berbentuk menhir, dolmen, sarkofagus, arca,
kubur batu dan punden berundak. Manusia pada zaman ini juga sudah belajar
untuk memperlakukan orang yang meninggal dengan penuh hormat, terbukti
dengan keberadaan sarkofagus batu dan kubur batu tersebut.

2. Zaman Logam
Selain peralatan dari batu yang sudah ada manusia sudah bisa membuat jenis
artefak berupa alat – alat dari logam dan juga sudah mengenal teknik peleburan
logam. Dua macam teknik pembuatan pada kebudayaan logam yaitu cetakan batu
(bivalve) dan cetakan tanah liat serta lilin (a cire perdue). Teknik bivalve dapat
digunakan berkali – kali. Zaman logam juga dikenal sebagai masa perundagian
karena pada zaman ini muncul golongan undagi yang mahir melakukan pekerjaan
tangan. Zaman logam terbagi beberapa periode lagi yaitu:

1) Zaman Perunggu
Dikenal juga dengan nama kebudayaan Dongson-Tonkin, kebudayaan ini terjadi
ketika manusia sudah mampu mencampur tembaga dengan timah sehingga
menghasilkan logam yang lebih keras lagi. Alat – alat dari zaman perunggu ini
ada kapak corong atau kapak perunggu yang ditemukan di Sumatera Selatan,
Jawa – Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian. Dan juga ditemukan di
Sumatera, Jawa – Bali, Sumbawa, Rote, Selayar dan Leti. Arca perunggu di
Bangkinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur), dan Bogor (Jawa Barat).
2) Zaman Besi

Teknik peleburan besi dari bijinya sudah dikenal dan dituang menjadi bentuk alat
– alat yang diperlukan. Teknik melebur besi lebih sulit daripada teknik peleburan
tembaga atau perunggu karena memerlukan suhu panas kurang lebih 3500 derajat
celcius. Alat – alat peninggalan dari zaman besi antara lain mata kapak dengan
tangkai kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang dan cangkul yang ditemukan di
Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa
Timur).

Pembabakan Prasejarah Berdasarkan Geologi

1. Arkaeozoikum, zaman ini berlangsung kira – kira pada 545 – 450 juta tahun lalu. Waktu
itu kulit bumi masih berada dalam tahap pembentukan sehingga kondisi bumi belum
stabil, belum terlihat adanya tanda – tanda kehidupan kerena udara masih sangat panas.
Pada akhir zaman Arkeozoikum barulah terjadi penurunan suhu yang memungkinkan
munculnya kehidupan.
2. Paleozoikum, berlangsung kurang lebih 340 juta tahun lalu dan diperkirakan muncul
makhluk hidup di bumi pada saat ini. Yang muncul berupa makhluk hidup bersel satu dan
tidak bertulang belakang seperti bakteri dan semacam amfibi.
3. Mesozoikum, juga dikenal dengan zaman sekunder yang berlangsung pada 140 juta
tahun lalu. Ditandai dengan kemunculan hewan – hewan reptil bertubuh besar seperti
dinosaurus, juga dikenal dengan sebutan zaman reptil.
4. Neozoikum, berlangsung kurang lebih 60 juta tahun yang lalu, kehidupan sudah mulai
stabil dan berkembang. Zaman ini terbagi menjadi zaman Tersier ditandai dengan
berkurangnya hewan – hewan besar, lalu sudah muncul berbagai jenis binatang menyusui
seperti monyet atau kera. Pembagian kedua adalah zaman kuartier dimana di zaman ini
terjadi kemunculan manusia purba. Zaman kuartier juga terbagi lagi menjadi zaman
Pleistosen yang merupakan zaman es atau awal kehidupan manusia, pada saat ini banyak
air yang menjadi es sehingga permukaan air laut menurun. Periode kedua dari kuartier
adalah zaman Halosen yang berlangsung sekitar 20 ribu tahun lalu. Pada zaman ini
muncul Homo Sapiens, salah satu dari jenis – jenis manusia purba di Indonesia dan nenek
moyang manusia modern.
KEHIDUPAN MANUSIA PRA AKSARA INDONESIA
Sebutan ‘masa praaksara’ ada untuk menggantikan ‘masa prasejarah’ yang dirasa kurang
tepat karena meskipun belum mengenal tulisan, manusia purba yang hidup pada masa tersebut
sudah memiliki sejarah serta telah menghasilkan kebudayaan.
Manusia purba masa praaksara juga memiliki sistem kepercayaan. Ada tiga sistem kepercayaan
yang diyakini merupakan bagian dari masa praaksara. Pertama, animisme yang mempercayai
pengaruh roh nenek moyang bagi kehidupannya. Kedua, dinamisme yang mempercayai
kekuatan suatu benda dalam mempengaruhi kehidupannya. Ketiga, totemisme yang
mempercayai kekuatan hewan yang dianggap suci.
Semua hal ini dapat ditemukan dari hasil penelitian arkeolog, baik berupa fosil maupun artefak.
Ada tiga jenis manusia purba yang fosilnya ditemukan di Indonesia, yaitu:
1. Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba paling tua di Jawa ini memiliki tubuh besar dan kekar. Rahangnya besar,
tulangnya tebal, dan keningnya menonjol. Meganthropus Paleojavanicus hidup kira-kira
dua juta tahun SM. Fosilnya ditemukan dan diteliti oleh Dr. G.H.R. Von Koenigswald
pada 1936 dan 1941 di Sangiran, Solo.
2. Pithecanthropus Erectus
Dari namanya, manusia purba satu ini merupakan manusia kera yang berjalan tegak.
Tingginya sekitar 165-180 cm, sama dengan manusia zaman now. Fosilnya ditemukan
oleh Eugene Dubois di Trinil, dekat Bengawan Solo.
3. Homo
Manusia purba ini lebih sempurna dibandingkan dengan kedua pendahulunya. Ada tiga
jenis Homo di Indonesia, yaitu:
- Homo Soloensis
Seperti kedua pendahulunya, Homo Soloensis juga berasal dari Solo.
Fosilnya ditemukan oleh Ir. Oppenorth di Ngandong. Tinggi badannya
yaitu 180 cm dan tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus
Erectus. Homo Soloensis dapat berjalan tegak.
- Homo Wajakenesis
Ditemukan oleh Van Reitschoten pada 1889 di Wajak, Jawa Timur,
manusia purba ini memiliki tinggi badan yang berkisar dari 130-210 cm
dengan tengkorak yang lebih bulat. Mereka juga dapat berjalan tegak serta
memiliki keahlian untuk membuat peralatan dari batu, kayu, dan tulang-
belulang.
- Homo Sapiens
Manusia purba generasi terakhir ini memiliki ciri-ciri fisik yang
menyerupai manusia modern masa sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sejarah/masa-praaksara-sejarah-kelas-10/
https://sejarahlengkap.com/pra-sejarah/pembabakan-prasejarah
https://baixardoc.com/documents/zaman-praaksara-adalah-masa-kehidupan-manusia-sebelum--
5cb8de6532bdd
https://www.plengdut.com/2013/03/perkembangan-kehidupan-pada-masa.html

Anda mungkin juga menyukai