Anda di halaman 1dari 6

Ciri-Ciri Zaman Neolitikum

1.Hidup menetap (sedenter),dan memiliki tempat tinggal bukan digua

2. Hidup dari bercocok tanam


3. Alat yang dipakai berasal dari batu yang sudah dihaluskan
4. Hasil kebudayaan kapak persegi,kapak lonjong, alat serpih
5. Pertanian menetap
6. Kepercayaan :muncul animisme dan dinanisme

Cara Hidup pada zaman Neolitikum

Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan besar, karena pada zaman itu
manusia mulai hidup berkelompok kemudian menetap dan tinggal bersama dalam kampung.
Berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian
kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan
kerjasama itu.

Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu terdapat dasar-dasar pertama untuk penghidupan
manusia sebagai manusia, sebagaimana kita dapatkan sekarang.

Peninggalan Zaman Neolitikum

Sponsors Links

Salah satu zaman pra – sejarah yang tercatat adalah zaman Neolitikum. Zaman Neolitikum ini
adalah zaman dimana orang – orang pra – sejarah memiliki kebudayaan baru dan mulai ber
evolusi, namun tetap sebelum adanya kerajaan di indonesia. Hal yang terjadi pada Zaman ini
adalah perubahan perilaku, perubahan mata pencaharian, perubahan gaya hidup dan banyak
lainnya. Zaman ini termasuk zaman dimana manusia masih belum mengenal aksara atau pra
aksara. Salah satu Peninggalan Zaman praaksara adalah peninggalan neolitikum.

Peninggalan Zaman Neolitikum

Zaman batu Muda atau Neolitikum ini adalah salah satu zaman yang memang mengalami banyak
tranformasi, mulai dari cara ber perilaku manusia zaman purba tersebut, pekerjaan yang baru dan
manusia tersebut sudah mulai banyak yang menetap pada satu tempat. Ada pengenalan bahasa
dan aksara baru. Mulai di kenalnya bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain yang pertama.
Lalu di susul dengan perubahan pekerjaan dan mata pencaharian menjadi berkebun, berternak,
ber cocok tanam, membuat tembikar, dan banyak lainnya. Banyak juga candi candi di berbagai
tempat sebagai bentuk Peninggalan Kerajaan Singasari dan Peninggalan Kerajaan Islam di
Indonesia.
1.Kapak Persegi

Peninggalan Zaman Neolitikum yang pertama adalah kapak persegi. Kapak persegi ini sendiri
terbentuk dari bahan dasar batu yang berbentuk persegi. Berbeda dengan jenis kapak yang berada
pada zaman Mesolithikum dan Paleothikum, Kapak ini berfungsi sebagai alat cangkul dan pacul
dalam bercocok tanam dan alat untuk memahat kayu. Bercocok tanam sendiri adalah salah satu
cara mereka untuk bertahan hidup setiap hari. Kayu yang di pahat dan dipukul tersebut di
gunakan untuk membuat baju, di ketahui jika pakaian pada zaman tersebut terbentuk dan terbuat
dari serat kayu yang dipukul dan di pahat menggunakan kapak persegi ini. Kapak persegi banyak
di temukan di wilayah Sumatera, Bali, Nusa tenggara, Jawa dan sekitarnya.

2. Kapak Lonjong

Kapak satu ini adalah kapak yang terbuat dari batuan nefrit yang di haluskan. Kapak ini
tergolong dan menjadi salah satu ikon Zaman Neolitikum. Dari kehalusan dan tekstur dari kapak
lonjong ini menunjukan kemajuan yang pesat zaman batu berada di zaman neolitikum. Kapak
lonjong menjadi sangat modern pada masa itu dari pada kapak lainnya, Kapak genggam, dan
lainnya. Kapak ini di sebut kapak lonjong sebab, bentuk dari kapak ini sendiri lonjong hampir ke
arah oval.

Walaupun kapak lonjong memiliki kemiripan dengan kapak persegi, namun tetap memiliki
perbedaan. Perbedaannya adalah pada kapak lonjong ada salah satu sisi bagian yang lebih
meruncing dan tajam. Ketajaman ini membuat perbedaan pada kapak persegi gimana kapak
persegi memiliki semua sisi yang sama rata, tidak ada bagian yang lebih lonjong. Kapak lonjong
tidak hanya ditemukan di wilayah Indonesia saja, namun ada di temukan di luar negeri, antara
lain; Filipina, Cina, Vietnam, dan negara asia lainnya.

3. Gerabah

Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya adalah gerabah. Gerabah adalah salah satu hasil
kerajinan tangan dimana berbahan dasar tanah liat, pasir dan di bentuk menggunakan tangan.
Tanah liat ini di tumbuk dan di aduk hingga memiliki teksur yang padat. Kemudian hasil tersebut
akan di haluskan menggunakan batu lainnya agar berbentuk lebih rapi.

Hasil gerabah menyerupai sebuah wadah dalam bentuk kecil, biasanya hasil dari gerabah ini di
gunakan untuk alat makan dan minum sehari – hari, walaupun hasilnya masih lebih kasar, namun
ini juga menunjukan kreativitas yang semakin berkembang pada manusia zaman batu tersebut.
Selain kegunaan untuk makan dan minum sehar – hari banyak penemuan gerabah zaman
neolitikum ini sendiri dijadikan celengan, dan berbentuk mainan. Penemuan gerabah di
Indonesia sendiri di temukan di Sulawesi, Bayuwangi, Tangerang, Bogor dan beberapa titik
lainnya.
4. Perhiasan

Manusia hidup tak luput dari yang namanya keindahan. Perhiasan adalah salah satu cara manusia
untuk mempercantik diri mereka. Tak terkecuali manusia purba, mereka memiliki perasaan
untuk memperindah diri mereka sehingga mereka membuat perhiasan sendiri. Arkeolog yang
meneliti, sering kali menemukan perhiasan ini yang di percaya muncul pada zaman Neolitikum.
Dari model pembuatannya, bisa di perkirakan bagaimana mereka membuat perhiasan tersebut.

Dalam membuat Gelang, pertama – tama bahan dasar yang berasal dari batu tersebut di tipiskan
dengan cara di pukul – pukul. Bentuk yang di inginkan adalah bulat dan gepeng. Mereka banyak
menggunakan teknik menggosok dan mengasah. Mereka akan berusaha membuat perhiasan
tersebut mengkilap dengan cara menggosok tersebut. Gelang dan temuan tahapan ini dapat di
temukan ketika arkeolog melakukan penelitian di daerah Tasikmalaya. Terdapat banyak sekali
sisa – sisa peninggalan perhiasan ini. Perhiasan yang berasal dari Tasikmalaya ini terdiri dari
beberapa macam batuan, antara lain; Batu Agate, Kalsedon, Jaspis dengan aneka warna (Hitam,
Kuning, Putih, Coklat, Merah, Hijau).

Penemuan tersebut tidak hanya menemukan 1 macam gelang. Namun ada beberapa macam
lainnya yang pastinya berbeda ukuran. Berdiameter 24 – 55 mm dengan ketebalan 06 – 17 mm.
Dengan ukuran yang di temukan, masih di percaya tidak hanya gelang. Kemungkinan –
kemungkinan adanya kalung, anting dan segala hal yang lebih kecil yang mereka percaya di
gunakan untuk Jimat.

5. Anyaman – anyaman

Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya adalah anyam-anyaman. Pada masa ini, mereka
tidak memiliki teknologi yang memadai seperti hari ini. Anyaman yang di buat ber bahan dasar
Bambu, Rumput dan Rotan. Hasil dari anyaman tersebut adalah wadah untuk menyimpan dan
meletakan makanan. Mereka menggunakan teknik anyaman. Di ketahui pada zaman ini sudah
mengenal istilah barter. Barter ini sendiri di lakukan dengan menukar ikan, anyaman, perhiasan,
garam, hasil cocok tanam, kerang yang indah, dan banyak lain sebagainya. Anyaman ini sendiri
selain di jadikan bahan barter, bisa di gunakan sehari – hari.

6. Kapak Bahu

Kapak yang satu ini tidak jauh berbeda model dengan kapak persegi. Yang membedakan kapak
persegi dan kapak bahu sendiri adalah bagian yang akan di ikatkan pada tangkainya. Kapak Bahu
tidak di temukan di Indonesia. Persebarannya sendiri adalah dari Jepang, ke Philipina hingga
sampai ke Malaysia. Itu adalah batas akhir dari persebaran Kapak bahu ini. Di Indonesia ada
penemuan beberapa buah kapak Bahu pada daerah Minahasa.
7. Tembikar

Tembikar ini sendiri di buat oleh masyarakat Neolitikum untuk meletakan segala macam hasil
panen. Walaupun tidak jarang di temui tembikar dengan isi tulang. Namun kemungkinan terbesar
adalah Tembikar di gunakan untuk mengambil hasil untuk pengkonsumsian setiap hari, entah itu
hasil buruan, hasil panen, hasil laut, dan lain sebagainya. Penemuan tembikar pertama kali
berada di daerah Perbukitan Sumatera. Tetapi arkeolong menemukan hanyalah beberapa bagian
kecil dari tembikar tersebut. Tidak ada bagian penuh dari sebuah tembikar. Namun, penemuan
ini di perkirakan kemungkinan terbesar adalah tembikar pada masa Neolitikum, di dalamnya
terdapat banyak gambar dan hiasan – hiasan di mana Zaman yang sudah mulai maju dengan
kreativitas tersebut berada pada masa Neolitikum.
LAMPIRAN

Kapak persegi

Gerabah

Perhiasan
Kapak lonjong

Anda mungkin juga menyukai