Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, Makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya .
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Pelajaran Sejarah dengan judul Asal Usul Nenek
Moyang Indonesia. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan
mampu untuk lebih mengenal tentang Asal Usul Nenek Moyang
Indonesia .
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat
memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita
juga harus mengetahui Asal Usul dan Perkembangan nenek
moyang kita di Indonesia .

Penyusun
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, tetapi
banyak masyarakat yang tidak tahu akan nenek moyang
bangsa Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya
zaman, semakin banyak masyarakat yang tidak perduli akan
sejarah nenek moyangnya sendiri . Hal ini mengakibatkan
Sumber Daya Manusia di Indonesia masih di ragukan .
berangkat adri permasalahan ini, kami ingin membahas
tentang Asal Usul Nenek Moyang Indonesia .

1.2. Perumusan Masalah


Bagaimana Pembagian Masa Praaksara di Indonesia?
Menjelaskan Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia?
Menjelaskan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-
tujuan yang dapat bermanfaat bagi para remaja dalam
pemahaman tentang Asal Usul dan Persebaran Manusia di
Kepulauan Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui Pembagian Masa Praaksara di Indonesia
2. Mengetahui Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia
3. Mengetahui Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
PEMBAHASAN

2.1 Pembagian Masa Praaksara di Indonesia

1. Pembagian masa praaksara berdasarkan geologi :


a. Arkaeozoikum
Zaman ini terjadi sekitar 2500 juta tahun yang lalu.
Belum ada kehidupan apapun karena kondisi/keadaan
bumi yang masih panas.

b. Palaeozoikum
Zaman ini disebut juga Zaman Primer dan terjadi
sekitar 340 juta tahun yang lalu. Sudah ada kehidupan
berupa makhluk bersel satu. Kondisi bumipun masih
panas.

c. Mesozoikum
Zaman ini disebut juga Zaman Sekunder dan terjadi
sekitar 140 juta tahun yang lalu. Di zaman ini, mulai
muncul reptil-reptil raksasa yang disebut dinosaurus.
Zaman ini disebut juga Zaman Reptil.

d. Neozoikum
Zaman ini disebut juga Kainozoikum dan terjadi sekitar
60 juta tahun yang lalu. Zaman ini terbagi menjadi dua
masa, yaitu Zaman Tersier yang ditandai dengan
munculnya binatang-binatang mamalia dan Zaman
Kuarter yang ditandai dengan munculnya jenis manusia
purba. Zaman Kuarter terbagi lagi menjadi dua, yaitu
Zaman Dilluvium (Pleistosin) atau zaman es dan Zaman
Alluvium (Holosin) yang ditandai dengan munculnya
manusia.

2. Pembagian masa praaksara berdasarkan


arkeologi dan corak kehidupan :
a. Berdasarkan arkeologi :

1) Zaman Batu
Zaman Batu merupakan zaman dimana manusia menggunakan
batu menjadi bahan utama untuk membuat peralatan hidup.
Zaman batu dibagi menjadi 4, yaitu Zaman Batu Tua
(Palaeolithikum), Zaman Batu Madya (Mesolithikum), Zaman
Batu Muda (Neolithikum), dan Zaman Batu Besar
(Megalithikum).

a) Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)


Ciri-ciri Zaman Batu Tua :
1. Manusia menggunakan alat-alat dari batu, sebagian kecil
dari tulang yang kasar.
2. Alat yang digunakan berupa kapak genggam, kapak
berimbas, dan alat serpik.
3. Bertempat tinggal secara berpindah-pindah (nomaden).
4. Belum mengenal seni.
5. Manusia hidup dengan cara meramu dan berburu (food
gathering).
Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di Pacitan
dan Ngandong, Jawa Timur.

b) Zaman Batu Madya (Mesolithikum)


