Anda di halaman 1dari 13

10 Peninggalan Zaman Neolitikum Beserta

Gambarnya
written by Adara Primadia

Salah satu zaman pra – sejarah yang tercatat adalah zaman Neolitikum. Zaman Neolitikum ini
adalah zaman dimana orang – orang pra – sejarah memiliki kebudayaan baru dan mulai ber
evolusi, namun tetap sebelum adanya kerajaan di indonesia. Hal yang terjadi pada Zaman ini
adalah perubahan perilaku, perubahan mata pencaharian, perubahan gaya hidup dan banyak
lainnya. Zaman ini termasuk zaman dimana manusia masih belum mengenal aksara atau pra
aksara. Salah satu Peninggalan Zaman praaksara adalah peninggalan neolitikum.

Peninggalan Zaman Neolitikum

Zaman batu Muda atau Neolitikum ini adalah salah satu zaman yang memang mengalami
banyak tranformasi, mulai dari cara ber perilaku manusia zaman purba tersebut, pekerjaan
yang baru dan manusia tersebut sudah mulai banyak yang menetap pada satu tempat. Ada
pengenalan bahasa dan aksara baru. Mulai di kenalnya bahasa untuk berkomunikasi satu
sama lain yang pertama. Lalu di susul dengan perubahan pekerjaan dan mata pencaharian
menjadi berkebun, berternak, ber cocok tanam, membuat tembikar, dan banyak lainnya.
Banyak juga candi candi di berbagai tempat sebagai bentuk Peninggalan Kerajaan
Singasari dan Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia.

Pada artikel kali ini, kita akan membahas peninggalan yang di temukan yang di percaya ini
merupakan peninggalan dari zaman Neolitikum, Peninggalan itu antara lain :

1. Kapak Persegi

Peninggalan Zaman Neolitikum yang pertama


adalah kapak persegi. Kapak persegi ini sendiri terbentuk dari bahan dasar batu yang
berbentuk persegi. Berbeda dengan jenis kapak yang berada pada zaman Mesolithikum dan
Paleothikum, Kapak ini berfungsi sebagai alat cangkul dan pacul dalam bercocok tanam dan
alat untuk memahat kayu. Bercocok tanam sendiri adalah salah satu cara mereka untuk
bertahan hidup setiap hari. Kayu yang di pahat dan dipukul tersebut di gunakan untuk
membuat baju, di ketahui jika pakaian pada zaman tersebut terbentuk dan terbuat dari serat
kayu yang dipukul dan di pahat menggunakan kapak persegi ini. Kapak persegi banyak di
temukan di wilayah Sumatera, Bali, Nusa tenggara, Jawa dan sekitarnya.

2. Kapak Lonjong
Kapak satu ini adalah kapak yang terbuat dari
batuan nefrit yang di haluskan. Kapak ini tergolong dan menjadi salah satu ikon Zaman
Neolitikum. Dari kehalusan dan tekstur dari kapak lonjong ini menunjukan kemajuan yang
pesat zaman batu berada di zaman neolitikum. Kapak lonjong menjadi sangat modern pada
masa itu dari pada kapak lainnya, Kapak genggam, dan lainnya. Kapak ini di sebut kapak
lonjong sebab, bentuk dari kapak ini sendiri lonjong hampir ke arah oval.

Walaupun kapak lonjong memiliki kemiripan dengan kapak persegi, namun tetap memiliki
perbedaan. Perbedaannya adalah pada kapak lonjong ada salah satu sisi bagian yang lebih
meruncing dan tajam. Ketajaman ini membuat perbedaan pada kapak persegi gimana kapak
persegi memiliki semua sisi yang sama rata, tidak ada bagian yang lebih lonjong. Kapak
lonjong tidak hanya ditemukan di wilayah Indonesia saja, namun ada di temukan di luar
negeri, antara lain; Filipina, Cina, Vietnam, dan negara asia lainnya.

3. Gerabah

Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya


adalah gerabah. Gerabah adalah salah satu hasil kerajinan tangan dimana berbahan dasar
tanah liat, pasir dan di bentuk menggunakan tangan. Tanah liat ini di tumbuk dan di aduk
hingga memiliki teksur yang padat. Kemudian hasil tersebut akan di haluskan menggunakan
batu lainnya agar berbentuk lebih rapi.

Hasil gerabah menyerupai sebuah wadah dalam bentuk kecil, biasanya hasil dari gerabah ini
di gunakan untuk alat makan dan minum sehari – hari, walaupun hasilnya masih lebih kasar,
namun ini juga menunjukan kreativitas yang semakin berkembang pada manusia zaman batu
tersebut. Selain kegunaan untuk makan dan minum sehar – hari banyak penemuan gerabah
zaman neolitikum ini sendiri dijadikan celengan, dan berbentuk mainan. Penemuan gerabah
di Indonesia sendiri di temukan di Sulawesi, Bayuwangi, Tangerang, Bogor dan beberapa
titik lainnya.

