Muchammad Kusdiyanto
170210302021
Dosen Pengampu
Drs.Kayan Swastika,M.Si.
A. Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup
1. Asal-usul Bumi dan Makhluk Hidup
Para ilmuwan meyakini bahwa awal mula terbentuknya alam semesta (termasuk bumi) adalah terjadinya apa
yang disebut Big Bang (Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Ledakan tunggal
ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi ini kemudian
mengisi alam semesta ini dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/meteor, energi, dan partikel lainnya di
alam semesta ini.
Menurut teori geologi, proses perkembangan bumi dibagi atas empat tahapan masa, yaitu:
a. Masa Arkaekum : masa tertua yang diperkirakan berlangsung pada 2,5 miliar tahun yang
lalu. Keadaan bumi masih labil, dan kulit bumi juga sedang dalam proses pembentukan. Pada
masa ini belum ada tanda-tanda kehidupan karena temperatur bumi masih sangat tinggi.
b. Masa Paleozoikum : masa ini diperkirakan berlangsung sekitar 500-245 juta tahun yang lalu.
Temperatur bumi mulai mendingin dan sudah ada tanda-tanda kehidupan berupa makhluk satu
(mikroorganisme).
c. Masa Mesozoikum : masa ini disebut juga zaman sekunder, diperkirakan berlangsung sekitar
245-65 juta tahun yang lalu. Mulai muncul beragam hewan besar, seperti berbagai jenis reptil
dinosaurus dan gajah purba.
d. Masa Neozoikum : masa ini terbagi atas dua zaman, yaitu zaman tersier dan zaman kuarter.
2. Perkembangan Makhluk Hidup
a. Teori Evolusi Darwin
Dalam karya yang berjudul On The Origin of Species (Asal Usul Spesies) yang terbit pada
tahun 1859, Charles Darwin secara khusus memusatkan perhatian pada evolusi makhluk hidup,
termasuk manusia. Menurutnya, aneka organisme yang berkeriapan di muka bumi (termasuk
manusia) bukanlah hasil penciptaan dadakan (seketika), melainkan terbentuk melalui proses
panjang selama ribuan bahkan jutaan tahun melalui sistem seleksi alam ( survival of the fittest) atau
proses evolusi. Manusia sekarang adalah bentuk sempurna dari sisa-sisa kehidupan purbakala
yang berkembang dari jenis hominid atau bangsa kera.
C. Corak Kehidupan dan Hasil-Hasil Budaya Manusia pada Masa Praaksara Indonesia
Berdasarkan corak kehidupan dan mata pencaharian hidupnya, masyarakat purba di Indonesia dapat
dibagai menjadi sebagai berikut.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana (Budaya Paleolithik)
Pada masa ini di Indonesia hidup manusia purba jenis Meganthropus, Pithecanthropus, dan Homo. Asal-
usul manusia purba di Indonesia masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Manusia purba pada masa
ini bergantung sepenuhnya pada alam dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Kehidupan manusia
purba Indonesia pada masa ini, sejak Pithecanthropus sampai Homo sapiens, bersifat nomaden atau
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain mengikuti gerak binatang buruan atau sumber air. Mereka
juga hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Interaksi antaranggota kelompok saat berburu menimbulkan sistem
komunikasi dalam bentuk bunyi mulut, yakni dalam bentuk kata-kata atau gerakan badan (bahasa isyarat) yang
sederhana.
Mereka tidak berburu dengan tangan kosong, tetapi menggunakan alat tertentu. Sesuai perkembangan otaknya
yang masih terbatas, alat yang digunakan juga masih sederhana. Alat-alat tersebut terdiri atas alat-alat dari batu,
kayu, dan tulang binatang yang masih kasar. Temuan alat-alat dari batu di Indonesia paling banyak berupa kapak
perimbas, alat-alat serpih, dan alat-alat dari tulang. Selain ketiga alat tersebut, masih ada alat-alat lain seperti
kapak penetak dan kapak genggam.
Jenis-jenis manusia purba di Indonesia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana adalah sebagai berikut.
• Meganthropus.
• Pithecanthropus.
• Homo.
moko nekara
D. Hasil Kebudayaan pada Masa Praaksara Tingkat Lanjut (Tradisi Lisan)
1. Tradisi, Tradisi Lisan, dan Folklor
Menjelang akhir zaman praaksara, masyarakat purba di Indonesia mulai mengembangkan apa yang disebut
sebagai tradisi lisan. Hal ini didukung perkembangan bahasa dan munculnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya mewarisi keyakinan, nilai, norma, dan pandangan hidup mereka kepada generasi-generasi
berikutnya. Melalui tradisi lisan, semua itu diwariskan secara tidak langsung. Semua yang diwariskan itu lazim
disebut sebagai folklor.
Folklor adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang tersebar dan bersifat tradisional yang
diwariskan secara lisan dan turun-temurun. Ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut.
• Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.
• Bersifat tradisional, artinya terikat dalam bentuk dan aturan yang baku.
• Penciptanya tidak diketahui (anonim).
• Memiliki gaya bahasa yang suka melebih-lebihkan (hiperbola).
• Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, “menurut empunya cerita” atau “menurut sihabulhikayat”
dan menutupnya dengan “ ... demikianlah mereka hidup berbahagia selamanya ...” .
• Memiliki fungsi penting dalam kehidupan bersama dalam suatu masyarakat : selain sebagai hiburan, pendidikan nilai,
juga untuk menyampaikan protes sosial, bahkan untuk mengungkapkan keinginan yang terpendam.
• Merupakan milik bersama masyarakat pendukung.
1. Jenis-Jenis Folklor
a. Mitos
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang
terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau
oleh penganutnya.
b. Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai sesuatu yang
benar-benar terjadi. Ada empat kategori legenda, yaitu legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda
perorangan, dan legenda setempat. Legenda keagamaan contohnya legenda Wali Songo, legenda alam
gaib contohnya legenda mandor Kebun Raya Bogor, legenda perorangan contohnya Si Pitung, dan
legenda setempat contohnya legenda Gunung Tangkuban Parahu.
c. Dongeng
Dongeng adalah cerita fiktif atau imajinatif yang diceritakan turun-temurun. Pada umumnya,
dongeng tidak diketahui pengarangnya (anonim).
d. Nyanyian Rakyat
Nyanyian rakyat merupakan salah satu bentuk folklor yang terdiri atas teks dan lagu. Nyanyian
rakyat umumnya beredar pada suatu masyarakat tertentu dan memiliki banyak variasi.
e. Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu
seperti adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Fungsi upacara dalam suatu masyarakat adalah untuk
menyadarkan manusia tentang masa lalunya. Sistem upacara berkembang berkaitan dengan
kepercayaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat tersebut atau kenangan terhadap suatu
peristiwa yang pernah terjadi.
3. Upaya Melestarikan Tradisi Lisan