Ciri-ciri Zaman Batu Madya :
1. Alat-alat yang digunakan lebih halus daripada Zaman Batu
Tua.
2. Ditemukan goa tempat tinggal (abris sous roche).
3. Mulai mengenal seni yang berupa lukisan cap tangan di
dinding gua.
4. Ditemukan bukit karang hasil sisa sampah dapur
(kjokkenmoddinger).
5. Mulai mengenal kepercayaan.
Mulai ditemukan pebble atau kapak Sumatera.

c) Zaman Batu Muda (Neolithikum)


Ciri-ciri Zaman Batu Muda :
1. Peralatan yang digunakan batu sudah dihaluskan.
2. Mengenal pakaian dari kayu, perhiasan manik-manik.
3. Tempat tinggal mulai menetap (sedenter).
4. Mulai bercocok tanam (food producing).
5. Kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang.
Ditemukannya kapak lonjong dan beliung persegi.

d) Zaman Batu Besar (Megalithikum)


Zaman Megalithikum merupakan zaman manusia membuat
kebudayaan dari batu-batu besar. Hasil kehidupannya adalah :
1. Menhir merupakan tugu baru yang digunakan untuk memuja
arwah leluhur.
2. Dolmen merupakan meja batu yang digunakan untuk
meletakkan sesaji.
3. Kubur batu merupakan tempat yang menyimpan mayat. Ada
dua macam, yaitu waruga (berbentuk kubus) dan sarkofagus
(berbentuk lesung).
4. Punden berundak merupakan bangunan batu yang disusun
berundak-undak.
Guna dari artefak besar ini adalah sarana untuk memuja roh-
roh nenek moyang. Pada zaman ini, mulai muncul kepercayaan
kepada fenomena alam dan roh nenek moyang.
gambar peninggalan zaman megalithikum

2) Zaman Logam
Pada zaman ini, barang dan alat logam sudah dikenal (menjadi
alat yang dominan) dan peralatan dari batu pun terus
berkembang. Zaman Logam dibagi menjadi tiga, yaitu :
- Zaman Perunggu
Zaman Tembaga (tidak dikenal di Indonesia)
Zaman Besi
Peninggalan pada Zaman Logam adalah nekara, moko, kapak
corong/kapak sepatu, arca perunggu, dan bejana perunggu.
Nekara merupakan genderang besar yang terbuat dari
perunggu yang berfungsi untuk upacara ritual (khususnya
untuk memanggil hujan). Nekara terbesar di Indonesia adalah
Nekara The Moon of Pejeng yang terdapat di Bali. Sedangkan
moko adalah nekara yang lebih kecil yang berfungsi sebagai
mas kawin.
Selain perunggu, logam lain yang digunakan pada zaman itu
adalah besi. peninggalan dari Zaman Besi berupa senjata
tombak dan mata panah. Ada pula alat pertanian seperti
cangkul, sabit, dan mata bajak. Peninggalan dari besi susah
ditemui karena sifat besi yang mudah berkarat.
the moon of pejenggambar peninggalan zaman logam
b. Berdasarkan corak kehidupan :

1) Masa Meramu dan Berburu


Masa Meramu dan Berburu berlangsung bersamaan dengan
Zaman Batu Tua (Palaeolithikum). Maka dari itu, Masa Meramu
dan Berburu ini hampir sama dengan Zaman Batu Tua.
Kegiatan pokoknya adalah mengumpulkan makanan dari hasil
hutan (atau berburu). Kehidupan masyarakat pada saat itu
hanya bergantung pada alam. Manusia pada saat itu bertempat
tinggal secara berpindah-pindah (nomaden). Beberapa alat
yang digunakan pada Zaman Meramu dan Berburu adalah :
1. Kapak perimbas yang digunakan untuk merimbas
(memotong) kayu dan menguliti binatang.
2. Kapak genggam yang digunakan untuk mencari ubi dan
memotong daging hasil buruan.
3. Tombak yang digunakan untuk berburu binatang buas.
Pada masa ini, manusia sudah menggunakan api untuk
memasak, penerangan, dan menghalau binatang buas.

