2. Kenyanthropus platyops
Kenyanthropus platyops adalah fosil hominin (manusia purba awal) yang
berasal dari masa Pliosen. Fosil ini ditemukan di pesisir Danau Turkana, Kenya
pada tahun 1999 oleh arkeolog Kenya, Justus Erus, dari tim yang dipimpin
sejarawan Inggris, Meave Leakey.
Leakey pada tahun 2001 mengusulkan bahwa fosil tersebut mewakili genus
hominin yang sama sekali baru, yang dia beri nama Kenyanthropus atau “Manusia
Kenya”. Nama spesies "platyops" berasal dari dua kata Yunani: platus, yang berarti
"datar", dan opsis, yang berarti "muncul, terlihat", mengacu pada penampilan wajah
yang sangat datar dari tengkorak fosil ini. Sehingga nama spesies ini dapat diartikan
sebagai “Manusia Kenya yang berwajah datar”.
Sementara sejarawan yang lain ada yang mengklasifikasikannya sebagai
spesies baru dari genus Australopithecus, dan ada pula menafsirkannya sebagai
individu dari spesies Australopithecus afarensis yang telah ditemukan sebelumnya.
Penemuan arkeologi di situs Lomekwi pada tahun 2015, mengidentifikasi
kemungkinan bukti tertua penggunaan alat oleh manusia purba dan
mengindikasikan bahwa Kenyanthropus platyops mungkin merupakan manusia
purba pertama yang menggunakan alat-alat batu.
Penemuan fosil Kenyanthropus platyops membuat beberapa sejarawan menebut
fosil ini sebagai leluhur manusia purba, menggantikan spesies hominin
Australopithecus afarensis, yang sebelumnya ditemukan di situs-situs Laetoli,
Tanzania, dan Hadar, Ethiopia.
Kenyanthropus platyops diduga hidup di lingkungan “campuran”, yang
memiliki padang rumput dan sekaligus kawasan berhutan. Ini sangat berbeda
dengan habitat dari Australopithecus afarensis, yang diyakini telah menghabiskan
banyak waktu di antara pohon-pohon.
3. Australipithecus boisei
Fosil Australipithecus boisei pertama kali ditemukan oleh antropolog Mary
Leakey pada 17 Juli 1959, di Lembah Olduvai, Tanzania, dalam bentuk tulang
tengkorak (cranium) yang utuh. Fosil itu diduga berusia 1,75 juta tahun dan memiliki
karakteristik khas manusia purba dari australopithecine.
Mary dan suaminya Louis Leakey awalnya mengklasifikasikan temuan itu
sebagai “Zinjanthropus boisei”. Nama "Zinj" adalah nama wilayah Afrika Timur di
Abad Pertengahan, kata "anthropus" berasal dari bahasa Yunani, anthropos yang
berarti "manusia", dan "boisei" dari nama Charles Watson Boise , salah seorang
seorang penyandang dana bagi penelitian mereka. Genus ini kemudian diubah
menjadi “Australipithecus”, yang berarti “Kera Selatan”.
Australipithecus boisei adalah spesies hominin (manusia purba) pertama yang
menggunakan alat-alat batu. Teori ini pertama dikemukakan oleh Richard Leakey,
anak dari Mary Leakey.
Manusia purba memiliki tengkorak yang memiliki gigi geraham dan rahang
yang besar, untuk mengunyah makanan yang keras. Gigi geraham itu sangat besar,
dengan luas lebih dari dua kali lipat manusia modern. Otot rahang yang kuat diyakini
sebagai adaptasi evolusi P. boisei untuk diet makanan keras, seperti kacang-
kacangan, biji-bijian dan buah liar.
Fosil-fosil berikutnya dari spesies ini ditemukan. Fosil rahang yang terawat baik,
yang dikenal sebagai Mandibula Peninj, ditemukan oleh Richard Kamoya Kimeu
pada 1964 di Peninj, Tanzania. Tengkorak lain ditemukan pada tahun 1969 oleh
Richard Leakey di Koobi Fora dekat Danau Turkana, di Kenya.
4. Australopithecus afarensis
Australopithecus afarensis dianggap sebagai salah satu jenis manusia purba
tua di Afrika. Australopithecus afarensis merupakan adalah spesies manusia purba
yang sekitar 3,9 dan 2,9 juta tahun yang lalu. Spesies ini tidak jauh berbeda dengan
Australopithecus africanus, namun spesies Australopithecus afarensis memiliki tubuh
yang ramping.
Para ilmuwan mempercayai bahwa Australopithecus Afarensis adalah nenek
moyang dari spesies homo manusia purba, yang juga dianggap sebagai nenek
moyang dari manusia modern yang dikenal dengan spesies Homo sapiens.
5. Homo habilis
Homo habilis (dari bahasa Latin yang berarti "manusia yang pandai
menggunakan tangannya") adalah sebuah spesies dari genus Homo, yang hidup
sekitar 2,5 juta sampai 1,8 juta tahun yang lalu pada masa awal Pleistocene. Definisi
untuk spesies ini pertama kali diungkapkan oleh Jonassen Leakey, yang
menemukan fosil spesies ini di Tanzania, Afrika Timur, antara tahun 1962 dan 1964.
