Anda di halaman 1dari 4

Peninggalan zaman neolitikum

Pada Zaman Neolitikum atau Zaman Batu Muda merupakan prasejarah yang dimana
manusianya sudah mulai menggunakan alat-alat dari batu yang telah dihaluskan. zaman ini
dikatakan terjadi revolusi kebudayaan yang sangat besar dalam peradaban manusia. Di karnakan
pada zaman ini telah terjadi perubahan yang cukup mendasar dari meramu atau food gathering
menjadi food producing alias membuat makanan sendiri.

Masyarakatnya diduga telah mengenal tradisi pertukaran barang atau dagang, beternak, dan
mengembangkan kebudayaan agraris walaupun dalam tingkatan yang masih sangat sederhana.
Selain itu, manusia purba yang hidup pada zaman ini telah membangun tempat tinggal permanen
seperti rumah sederhana, membuat kerajinan.

Sementara kehidupan sosial Zaman Neolitikum ditandai dengan masyarakatnya yang telah
mengembangkan gotong-royong, membuat aturan hidup bersama, dan memiliki kepercayaan
animesme atau percaya terhadap aroh leluhur, dan ada satu kebiasaan atau budaya yang
masyarakat ini lakukan pada saat ada kerabat yang meninggal yaitu mengubur jenazah dan juga
barang pribadinya secara bersamaan.

Menurut H. Kern, bahasa yang digunakan oleh penduduk di kepulauan Indonsia pada zaman
neolitik adalah bahasa Melayu Polinesia yang merupakan rumpun bahasa Austronesia.

1. Kapak persegi

Kapak persegi adalah batu yang dibentuk persegi dan digunakan sebagai peralatan penunjang
kehidupan. Kapak ini tebuat dari batu murni berbentuk persegi

Orang yang pertama kali memberikan nama benda ini sebagai kapak persegi adalah Von Heine
Gelderen, seorang arkeolog asal Austria.

Fungsi kapak persegi bisa dilihat dari berbagai jenis bentuk kapak persegi. Ada yang digunakan
untuk mencangkul, memotong, berburu, atau memahat. Selain itu kapak persegi juga di gunakan
sebagai alat barter dan gambaran status sosial. Kapak persegi inilah yang sering di jadikan
barang yang ikut di kuburkan saat ada yang meninggal, Seseorang dianggap miskin atau rendah
kastanya jika ia meninggal tanpa membawa bekal seperti kapak persegi.

Adapun daerah tempat penemuan kapak persegi di Indonesia kala itu adalah Sumatra, Jawa,
Bali, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.

2. Kapak lonjong

Dinamakan kapak lonjong karena kapak ini berbentuk lonjong pada pangkalnya dan
penampangnya hampir berbentuk bulat. Usia dari kapak lonjong diperkirakan lebih tua jika
dibandingkan dengan usia kapak persegi.

Kapak lonjong terkadang juga disebut sebagai polished axe karena hampir di seluruh bagian
kapak ini sudah dihaluskan dengan baik dan menyeluruh. Kapak ini dibuat menggunakan batu
nefrit, Bagian kapak lonjong biasanya sudah diasah dari segala sisi sehingga bentuk
ketajamannya cukup simetris.

Kapak lonjong terdiri dari dua jenis, yaitu kapak lonjong yang berukuran kecil dan berukuran
besar. Kapak lonjong kecil bisa disebut juga dengan nama kleinbeil.
Berikut adalah beberapa fungsi dari kapak lonjong pada masa penggunaannya di zaman
neolitikum:

 Kapak lonjong untuk memotong makanan, terutama makanan yang berasal dari daging
hewan. Biasanya, kapak lonjong yang digunakan untuk memotong makanan merupakan
kapak lonjong yang berukuran cukup besar.
 Kapak lonjong sebagai salah satu alat perkakas. Biasanya, kapak lonjong yang berukuran
besar digunakan sebagai alat perkakas.
 Kapak lonjong digunakan untuk mencangkul dan bercocok tanam. Dalam hal ini, fungsi
dari kapak lonjong ini tidak jauh berbeda dengan fungsi dari kapak persegi.
 Kapak lonjong sebagai benda wasiat. Kapak lonjong juga tersedia dalam ukuran yang
lebih kecil. Kapak lonjong inilah yang biasanya digunakan sebagai benda wasiat atau
benda peninggalan secara turun-temurun.
 Kapak lonjong sebagai salah satu benda yang digunakan pada saat upacara. Biasanya,
kapak lonjong yang digunakan pada saat upacara yaitu kapak lonjong yang berukuran
lebih kecil.

Di Indonesia, pesebaran jenis kapak lonjong ini mayoritas ada di bagian timur, misalnya daerah
Papua, Seram, dan Minahasa.

3. Gerabah

Gerabah adalah salah satu hasil kerajinan tangan dimana berbahan dasar tanah liat, pasir dan di
bentuk menggunakan tangan. Tanah liat ini di tumbuk dan di aduk hingga memiliki teksur yang
padat. Kemudian hasil tersebut akan di haluskan menggunakan batu lainnya agar berbentuk
lebih rapi.

Hasil gerabah menyerupai sebuah wadah dalam bentuk kecil, biasanya hasil dari gerabah ini di
gunakan untuk alat makan dan minum sehari – hari, walaupun hasilnya masih lebih kasar,
namun ini juga menunjukan kreativitas yang semakin berkembang pada manusia zaman batu
tersebut. Selain kegunaan untuk makan dan minum sehar – hari banyak penemuan gerabah
zaman neolitikum ini sendiri dijadikan celengan, dan berbentuk mainan. Penemuan gerabah di
Indonesia sendiri di temukan di Sulawesi, Bayuwangi, Tangerang, Bogor dan beberapa titik
lainnya.

4. Pakaian

Pada masa Batu muda (Neolitikum) ini telah di kenalnya pakaian. Pakaian yang manusia purba
tersebut gunakan adalah berbahan dasar serat kayu. Mereka mulai mengenal pakaian ini sebab
mereka akan merasa dingin ketika malam telah tiba. Mereka menggunakan kapak persegi dan
kapak lonjong untuk memotong dan menghaluskan serat kayu tersebut sehingga layak di pakai.

Pada daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan ditemukan kapak kapak yang digunakan untuk
memotong dan menghaluskan pakaian pada zaman ini.

5. Perhiasan

Manusia hidup tak luput dari yang namanya keindahan. Perhiasan adalah salah satu cara
manusia untuk mempercantik diri mereka. Tak terkecuali manusia purba, mereka memiliki
perasaan untuk memperindah diri mereka sehingga mereka membuat perhiasan sendiri.
Arkeolog yang meneliti, sering kali menemukan perhiasan ini yang di percaya muncul pada
zaman Neolitikum. Dari model pembuatannya, bisa di perkirakan bagaimana mereka membuat
perhiasan tersebut.

Dalam membuat Gelang, pertama – tama bahan dasar yang berasal dari batu tersebut di tipiskan
dengan cara di pukul – pukul. Bentuk yang di inginkan adalah bulat dan gepeng. Mereka banyak
menggunakan teknik menggosok dan mengasah. Mereka akan berusaha membuat perhiasan
tersebut mengkilap dengan cara menggosok tersebut. Gelang dan temuan tahapan ini dapat di
temukan ketika arkeolog melakukan penelitian di daerah Tasikmalaya. Terdapat banyak sekali
sisa – sisa peninggalan perhiasan ini. Perhiasan yang berasal dari Tasikmalaya ini terdiri dari
beberapa macam batuan, antara lain; Batu Agate, Kalsedon, Jaspis dengan aneka warna (Hitam,
Kuning, Putih, Coklat, Merah, Hijau).

6. Perahu

Pada zaman Neolitikum, mereka membuat perahu dengan sangat sederhana, batang pohon di
gunakan untuk membuat badan perahu dan tiang untuk layar perahu. Namun, karena mereka
masih menganut faham Animisme dan Dinamisme, maka, untuk pohon yang akan di gunakan
untuk menjadi bahan dasar perahu tersebut di doakan dan melakukan sebuah ibadah sebelum
pemotongannya. Pembuatan perahu di percaya di buat dengan cara membangun sisi luar dari
perahu tersebut, lalu mengerjakan sisi dalamnya. Agar perahu tidak terbalik, mereka memasang
katik sebagai penyeimbangnya. Mereka membuat layar dengan teknik membuat pakaian. Layar
di buat dengan sebutan layar sudu (Dalam Bahasa Jawa).

7. Anyam anyaman

Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya adalah anyam-anyaman. Pada masa ini, mereka
tidak memiliki teknologi yang memadai seperti hari ini. Anyaman yang di buat ber bahan dasar
Bambu, Rumput dan Rotan. Hasil dari anyaman tersebut adalah wadah untuk menyimpan dan
meletakan makanan. Mereka menggunakan teknik anyaman. Di ketahui pada zaman ini sudah
mengenal istilah barter. Barter ini sendiri di lakukan dengan menukar ikan, anyaman, perhiasan,
garam, hasil cocok tanam, kerang yang indah, dan banyak lain sebagainya. Anyaman ini sendiri
selain di jadikan bahan barter, bisa di gunakan sehari – hari.

8. Kapak bahu

Kapak yang satu ini tidak jauh berbeda model dengan kapak persegi. Yang membedakan kapak
persegi dan kapak bahu sendiri adalah bagian yang akan di ikatkan pada tangkainya. Kapak Bahu
tidak di temukan di Indonesia. Persebarannya sendiri adalah dari Jepang, ke Philipina hingga
sampai ke Malaysia. Itu adalah batas akhir dari persebaran Kapak bahu ini. Di Indonesia ada
penemuan beberapa buah kapak Bahu pada daerah Minahasa.

9. Tembikar

Tembikar ini sendiri di buat oleh masyarakat Neolitikum untuk meletakan segala macam hasil
panen. Walaupun tidak jarang di temui tembikar dengan isi tulang. Namun kemungkinan terbesar
adalah Tembikar di gunakan untuk mengambil hasil untuk pengkonsumsian setiap hari, entah itu
hasil buruan, hasil panen, hasil laut, dan lain sebagainya. Penemuan tembikar pertama kali
berada di daerah Perbukitan Sumatera. Tetapi arkeolong menemukan hanyalah beberapa bagian
kecil dari tembikar tersebut. Tidak ada bagian penuh dari sebuah tembikar. Namun, penemuan ini
di perkirakan kemungkinan terbesar adalah tembikar pada masa Neolitikum, di dalamnya
terdapat banyak gambar dan hiasan – hiasan di mana Zaman yang sudah mulai maju dengan
kreativitas tersebut berada pada masa Neolitikum.

10. Penguburan mayat

Peninggalan Zaman Neolitikum yang terakhir adalah penguburan mayat, Setiap manusia akan
meninggal. Dalam kebudayaan zaman Neolitikum ada 2 jenis penguburan yang terkenal adalah
Penguburan Langsung dan Penguburan Tidak Langsung. Penguburan Langsung sendiri adalah
cara yang sering kita gunakan sekarang, di mana mayat langsung sekali kubur dengan di letakan
pada sebuah wadah dan mayat tersebut ada 2 cara dapat di lipat atau dalam posisi merungkuk.
Pada kebudayaan penguburan langsung ini sendiri ada upacara penguburan sebelum orang yang
telah meninggal ini di letakan ke dalam tanah. Pada kebudayaannya, mereka meletakan mayat
mengarah ke tempat arwah para leluhur yang mereka percaya, menghadap pegunungan. Mereka
akan membekali dalam perjalanan ke kekalan dengan memberikan ayam, manik – manik dan
banyak lain sebagainy sebagai bekal dan transportasi.

Yang kedua ada Penguburan Tidak Langsung di lakukan dengan cara pertama mayat di kuburkan
biasa lalu diperkirakan mayat sudah mengering akan di gali lagi. Mereka percaya di alam Roh
arwah orang mati akan mendapatkan tempat sesuai dengan perbuatan selama masa hidupnya
dan sebesarnya upacara adat yang di lakukan. Penggalian kubur ini sendiri dilakukan untuk
memberihkan sisa tulang – tulang dan diberikan pengawet pada tempat persendian lalu di
letakan pada suatu tempayan.

Anda mungkin juga menyukai