Anda di halaman 1dari 13

Cinta Segitiga

1. Identitas buku
Judul buku : Belenggu
Pengarang : Armijin pane
Penerbit : Dian Rakyat
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2000
Tebal buku : 150 Halaman
Cetakan : ke-18

2. Latar belakang pengarang dan Buku yang diresensi


Novel tipis Belenggu (1940) merupakan salah satu tonggak perjalanan sastra Indonesia yang
masih muda usia ketika itu. Kesusastraan resmi Indonesia dimulai tahun 1920 dengan terbitnya
novel Azab dan Sengsara oleh Merari Siregar. Sejak itu, terbit sekitar 53 novel sampai terbitnya
Belenggu ini.
Novel-novel ini tidak memuaskan Armijn Pane karena "tidak bersifat intelektual". Hal ini
disebabkan oleh politik penerbitan Balai Pustaka sendiri yang enggan memberikan pengalaman
intelektual kepada para pembacanya, yang rata-rata masih tingkat sekolah dasar dan menengah.
Menulis novel, menurut Armijn Pane, adalah suatu ekspresi pribadi penulis, berupa pemikiran
dan perasaan, yang diwujudkan dalam jalinan alur dan watak begitu rupa, sehingga pembaca
tidak menyadari menerima pesan-pesan penulisnya. "Penulisnya harus cakap mengadakan
manusia yang hidup, yang berdarah daging; harus pandai mengalirkan ceritanya, hingga ideologi
yang hendak disebarkan oleh penulisnya, menjadi Iogisch gevoig cerita itu," tulis Armijn.
Baginya, novel selayaknya berupa realisme kejiwaan. Pengarang sejauh mungkin
menghindarkan diri dan campur tangan subyektivitasnya, tendensinya, dalam karyanya itu.
Dipandang dan sudut ini sebagai pribadi, betapa modernisnya Armijn Pane dalam zamannya. Ia
juga pernah mengusulkan agar Balai Pustaka tidak hanya menerjemahkan karya-karya sastra
Barat yang hanya punya arti pengisi perpustakaan anak-anak sekolah, tetapi juga karya-karya
sastra modern Barat yang mutakhir.
Minat kesastrawanannya tidak hanya terbatas pada dunia puisi, cerpen dan roman serta tonil,
tetapi juga esei-esei budaya dalam arti luas. Ia juga menyadur beberapa naskah Barat dalam tonil
Indonesia, antara lain karya Ibsen. Ditilik dan sini, tampak Armijn Pane merupakan sosok
intelektual-sastrawan yang agak berbeda dengan para pengarang Balai Pustaka zamannya. Tidak
mengherankan apabila naskah Belenggu-nya ditolak oleh Balai Pustaka, dan akhirnya diterbitkan
oleh penerbit swasta dengan minat intelektual, Dian Rakyat.
Dengan latar belakang sosok Armijn Pane yang demikian itu, dapat dipahami mengapa
novelnya, Belenggu, hadir sebagai "guntur di siang han" dalam langit pernovelan Indonesia
tahun 1930-an. Dipandang dan segi kesusastraan, novel ini tetap merupakan suatu keunikan
sampai akhir abad ke-20.
Novel Belenggu berkisah tentang tiga manusia dalam lingkungan kaum intelektual Indonesia
yang baru tumbuh. Sukartono adalah seorang dokter, dan istrinya, Sumartini, adalah seorang
perempuan aktivis sosial. Sementara tokoh Rohayah, atau Eni, atau Siti Hayati, adalah seorang
pelacur kelas tinggi yang banyak membaca.
Novel langsung memasuki masalah, yakni retaknya hubungan suami-istri Sukartono dan
Sumartini. Dalam situasi demikian, masuk orang ketiga, yakni Rohayah, dalam hidup
perkawinan yang kritis itu. Jadi, alur ceritanya soal perselingkuhan Tono dan Yah yang akhirnya
sampai kepada perceraian Tono dan Tim. Yah sendiri memutuskan untuk pergi ke Kaledonia
Baru.
Seperti diinginkan Armijn Pane dalam seni novel, karyanya ini dikerjakan dalam semangat
"realisme kejiwaan". Novel lantas berjalan dalam begitu banyak monolog-kedalaman yang
berupa paparan jalan pikiran tokoh-tokohnya dalam menghadapi situasisituasi kritis mereka.
Armijn Pane sebenarnya banyak menulis esai dalam bentuk pemaparan pikiran para tokohnya,
tetapi tetap dalam alur yang berdarah daging. Suatu seni menulis fiksi yang penuh risiko
kegagalan apabila kurang piawai. Tentu saja teknik ini disadari sepenuhnya oleh Armijn Pane,
sehingga ia mengaku bahwa "buku ini tidak dapat dilepaskan dan kisah antara manusia,
kumpulan cerita-cerita pendek saya, karena banyak cerita pendek itu menupakan latihan-latihan
ke arah lahirnya roman Belenggu ini."
Cerita soal perselingkuhan ditinjau Armijn sampai ke akarakar masalahnya; bahwa
persoalan ini berakar dan belenggu dalam diri manusia sendiri. Belenggu itu berupa "angan-
angan" atau kepentingan-kepentingan nilai subyektifnya. Setiap manusia membentuk nilai-nilai
sendiri lewt pendidikan dan pengalaman yang merupakan apa yang dihargai, dijunjung tinggi,
dibutuhkan dan akhirnya diwujudkan dalam kenyataan hidup.

3. Inti Cerita
Diceritakan Sukartono atau kerap dipanggil Tono seorang lelaki yang memilih seorang istri
yang bernama Sumartini atau di panggil Tini, menjadi istrinya . namun Tono menikahi Tini
hanya atas dasar kecantikan, kepintaran, dan keenergikan Tini saja. Tono beranggapan bahwa
wanita yang pantas mendampinginya adalah wanita yang berkarakter seperti Tini. Sayangnya,
Tono memilih Tini bukan atas dasar cinta. Begitu juga dengan Tini, tini sebenarrnya menikah
dengan Tono bukan berdasarkan di Mencintai Tono, karena Tini berkeinginan menikah dengan
seorang dokter yang bernama Sukartono. Kehidupann rumah tangga mereka sama-sama tidak
didasari oleh cinta. Akibatnya, Rumah tangga yang dibangun bukan atas dasar cinta itu akhirnya
tidak bahagia. Kehidupan Tono dan Tini kurang harmonis dan sering terjadi pertengkaran di
antara mereka.
Disetiap harinya mereka menyibukan diri mereka masing-masing dengan aktifitas masing-
masing. Tini yang ikut dalam organisasi kewanitaan, disibukan dengan berbagai macam kongres
dan keorganisasi, sedangakana Tono sibuk dengan tugasnya sebagai dokter. Tono lebih
mencintai profesinya sebagai doketer, daripada kepada Tini sebagai istrinya, bagi Tono
pekerjaannya adalah pekerjaan yang mulia. Dia bekerja tanpa mengenal waktu. Jam berapa pun
pasien membutuhkannya, dia selalu datang. Itulah sebabnya, ia sangat disenangi para pasiennya.
Selain mudah dimintai pertolongan, Tono juga dikenal sebagai dokter yang dermawan karena ia
tidak pernah meminta bayaran kepada pasiennya yang kurang mampu. Akibat kesibukan Tono
dengan pekerjaannya,ia jarang sekali memperhatikan istrinya sendiri. Hal ini sering menjadi
pemicu pertengkaran diantara mereka. Tini meraa dikucilkan oleh suaminya sendiri, dan merasa
tidak betah hiup dengan kesendirian, walaupun ia memiliki suami.
Suatu hari, pasien Tono yang bernama Ny. Eni menelpon Tono. Setelah lama berbincang
ternyata Ny. Eni adalah teman lamanya waktu di Bandung dulu, nama aslinya adalah Rohayah.
Didalam percakapannya itu Rohayah bertekad menggoda tono. Dan rohayah ia dahulu memang
mencinta; Tono, namun Tono masih menjaga sumpahnya sebagai seorang dokter. Hari-hari
berikutnya Rohayah sering mendatangi Tono dengan berpura-pura sakit, dan minta untuk
dirawat, akhirnya karena bertemu hmpir setiap hari, Tono tidak bisa menahan cintanya terhadap
Rohayah. Namun lama kelamaan, kekosongan hatinya diisi oleh rohayah. Ia tidak dapat lagi
membendung perasaannya dan hasratnya.
Akhimya, lewat telepon, muncul Ny. Eni, pasien Tono. Ketika Tono datang ke hotel tempat
Ny. Eni, ia pun mengetahui bahwa Ny. Eni adalah Rohayah, kawan lamanya di Bandung dulu.
