Anda di halaman 1dari 2

1.

Gerabah
Gerabah dibuat dari bahan tanah liat dicampur pasir dengan teknik tangan dikombinasi teknik
tatap sehingga hasilnya masih kasar dan tebal. Hasil-hasil gerabahnya berupa periuk, cawan,
piring, dan pedupaan. Gerabah-gerabah ini berfungsi sebagai tempat makanan, minuman,dan
untuk keperluan
upacara. Gerabah zaman ini banyak ditemukan di Kendenglembu, Banyuwangi (Jawa Timur),
Kalumpang dan Minanga, Sippaka (Sulawesi Tengah), Danau Poso (Sulawesi Tengah), serta
Minahasa (Sulawesi Utara).

2. Anyam-anyaman
Bahan untuk anyaman dibuat dari bambu, rumput, dan rotan. Teknologinya dengan teknik
anyam dan pola geometrik. Fungsinya sebagai wadah barang -barang rumah tangga.

3. Pakaian
Berdasarkan temuan alat pemukul kulit kayu di Ampah, Kalimantan Sela tan, dan di Kalumpang,
Minanga, Sippaka (Poso, Sulawesi Tengah) diduga sudah dikenal pakaian yang dibuat dari
tenunan serat kulit kayu. Bahan lain yang dibuat tenunan kain antara lain, serat abaka (sejenis
pisang) dan rumput doyo.

4. Perahu/Teknik Membuat Perahu


Teknik pembuatan perahu masih sederhana. Pembuatan perahu menggunakan bahan sebatang
pohon, yaitu benda, meranti, lanang, dan kedondong. Pohon yang telah dipilih sebagai bahan
pembuatan perahu penebangannya harus didahului upacara. Pembuatan perahu dimulai dari
sisi luar. Sesudah terbentuk sisi luar, sisi dalam dikeruk dengan memperhatikan ujung pasak
yang dipakukan dari sisi luar agar ketebalan dinding perahu sama tebal. Agar perahu tidak
terbalik, pada sisi perahu dipasang cadik/ katik sebagai penyeimbang. Untuk menggerakkan
perahu dapat dipasang layar. Biasanya, jenis layar yang digunakan adalah layar sudu -sudu (sudu
= suru dalam bahasa Jawa).

5. Kapak persegi
Nama kapak persegi berasal dari von Heine Geldern berdasarkan penampang dari alat-alatnya
yang berupa persegi panjang atau berbentuk trapesium. Alat ini bentuknya memanjang dengan
penampang Alang berbentuk persegi dan bagian pangkalnya tidak biasa sebagai tempat ikatan
tangkai.

Untuk kapak persegi yang berukuran kecil digunakan untuk memotong kayu sedangkan kapak
persegi yang berukuran lebih besar berbentuk beliung atau Pacul biasanya digunakan sebagai
alat cangkul. Kapak persegi ini dibuat dari bahan batu api dan batu chalcedon.
Berdasarkan penelitian kapak kapak persegi tersebut berasal dari Asia dan menyebar ke
wilayah Indonesia melalui jalan Barat.

6. Kapak bahu
kapak bahwa adalah sejenis kapak persegi yang pada tangkainya diberi leher sehingga
menyerupai bentuk botol persegi. Pada umumnya di wilayah Indonesia kapak bahu tidak
dikenal, hanya di daerah Minahasa Sulawesi Utara kapak ini ditemukan.

7. Kapak lonjong
Nama kapak lonjong didasarkan pada penampang Alangnya yang berbentuk lonjong dengan
ujung pangkal runcing dan melebar. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kapak lonjo ng
adalah batu kali yang berwarna kehitaman. Kapak kapak lonjong tersebut memiliki berbagai
ukuran dari yang besar sampai yang kecil.
Daerah pusat kapak lonjong adalah Papua selain itu juga ditemukan di siram gorong Tanimbar
Leti Minahasa dan Serawak. Menurut penelitian kapak kapak lonjong tersebut berasal dari Asia
dan menyebar ke wilayah Indonesia melalui jalan Timur.

8. Perhiasan
Ternyata masyarakat praaksara sudah terlebih dahulu mengenal perhiasan diantaranya berupa
gelang kalung dan anting-anting. Perhiasan ini pada umumnya ditemukan di Jawa Barat dan
Jawa Tengah dan bahan yang biasa digunakan adalah batu-batu indah seperti agat, chalcedon
dan jaspis.

9. Mata panah
Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan
mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
10. Alat pemukul kulit kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai
bahan pakaian. Adanya alat ini membuktikan bahwa zaman neolitikum manusia purba sudah
mengenal pakaian.

11. Tembikar
Tembikar ini sendiri di buat oleh masyarakat Neolitikum untuk meletakan segala macam hasil
panen. Walaupun tidak jarang di temui tembikar dengan isi tulang. Namun kemungkinan
terbesar adalah Tembikar di gunakan untuk mengambil hasil untuk pengkonsumsian setiap hari,
entah itu hasil buruan, hasil panen, hasil laut, dan lain sebagainya.

Kehidupan Masyarakat pada Zaman Neolitikum

Ciri-ciri zaman neolitikhum diantaranya


1. Terjadi perubahan dari food gathering ke food producing (dari mengumpulkan makanan
berubah menjadi memproduksi makanan).
2. Terbentuknya tataan sosial yang lebih kompleks.
3. Manusia pada zaman itu mulai hidup menetap.
4. Mulai dikenal bercocok tanam.
5. Mulai dikenal beternak.
6. Manusia mulai membuat peraturan hidup bersama dalam satu kelompok msyarakat dan
tedapat pembagian kerja.
7. Dihasilkan alat kerja yang lebih halus dibandingkan zaman sebelumnya karena telah dik enal
cara mengasah.
8. Mulai dikenalnya tenuna.
9. Mulai adanya kepecayaan terhadap nenek moyang.

Anda mungkin juga menyukai