Anda di halaman 1dari 8

BAHAN AJAR

Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Indonesia


SKS :2
Program Studi : Satra Indonesia
Fakultas : Bahasa dan Seni
Pertemuan :6

KEBUDAYAAN ZAMAN PRASEJARAH


(NEOLITIHIKUM DAN MEGALITHIKUM)

A. ZAMAN NEOLITIHIKUM
1. Pengertian Zaman Neolithikum
Neolitikum berasal dari kata Neo yang artinya baru dan Lithos yang artinya
batu. Neolitikum berarti zaman baru, hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman
Neolitikum ini adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Nama kapak persegi
diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk
persegi panjang atau trapesium. Masa pleistosen berakhir berganti dengan masa
holosen. Hal itu ditandai dengan naiknya permukaan laut sehingga daratan
menyempit dan iklim menjadi lebih panas (kering). Pada masa ini berarti manusia
purba sudah mengalami peningkatan, yaitu dari pengumpul makanan (food gatherer)
menjadi penghasil makanan (food producer).

2. Bentuk Manusia pada Zaman Neolithikum


Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi zaman batu muda berada di
Indonesia bagian timur. Mereka berasal dari ras Proto-Melayu (Melayu Tua) yang
datang ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2.000 tahun yang lalu.
Penduduk Indonesia sekarang yang termasuk ke dalam ras Proto-Melayu antara lain :
suku Sasak, Batak, Dayak, dan Toraja. Sedangkan manusia pendukung kebudayaan
kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah ras Pepua Melanesoid.

3. Bentuk Kebudayaan Neolithikum


Hasil kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia purba
sudah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat. Ada sentuhan
tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun sudah lebih halus, diasah, ada
sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya
zaman neolithikum, antara lain.
a. Kapak Persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk
mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia,
kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa,
Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa tenggara.
b. Kapak Lonjong, kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk
lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai
cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak
lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.

c. Mata Panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu.
Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

d. Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.

e. Perhiasan, masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa


gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan
Jawa Tengah.

4. Kepercayaan Manusia Zaman Neolithikum

Masyarakat zaman praksara terutama pada zaman neolitikum sudah mengenal


sistem kepercayaan ,mereka sudah memahami adanya kehidupan setelah mati .mereka
meyakini  bahwa roh seseorang telah meninggal akan ada dialam lain.Para leluhur
yang meninggal dikuburkan dengan upacara penguburan. Masyarakat zaman
Neolithikum mempercavai adanya kekuatan “di luar” kekuatan manusia. Kepercayaan
mereka dikenal dengan sebutan animisme, yaitu kepercayaan tentang adanya ruh-ruh
yang memiliki kekuatan di alam gaib, sedangkan dinamisme adalah kepercayaan
terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan karena ditempati atau
merupakan perwujudan dan ruh. Ruh-ruh tersebut dapat melekat pada benda-benda
alam seperti pohon, danau, bulan, matahari, dan batu-batu besar. Agar ruh-ruh
tersebut dapat memberikan berkah dan tidak merugikan manusia serta membuat
bencana, maka diadakan upacara-upacara khusus disertai dengan sesaji.
Pemujaan terhadap arwah atau ruh nenek moyang mendapatkan tempat
penting pada zaman Neolithikum. Mereka percaya bahwa ada kehidupan lain bagi
seseorang yang sudah meninggal. Untuk itu diadakan upacara-upacara bagi seseorang,
terutama kepala suku yang meninggal. Penguburan dilaksanakan di tempat yang
dianggap sebagai asal-usul anggota masyarakat atau tempat yang dianggap sebagai
tempat tinggal nenek moyang. Mayat yang dikubur disertai dengan bekal-bekal kubur,
seperti perhiasan, kapak yang indah, dan periuk sebagai puncak dan upacara
penguburan tersebut didirikanlah bangunan-bangunan dan batu-batu besar (bangunan
Megalithik). Pemujaan terhadap arwah nenek moyang tersebut diharapkan dapat
memberikan kesejahteraan bagi yang masth hidup, memberikan kesuburan tanah
untuk bercocok tanam, dan berkembangnya hewan-hewan ternak mereka. Ada dua
macam cara penguburan sebagai berikut.

a. Penguburan Langsung
Mayat hanya dikuburkan sekali, yaitu langsung dikubur di dalam tanah atau
diletakkan dalam sebuah wadah kemudian dikuburkan di dalam tanah dengan
upacara. Cara meletakkan mayat ada dua cara, yaitu membujur dan
terlipat/meringkuk. Mayat selalu dibaringkan mengarah ke tempat roh atau arwah
para leluhur (misalkan di puncak gunung). Sebagai bekal dalam perjalanan ke dunia
roh, disertakan bekal kubur yang terdiri atas seekor anjing, unggas, dan manik-manik.
Contoh penguburan seperti ini adalah penguburan di Anyer (Jawa Barat) dan di
Plawangan, Rembang (Jawa Tengah).

