aksara. 7. Menganalisis kehidupan berburu-meramu manusia pada zaman pra-aksara tingkat sederhana 8. Menganalisis kehidupan berburu-meramu manusia pada zaman pra-aksara tingkat lanjut 9. Menganalisis kehidupan bercocok tanam manusia pada zaman pra-aksara. 10. Menganalisis kehidupan perundagian pada zaman pra- aksara. 11. Menganalisis tradisi megalitik dan kaitannya dengan kepercaayaan manusia pada zaman pra-aksara. Sebagian besar kehidupan pada masa praaksara sangat sederhana seperti misal manusia pendukungnya masih memanfaatkan hasil alam yang ada disekitarnya (food gathering) atau bergantung pada alam dengan menggunakan alat perburuan yang masih sederhana. Mereka belum memiliki tempat tinggal untuk menetap dan kebiasaan hidupnya yaitu selalu berpindah-pindah (nomaden) Mereka memiliki tempat tinggal sementara yaitu baik di pinggir sungai, pantai, dan gua. Hal ini dikarenakan bahwa manusia praaksara memahami bahwa disekitar pinggiran sungai, dan pantai terdapat sumber makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Selain itu dekat dengan sumber air, karena air merupakan faktor terpenting dalam kehidupan. Setelah mereka mengeksploitasi hasil alamnya maka secara otomatis lama kelamaan akan habis oleh karena itu manusia praaksara memiliki ide untuk mencari kawasan yang baru yang masih memiliki sumber daya alam yang masih banyak dan bertempat tinggal sementara di gua, di dekat sumber air dan sumber makanan dari alam. Masih sangat bergantung pada alam lingkungan. Mereka berburu hewan seperti gajah, banteng, badak, rusa, dan kerbau liar. Mereka juga menangkap ikan dan kerang. Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum laki-laki Kaum wanita : mengumpulkan bahan makanan dari alam sekitar seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka membuat tempat berlindung dari daun-daunan. Mereka membuat alat untuk kepentingan mempertahankan hidupnya melalui teknik yang sangat sederhana yang dibuat dari kayu, batu, dan tulang binatang. Alat yang dihasilkan masih berbentuk kasar. Alat tersebut yaitu; kapak perimbas, alat serpih , alat tulang. Ketergantungan terhadap alam masih berlangsung. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, manusia masih mengandalkan perburuan dan pengumpulan bahan makanan yang terdapat di alam sekitar. Kemampuan membuat alat telah berkembang dari tradisi paleolithik (batu tua) menuju tradisi mesolithik (batu madya). Alat-alat yang dihasilkan antara lain: Kapak genggam Sumatera, Alat Serpih, Alat tulang. Pada bidang kesenian, masyarakat berburu dan mengumpul makanan tingkat lanjut masih terbatas pada seni lukis di gua-gua sebagai tempat tinggal sementara Pada masa bercocok tanam timbul suatu revolusi peradaban yang menyangkut kehidupan manusia purba. Pada saat itu, terjadi perubahan dari tradisi food gathering (mengumpulkan makanan) menjadi food producing (menghasilkan makanan). Kehidupan manusia sudah tidak bergantung lagi pada alam. Kebutuhan akan makanan dipenuhi dengan cara berladang dan beternak. Alat yang dibuat sudah halus.Alat batu yang dihasilkan tergolong peralatan pada zaman neolithik (zaman batu baru), yaitu beliung persegi, kapak lonjong. Kaum wanita telah mampu membuat alat rumah tangga dari tanah liat seperti gerabah. Pada masa perundagian kebutuhan akan makanan dipenuhi dengan cara bertani di ladang dan sawah. Kegiatan pertanian telah semakin maju dengan adanya sistem irigasi yang teratur. Kemajuan di bidang lain juga mulai tampak dibidang peternakan, perdagangan dan teknologi pembuatan alat. Dalam bidang peternakan, binatang ternak digunakan untuk bahan makanan dan membantu pekerjaan manusia. Dalam bidang perdagangan, mereka telah mengenal perdagangan antar pulau yang dilakukan dengan pelayaran. Dalam bidamg teknologi pembutan alat, mereka telah menganal logam (perunggu dan besi) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan alat. Masyarakat telah mahir membuat alat yang menggunakan teknologi peleburan logam. Alat yang dihasilkan terbuat dari logam, yakni perunggu dan besi. Alat itu digunakan untuk bertani, bertukang, peralatan rumah tangga, dan perlengkapan upacara. Contoh alatnya: nekara perunggu, moko, kapak perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, dan berbagai jenis perhiasan. Sistem kepercayaan masyarakat Indonesia mulai tumbuh pada masa berburu. Bukti yang ditemukan adalah lukisan dinding seperti di Sulawesi Selatan berbentuk cap tangan yaitu jari-jari yang direntangkan. Lukisan itu diartikan sebagai kekuatan atau perlindungan terhadap roh jahat. Di masa bercocok tanam sudah memiliki kepercayaan adanya dewa alam seperti gunung meletus, banjir dan tanah longsor. Di masa perundagian mereka percaya roh nenek moyang bersemayam di pohon besar dan batu besar. megalith berasal dari bahasa Yunani. Kata Mega artinya besardan lithos artinya batu. Bangunan megalith dibuat dan digunakan untuk penghormatan dan pemujaan roh para leluhur. Bangunan megalith dibangun atas dasar konsep kepercayaan hubungan antara yang masih hidup dengan yang sudah mati dan pengaruhnyaterhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanah. a) Punden Berundak Punden berundak adalah bangunan pemujaan para leluhurberupa bangunan bertingkat dengan bahan dari batu. b) Menhir Menhir (men = batu; hir = berdiri) adalah bangunanberupa batu panjang yang didirikan tegak menjulang sebagaimedia atau sarana penghormatan, sebagai tempat roh, sekaliguslambang dari si mati. c) Dolmen Dolmen (dol = meja; men = batu) adalah batu besardengan permukaan rata. Digunakan sebagai tempat meletakkansesaji, pelinggih roh, dan tempat duduk ketua suku agarmendapat berkat magis dari leluhurnya. d) Sarkofagus Sarkofagus adalah peti mati dari satu batu utuh terdiri ataswadah dan tutup.Mayat diletakkan dalam posisi berbaringmeringkuk. e) Kubur Batu Kubur batu berbentuk seperti sarkofagus.Akan tetapi,dibuat dari papan-papan batu yang disusun di dalam tanah. f) Arca Batu Beberapa arca sederhana menggambarkan para leluhur binatang (gajah,kerbau, monyet).Arca batu ditemukan diSumatra Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi.Di Pasemah(Sumatra Selatan) masyarakat di sekitar mengaitkan arca batudengan legenda Si Pahit Lidah. g) Waruga Waruga berfungsi untuk menyimpan mayat, tetapi dengan posisi mayat jongkok terlipat, bentuk waruga batu kotak persegi.