Kebudayaan adalah sebuah hasil pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar, yaitu sadar untuk
apa segala sesuatu itu dilakukan atau diperbuat.
Kebudayaan material yang mereka kenal pada awalnya berupa alat-alat yang dapat membantu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti peralatan berburu, peralatan untuk mengumpulkan makanan
atau meramu. Awalnya peralatan yang mereka buat masih sangat sederhana, yakni terbuat dari batu
atau tulang. Dalam perkembangan berikutnya, akal pikiran manusia semakin maju, maka peralatan-
peralatan kehidupan yang dibuatnya pun bertambah bagus. Perkembangan peralatan-peralatan ini
terjadi pada masa Mesolitikum. Hasil kebudayaan yang berhasil ditemukan seperti kapak genggam
Sumatera, kapak pendek (Bache courte), pebble, flakes dan lain-lain.
Pada masa kehidupan menetap dan bercocok tanam, pola pikiran manusia mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Bangsa Indonesia mulai mengenal peralatan-peralatan dari logam dalam bentuk
logam campuran, yaitu logam tembaga dengan timah yang disebut perunggu. Peralatan-peralatan yang
terbuat dari logam di antaranya kapak corong atau kapak sepatu, nekara, bejana perunggu, berbagai
bentuk perhiasan perunggu dan lain-lain.
b. Kebudayaan Rohani
Kebudayaan rohani mulai muncul dalam kehidupan manusia sejak manusia mengenal sistem
kepercayaan dalam hidupnya. Yang berlangsung sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Hal ini terdeteksi melalui peneman kuburan yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki
anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal.
Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang teus berkembang dari zaman ke zaman yang terlhat pada
peninggalan-peninggalan berupa tugu-tugu batu seperti bangunan-bangunan masa Megalitikum.
Namun, lama kelamaan semenjak berkembangnya pola pikir manusia, manusia semakin menyadari
keberadaan hidupnya yang berada di tengah-tengah alam semesta. Sejak saat itu, manusia mulai
menyadari dan merasakan adanya kekuatan yang mahadasyat atau mahabesar di luar dirinya sendiri
dan kekuatan trsbut ada sepanjang masa.
Ciri khas alat batu kebudayaan bascon-Hoabinh adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan
batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh tepiannya menjadi bagian
yang tajam.
Disamping alat-alat bantu yang berhasil ditemukan, juga ditemukan alat-alat serpihan, batu giling dari
berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikkububkan dalam
posisi terlipat serta ditaburi zat warna merah.
Sementara itu, di daerah Vietnam ditemukan tempat-tempat pembuatan alat-alat batu, sejenis alat-alat
batu dari kebudayaan Bascon-Hoabinh. Bahkan di Goa Xom Trai ditemukan alat-alat batu yang sudah
diasah pada sisi yangn tajam.
Di wilayah Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bascon-Hoabinh dapat di temukan di daerah
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua.
Penemuan benda-benda dari kebudayaan Dong Son sangat penting karena benda-benda logam yang
ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak Dong Son. Budaya perunggu bergaya Dong
Son tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan kepulauan Indonesia.
Budaya Dong Son sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan perunggu di Indonesia. Bahkan
tidak kurang dari 56 nekara yang berhasil ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak
nekara di temukan di Sumatera, jawa, dan Maluku selatan.
Berdasarkan penemuan itu, para ahli menyimpulkan bahwa tidak mungkin nekara-nekara itu dibuat
pada masyarakat di daerah-daerah tempat penemuannya. Oleh karena itu, dari sudut gaya dan
kandungan timahnya yang cukup tinggi maka nekara-nekara yang di temukan di Indonesia
diperkirakan dibuat di Cina. Pengamatan yang menarik dari berner kempers menunjukkan bahwa
semua nekara yang ditemukan di sebelah timur Bali mempunyai empat patung katak pada bagian
bidang pukulnya.
Para pakar arkeologi Vietnam menyatakan bahwa hasil-hasil penuamuan benda-benda arkeologi
diduka menjadi bukti cikal bakal budaya ini. Sebelum adanya budaya Sa Huynh atau budaya turunan
langsung, di daerah Vietnam bagian selatan sepenuhnya didiami oleh bangsa yang berbahasa
Austronesia.
Dari sudut pandang Indonesia, keberadaan orang-orang Cham dekat pusat-pusat penemuan benda-
benda logam di Vietnam Utara pada akhir masa prasejarah mempunyai arti yang amat penting, karena
meraka adalah kelompok masyarakat yan mengunakan bahasa Austronesia dan mempunyai kedekatan
kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia.
Penemuan-penemuan Sa Huynh terdapat di kawasan pantai mulai dari Vietnam tengah ke selatan
sampai ke delta lembah sungai mekong. Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan
di Sa Huynh termasuk tembikar-tembikar yang berhasil ditemukan itu memiliki hiasan garis dan
bidang-bidang yang diisi dengan tera tapian kerang.