Dengan caranya Yah menggoda Tono. Tono masih menjaga sumpah jabatannya sebagai dokter.
Hari-hari berikutnya ketika Tono merawat Yah yang sebenarnya tidak sakit itu, akhimya ia tak
kuasa lagi jatuh cinta.
Ketika Tini pergi ke Solo untuk mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin
tidak bisa menahan gejolak cintanya terhadap Rohayah. Ia memutuskan untuk tinggal selama
seminggu di rumah sewaan Rohayah. Sejak mereka tinggal berdua, mereka mengingat kembali
masa-masa lamanya dulu waktu masih di Bandung. Setelah Tono lulus dari sekolah rendah di
Bandung, Tono meneruskan sekolah HBS di Surabaya. Sementara Rohaah yang berbeda tiga
tahun dalam sekolah itu harus kembali ke Palembang karena akan dikawinkan oleh orang tuanya.
Hubungan mereka kian hari kian mesra. Tono sering mengajak Yah ke Tanjung Priok pesiar.
Sikap Yah yang penuh pengertian membuat Tono mabuk. Hubungan Tono dengan Tini semakin
meruncing. Apalagi berita itu menyebar di kalangan ibu-ibu teman organisasi Tini.
Ketika Tini pergi ke Solo mengadakan Kongres Perempuan Seumumnya, Tono makin gila.
Ia memutuskan untuk tinggal selama seminggu di rumah sewaan Yah. Dari pertemuan sebagai
suami isteri itu kemudian terungkap kembali kisah lama mereka. Ternyata lelaki yang akan
dinikahkan lebih tua dari Rohayah, Rohayah tidak ingin menikah dan akhirnya pergi
meninggalkan rumah, dan merantau ke Jakarta. Ketika di Jakarta Rohayah menjadi wanita
panggilan dari hotel ke hotel. Kemudian ia menjadi nyai seorang lelaki Belanda di Sukarasa.
Hanya selama tiga tahun, kemudian Rohayah meninggalkan suaminya lagi.
Ketika mendengar berita bahwa Tono menjadi dokter di Jakarta, ia pun berusaha menemui
Tono. Bagi Tono, Rohayah adalah tempat pelarian, tempat berkeluh, tempat di mana pikiran-
pikiran kusut dan kenangan lama yang mati dapat dihidupkan kembali. Rohayah amat berbeda
dengan Tini, isterinya. Tono mengatakan bahwa ia tak mungkin lepas lagi dari Rohayah. Ketika
itu Tono akan menjadi juri pada perlombaan keroncong di Pasar Gambir. Hartono dan Mardani
kawannya semasa sekolah di kota Malang datang berkunjung. Hartono menanyakan isteri Tono,
Tono hanya mengatakan bahwa ia sedang ke Solo. Hartono kemudian mengetahui bahwa isteri
Tono adalah Tini, seorang gadis yang pemah bersahabat dengannya di Bandung sewaktu ia
menjadi mahasiswa Technische Hoogereschool. Secara tidak sengaja, Tini bertemu dengan
Hartono ketika Hartono menunggu Tono pulang dari kantor. Pertemuan itu mengungkapkan
peristiwa beberapa tahun silam di Bandung.
Tini ternyata bekas kekasih Hartono, bahkan Tini sendiri telah ternoda oleh Hartono. Itulah
sebabnya kemudian Tini mau menerima Tono menjadi suaminya, di samping sikap Hartono
sendiri yang pengecut membuat surat perpisahan dan mengatakan bahwa setibanya surat itu pada
Tini, Hartono telah tiada. Hartono ternyata hanya mengganti namanya menjadi Abdul Humid dan
masih duduk dalam organisasi Partindo tempat mereka berdua berkenalan pertama kali. Pada
pertemuan itu Hartono masih mengharapkan agar Tini dapat kembali padanya. Namun Tini amat
tersinggung pada sikap Hartono. Ia marah dan meminta supaya mereka hidup sendiri-sendiri.
Dilain pihak Tono tertipu lagi oleh sikap Rohayah yang selalu manis didepannya . Siti Hayati
seorang penyanyi yang merupakan pujaannya ternyata adalah Rohayah sendiri. Ia amat tidak
senang dengan sikap Rohayah yang selalu berpura-pura. Tono beranggapan bahwa Rohayah
akan selalu bersikap manis dan merayu laki-laki lain seperti kalau ia bersama dengan Tono. Yah
yang terpojok dan merasa tidak dipercaya mengatakan pada Tono bahwa ia sebenarnya amat
mencintai Tono namun ia takut apakah hubungan cintanya dapat bertahan lama. Ia merasa tidak
seimbang mendapatkan Tono, itulah permasalahan kejiwaannya.
Sebenarnya sebelum menikah Tono telah mengetahui bahwa Tini telah ternoda oleh sesorang
yang tidak pernah diceritakannya siapa yang telah menodainya . Ia juga tahu bahwa ketika Tini
menerimanya sebagai suami tidak berdasarkan cinta. Tono mau menerima Tini karena
kekagumannya pada kecantikan Tini. Namun ia tidak pemah mengetahui siapa laki-laki yang
menodai Tini. Pikiran-pikiran yang menyebar itu menyebabkan ia dapat memaklumi keadaan
Rohayah. Ia pun menerima alasan Rohayah.
Suatu ketika paman Tini datang hendak mendamaikan pertengkaran Tini dengan Tono.
Namun usaha itu sia-sia. Baik Tono maupun Tini tidak dapat rukun kembali. Tini yang sudah
mengetahui hubungan gelap Tono dengan Rohayah berkeinginan untuk menemui dan
mendamprat Rohayah. Bertemulah Tini dengan Rohayah di sebuah hotel. Keinginan Tini untuk
memaki-maki Rohayah yang telah menggoda suaminya akhirnya luluh begitu Tini bertemu
dengan Rohayah. Karena melihat sikap Rohayah yang lemah lembut dan sangat perhatian. Tini
merasa malu dengan Yah, lebih-lebih ternyata Rohayah banyak tahu masa lalu Tini yang gelap.
Tini menyesal bahwa selama ini ia kurang memberi perhatian pada Tono. Ia bukan istri yang
baik. Ia tidak pernah memberikan kasih sayang yang tulus kepada Tono suaminya.
Peristiwa di hotel itu membuat Tini sadar diri. Ia merasa gagal menjadi seorang istri.
Akhimya, Tini memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Bahkan ia berharap agar Rohayah
bersedia menjadi isteri Tono. Niat ini disampaikan kepada Tono. Kenyataan ini juga membuat
Tono tersadar. Ia berharap Tini masih mau menjadi istrinya. Tetapi tekad Tini sudah bulat.
Perceraian tidak dapat dihindari lagi.Akibat perceraian ini hati Tono amat sedih. Lebih sedih lagi
ketika Tono menghadapi kenyataan bahwa Rohayah telah pula meninggalkan dirinya. Yang
dijumpai Tono hanyalah sepucuk surat dan sebuah piringan hitam lagu-lagu Siti Hayati yang tak
lain adalah Rohayah sendiri. Rohayah yang menyatakan betapa ia sangat mencintai Tono, tetapi
ia tidak ingin merusak rumah tangganya. Untuk itu, Rohayah telah meninggalkan tanah air pergi
dan ke New Caledonia. Sedangkan Tini saat ini sudah berada di Surabaya, mengabdikan dirinya
di sebuah panti asuhan yatim piatu.
4. Persoalan yang terdapat dalam buku
A. Dokter sukartono yang menikah dengan sumartini tanpa didasarkan kasih sayang dan
cinta ?
B. Rohayah yang menyamar menjadi pasien dokter dan terbongkar penyamarannya?

5. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
a. Dengan membacabuku ini, kita diajak mengembara kealam sastra yang lebih luas
serta pemikiran
b. Cerita yang diangkat sangat menarik karena berbeda dengan lain yang
menceritakan yang jahat melawan yang baik
c. Novel ini membuat pembaca lebih aktif berpikir dan pembaca mengembangkan
imajinasinya karena tidak menjelaskan semua aspek cerita
d. Pengarang mampu membahas tema yang berdasarkan kenyataan social dan benar
mencerminkan permasalahan yang di hadapin orang Indonesia

2. Kekurangan
a. Pemikiran pengarang yang luas merupan satu kelebihan dan kekuarangan untuk
pembaca khususnya pelajar yang masih menyukai buku yang bahasanya
sederhana
b. Alur cerita yang diceritakan melompat-lompat
c. Dialog dan monolog terjadi secara bersamaan ini bias dimaklumi, karena terjadi
pada tahun 40-an yang bahasanya masih dipengaruhi bahasa belanda.