Homo habilis diperkirakan merupakan spesies dari genus Homo yang pertama kali
muncul di bumi. Penampilan dan morfologi H. Habilis memiliki berbagai kemiripan
dengan semua manusia paling modern di genus Homo (kecuali, mungkin, Homo
rudolfensis). Homo habilis memiliki tubuh yang pendek dengan lengan yang lebih
panjang dari manusia modern. Diperkirakan spesies ini adalah keturunan dari
hominid australopithecine. Homo habilis memiliki cranial capacity kurang dari
setengah kapasitas manusia modern. Meskipun masih memiliki bentuk seperti-kera
(ape-like), H. habilis diperkirakan telah mampu menggunakan peralatan primitif yang
terbuat dari batu; hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peralatan-peralatan dari
batu di sekitar fosil mereka. (misalnya peralatan yang ditemukan di Olduvai Gorge,
Tanzania dan Lake Turkana, Kenya)
Homo habilis diduga merupakan nenek moyang dari Homo ergaster, yang
kemudian menurunkan spesies lain yang memiliki bentuk tubuh seperti manusia,
Homo erectus. Sampai saat ini masih diperdebatkan apakah H. habilis ini adalah
nenek moyang dari manusia.
6. Homo ergaster
Homo ergaster berevolusi dari (homo habilis / homo rudolfensis) di bagian
timur Afrika.
Penamaan ergaster berasal dari bahasa yunani yaitu kata "ergaster" yang
artinya pekerja. Jadi penggabungan kata homo ergaster adalah "manusia pekerja".
Nama ini dipilih karena ditemukan berbagai peralatan yang digunakan homo ergaster
seperti kapak genggam dan parang di dekat sisa-sisa kerangka saat penggalian.
Homo ergaster pertama kali mulai menggunakan peralatan tersebut sekitar 1,6 juta
tahun yang lalu.
Penemuan homo ergaster terlengkap ditemukan di Danau Turkana, Kenya
pada tahun 1984. Sisa-sisa lain ditemukan di situs Konso Gardula dan Omo
(Ethiopia), Olorgesaillie (Kenya), Olduvai Gorge (Tanzania) dan Afrika Selatan
Ciri-ciri fisik homo ergaster:
Wajah berukuran kecil dan lebih ortognatik
Kapasitas tengkorak dengan kisaran 800–1200 cc,
Memilik hidung besar
Memiliki enamel gigi sedikit
Tinggi tubuh sekitar 190 cm
Kekuatan rahang telah berkurang
7. Homo Rhodesiensis
Homo rhodesiensis atau juga disebut dengan nama Manusia Rhodesian atau
"Broken Hill Man" didasarkan bukti tengkorak yang cukup lengkap, yang dikenal
sebagai Tengkorak Kabwe atau Broken Hill. Spesies ini berasal dari individu berotak
besar yang ditemukan di sebuah tambang di Broken Hill yang berada di Zambia.
Spesies ini ditemukan oleh penambang Swiss Tom Zwiglaar pada tahun
1921, yang kemudian diidentifikasi pertama kali oleh Arthur Smith Woodward,
seorang ahli paleontologi Inggris.
Perkiraan umur tengkorak Homo rhodesiensis tidak pasti. Hal ini dikarenakan
sampel tengkorak yang ditemukan tidak dapat digunakan untuk mendapatkan
tanggal radiometrik yang tepat. Di samping itu lokasi di dalam tambang tempat
tengkorak ditemukan sekarang dibanjiri oleh air. Namun kemungkinan besar, spesies
ini berada pada masa Pleistosen akhir, yakni kurang lebih antara 120.000 hingga
300.000 tahun lalu.
2. Ramapithecus brevirostris
Ramapithecus brevirostris ialah Spesies ini kemungkinan besar adalah nenek
moyang austropithecus paling awal, yang pada gilirannya juga mengembangkan
lebih dari satu spesies. Ramapithecus, ditemukan di bukit Siwalik, Pakistan oleh
G.E. Lewis pada tahun 1930.
Ramapithecus adalah hominid yang paling penting pada periode Miosen.
Banyak peneliti yang telah menerima bahwa Ramapithecus adalah hominid pertama
karena kesamaan giginya dengan hominid yang ditemukan selanjutnya
Ciri-ciri Manusia Purba Ramapithecus brevirostris:
Ukurannya lebih kecil dari manusia sekarang yakni 0,9 meter hingga
1,2 meter.
Kapasitas otak 400 cc
Gigi seri dan kaninus disisipkan secara verticaldan tidak dalam posisi
procumbent seperti pada kera.
Sedikit atau tidak ada diastema anjing
Taring dari manusia purba ramapithecus tidak diproyeksikan dan
mereka memiliki wajah yang sempit.
Rahang dari ramapithecus melengkung seperti manusia.
Molar premolar dan gigi geraham enamel nya tebal dan berfungsi
untuk mengunyah dan mengolah makanan yang masuk dalam tubuh
mereka.
Memiliki fosa taring
2. Homo Neanderthalensis
ditemukan oleh Dr. Fulrott dan Rudolf Virchow di Lembah Neander dekat
Dusseldorf, Jerman. Dalam penamaan spesies manusia purba (neanderthal) ini
disesuaikan oleh lokasi pertama kali ditemukan saat proses penggalian area tersebut
yaitu Neander. Sedangkan kata thal merupakan kata yang berasal dari bahasa
jerman, dari kata lembah artinya tal, kemudian penambahan huruf "h" yang
digunakan untuk nama yang lebih umum menjadi "th". Jadi kata neanderthal arti
sebenarnya adalah (manusia purba) dari Lembah Neander.
Ciri-ciri homo neanderthalensis diantaranya:
Memiliki ukuran tubuh yang relatif pendek
Bentuk wajah lebar
Memiliki rentang tangan pendek
Bagian hidung lebar
Memiliki tulang tengkorak yang lebar
TUGAS SISWA
Buatlah suatu table jenis-jenis manusia purba indonesia dan dunia kemudian,
cantumkan persamaan dan perbedaan fisiknya ?