2) Masa Bercocok Tanam


Di jaman ini, manusia mulai bercocok tanam diladang/sawah.
Peralatan pun mulai diasah seperti kapak batu, mata anak
panah, mata tombak. Yang terkenal adalah beliung persegi.
Tempat-tempat yang ditemukan kapak dan beliung persegi
yang masih kasar disebut atelier. Atelier ditemukan di Punung,
Jawa Timur dan Pasir Kawat, Jawa Barat. Manusia mulai
bertempat tinggal tetap (sedenter). Tempat tinggalnya
perlahan-lahan berbentuk ke bentuk yang lebih baik. Mulai
mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Mulai juga
ditemukan kapak lonjong. Kapak lonjong merupakan alat untuk
berburu yang tidak bisa ditemukan di daerah Indonesia Barat.

3) Masa Perundagian
Masa ini merupakan perkembangan dari masa bercocok tanam.
Masa Perundagian ditandai dengan munculnya kaum undagi,
yaitu sekelompok orang yang ahli menciptakan suatu barang
berupa cetakan dari perunggu, besi, dan gerabah. Pada masa
itu, ada teknik khusus dalam menciptakan logam, yaitu teknik
mencetak logam dengan cara berulang-ulang yang disebut
bivalve. Di jaman itu, mulai adanya perkampungan, dan adanya
kegiatan perdagangan serta pelayaran. Pada saat itu,
masyarakat hidup penuh setia kawan dan solidaritas.
2.2 Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia

Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan.


Mengapa demikian? Hal ini berkaitan erat dengan tingkat
peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan. Bangsa
Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan sejak 4000 SM.
Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol sebagai huruf
yang disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno
mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno
hampir sama dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya
perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno menggunakan simbol-
simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu.
Huruf ini disebut hieroglif.
Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5
Masehi. Para pedagang India datang pada saat itu dan
membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur
bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan.
Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai,
Kalimantan Timur. Tulisan tersebut menggunakan huruf
Pallawa. Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa
aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami
kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang,
agama Hindu-Buddha mulai berkembang. Kegiatan
perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.

a. Manusia Purba di Indonesia


Indonesia merupakan tempat yang sangat penting untuk
penelitian manusia purba. Ini karena Indonesia banyak
ditemukan fosil manusia purba. Fosil manusia yang menjadi
pengungkap masa praaksara di Indonesia disebut fosil pandu.
Di Indonesia, ada dua ra manusia yaitu Ras Austromelanesoid
dan Ras Mongoloid. Ras Austromelanesoid memiliki ciri-ciri :
tubuh agak besar, tengkorak kecil, rahang ke depan, hidung
lebar, dan alat pengunyah kuat. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri
: tubuh lebih kecil, tengkorak sedang dan bundar, muka lebar
dan datar, hidung sedang. Sisa-sisa manusia di Langsa,
Tamiang, dan Binjai (Sumatra Utara) menunjukkan ciri-ciri Ras
Austromelanesoid. Juga di Goa Lawa, Sampung, Ponorogo dan
di Flores (Liang Toge, Liang Momer, dan Liang Panas)
menunjukkan ciri-ciri Ras Austromelanesoid. Sedangkan, di
Sulawesi Selatan menunjukkan ciri-ciri Ras Mongoloid. Manusia
purba di Indonesia ada tiga jenis, yaitu Meganthropus
Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan Homo.

1. Meganthropus Palaeojavanicus
Nama ini terdiri dari empat kata, yaitu mega (besar), anthropus
(manusia), palaeo (tua), dan javanicus (Jawa). Maka, arti
Meganthropus Palaeojavanicus adalah manusia besar tertua di
Jawa. Ini merupakan manusia paling primitif di Indonesia.
Fosilnya ditemukan oleh Von Koeningswald di Sangiran,
Surakarta pada tahun 1941. Ciri-ciri Meganthropus
Palaeojavanicus adalah :
Memiliki tulang pipi yang tebal
Memiliki otot kunyah yang kuat
Memiliki tonjolan kening yang mencolok
Memiliki tonjolan belakang yang tajam
Tidak memiliki dagu
Memiliki perawakan yang tegap
Memakan jenis tumbuhan