b. Penguburan Tidak Langsung


Penguburan tidak langsung biasa dilakukan di Melolo (Sumba), Gilimanuk
(Bali), Lesung Batu (Sumatra Selatan), dan Lomblen Flores (NTT). Cara penguburan
tidak langsung, yaitu mula-mula mayat dikubur langsung di dalam tanah tanpa
upacara. Setelah diperkirakan sudah menjadi kerangka mayat digali lagi. Kerangka
tersebut dicuci, diberi hematit pada persendian kemudian diletakkan dalam tempayan
atau sarkofagus. Ada kepercayaan bahwa seseorang yang telah mati itu jiwanya
berada di dunia roh dan setiap orang mempunyai tempat yang berbeda. Perbedaan
tempatnya berdasarkan pada perbuatan selama masih hidup dan besarnya upacara
kematian atau penguburan yang diselenggarakan. Puncak upacara ditandai dengan
mendirikan bangunan batu besar (megalith).
B. ZAMAN MEGALITHIKUM

1. Pengertian Kebudayaan Megalithikum

Kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-


bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum. Megalitikum
berasal dari kata mega yang berarti  besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman
Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia
sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu
besar. Kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zamanPerunggu.
Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan
mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang.
Kepercayaan ini muncul karena  pengetahuan manusia sudah mulai meningkat dan
berkembang pesat pada zaman logam.

Menurut peneliti arkeologi kebudayaan megalithik tidak hanya dihubungkan


dengan penggunaan batu besar, tetapi penggunaan batu kecil dan bahkan kayu
dianggap peninggalan megalithik dimana fungsinya untuk pemujaan arwah luhur dan
upacara kesuburan. Manusia pada zaman megalithikum ialah manusia yang hidup
pada zaman dimana sudah mampu membuat bangunan-bangunan besar yang terbuat
dari batu. Bangunan-bangunan megalithikum itu tersebar luas di daerah Asia
Tenggara. Bagunan dari batu tersebut ditemukan khususnya yang berkaitan dengan
kepercayaan mereka seperti sarkofagus, kubur batu, punden berundak, arca, menhir,
dan dolmen.

2. Pendukung dan Lokasi Kebudayaan Megalitikum

Manusia pendukung dari zaman megalithikum sudah didominasi oleh Homo


Sapiens. Kebudayaan Megalithikum menyebar ke indonesia melalui 2 gelombang,
yaitu; (a) Megalithikum Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-
1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu).
Contoh: menhir, punden berundak-undak, Arca, Statis. (b) Megalithikum Muda
menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung
Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh: peti kubur batu, dolmen, waruga
Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
3. Bentuk Kebudayaan Megalitikum

Kebudayaan pada zaman megalitikum ada 3 yaitu, pasamah, nias dan sumba:

a. Pasemah, megalitik Pasemah adalah peninggalan tradisi budaya megalitik di daerah


Pasemah (Sumatera Selatan). Megalitik di wilayah Pasemah muncul dengan
bentuk yang unik, langka, dan mengandung unsur kemegahan serta keagungan
yang terwujud dalam bentuk-bentuk yang sangat monumental. Simbol-simbol
yang ingin disampaikan oleh pemahat erat kaitannya dengan pesan- pesan religius.
b. Nias, etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam
kehidupannya. Contohnya Rangkaian kegiatan mendirikan batu  besar (dolmen)
untuk memperingati kematian seorang penting di Nias. Upacara lompat batu Nias
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati
kematian seorang penting di Nias (awal abad ke-20). Etnik Nias masih
menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan
kubur batu masih memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula
ditemukan batu besar sebagai tempat untuk memecahkan perselisihan. 
c. Sumba, etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan
beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih
ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu  juga dipakai sebagai tempat
pertemuan adat.