Kebudayaan Sa Huynh yang berhasil ditemukan meliputi berbagai alat yang bertangkai corong seperti
sekop, tembilang dan kapak. Namun ada pula yang tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai,
kumparan tenun, cincin dan gelang berbentuk spiral.
Peralatan dari besi lebih banyak dipakai dalam kebudayaan Sa Huynh adalah dari kebudayaan Dong
Son. Benda-benda perunggu yang berhasil ditemukan di daerah Sa Huynh berupa berbagai perhiasan,
gelang, lonceng dan bejana-bejana kecil. Dengan demikian, kebudayaan Sa Huynh diperkirakan
berlangsung antara tahun 600 SM sampai dengan tahun masehi.
Upaya penyebaran kebudayaan orang-orang India melalui hasil-hasil karya sastra. Hasil karya sastra
berbahasa sansekerta dan tamil, sudah berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Menjelang tahun 70 M terdapat bukti bahwa cengkeh dari maluku telah mencapai roma melaluui
aktivitas pelayaran dan perdagangan. Antara abad pertama hingga kelima masehi muncul pusat-pusat
perdagangan di wilayah Indonesia. Hal ini yang menyebabkan daerah di Indonesia akhirnya menjadi
pusat pertemuan para pedagang dari Cina dengan India dan Romawi.
Semakin ramainya kegiatan perdagangan ini membawa dampak terhadap perkembangan budaya India
di wilayah Indonesia. Bahkan pengaruh India dalam perkembangan sejarah Indonesia terlihat cukup
besar. Pengaruh India berhasil masuk ke berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan keberadaan masyarakat Indonesia yang beragama Hindu dan Budha, serta
berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh india seperti Kerajaan Kutai,
Tarumanegara, Holing dan kerajaan-kerajaan yang berdiri pada masa selanjutnya.
Pada daratan Pasemah di daerah sumatera selatan banyak ditemukan kubur batu dari tradisi
Megalitikum. A.N. Vander Hoop (1932) berhasil menemukan kubur peti batu di daerah tegur wangi.
Dari kubur itu ditemukan manik-manik kaca dan sepatu benda-benda logam.
Di samping itu, di Pasemah ditemuukan patung manusia dan hewan yan dipahat sebagai relief yang
mandiri atau pada sekeliling bongkahan batu besar dengan gaya yang dinamis.
Di pulau Jawa terdapat banyak situs-situs peninggalan dari taha[ logam awal, terutama dalam hubungan
dengan kubur peti atau sarkofagus.dalam penelitian yang dilakuukan A.N. van der Hoop (1935) di
daerah gunung kidul dekat wanosari, Jawa Tengah, membuktikan bahwa pada kubur-kubur peti batu
ditemukan bekal kubur berupa peralatan-peralatan dari besi seperti pisau bertangkai, belati, kapak dan
pahat.
Situs-situs jawa lainnya yang menghasilkan benda-benda budaya tahap logam awal terdapat di daerah
leuwilliang dekat bogor jawa barat dan di daerah Pejatan sebelah selatan jakarta. Namun selain daerah-
daerah di atas, masih terdapat daerah-daerah lain di pulau Jawa yang menghasilkan benda-benda logam
pada tahap awal.
Perkembangan benda-benda logam awal di pulau Bali terkait dengan kubur, karena benda-benda logam
ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak pada sargofagus. Namun, benda-benda lainnya yang
berhasil ditemukan seperti perhiasan, selubung tangan yang terbuat dari kumparan kawat perunggu,
serta alat-alat perunggu dengan bentuk sabit dan hati. Daerah-daerah tempat penemuannya seperti
daerah Gilimanuk ditemukan tombak besi yang bertangkai, pisau belati besi berganggang perunggu,
manik-manik dari emas kaca dan lain-lain, di daerah Pangkung Liplip ditemukan penutup mata dan
mulut dari emas dan sebagainya.
Penguburan di dalam tempayan berhasil ditemukan oleh para ahli di goa kecil leang buidane.
Penguburan dalam tempayan di daerah ini aslinya ditempatkan dilantai gua.
Sementara itu, didaerah maluku utara berhasil ditemukan sisa-sisa penguburan dalam tempayan yang
berhasil digali dari Goa Uattamdi di pulau kayoa.
Pada goa-goa di sulawesi selatan ditemukan kuburan tempayan. Tembikar yang ditemukan di daerah
tersebut diperkirakan punya hubungan dengan tembikar dari kubur tempayan di daerah ulu leang-leang
di kawasan maros, Sulawesi selatan.
Sementara itu, di daerah Sulawesi tengah juga ditemukan jenis-jenis tempayan kubur. Pada tempayan-
tempayan tersebut banyak ditemukan benda-benda logam sebagai bekal nhkubur. Daerah tempat
penemuan tempayan kubur yaitu di daerah Bada sebelah barat Danau Poso. Pada daerah ini ditemukan
tembikar berpola hias dan berukir.