Kartika fadilah
Agung lesmana
Budi hediarto
Octy sophiatunnufus
Pada zaman pra sejarah yang berdasarkan ciri kehidupan masyarakat dapat
dibedakan menjadi masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana,
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, dan masa bercocok
tanam, serta masa perundagian.
- Keadaan Lingkungan
Masih ingatkan letak Indonesia yang terletak di antara 2 benua yaitu benua asia dan
australia kan teman-teman? Dari letak tersebut akan mempengaruhi juga iklim dan
juga terhadap penyebaran hewan, manusia dan kebudayaan. Di daerah tepi pantai
atau daerah aliran sungai atau di daearh danau, atau tempat-tempat yang banyak air
dan juga bahan makanan adalah tempat tinggal manusia purba. Hal ini sangat
masuk akal karena manusia purba tersebut akan mendapatkan makanan secara
langsung dari alam, tanpa melewati adanya proses, baik dalam proses
mengumpulkan sampai dengan cara makan.
- Keberadaan Manusia
Penelitian terhadap manusia purba di Indonesia terbagi dalam 3 tahapa yaitu pada
tahun 1889 s/d 1909, tahun 1931 s/d 1941, dan tahun 1952 sampai sekarang. Pada
penelitian tahap I yaitu antara tahun 1889 sampai dengan 1909 yang dilakukan oleh
Dr. Eugene Dubois. Ia menduga bahwa manusia purba tempat hidupnya pasti di
daerah tropis. Dari hasil penelitiannya ia menemukan fosil yang berupa sepotong
tulang kobi di Trinil dekat Ngawi yang dapat menggambarkan bahwa dulunya adaah
berjalan tegak. Fosil tersebut adalah merupakan Pithecanthropus Erectus. Semua
temuan dari Dr Dubois mengenai manusia purba di wilyah Indonesia berupa fosil-
fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha dan juga tulang kering. Pada
zaman sekarang ini, juga ditemukan fosil dari manusia Wajak yang terdapat di
daerah Kediri Jawa Timur dan juga temuan atas manusia purba di Kedungtrubus.
Pada penelitian di tahap II antara tahun 1931-1941 penelitian dilakukan oleh Ter
Haar, Oppenoorth, dan Von Koeningswald. Para ahli tersebut menemukan tengkorak
dan juga tulang kering dari Pithecanthropus Soloensis yang terdapat di Ngandong
Kabupaten Blora. Pada tahun 1936 Tjokrohandojo juga menemukan fosil yang
berupa tengkorak anak-anak di utara Mojokerto. Pada tahun antara 1936-1941, Von
Koeningswald mendapat temuan berupa fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak di
daerah Sangiran, Surakarta. Pada penelitian tahap yang III, penemuanya sebagian
besar di daerah Sangiran yang berupa bagian-bagian tubuh dari manusia purba
Pithecanthropus yang sebelumnya belum pernah ditemukan, seperti tulang muka
dan juga dasar tengkorak.
c) Homo
Van Rietschoten pada tahun 1889 menemukan Homo Sapiens Wajak I yaitu
ditemukan dekat Campur darat Tulungagung Jawa Timur yang berwujud
tengkorak, termasuk juga fragmen rahang bawah, dan juga beberapa buah ruas
leher. Dan temuan tersebut diteliti pertama kali oleh Dubois. Pada tahun 1890
Homo Sapiens Wajak II ditemukan oleh Dubois di tempat yang sama yang
berwujud fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan juga rahang
bawah, serta tulang paha dan tulang kering.
- Teknologi
Teknologi yang dipakai dalam masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana hanya mengandalkan dari segi kepraktisan sesuai dengan
tujuan penggunaannya saja, tapi seiring waktu mulai ada penyempurnaan
bentuk. Di Indonesia terdapat 2 jenis teknik utama yang meliputi teknik
pembuatan perkakas batu yang dikenal sebagai tradisi kapak perimbas dan
tradisi serpih. Di perkembangan selanjutnya ditemukan alat-alat yang terbuat dari
tulang dan juga tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dari batu sebagai
perkakas zaman pra sejarah, yaitu pahat genggam, proto kapak genggam, kapak
perimbas, kapak penetak dan kapak genggam.