4. Pakaian

Pada masa Batu muda (Neolitikum) ini telah di kenalnya pakaian. Pakaian yang manusia
purba tersebut gunakan adalah berbahan dasar serat kayu. Mereka mulai mengenal pakaian
ini sebab mereka akan merasa dingin ketika malam telah tiba. Mereka menggunakan kapak
persegi dan kapak lonjong untuk memotong dan menghaluskan serat kayu tersebut sehingga
layak di pakai.

5. Perhiasan

Manusia hidup tak luput dari yang namanya


keindahan. Perhiasan adalah salah satu cara manusia untuk mempercantik diri mereka. Tak
terkecuali manusia purba, mereka memiliki perasaan untuk memperindah diri mereka
sehingga mereka membuat perhiasan sendiri. Arkeolog yang meneliti, sering kali menemukan
perhiasan ini yang di percaya muncul pada zaman Neolitikum. Dari model pembuatannya,
bisa di perkirakan bagaimana mereka membuat perhiasan tersebut.

Dalam membuat Gelang, pertama – tama bahan dasar yang berasal dari batu tersebut di
tipiskan dengan cara di pukul – pukul. Bentuk yang di inginkan adalah bulat dan gepeng.
Mereka banyak menggunakan teknik menggosok dan mengasah. Mereka akan berusaha
membuat perhiasan tersebut mengkilap dengan cara menggosok tersebut. Gelang dan temuan
tahapan ini dapat di temukan ketika arkeolog melakukan penelitian di daerah Tasikmalaya.
Terdapat banyak sekali sisa – sisa peninggalan perhiasan ini. Perhiasan yang berasal dari
Tasikmalaya ini terdiri dari beberapa macam batuan, antara lain; Batu Agate, Kalsedon,
Jaspis dengan aneka warna (Hitam, Kuning, Putih, Coklat, Merah, Hijau).

Penemuan tersebut tidak hanya menemukan 1 macam gelang. Namun ada beberapa macam
lainnya yang pastinya berbeda ukuran. Berdiameter 24 – 55 mm dengan ketebalan 06 – 17
mm. Dengan ukuran yang di temukan, masih di percaya tidak hanya gelang. Kemungkinan –
kemungkinan adanya kalung, anting dan segala hal yang lebih kecil yang mereka percaya di
gunakan untuk Jimat.

6. Pembuatan Perahu

Pada zaman Neolitikum, mereka membuat perahu dengan sangat sederhana, batang pohon di
gunakan untuk membuat badan perahu dan tiang untuk layar perahu. Namun, karena mereka
masih menganut faham Animisme dan Dinamisme, maka, untuk pohon yang akan di gunakan
untuk menjadi bahan dasar perahu tersebut di doakan dan melakukan sebuah ibadah sebelum
pemotongannya. Pembuatan perahu di percaya di buat dengan cara membangun sisi luar dari
perahu tersebut, lalu mengerjakan sisi dalamnya. Agar perahu tidak terbalik, mereka
memasang katik sebagai penyeimbangnya. Mereka membuat layar dengan teknik membuat
pakaian. Layar di buat dengan sebutan layar sudu (Dalam Bahasa Jawa).

7. Anyaman – anyaman

Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya adalah anyam-anyaman. Pada masa ini, mereka
tidak memiliki teknologi yang memadai seperti hari ini. Anyaman yang di buat ber bahan
dasar Bambu, Rumput dan Rotan. Hasil dari anyaman tersebut adalah wadah untuk
menyimpan dan meletakan makanan. Mereka menggunakan teknik anyaman. Di ketahui pada
zaman ini sudah mengenal istilah barter. Barter ini sendiri di lakukan dengan menukar ikan,
anyaman, perhiasan, garam, hasil cocok tanam, kerang yang indah, dan banyak lain
sebagainya. Anyaman ini sendiri selain di jadikan bahan barter, bisa di gunakan sehari – hari.

8. Kapak Bahu

Kapak yang satu ini tidak jauh berbeda model dengan kapak persegi. Yang membedakan
kapak persegi dan kapak bahu sendiri adalah bagian yang akan di ikatkan pada tangkainya.
Kapak Bahu tidak di temukan di Indonesia. Persebarannya sendiri adalah dari Jepang, ke
Philipina hingga sampai ke Malaysia. Itu adalah batas akhir dari persebaran Kapak bahu ini.
Di Indonesia ada penemuan beberapa buah kapak Bahu pada daerah Minahasa.