Adapun peningalan peninggalan dari zaman megalhitikum ialah:


a. Menhir
Menhir adalah tugu atau batu yang tegak, yang sengaja di tempatkan di suatu
tempat untuk memperingati orang yang sudah meninggal. Batu tegak ini berupa media
penghormatan dan sekaligus lambang bagi orang-orang yang sudah meninggal
tersebut.
b. Punden berundak
Punden berundak merupakan bangunan yang di susun secara  bertingkat-
tingkat yang wdigunakan untuk melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang,
bangunan ini kemudian menjadi konsep dasar  bangunan candi pada masa Hindu
Budha.
c. Kubur Batu
Kubur batu bentuknya mirip seperti bangunan kuburan seperti yang dapat kita
lihat saat ini, umumnya tersusun dari batu yang terdiri dari dua sisi  panjang dan dua
sisi lebar. Sebagian besar kubur batu yang di temukan terletak membujur dari arah
timur ke barat. Sedangkan sesuai dengan namanya fungsi dari kubur batu sendiri
sebagai tempat  penguburan bagi orang-orang yang dihormati di lingkungan
masyarakat yang hidup pada masa megalit. Kubur batu ini sudah dilakukan
pengamanan dengan cara diberi pagar keliling yang terbuat dari kayu dengan ukuran
panjang 5,50 meter dan lebar 5 meter. Sedang bagian atas di beri cungkup seng
dengan tiang penyangga dari kayu dan pondasi semen.
d. Sarkofagus
Sarkofagus sejenis kubur batu tetapi memiliki tutup di atasnya, biasanya
antara wadah dan tutup berukuran sama. Pada dinding muka sarkofagus biasanya
diberi ukiran manusia atau binatang yang dianggap memiliki kekuatan magis.
Sarkofagus sering disimpan di atas tanah. Oleh karena itu sarkofagus seringkali
diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri,
sebagai bagian dari sebuah makam atau  beberapa makam sementara beberapa yang
lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di mesir kuno, sarkofagus
merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan.
e. Dolmen
Dolmen merupakan bangunan megalitik yang memiliki banyak  bentuk dan
fungsi, sebagai pelinggih roh atau tempat sesaji pada saat upacara. Dolmen biasanya
di letakan di tempat-tempat yang dianggap keramat, atau di tempat pelaksanaan
upacara yang ada hubungannya dengan pemujaan kepada roh leluhur. Dolmen adalah
sebuah meja yang terbuat dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-
sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan
mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki
mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Hal ini menunjukan
kalau masyarakat pada masa itu meyakini akan adanya sebuah hubungan antara yang
sudah meninggal dengan yang masih hidup, mereka percaya bahwa apabila terjadi
hubungan yang baik akan menghasilkan keharmonisan dan keselarasan bagi kedua
belah pihak.

f. Arca batu
Arca batu banyak di temukan di beberapa tempat di wilayah indonesia,
diantaranya pasemah, sumatra selatan dan sulawesi tenggara. Bentuknya dapat
menyerupai binatang atau manusia dengan ciri negrito. Di pasemah ditemukan arca
yang dinamakan batu gajah, yaitu sebongkah  batu besar berbentuk bulat diatasnya
terdapat pahatan wajah manusia yang mungkin merupakan perwujudan dari nenek
moyang yang menjadi objek  pemujaan.
g. Waruga,
Waruga adalah kubur batu yang tidak memiliki tutup, waruga banyak
ditemukan di situs Gilimanuk, Bali. Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang
minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk
segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah  berbentuk kotak yang bagian
tengahnya ada ruang.

4. Kepercayaan Pada Kebudayaan Megalitikum

Pada zaman Megalithikum (Zaman Batu Besar ) di Indonesia, manusia purba


telah mengenal suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib atau luar biasa diluar
kekuatan manusia. Mereka percaya terhadap hal-hal yang menakutkan atau serba
hebat. Selain itu mereka menyembah nenek moyangnya. Kadang kala kalau melihat
pohon besar, tinggi dan rimbun, manusia merasa ngeri. Manusia purba ini kemudian
berkesimpulan bahwa kengerian itu disebabkan pohon itu ada mahluk halus yang
menghuninya. Begitupun terhadap batu besar serta binatang besar yang menakutkan.

Kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir dan gunung meletus
dianggap menakutkan dan mengerikan sehingga mereka memujannya. Selain memuja
benda-benda dan binatang yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia purba juga
menyembah arwah leluhurnya. Mereka percaya bahwa roh para nenek moyang
mereka tinggal di tempat tertentu atau berada di ketinggian misalnya di atas puncak
bukit atau puncak pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh nenek moyang
inilah didirikan bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari batu inti yang
utuh, keudian diberi bentuk atau dipahat sesuai dengan keinginan atau inspirasi. Jadi
secara ringkas kepercayaan manusia purba pada masa ini dapat dibedakan menjadi 2
macam yakni:
a. Dinamisme
Kepercayaan kepada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu,
misalnya pada pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang
dianggap keramat.
b. Animisme
Kepercayaan kepada roh nenek moyang atau leluhur, mereka percaya,
manusia setelah meninggal rohnya tetap ada dan tinggal di tempat-tempat tertentu dan
harus diberi sesajen pada wktu-waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai