Anda di halaman 1dari 17

HASIL-HASIL BUDAYA

Manusia Masa Praaksara

Hikmal maulida ( 12 )
MASA BERBURU DAN
MENGUMPULKAN MAKANAN TINGKAT
SEDERHANA : BUDAYA PALEOLITIK

Kapak Perimbas

Kapak perimbas merupakan batu yang dibentuk seperti mata kapak digunakan dengan
cara digenggam . Pada umumnya kapak perimbas pada masa ini berbentuk masih
kasar.
Alat Serpih atau Flakes

Batu berbentuk kecil memanjang. Digunakan dengan cara digenggam untuk memotong atau
menggali tanah. Kalau di zaman sekarang fungsinya seperti pisau.
Alat Tulang

Terbuat dari tulang yang ditajamkan. Fungsinya untuk menusuk.


MASA BERBURU DAN
MENGUMPULKAN MAKANAN
TINGKAT LANJUT : BUDAYA
MESOLITIK
Serpih Bilah

Alat ini memiliki banyak bentuk seperti serut, grudi, pisau dan penusuk.
Digunakan untuk menguliti hewan, sebagai alat pisau alami, dan digunakan
sebagai alat penggaruk dan untuk mencari umbi-umbian di dalam tanah.
Alat Tulang (peeble)

Alat- alat tulang yang terkenal di Jawa ialah di Gua Lawa, dekat Sampung ( Jawa
Timur). Alat tulang yang ditemukan memiliki dua macam bentuk sudip tulang dan
semacam belati dari tanduk.
Kapak Genggam sumatra ( sumatralit )

Di Indonesia kapak genggam Sumatera ditemukan tersebar di pantai timur Sumatera


Utara, yaitu di Langsa, Lhok Seumawe, dan Binjai (Tamiang). Pada tahun 1925 dan
1926, P.V. van Stein Callenfels melakukan ekskavasi di sebuah bukit kerang di dekat
Medan (Sumatera Utara). Ia menemukan kerang, beberapa buah kapak genggam
Sumatera berbentuk lonjong yang dikerjakan hanya pada satu sisinya saja, dan kapak
pendek. Dari penemuan ini, dapat disimpulkan bahwa selain berburu dan
mengumpulkan makanan di darat, manusia masa ini juga sudah mengenal
pengumpulan dan pencarian makanan di laut (menjadi nelayan).
MASA BERCOCOK TANAM :
BUDAYA
Kapak Persegi
NEOLITIK

Nama kapak persegi pertama kali disebutkan oleh von Heine Geldern. Penamaan ini
dikaitkan dengan bentuk alat yang ditemukan, yaitu berbentuk persegi. Kapak
persegi berbentuk persegi panjang dan ada pula yang berbentuk trapesium. Kapak
persegi yang besar sering disebut dengan beliung atau cangkul, bahkan sudah ada
yang diberi tangkai sehingga persis seperti bentuk cangkul zaman sekarang.
Sementara yang berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah. Penyebaran alat-alat ini
terutama di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatera, Jawa, dan Bali.
Kapak Lonjong

Nama kapak lonjong berasal dari bentuk penampang alat ini yang berbentuk lonjong.
Bentuk keseluruhan alat ini lonjong sepeti bulat telur, di mana pada ujungnya yang
lancip ditempatkan tangkai dan bagian ujung yang bulat diasah hingga tajam. Kapak
lonjong mempunyai berbagai macam ukuran, yang besar sering disebut walzenbeil,
sedangkan yang kecil dinamakan kleinbeil. Penyebaran jenis kapak lonjong terutama
di Kepulauan Indonesia bagian timur, seperti di daerah Papua, Seram, dan Minahasa.
Gerabah

Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya adalah gerabah. Gerabah adalah salah


satu hasil kerajinan tangan dimana berbahan dasar tanah liat, pasir dan di bentuk
menggunakan tangan. Tanah liat ini di tumbuk dan di aduk hingga memiliki teksur
yang padat. Kemudian hasil tersebut akan di haluskan menggunakan batu lainnya
agar berbentuk lebih rapi.
Hasil gerabah menyerupai sebuah wadah dalam bentuk kecil, biasanya hasil dari
gerabah ini di gunakan untuk alat makan dan minum sehari – hari, walaupun
hasilnya masih lebih kasar, namun ini juga menunjukan kreativitas yang semakin
berkembang pada manusia zaman batu tersebut. Selain kegunaan untuk makan dan
minum sehari – hari banyak penemuan gerabah zaman neolitikum ini sendiri
dijadikan celengan, dan berbentuk mainan. Penemuan gerabah di Indonesia sendiri
di temukan di Sulawesi, Bayuwangi, Tangerang, Bogor dan beberapa titik lainnya.
Perhiasan

Dalam membuat Gelang, pertama – tama bahan dasar yang berasal dari batu tersebut di
tipiskan dengan cara di pukul – pukul. Bentuk yang di inginkan adalah bulat dan gepeng.
Mereka banyak menggunakan teknik menggosok dan mengasah. Mereka akan berusaha
membuat perhiasan tersebut mengkilap dengan cara menggosok tersebut. Gelang dan
temuan tahapan ini dapat di temukan ketika arkeolog melakukan penelitian di daerah
Tasikmalaya. Terdapat banyak sekali sisa – sisa peninggalan perhiasan ini. Perhiasan yang
berasal dari Tasikmalaya ini terdiri dari beberapa macam batuan, antara lain; Batu Agate,
Kalsedon, Jaspis dengan aneka warna (Hitam, Kuning, Putih, Coklat, Merah, Hijau).
Penemuan tersebut tidak hanya menemukan 1 macam gelang. Namun ada beberapa
macam lainnya yang pastinya berbeda ukuran. Berdiameter 24 – 55 mm dengan ketebalan
06 – 17 mm. Dengan ukuran yang di temukan, masih di percaya tidak hanya gelang.
Kemungkinan – kemungkinan adanya kalung, anting dan segala hal yang lebih kecil yang
mereka percaya di gunakan untuk Jimat.
MASA PERUNDAGIAN :
BUDAYA MEGALITIK DAN
BUDAYA LOGAM
Kapak Corong atau Kapak Sepatu

Kapak Corong atau disebut juga dengan kapak sepatu adalah alat kebesaran dan
digunakan pada upacara-upacara adat. Kapak ini berbentuk seperti corong, oleh sebab itu
disebut dengan nama kapak corong. Lokasi penemuan kapak corong atau kapak sepatu
ini berada di Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Arca Perunggu

Arca adalah semacam patung, dalam hal ini terbuat dari perunggu. Pada zaman ini,
arca perunggu ada yang berbentuk manusia maupun binatang. Biasanya memiliki
bentuk yang kecil dan terdapat cincin di bagian atasnya yang berfungsi untuk
menggantungkan arca tersebut
Di Indonesia, arca perunggu ditemukan di Limbangan (Bogor), Bangkinang (Riau)
dan Palembang (Sumatera Selatan).
Bejana Perunggu

Bejana perunggu di Indonesia banyak ditemukan di tepian Danau Kerinci (Sumatera)


dan Madura. Bejana-bejana yang sudah ditemukan tersebut memiliki hiasan yang
mirip atau serupa dan sangat indah yaitu berupa gambar geometri dan pilin-pilin
mirip huruf J.
Bejana perunggu itu sendiri adalah semacam periuk tetapi bentuknya lebih langsing
dan gepeng.
Nekara

Nekara merupakan genderang berukuran besar yang biasanya digunakan pada


kegiatan upacara ritual, terutama sebagai pengiring pada upacara ritual kematian atau
upacara pemanggil hujan.
Selain itu, nekara ini juga digunakan sebagai genderang perang yang sempit di
bagian pinggangnya. Nekara terbesar yang ada di Indonesia ditemukan di Bali dan
dinamakan nekara ‘The Moon of Pejeng’.
Moko

Moko merupakan alat sejenis nekara yang ukurannya lebih kecil dan fungsinya
sebagai benda pusaka kepala suku. Moko ini akan diwariskan kepada anak laki-laki
dari kepala suku dan juga digunakan sebagai mas kawin.
Peninggalan berupa moko lebih bayak ditemukan di Pulau Alor dan Pulau Flores atau
Manggarai
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai