Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MEINGDENTIFIKASI NOVEL KARTINI

Disusun untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia

Disusun oleh Kelompok 3:

Qori Hartiningtyas
Rakha Purwanto Putra
Riski Al Fatur
Shifa Isyalini Sukino

SMA NEGERI 8 KOTA TANGERANG SELATAN


ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 4
Tahun Pelajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas


rahmat-Nya dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
“Mengidentifikasi Novel Kartini”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar


besar nya kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada pihak pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik
dari studi yang sesungguh nya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Tangerang Selatan, 22 Agustus 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... I

DAFTAR ISI............................................................................................ II

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi RA. Kartini...................................................................3


B. Riwayat RA. Kartini...................................................................5
C. Dorongan RA Kartini dalam Bidang Wirausaha bagi
Wanita................................................................................................................................10

BAB III PENUTUP


A. Simpulan .....................................................................................14
B. Saran .......................................................................................... .14

DAFTAR PUSTAKA

II
II
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden


Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional
Indonesia. Kartini merupakan pahlawan emansipasi wanita yang
lahir di Jepara 21 april 1879. Perjuangan kartini dimulai ketika
melihat adanya diskriminasi antara kaum laki- laki dan perempuan.
Saat itu perempuan sama sekali tidak boleh merasakan pendidikan.
Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Nusantara. Ia
adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-
hak perempuan dan pendidikan perempuan.

Diungkapkan oleh DR. Suparman Suhamijaya. Sesungguhnya Ibu


Kartini telah merintis pendidikan mandiri bagi wanita sejak berumur
16 tahun, sejak sekitar tahun 1893. Hal ini dapat dibuktikan dari
hampir semua tulisan Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan
surat suratnya yang dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot
Lichi, dimana hampir setiap halaman surat suratnya penuh dengan
kata kata perlunya pengembangan watak dan pembentukan watak di
atas pendidikan otak. Karena dengan pembentukan watak, Ibu Kartini
yakin manusia akan lebih mampu untuk berdiri sendiri, tidak
bergantung dari kerabat dan dari siapapun. Berkali kali ditekankan
perlunya kepercayaa pada diri sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi R.A Kartini?


2. Bagaimana riwayat hidup seorang R.A Kartini?
3. Bagaimana peran R.A Kartini dalam bidang wirausaha untuk
wanita?
4. Nilai - nilai apa yang dapat diambil dari kisah R.A Kartini?
C. Tujuan Makalah

1. Menjelaskan tentang perjalanan hidup RA. Kartini


2. Menjelaskan perjuangan beliau sebagai salah satu pahlawan
wanita Indonesia
3. Mengembangkan nilai nilai baik dari sosok RA. Kartini

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi RA. Kartini

Nama lengkap beliau adalah Raden Adjeng Kartini. R. A


Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. R. A
Kartini meninggal pada 17 September 1904.Raden Adjeng Kartini
atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang
tokoh dari suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini
dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan di Indonesia.

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi


atau kelas bangsawan Jawa. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati
Ario Sosroningrat, bupati Jepara, Ibunya bernama M.A Ngasirah.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri.


Dari semua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.
Kakeknya adalah Pangeran Ario Tjondronegoro IV, yang diangkat
sebagai bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini bernama
Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.
Berikut ini adalah biodata lengkap Raden Adjeng Kartini atau lebih
dikenal dengan sebutan R.A Kartini atau Ibu Kartini.

Kartini bersekolah hingga usia 12 tahun di ELS (Europese


Lagere School). Setelah 12 tahun, beliau harus tinggal dirumah untuk
dipingit. Dalam masa pingitan, Kartini kemudia belajar sendiri di
rumah. Dengan bekal kemampuannya berbahasa Belanda, Kartini
kemudian menjalin hubungan korespondensi dengan teman teman
dari negeri Belanda. Dari hubungan surat menyurat itulah Kartini
banyak tertarik dengan pemikiran - pemikiran maju perempuan Eropa.
Dari titik inilah semua berawal, dari sebuah pemikiran seorang
perempuan muda Kartini, yang kemudian mengubah sejarah Bangsa
Indonesia.

Kartini disuruh menikah oleh orang tuanya, dengan Bupati


Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang telah
memiliki tiga istri. Kartini kemudian menikah pada tanggal 12
November 1903.
Sebagai seorang suami, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo
Adhiningrat sangat mengerti keinginan Kartini. Beliau kemudian
mendukung cita-cita Kartini untuk mendirikan Sekolah Wanita.
Sekolah Wanita pertama yang didirikan adalah Sekolah Wanita di
Rembang, tepatnya di sebalah timur pintu gerbang kompleks kantor
kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan
sebagai Gedung Pramuka.

