No : 28
Kelas : X Mipa 8
1. Pola Hunian
pola hunian manusia purba yang memperlihatkan dua karakter khas hunian purba yaitu, (1)
kedekatan dengan sumber air dan (2) kehidupan di alam terbuka. pola hunian itu dapat di lihat dari
letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya. beberapa contoh yang menunjukkan pola
hunian seperti itu adalah situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan solo ( Sangiran,
sambungmacan, Trinil Ngawi dan ngandong) merupakan contoh contoh dari adanya kecenderungan
manusia purba memenuhi lingkungan di pinggir sungai, dan air merupakan kebutuhan pokok bagi
manusia.
mencermati hasil penelitian, baik yang berupa fosil maupun artefak maka diduga manusia purba
mengalami kehidupan yang berbeda dan meningkat setiap saat. pada umumnya perkembangan
kebudayaan manusia purba dapat dibedakan atas masa berburu dan masa mengumpulkan makanan
tingkat sederhana ( sederhana dan lanjut), masa bercocok tanam, serta masa perundagian.
c. Masa Perundagian
pada masa perundagian kebutuhan bahan makanan dipenuhi dari bercocok tanam di sawah
dan berternak. mereka sudah mulai mengenal sistem peraturan air yaitu irigrasi untuk
keperluan bersawah tanpa harus bergantung terus kepada alam yaitu hujan.
teknik pembuatan rumah makin maju dan beragam daerah menjadi tempat tinggalnya
lingkungan tempat tinggal mulai teratur sehingga membentuk sebuah pedesaan. Oleh
karena barang barang tambang tersebut hanya berada di daerah tertentu maka dilakukan
perdagangan dengan cara tukar menukar atau barter dengan demikian hubungan suatu
daerah dengan daerah lain mulai terjalin, barang tambang yang dimaksud itu ada logam
tembaga perunggu besi.
dalam masyarakat muncul suatu golongan yang disebut golongan undagi. golongan ini
merupakan golongan yang terampil melakukan suatu jenis usaha tertentu misalnya
pembuatan rumah kayu gerobak atau benda logam.
3. Sistem Kepercayaan
bukti adanya sistem kepercayaan pada zaman batu terlihat melalui peninggalan berupa tugu tugu
batu besar atau bangunan megalitikum yang terletak berada di puncak bukit di lereng gunung atau
tempat lebih tinggi dari daratan sekitarnya. oleh karena itu selain ada upacara penguburan pada
zaman tersebut juga telah muncul upacara-upacara untuk mendirikan bangunan suci atau
kebudayaan megalitikum yang meliputi bangunan-bangunan berikut ini :
a. Menhir
menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati
roh nenek moyang sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang
berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain seperti punden berundak-
undak.
b. Punden Berundak-undak
punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya
sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
c. Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan sesajen untuk
pemujaan.adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat agar mayat
tersebut tidak dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat
tertutup rapat oleh batu.
d. Sarkofagus atau Kubur Batu
sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu bentuknya
menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup
e. Arca
arca atau patung patung dari batu berbentuk binatang atau manusia. bentuk binatang yang
digambarkan adalah gajah kerbau harimau dan monyet sedangkan bentuk arca manusia
yang ditemukan bersifat dinamis. maksudnya wujud manusia dengan penampilan yang
dinamis seperti arca Batu gajah yaitu patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang
menunggang binatang yang diburu. sistem kepercayaan berkembang pesat pada masa
perundagian praktik kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap
leluhur. hal yang membedakan adalah alat yang digunakan untuk praktik kepercayaan dari
kepercayaan terhadap roh inilah kemudian berkembang menjadi kepercayaan animisme dan
dinamisme. animisme adalah suatu sistem kepercayaan yang menyatakan bahwa roh itu
tidak hanya berada pada makhluk hidup namun juga ada pada benda-benda tertentu.
sedangkan dinamisme adalah paham atau kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu
baik benda hidup atau benda mati bahkan juga benda-benda ciptaan mempunyai kekuatan
gaib dan dianggap bersifat suci. benda suci itu mempunyai sifat yang luar biasa karena
kebaikan atau keburukan Nya sehingga dapat memancarkan pengaruh baik atau buruk
kepada manusia dan dunia sekitarnya. benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib
dan dianggap suci ini disebut fetisyen artinya benda sihir.