6. Unsur Intrinsik
1. Tema
Novel ini lebih dominan menceritakan tentang percintaan antara Sukartono, Sumartini,
dan Rohayah.
2. Alur
Alur pada novel ini menggunakan alur maju.
a. Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan dimulai dengan pengenalan tokoh-tokohnya. Dokter Sukartono,
seorang dokter yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai dokter yang professional
karena giat dalam bekerja dan ramah kepada pasien-pasiennya. Dia menikah dengan
seorang gadis cantik bernama (Sumartini).Tetapi rumah tangganya tidak harmonis karena
sering beradu mulut.Dokter Sukartono sibuk dengan pekerjaannya, sementara Sumartini
hanya menjaga telpon dan menulis blocnote jika ada pasien yang meminta pertolongan
suaminya.Diperkenalkan pula Rohayah seorang wanita korban kawin paksa dan dia
menjadi wanita panggilan. (17-18)
b. Tahap Perumitan/Awal Masalah
Dimulai saat Rohayah berpura-pura sakit. Pada awalnya Rohayah terkenal dengan
sebutan Ny. Eni, karena ingin bertemu dengan Tono, dia berpura-pura sakit dan meminta
Dr. Sukartono untuk memeriksanya.Saat itu dia tinggal disebuah hotel.
Rohayah dan Sukartono semakin akrab, sehingga timbuhlah perasaan cinta pada diri
Sukartono.Rohayah sebenarnya sudah lama mengenal Sukartono, karena Sukartono
adalah tetangganya waktu masih tinggal di Bandung dulu.Akhirnya, Yah
memberitahukan hal itu.Hubungan mereka semakin dekat, Tono sering mengajak
Rohayah jalan-jalan.Pada waktu itu pula hubungan Tono dan Tini mulai renggang. Tono
jarang dirumah, Tini tak mengerti mengapa suaminya berubah secepat itu.( 18-78)
c. Tahap Klimaks
Tahap ini dimulai ketika Tono semakin yakin Rohayah bisa memberikan kasih sayang
yang sesungguhnya dan selama ini belum didapatkannya dari isterinya.Tono merasa tidak
tentram berada dirumahnya, dia lebih merasa nyaman dirumah Yah dan dia menganggap
Rumah Yah sebagai rumah keduanya.Hubungan gelap ini diketahui Tini.Sumartini
merasa sangat marah mengetahui hubungan mereka.Sumartini pun berangkat mencari
kediaman Rohayah bermaksud memaki Rohayah dan meluapkan semua kekesalannya.
(130)
d. Tahap Peleraian
Peleraian dimulai ketika Tini sudah bertatap muka langsung dengan Rohayah. Dia merasa
sudah gagal menjadi seorang isteri.(133-136)
e. Tahap Penyelesaian
Tahap akhirnya ketika Sumartini merasa mantap untuk berpisah
dengan Sukartono.Padaawalnya Sukartono tidak mau mengabulkannya, karena apapun
yang terjadi Tono tidak mau ada perceraian dalam rumah tangganya.Namun Tini tetap
bersikeras.Akhirnya nereka sepakat untuk bercerai.
Hati Sumartono sangat sakit karena perceraian tersebut.Hatinya semakin sakit setelah
mengetahu Rohayah juga meninggalkannya. Tono dan Tini berpisah, mereka tidak dapat
mempertahankan kehidupan rumah tangga mereka, dan Yah pun pergi ke Kaledonia Baru
meninggalkan Tono, orang yang dicintainya itu.( 136-150)
3. Latar
a. Latar tempat :
Dirumah Kartono, sebagai contoh terdapat pada :
Seperti biasa, setibanya dirumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja
kecil, di ruang tengah, dibawah tempat telepon.
Dihotel, sebagai contoh terdapat pada :
Dokter Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah hotel itu, dia merasa heran
sedikit.
Masuk saja ke pekarangan, tuan dokter?
Masuklah, kata Sukartono dengan agak bimbang.
Ketika mobil berhenti disisi tangga, seorang orang yang berpakaian uniform berdiri disisi
mobil, sambil mengangguk.
Ini nomor 45? tanya Abdul, lalu keluar.
Benar, nyonya Eni sudah menunggu.
Dirumah Rohayah, sebagai contoh terdapat pada :
Sehabis payah praktijk, Kartono biasalah pergi kerumahnya yang kedua akan melepaskan
lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah pula dia acapkali membaca majalah dan
bukunya yang perlu dibaca, sedang Yah lagi asyik merenda.
Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada :
Entah bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok. Dia terbangun
oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas gelombang.Terang-terang gelap diatas air.
Di Bazaar, sebagai contoh terdapat pada :
Sudah pukul delapan malam.Bazaar sudah dibuka tadi pukul tujuh oleh nyonya Sumarjo
dengan pidato yang ringkas dan tepat.
Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh terdapat pada :
Begitu juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong
perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah hendak mulai.Baik diluar,
maupun didalam penuh sesak dengan penonton.
b. Latar waktu :
Malam hari, sebagai contoh terdapat pada :
Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas buku itu,
mukanya sendiri gelap.Dul baru keluar, baru minta permisi pulang.Hari sudah pukul
Sembilan malam
c. Latar suasana :
Jengkel, sebagai contoh terdapat pada :
Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: Aku pergi.. Itu
saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa dikatakannya,
hendak menjengkelkan hatiku saja.
Sedih, penuh penyesalan, sebagai contoh terdapat pada :
Sesuaikah pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa. Bukan sudah..
tidak, tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum berpisah kalimat itu berulang-
ulang dalam pikirannya, air matanya titik, membasahi bantal. Lama kelamaan dia
tertidur.
Marah, sebagai contoh terdapat pada :
Suaramu palsu Yah, seperti didalam hatimu juga bohong belaka.Sangkaku engkau jujur,
engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu perempuan semuanya pemain tonil. Tidak ada
yang benar, yang jujur pada tubuhmu, dalam hatimu
4. Sudut pandang
Sudut pandang pada novel Belenggu, si penulis yaitu Armijn Pane tidak menceritakan
tentang dirinya, melainkan dia menceritakan orang lain. Bisa kita katakan, penulis
berperan sebagai orang ketiga.Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung di dalam cerita itu.
5. Tokoh
a. Tokoh utama :
Sukartono : baik, sangat mencintai pekerjaannya, penyayang, sabar, dan penyuka lagu
keroncong terutama lagu yang dinyanyikan Siti Hayati.
Sumartini : wanita modern, mandiri, memiliki ego yang tinggi, dan cepat gusar.
Rohayah : wanita yang lemah lembut,cerminan isteri idaman Sukartono, dan penuh
perhatian.
b. Tokoh pendukung :
Karno
Aminah
Nyonya Rusdio
Nyonya Sumarjo
Husin
Nyonya Padma
Mardani
Marlinah
Tuan Sumardi
Kartini
Darusman
Tuan Abdul Kahar
Hartono
Abdul
Mangunsucipto
6. Bahasa
Bermajas dan berdiksi
1. Majas
Personifikasi
Matanya tetap melihat pada satu tempat saja, karena perhatiannya seolah-olah meraba-
raba dalam pikirannya.( 18)
Tiada tampak oleh Sukartono cahaya tanda girang yang mengerlip dalam mata
perempuan itu.( 20)
. Hatinya hendak membacanya, hendak membaca olokannya,. (31)
Karena itu terbit ingin hatinya menduga hati perempuan itu.( 30)
Tiada kuketahui, timbul juga namamu dengan tiada kuketahui, karena bayang-bayangan
ingatan yang tergambar pada air mukamu.( 49)
Kalau engkau mengenal aku dahulu, benar-benar kenal, bukan kenal-kenal saja,
engkaupun tahu, mestilah tahu,. didalam hatiku dingin, seperti es. (61)
Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan jiwanya, memegang
jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan jatuh kedalam air.( 62)
Dia merasa bimbang, pertanyaan yang demikian kerap kali terbit dalam pikirannya.( 67)
Tini gunung berapi yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak complicate.( 67)
Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah, hendak
memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-riak,.( 73)
Yah terkejut melihat mukanya yang gelap itu.( 73)
Air muka ini akan serasa-rasa terperas karena merasa sedih.