9. Tembikar

Tembikar ini sendiri di buat oleh masyarakat Neolitikum untuk meletakan segala macam
hasil panen. Walaupun tidak jarang di temui tembikar dengan isi tulang. Namun
kemungkinan terbesar adalah Tembikar di gunakan untuk mengambil hasil untuk
pengkonsumsian setiap hari, entah itu hasil buruan, hasil panen, hasil laut, dan lain
sebagainya. Penemuan tembikar pertama kali berada di daerah Perbukitan Sumatera. Tetapi
arkeolong menemukan hanyalah beberapa bagian kecil dari tembikar tersebut. Tidak ada
bagian penuh dari sebuah tembikar. Namun, penemuan ini di perkirakan kemungkinan
terbesar adalah tembikar pada masa Neolitikum, di dalamnya terdapat banyak gambar dan
hiasan – hiasan di mana Zaman yang sudah mulai maju dengan kreativitas tersebut berada
pada masa Neolitikum.

10. Penguburan Mayat

Peninggalan Zaman Neolitikum yang terakhir adalah penguburan mayat, Setiap manusia akan
meninggal. Dalam kebudayaan zaman Neolitikum ada 2 jenis penguburan yang terkenal
adalah Penguburan Langsung dan Penguburan Tidak Langsung. Penguburan
Langsung sendiri adalah cara yang sering kita gunakan sekarang, di mana mayat langsung
sekali kubur dengan di letakan pada sebuah wadah dan mayat tersebut ada 2 cara dapat di
lipat atau dalam posisi merungkuk. Pada kebudayaan penguburan langsung ini sendiri ada
upacara penguburan sebelum orang yang telah meninggal ini di letakan ke dalam tanah. Pada
kebudayaannya, mereka meletakan mayat mengarah ke tempat arwah para leluhur yang
mereka percaya, menghadap pegunungan. Mereka akan membekali dalam perjalanan ke
kekalan dengan memberikan ayam, manik – manik dan banyak lain sebagainy sebagai bekal
dan transportasi.

Yang kedua ada Penguburan Tidak Langsung di lakukan dengan cara pertama mayat di
kuburkan biasa lalu diperkirakan mayat sudah mengering akan di gali lagi. Mereka percaya di
alam Roh arwah orang mati akan mendapatkan tempat sesuai dengan perbuatan selama masa
hidupnya dan sebesarnya upacara adat yang di lakukan. Penggalian kubur ini sendiri
dilakukan untuk memberihkan sisa tulang – tulang dan diberikan pengawet pada tempat
persendian lalu di letakan pada suatu tempayan.

Demikian merupakan contoh hasil peninggalan Zaman Neolitikum. Zaman batu muda ini
memang lebih berkembang pesat bila di bandingkan dengan zaman batu madya dan batu tua.
Zaman yang satu ini manusia mulai mengenal seni, ke indahan, ke Tuhanan, Aksara dan lain
sebagainya.

MY BLOG
Tuesday, 16 February 2016
HASIL BUDAYA DAN FUNGSINYA ZAMAN PALEOLITIKUM, MESOLITIKUM, NEOLITIKUM,
MEGALITIKUM DAN GAMBARNYA

ZAMAN PALEOLITIKUM

Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas
makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang.
Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-
buahan.

Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat
penetak/pemotong) Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak,
tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak
genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya
dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi,
memotong, dan menguliti binatang.

Kapak Perimbas

Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia
kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling
banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut
kebudayan pacitan

Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa


Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang
ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati)
dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam
tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan

ZAMAN MESOLITIKUM

Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan
modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam
kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai
ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan
disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan
tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925
Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak
menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam
Palaeolithikum).

Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)


Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya
menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut
dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya
yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang dipecah-
pecah.

Hachecourt (kapak pendek)

Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya
pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.

Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling
beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan
untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan
digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.

ZAMAN MEGALITIKUM

Menhir

Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh
nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta
ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat
ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan
Kalimantan.
Dolmen

Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk
pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak
dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh
batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan
batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur,
Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.

Waruga

Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti
pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang
manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang
perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti
kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga
dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu,
piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan
meninggal.

Peti kubur (Sarkofagus)

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari
lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan
alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta)
dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah
rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda
dapat mengetahui persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan
tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya

Punden Berundak-undak

Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai
tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah
Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.

ZAMAN NEOLITIKUM

Pahat Segi Panjang


Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia
Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia,
kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.

Kapak Persegi

Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak
persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi
panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar
dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul.
Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk
mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.

Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk
keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat
tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan
kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut
dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran
kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong
tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari
kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.

Kapak Bahu

Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya
diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini
meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas
selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak
ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa
buah ditemukan yaitu di Minahasa.

Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)


Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam
jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat
benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang
ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk
kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
Tembikar (Periuk belanga)

Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk belanga
terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa
pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi
sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk belanga yang ternyata
berisi tulang belulang manusia

Anda mungkin juga menyukai