2. Pithecanthropus Erectus
Nama ini terdiri dari tiga kata, yaitu pithecos (kera), anthropus
(manusia), dan erectus (tegak). Jadi arti Pithecanthropus
Erectus ialah manusia kera yang berjalan tegak. Fosilnya
ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891
oleh Eugene Dubois. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis,
Mojokerto, Jawa Timur tepatnya di Lembah Sungai Brantas pada
tahun 1936 oleh Von Koeningswald. Karena itu fosil anak-anak,
Weidenreich menamakannya Pithecanthropus Robustus.
Sedangkan Von Koeningswald menamakannya Pithecanthropus
Mojokertensis. Ciri-ciri Pithecanthropus Erectus adalah :
Tinggi badan sekitar 165-180 cm
Volume otak berkisar antara 750-1350 cc
Bentuk tubuh dan anggota badan tegap
Alah pengunyah dan otot tengkuk kuat
Bentuk geraham besar dengan rahang yang kuat
Bentuk tonjolan kening tebal melintang
Bentuk hidung tebal
Bagian belakang kepala menonjol
Muka menonjol ke depan dan dahi ke belakang

3. Homo
Homo diberi nama homo sapiens yang berarti manusia cerdas.
Homo di Indonesia ada dua jenis, yaitu Homo Wajakensis dan
Homo Soloensis.
a. Homo Soloensis
Nama ini berarti manusia dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh Ter
Haar dan Oppenoorth di daerah Ngandong, Lembah Bengawan
Solo pada tahun 1931-1934.
b. Homo Wajakensis
Nama ini berarti manusia dari Wajak. Homo Wajakensis mirip
dengan penduduk asli Australia. Fosilnya ditemukan oleh
Eugene Dubois pada tahun 1889 di Desa Wajak, Tulungagung,
Jawa Timur.

Ciri-ciri Homo adalah :


Volume otaknya antara 1000-1200 cc
Tinggi badan antara 130-210 cm
Otot tengkuk mengalami penyusutan
Muka tidak menonjol ke depan
Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
Manusia purba tidak hanya di Indonesia, ada pula di luar
Indonesia, yaitu di China, Afrika, dan Eropa.
1. Manusia dari China
Pada tahun 1927, Davidson Black menemukan fosil manusia
purba di China yang diberi nama Homo Pekinensis yang berarti
manusia dari Peking. Ia menemukan fosil tersebut di Goa
Choukhoutien sekitar 40 km dari Kota Peking. Homo Pekinensis
mirip dengan Pithecanthropus Erectus sehingga diberi nama
Pithecanthropus Pekinensis yang artinya manusia kera dari
Peking.

2. Manusia purba di Afrika


Fosilnya diberi nama Homo Africanus yang artinya manusia dari
Afrika. Fosil ini ditemukan oleh Raymond Dart di sebuah
pertambangan di Taung, Botswana pada tahun 1924. Fosil
Homo Africanus disebut Austrolopithecus Africanus karena mirip
dengan penduduk asli Australia.

3. Manusia purba di Eropa


Pada tahun 1856, Rudolf Virchow melakukan penggalian di
Lembah Neanderthal, Dusserdolf, Jerman. Ia menemukan fosil
yang diberi nama Homo Neanderthalensis atau manusia
Neanderthal. Di Goa Spy, Belgia juga ditemukan fosil sejenis. Di
Perancis juga ditemukan fosil manusia yang diberi nama Homo
Cro-Magnon.

b. Terbentuknya kepulauan di indonesia

Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra,


Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau
ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan
Indonesia. Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi and
130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari
gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari
permukaan laut. Indonesia merupakan tempat pertemuan 2
rangkaian gunung berapi aktif (Ring of Fire). Terdapat puluhan
patahan aktif di wilayah Indonesia.
Indonesia terletak pada pertemuan 4 lempeng besar
dunia(Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Filipina dan Pasifik)
Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak 5-9 cm per tahun ,
namun, karena masa batuan yang bergerak besar, maka
energinya besar pula. Hal tersebut berdampak pada banyaknya
aktivitas vulkanisme, tektonisme bahkan gempa bumi di
wilayah kepulauan Indonesia.
Teori tektonik lempeng (plate tectonic) adalah teori yang
menjelaskan pergerakan yang terjadi di kulit bumi sehingga
memunculkan bentuk permukaan bumi seperti yang sekarang
kita diami.
Menunjamnya lempeng dasar samudra disebabkan oleh
desakan lempeng benua yang lebih tebal dan keras, dan di
tempat inilah terbentuk palung laut (dasar laut yang dalam dan
memanjang). Dampak dari pergerakan lempeng terhadap
wilayah Indonesia, membuat wilayah Indonesia rawan akan
gempa bumi.
Adanya pergerakan subduksi antara dua lempeng
menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit
samudra. Demikian pula subduksi antara lempeng Indo-
Australia dan lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di
Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang pulau
Jawa, Bali, dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain
adalah Parit Jawa (Sunda). Lempeng tektonik terus bergerak.
Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan
yang cukup keras. Jika ini terjadi, timbullah gempa dan
tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan.
Bagaimana proses terbentuknya Kepulauan di Indonesia ?
Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, sampai kepulauan di
provinsi NTT dan NTB : Pulau-pulau tersebut terbentuk Karena
adanya aktivitas vulkanisme di bawah permukaan bumi, maka
hasil yang dapat dirasakan di permukaan Bumi adalah adanya
lava(cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari
dalam bumi). Lama kelamaan lava tersebut memadat
bertambah besar membentuk sebuah busur pulau. Proses
seperti ini dikenal sebagai Island Arc.
Pulau Sulawesi : Pulau Sulawesi terbentuk akibat pertemuan
lempeng Filipina, Indo-Australia, Eurasia dan lempeng mikro
lain di daerah tersebut.
Pulau Irian Jaya dan Kalimantan : Keduanya memilki kesamaan
proses terbentuknya, keduanya terbentuk dari pecahan super
benua pada awal terbentuknya permukaan bumi, sesuai teori
tektonik lempeng yang menyebutkan bahwa dahulu seluruh
daratan di muka bumi ini adalah satu daratan yang maha luas
bernama Pangea yang terpecah menjadi dua yaitu Godwana(di
Utara) dan Laurasia(di Selatan). Seiring berjalannya waktu
kedua lempeng besar tersebut terpecah-pecah kembali menjadi
pecahan benua-benua seperti sekarang .
Pulau-pulau kecil : Proses terbentuknya pulau-pulau ini, sangat
sederhana dibanding yang lain. Mereka berasal dari endapan
pecahan kerang, koral dan binatang laut lainnya. Semakin lama
semakin besar, dan akhirnya terbentuklah sebuah pulau baru.

2.3 Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Nenek moyang bangsa Indonesia termasuk dalam bangsa
Melayu Austronesia. Menurut Kern dan Heine Geldern, nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Hindia Belakang
di China Selatan. Persebarannya ke Indonesia melalui dua
periode, yaitu pada tahun 1500 SM dan 500 SM. Sebelum
bangsa Melayu Austronesia datang, di Indonesia sudah didiami
oleh Suku Wedoid dan Negrito. Sisa-sisa Suku Wedodi yang
masih hidup adalah Suku Sakai di Siak, Suku Kubu di Jambi, dan
Suku Duku Lubu di Palembang. Adapun sisa-sisa Suku Negrito
dikatakan lenyap dari Indonesia.
1. Periode Persebaran Tahun 1500 SM
Periode pertama persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
ini juga disebut persebaran Proto Melayu (Melayu Tua).
Persebaran Proto Melayu terjadi melalui dua jalur, yaitu jalur
barat-selatan dan jalur timur-utara.
a. Persebaran Jalur Barat-Selatan berawal dari Yunan-Melayu-
Sumatra-Jawa-Kalimantan.
b. Persebaran Jalur Timur-Utara berawal dari Yunan-Vietnam-
Filipina-Sulawesi-Irian.
Persebaran periode Proto Melayu membawa kebudayaan batu
muda (Neolithikum) yang berpusat di Baschon Hoabinh
(Indochina). Bangsa Proto Melayu menurunkan berbagai suku
seperti Suku Toraja, Suku Nias, Suku Batak, Suku Dayak, dan
Suku Sasak.