Metafora
Ingatannya melayang lagi kerumah yang baru dikunjunginya. Perempuan tambun, tegap
sikapnya, dikepalanya seolah-olah kembang melati putih, karena rambutnya yang sudah
beruban itu.(16)
.Mengapa., Sukartono tiada meneruskan pertanyaan itu, karena tiba-tiba dalam
pikirannya seolah-olah fajar menyinsing.( 27)
Tono, engkau bimbang. Zaman dahulu hendak kau ketahui juga. Tono, tidak semua
zaman dahulu merusuhkan hati, tidak semua tiada baik diingat, tapi ada jua yang seolah-
olah bintang pagi bersinar-sinar dalam hati.( 47)
. Karena teringat akan zaman dahulu teringat akan kasih sayang lama, ibarat
tertampung oleh tangan ingatan zaman dahulu itu.( 51)
Persahabatan kita tiada sempat berputik, menjadi bunga, berkembangkan kasih sayang.(
51)
. Yang sambil memanah hatinya sendiri, tetapi tiada diketahui oleh Aminah, tiada
maklum panah itu bertimbal balik.(52)
Kartono melihat sikap Tini menggerendeng pula, seolah-olah harimau tertangkap, maka
hatinya makin tenang.( 59)
Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal aku.Memang Tini
susah diduga. Licin sebagai belut.( 60)
Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang meninggi di tepi pantai, berbahaya bagi kapal
menghampirinya.( 65)
Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air seteguk menghilangkan
haus, tetapi hausnya belum juga hilang sama sekali.( 75)
Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka simpulan dalam
pikirannya, tiba-tiba terdengar suara.( 75)
Jujur katamu? Kejujuran bohong. Bidadari ialah setan, setan ialah bidadari.. engkau,
siapakah engkau? Yah tersenyum, karena mendengar lagu suara Tono sudah berubah.
Katanya: Bidadari.. untuk engkau.. setan bagi orang lain.( 121)
Hiperbola
Sukartono terkejut, memandang kearah isterinya, tetapi ia sudah berpaling lagi,
menuju ke kamar tidur. Menyala-nyala dalam hatinya, hendak terhambur kata marah dari
mulutnya.. ( 19)
Didalam kamar sudah tiada tahan lagi, serasa sempit, meskipun kamarnya itu masuk
kamar yang terbesar dalam hotel itu.( 26)
Hilanglah mimpiku, jatuhlah aku lagi ke lembah.. ke lembah kebenaran hidupku
dahulu. Ingatlah mereka yang putus asa di Priok? Demikianlah nanti hidupku, lama
kelamaan kami menjadi demikian. Barang lama turun harga, tiap-tiap tahun dating model
baru. Katanya dengan masam.( 38)
. Karena, Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?( 48)
Air mata yang membendung hatiku telah mengalir tidakah engkau ingat
Rohayah?( 48)
Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan banyaknya.( 48)
Kalau dicobanya menduga lebih dalam, jalan pikirannya tertumbuk, seperti cintanya
tertumbuk batu karang, pada besi pada lapisan es yang terlingkup pada hati jiwa
Tini.( 66)
Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela binasa.( 70)
Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras, badannya
membungkuk, mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah mengalir ke roda mobil,
memutar roda biar cepat secepatnya.( 73)
Pikirannya seolah-olah tertutup, seolah-olah pikirannya hilang, sebagai dalam mimpi,
didalam hatinya seolah-olah meluas, memadamkan pikiran.. Tiada lagi suara didalam
hatinya, tiada lagi suara lain dari suara luar, lain dari pada suara kekasihnya itu.
Ironi
Sekarang banyak yang cemburu melihat prakteknya maju, disegani lagi disukai orang.
Kata orang: Dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia
lupa mengirim rekening.
Tetapi , kata seorang lagi, kalau dia dipanggil tengah malam,suka juga.( 24)
Ada apa, sebanyak ini tamu kami sekali ini?
Bukankah biasa menerima tamu banyak-banyak? kata puteri Aminah berolok-
olok.Bukankah lebih banyak tamu, lebih senang?( 42)
Mengapa? tanya Mardani.
Bukan tingkahnya hendak menarik mata laki-laki saja?
Mardani tersenyum, merasa puteri Kartini cemburu. Katanya, hendak berolok-olok: Ah
bukanlah salahnya kalau mata laki-laki tertarik. Memang sudah dasarnya.
Itulah yang tiada baik itu, sudah dasarnya!(83)
Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit seni, tentu tiada
akan menjadi dokter. Sekarang penyakitnya itu sudah sembuh. (24)
Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan? (42)
Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini. (44)
Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda? (48)
Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah. (52)
Coba angan-angankan, jiwa digantung! Mari tuan-tuan, nyonya, disini ada jiwa
digantung. (115)
Sipatmu tidak dapat berubah, kerbau suka juga kepada kubangan. Dalam lumpur
tempatmu, kembalilah engkau ke sana. (121)
Mana perempuan yang baik-baik, suka berkenalan dengan perempuan seperti engkau?
(131)
7. Amanat
Dalam sebuah hubungan percintaan kita dituntut untuk saling menghormati dalam
perselisihan dan perang kata, kita harus bisa lebih menahan diri dari pasangan kita.
Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami dengan tulus dan ikhlas jangan terpaksa dan
lebih mengedepankan ego.
Tidak pantaslah jika seorang isteri pergi sesuka hati tanpa izin dan sepengetahuan
suami.
Tolong-menolong dan saling berbagi dengan sesama harus dikedepankan untuk
kerukunan bersama.
Sikap saling percaya, sabar, dan saling menghargai bisa menjadi pencegah
perselingkuhan.
Seorang isteri tidak boleh melupakan tugas utamanya dalam keluarga dan selalu sibuk
dengan pekerjaan luarnya, begitu juga seorang suami harus selalu mengedepankan
kepentingan keluarga di banding kepentingan pekerjaan atau kepentingan lainnya.
Seorang perempuan harus bisa menjaga diri dan tidak terbawa arus globalisasi yang
semakin pesat.
Sebaiknya jangan suka menggunjing apalagi masalah rumah tangga orang lain.
Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga harus didasari rasa cinta antar pasangan.
8. Suasana
Suasana pada novel ini penuh tekanan, dan kesedihan seperti judulnya Belenggu

7. Unsur Ekstrinsik
Moral
Terdapat pesan moral yaitu dalam hubungan suami istri harus Saling merhormati dan
menghargai pasangan masing- masing,jngan pernah berhianat terhadap orang yang telah
memberikan kasih sayang yang tulus apalgi sudah diikat dengan sebuah perikahan,karena
dapat mengakibakan perselisihan,perselingkuhan,kehancuran dalam rumah tangga
tersebut.
Agama
Seorang perempuan yang telah menikah,itu harus bisa menjadikan suaminya sebagai
pemimpin dan imam dalam rumah tangga dan istri diharuskan menjalankan kodratnya
sebagai ibu rumah tangga meskipun dia juga bekerja,suami pun harus bisa membawa
istrinya kejalan yang benar,tidak harus bekerja terus menerus,dan menegur istri dikala dia
berbuat salah,jngan dibiarkan karena itu pun bisa menyebabkan kehancuran,karena di
dalam islam allah tidak suka dengan perceraian.
Sosial
Pembelajaran tentang kehidupan bermasyarakat dan berumah tangga.karena seseorang
hanya menilai dari kecantikan tidak melihat tingkah lakunya itu,karena itu asal mula
tidak ada rasa kasih sayang yang seberanya,sehingga akan memicu ketidak harmonisan di
dalam rumah tangga tersebut,adanya rasa percaya satu sama lain sehingga tidak ada hal
yang di tutupi antara satu sama lain,karena akan membuat masalah besar.karena itu rasa
memiliki dan perilaku sosial dengan orang lain itu akan membuat komuniksai antara
suami istiri bisa selalu baik dan tak akan ada membuat rumah tangga tersebut hancur.

8. Kesimpulan
Novel belenggu karya armijin pane, merupakan novel yang penggunaan bahasanya
memperlihatkan isi dan kesatuan karya dari unsure-unsur cerita. Dan penggunaan bahasa
kias menjadikan novel ini syarat akan pesan dan amanat yang tersirat dalam bahasanya.
Selain itu terdapat pula pengalaman-pengalaman didalamnya yang kan memberi dampak
bagi kejiwaan sesorang dan dapat sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca karya sastra
ini. Membaca novel ini akan melahirkan sebuah opini, bahwa apabila sebuah kehidupan
rumah tangga yang lahir dibangun dari tiadanya rasa saling cinta antara suami-istri,maka
keluarga tersebut tidak harmonis dan bahkan bias terjadi perceraian. Hal inilah yang
ditakutkan dalam kehidupan seseorang. Manakah sebuah rumah tangga harus didasarkan
rasa cinta dan masalah yang dihadapi tidak pernah mdipecahkan bersama-sama
sebagaiman layaknya ssuami istri.bahkan masing-masing memecahkan masalah sendiri-
sendiri.
Nama Kelompok :
1. Arbiansyah
2. Ayu lestari Ningsih
3. Dwita Amalia
4. Endah fransisca
5. Tiara Tri Wahyuni
6. Vinna Vikauly

Kelas : XII IPA 3

Anda mungkin juga menyukai