Kapak perimbas tidak mempunyai tangkai dan cara penggunaannya adalah
dengan cara digenggam. Kapak penetak mempunyai bentuk yang mirip dengan
kapak perimbas namun lebih besar dan lebih kasar yang mempunyai fungsi
untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Kapak genggam mempunyai bentuk
yang mirip dengan kapak perimbas, namun bentuknya lebih kecil dan belum
diasah. Pahat genggam mempunyai bentuk yang lebih kecil dari pada kapak
genggam yang berfungsi sebagai alat untuk menggemburkan tanah dan untuk
mencari ubi-ubian. Alat serpihmempunyai bentuk yang sederhana dan
diperikirakan berfungsi sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk.
- Kehidupan Sosial
Dari Pithecanthropus sampai dengan Homo Sapiens dari Wajak sangat
teragantung sekali kehidupannya dengan kondisi alam yaitu daerah yang banyak
terdapat makanan dan sumber air dalam rangka untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
- Keberadaan manusia
Terdapat 2 macam ras yang mendiami wilayah Indonesia di permulaan Kala
Holosin, yaitu 1). Austromelanesoid dan 2). Mongoloid. Kedua ras tersebut
berburu untuk dikonsusmsi misalnya kerbau, rusa, dan gajah, serta badak.
Pada bagian barat dan bagian utara terdapat sekelompok populasi yamg
memiliki ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran
Mongoloid. Sedangkan di Jawa terhadap kelompok Austromelanesoid yang
lebih sedikit lagi dipengaruhi adanya unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur
lagi, yaitu di Nusa Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelanesoid.
- Teknologi
Terdapat 3 tradisi dalam menghasilkan peralatan pada masa Pos Plestosin,
yaitu 1). tradisi serpih bilah, 2). tradisi alat tulang, dan 3). tradisi kapak
genggam Sumatera. Persebaran dari peralatnya meliputi wilayah Pulau
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan juga Papua.
Peralatan tulang yang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di
wilayah Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh
Utara Prajekan, dan juga di Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam
Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok
Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
-Masyarakat
Kehidupan manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut adalah mendiami pada gua-gua yang terbuka atau gua-gua
payung yang tentunya tidak jauh dari sumber air atau sumber makanan
(berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya). Manusia purba tersebut
membuat lukisan yang ditorehkan di dinding gua yang mana lukisannya
adalah menggambarkan kegiatan yang dilakukan dan juga menggambarkan
kepercayaan masyarakat pada waktu itu.
- Manusia
Manusia purba yang ada di masa bercocok tanam di wilayah Indonesia Barat
dipengaruhi dari ras Mongoloid, sedangkan untuk wilayah Indonesia Timur
sampai dengan sekarang lebih dipengaruhi oleh komponen
Austromelanesoid. Manusia sudah mulai berkembang sebab hasil dari
peternakan dan pertanian sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan.
Banyaknya anak akan lebih menguntungkan, hal in disebabkan bagi mereka
yang memiliki anak yang banyak bisa menghasilkan makanan yang lebih
banyak pula.
- Teknologi
Masa untuk bercocok tanam di wilayah Indonesia di awali dengan mulai
berkembangnya kemampuan daam mengasah peralatan dari batu dan juga
mulai mengenal adanya teknologi dalam membuat gerabah. Alat dari batu
tersebut adalah mata anak panah, mata tombak, beliung, kapak batu, dan
sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.
- Kehidupan masyarakat
Kondisi dari masyarakatnya adalah mulai meninggalkan cara-cara berburu
dan mengumpulkan makanan. Manusia purba telah menetap pada suatu
tempat dengan kehidupan yang baru, yaitu dengan bercocok tanam
walaupunn dengan cara yang sederhana dan juga mereka memulai
memelihara hewan. Proses dari perubahan tata kehidupan ditandai dengan
adanya perubahan tata cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan
terjadi secara perlahan-lahan.
Untuk tempat tinggal secara perlahan-lahan mulai berubah yaitu dari bentuk
yang masih sangat sederhana yang berbentuk bentuk bulat dengan atap dan
juga dindingnya adalah rumbai, secara perlahan-lahan berubah ke bentuk
yang lebih maju yang mempunyai daya tampung lebih banyak. Sistem
gotong-royong sudah terlihat pada saat memang memerlukan tenaga yang
banyak misalnya pada saat mendirikan rumah dan pada saat membersihkan
saluran irigasi dalam rangka untuk bercocok tanam. Manusia purba pada saat
itu sudah tidak tergantung pada alam lagi.
C. Masa perundagian
Untuk masa perundagian semuanya telah mengalami kemajuan dan
penyempurnaan terhadap masa bercocok tanam. Bijih-bijih logam pada masa
ini mulai ditemukan sehingga berbagai bermacam peralatan mulai dibuat dari
logam.
- Penduduk
Penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat mengenai manusia yang
hidup pada masa perundagian antara lain terdapat di Anyer Utara Jawa
Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan juga Melolo Sumba Timur.
Karena terdapat hamparan lahan pertanian dan mereka juga mulai
mengadakan kegiatan ekonomi yaitu aktivitas perdagangan maka
perkampungan menjadi lebih besar.
- Teknologi
Dengan adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat maka pada
masa perundagian teknologi berkembang sangat pesat, termasuk
perkembangan dalam perdagangan dan juga pelayaran. Pada masas
tersebut juga sedang berkembang adanya teknologi peleburan,
pencampuran, penempaan dan pencetakan beraneka jenis logam yang
dibutuhkan oleh manusia. Pemakaian perunggu dan besi pada zaman
tersebut sudah digunakan di Indonesia, hal ini di dasarkan pada temuan-
temuan arkeologis. Dengan adanya pemakain logam maka pemakaian kapak
batu secara perlahan-lahan dan bertahap mulai tergantikan dengan logam.
Tetapi logam tidak mudah menggeser fungsi dari gerabah yang masih tetap
bertahan sebab logam tidak semuanya dapat menggantikan.
A. Meganthropus (Manusia Besar)
Ciri- ciri :
1. Memiliki tulang pipi yang tebal
2. Memiliki otot kunyah yang kuat
3. Memiliki tonjolan kening yang mencolok
4. Memiliki tonjolan belakang yang tajam
5. Tidak memiliki dagu
6. Memiliki perawakan yang tegap
7. Memakan jenis tumbuh-tumbuhan
Fosil dari manusia purba ini merupakan fosil manusia purba yang tertua yang pernah
ditemukan di Indonesia. Penemu fosil ini, Van Koenigswald yang menemukan fosil
berupa rahang atas yang giginya lepas dan rahang bawah.
Fosil Meganthropus Paleojavanicus ini dikatakan sebagai salah satu fosil manusia
purba paling primitif.
Sebelumnya, penelitian manusia purba di Indonesia ini dipelopori oleh Eugene
Dubois yang berasal dari Belanga, Ny. Selenka, Ter Haar, Oppenoorth serta Von
Koenigswald.
Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus Soloensis
Penemu Pithecanthropus Erectus : Eugene Dubois
Tempat Penemuan/Tempat Ditemukannya : Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Tahun : 1891
Penemu Pithecanthropus Mojokertensis : Von Koenigswald
Tempat Penemuan/Tempat Ditemukannya : Jetis, dekat Mojokerto, Jawa Timur
Ciri-ciri :
Memiliki tinggi badan sekitar 165 - 180 cm
Volume otak berkisar antara 750 - 1350 cc
Bentuk tubuh dan anggota badan tetap, akan tetapi, tidak setegap Meganthropus
Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
Bentuk hidung tebal
Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
Muka menonjol ke depan, dan dahi miring ke belakang
Pemakan tumbuhan dan daging
Fosil Pithecanthropus Erectus ini yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas
tengkorak, geraham, dan tulang kaki. Fosil ini ditemukan saat masa kalaPleistosen
Tengah.
Eugene Dubois tidak berhasil mengambil fosil dari Pithecanthropus dengan jumlah
yang banyak melainkan hanya tempurung tengkorak, tulang paha atas dan 3 (tiga)
giginya saja.
Beberapa contoh alat dari batu yang pernah digunakan oleh Pithecanthropus
misalnya, kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, pahat, genggam, dan
alat-alat serpih. Alat ini banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Timur.
Kehidupan Pithecanthropus Erectus sangat bergantung pada sumber alam yang
sudah tersedia. Mereka juga berburu, mengumpulkan makanan serta hidupnya juga
berpindah-pindah untuk mengikuti pengembaran hewan-hewan buruannya atau
untuk mencari sumber makanan yang ada di tempat lain.
C. Homo
http://www.habibullahurl.com/.IPS
http://www.artikelsiana.com
www.aanwijzing.com/IPS