2. Periode Persebaran Tahun 500 SM


Periode persebaran tahun 500 SM juga disebut persebaran
Deutero Melayu (Melayu Muda). Jalur persebarannya adalah
melalui Daratan Asia-Semenanjung Melayu-Sumatra-Jawa.
Periode persebaran Deutero Melayu membawa kebudayaan
logam yang berpusat di Dongson (Indochina). Bangsa Deutero
Melayu menurunkan Suku Minang, Suku Jawa, dan Suku Bugis.
Pendapat Von Heine Geldern tentang asal usul nenek moyang
bangsa Indonesia diperkuat hasil penyelidikan Prof. Dr. H. Kern
pada tahun 1899 yang melakukan perbandingan-perbandingan
terhadap rumpun bahasa Austronesia. Hasilnya membuktikan
bahwa berbagai bahasa daerah yang tersebar di Indonesia
pada mulanya ialah satu rumpun bahasa yaitu Rumpun Bahasa
Austronesia. Penyelidikan ini juga memperkuat teori bahwa
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina
Selatan.

a. Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia


Menurut Von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari Yunnan, China bagian Selatan.
Kedatangan nenek moyang dari wilayah Yunnan ke wilayah
nusantara terbagi dalam dua gelombang yakni:
1. Proto Melayu: tiba di wilayah nusantara kira-kira tahun
2000 SM, mereka membawa kebudayaan Neolithikum. Arah
persebaran proto melayu terbagi dalam 2 cabang yakni:
Bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong (ras papua
melanesoid) , datang dari Yunnan melalui Filipina, kemudian
menyebar ke Sulawesi Utara, Maluku, bahkan sampai ke Papua.
Cabang yang kedua adalah Ras Austronesia, membawa
kebudayaan kapak persegi, menyebar melalui Yunnan, Malaya,
Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara.
2. Deutro Melayu: sampai di wilayah Nusantara kira-kira
tahun 500 SM, membawa kebudayaan Dongson, wilayah
Vietnam bagian utara, benda yang dibawa antara lain: nekara,
candrasa, bejana, arca, manik-manik. Alur penyebaran Melayu
Muda ini, berawal dari daratan Asia, Thailand, Malaysia Barat,
kemudian menyebar ke wilayah Nusantara.
Contoh hasil kebudayaan Dongson (nekara dan moko)

Jenis Jenis Manusia Indonesia Yang Hidup Pada Masa Pra


Aksara
1. Megantropus paleojavanicus
diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun
1936.
2. Pithecantropus Mojokertensis
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo
tahun 1936.
3. Pithekantropus Erectus
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh
Eugine Duboise tahu 1890.
4. Homo Soloensis
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter
Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 1934.
5. Homo Wajakensis
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten
tahun 1889.

Ciri ciri Manusia Pra Aksara :


Meganthropus Palaeo Jaavanicus
Pithe Canthropus Erectus
Homo
- Berbadan tegap dengan tonjolan di belakang kepala
- Bertulang pipi tebal
- Tidak berdagu
- Gigi dan rahang besar dan kuat
- Tinggi tubuhnya 165 180 cm
- Berbadan tegap
- Hidung lebar tidak berdagu
- Volumea otak antara 750 cc 1300 cc
- Tinggi tubuh sekitar 130 210 cm
- Otot kenyal, gigi dan rahang sudah menyusut
- sudah merdagu
- Volume otak 1000 1300 cc

Catatan :
1. di Indonesia ditemukan fosil manusia purba terbanyak di
dunia ini dan fosil manusia purba tertua juga ditemukan di
Indonesia yang ditemukan di sekitar lembah bengawan Solo
kabupaten Sragen. Sragen telah ditetapkan oleh UNESCO
sebagai "World Heritage" atau Warisan Dunia.
2. Indonesia merupakan surga bagi penelitian kehidupan
manusia purba, karena fosil yang ditemukan di Indonesia paling
banyak jenisnya.

C. Perkembangan corak kehidupan dan peralatan yang


digunakan manusia purba dibagi menjadi 4 tahap :

1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat


sederhana
corak kehidupan :
Nomaden ( berpindah pindah )
Kebutuhan hidup tergantung pada alam
Peralatan yang digunakan :
Kapak berimbas
Kapak penetak
Kapak genggam

2. Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat


lanjutan
Corak kehidupan :
Bertempat tinggal di gua gua ( setengah menetap )
Sudah mengenal api
Sudah mengenal bertanam sederhana
Peralataan yang digunakan :
Kapak berimbas
Kapak penetak
Kapak genggam
Peralatan serpih
Peralatan dari tulang

3. Masa bercocok tanam


Sudah mampu mengatur dan memanfaatkan sumber daya
alam
Sudah mampu menghasilkan makanan sendiri
Sudah mulai hidup menetap
Sudah mengenal sistem gotong royong
Peralatan yang digunakan :
Beliung : Kapak batu, mata anak panah, mata tombak, gerabah
Beliung persegi > batu yang sudah dihaluskan pada sisi -
sisinya

4. Masa Perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
Manusia terbagi dalam kelompok kelompok yang
memiliki ketrampilan
Manusia membangun tempat pemujaan dari batu batu
besar.
Peralatan yang digunakan :
Kapak perunggu ( kapak corong, kapak sepatu ), nekara,
moko, peralatan upacara manik manik dll.

D. Sistem Kepercayaan dan Peninggalan Peninggalan


kebudayaan pada masa perundagian :
1. Sistem kepercayaan

Anismisme
Yaitu kepercayaan kepada nenek moyang terhadap roh ( jiwa )
nenek moyang yaang telah meninggal dan masih berpengaruh
terhadap kehidupan di dunia.
Dinamisme
Yaitu paham kepercayaan terhadap benda benda yang
dianggap memiliki kekuatan gaib
Totemisme
Yaitu paham kepercayaaan yang menganggap suci / memiliki
kekuatan supranatural roh binatang tertentu seperti harimau,
sapi, ular, dan kucing.
Shamamisme
Yaitu paham pemujaan terhadap pelaksana upacara ritual,
misal dukun / kepala suku

2. Bentuk bangunan masa perundagian


Menhir
Yaitu tiang batu sebagai tugu peringatan kepada arwah nenek
moyang
Dolmen
Yaitu meja batu tempat meletakkan sesaji
Peti kubur batu
Yaitu Lempengan batu besar berbentuk kotak persegi panjang
sebagai peti jenasah
Sarkofagus
Yaitu Bangunan batu besar berbentuk seperti mangkuk
sepasang sebagai peti jenasah
Patung nenek moyang
yaitu bangunan berbentuk arca bagian kepala sebagai lambang
nenek moyang
Punden berundah
Yaitu Susunan batu bertingkat menyerupai candi sebagai
upacara pemujaan
Waruga
yaitu Peti kubur batu berukuran kecil berbentuk kubus dan
memiliki tutup dari lempengan batu lebar
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asal usul manusia berkaitan dengan teori evolusi. Tokoh yang
mengeluarkan
teori evolusi ialah Charles Darwin. Berdasarkan teorinya,
Darwin mencoba memberikan jawaban tentang asal-usul
manusia dan bagaimana manusia itu mengalami
perkembangan secara fisik. Penemuan manusia purba di
Indonesia dapat menjelaskan tentang asal usul dan penyebaran
manusia di Indonesia. Berdasarkan penemuan-penemuan
tersebut maka timbul berbagai teori mengenai asal usul dan
persebaran manusia di Indonesia.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini saya susun dengan baik. Semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari makalah
ini masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan makalah ini .

Anda mungkin juga menyukai