Dari pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih


Djojo Adhiningrat, Kartini melahirkah seorang putra bernama R.M.
Soesalit yang lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari
setelah melahirkan putra pertama sekaligus terakhirnya, Kartini
menghembuskan nafas terakhir yaitu pada tanggal 17 September
1904.pada saat meninggal, Kartini berusia 25 tahun dan dimakamkan
di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Sebuah organisasi bernama Yayasan Kartini kemudia


melanjutkan perjuangan Kartini dengan mendirikan Sekolah Wanita
di Semarang pada tahun 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta,
Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.Nama sekolah tersebut
adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga
Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Habis Gelap Terbitlah Terang adalah buku yang dikarang


Kartini Judul aslinya adalah ‘Dari Gelap Menuju Terang’ Kartini
mendapatkan inspirasi tersebut dari kalimat Kitab Suci ‘mina
dulumati ila nuur'.

Surat Kartini yang legendaries dan banyak diterbitkan dalam


bentuk buku adalahHabis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis
Tot Licht ). Surat - surat itu pertama kali di bukukan oleh J.H.
Abendanon, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan,
Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Sekalipun banyak
kontroversiyang timbul dari penerbitan buku tersebut, namun buah
pemikiran Kartini tersebut banyak sekali memberikan kontribusi bagi
Bangsa Indonesia, kini dan masa yang akan datang.

4
Kutipan :

“Hal ini disebabkan karena M.A Ngasirah bukanlah bangsawan


dari kelas yang tinggi. Pada waktu itu untuk menjadi seorang
Bupati , harus beristrikan seorang bangsawan. Maka ayah RA
Kartini kemudian menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan
( Moerjam ), yang merupakan keturunan langsung Raja Madura.”

“Pada masa itu, seorang perempuan ketika beranjak dewasa


haruslah dipingit untuk kemudian di nikahkan dengan calon
suaminya kelak.”

B. Riwayat RA. Kartini

Raden Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21


April 1879, jadi bertepatan 127 tahun yang lalu.Beliau adalah Putri
dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu , yaitu Raden Mas Adipati
Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak, yaitu
Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib
kaum wanita penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala
harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari
perabot kaum laki - laki belaka, dan bertugas tidak lain dari yang telah
ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus dan mengatur rumah
tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan diinjak - injak harkat dan
martabatnya sebagai manusia.

Daya berpikir kaum wanita tidak dapat berkembang


sebagaimana mestinya, kaum wanita tidak diberi kesempatan untuk
mengembangkan dirinya untuk melebihi dari apa yang diterimanya
dari alam. Karena kaum wanita tidak berdiri kesempatan untuk belajar
membaca, menulis dan sebagainya. Dengan kata lain kaum wanita
hanya mempunyai kewajiban tetapi tidak mempunyai hak sama sekali.

Raden Ajeng Kartini yang telah meningkat dewasa pada


waktu itu, tidak dapat melihat kenyataan ini meskipun beliau
dilahirkan didalam lingkungan ditengah-tengah kebangsawanan atau
keningratan yang pada waktu itu mempunyai taraf kehidupan sosial
yang sangat berbeda dengan masyarakat banyak yang hidup didalam
lingkungan kehidupan adat yang sangat mengekang kebebasan tetapi
beliau tidak segan-segan turun kebawah bergaul dengan masyarakat
biasa, untuk mengembangkan ide dan cita- citanya yang hendak
merombak status sosial kaum wanita, dan cara - cara kehidupan dalam

5
masyarakat dengan semboyan : “Kita harus membuat
sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita yang sesuai dengan
keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum wanita dan harus
mendapat pendidikan yang cukup seperti halnya kaum laki - laki.”

Dengan melanggar segala aturan - aturan adat pada saat itu ,


Raden Ajeng Kartini mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikannya yang setara dengan pendidikan kaum penjajah belanda
pada waktu itu, beliau sempat mempelajari kegiatan- kegiatan
kewanitaan lainnya.

Dengan pengetahuan serta pengalaman yang didapatnya,


Raden Ajeng Kartini secara berangsur - angsur dan setahap demi
setahap tapi pasti berusaha menambah kehidupan yang layak bagi
seorang kaum wanita.

Perkawinan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903


dengan Raden Adipati Joyoningrat Bupati Rembang mengharuskan
beliau mengikuti suami, dan di daerah inilah beliau dengan gigih
meningkatkan kegiatannya dalam dunia pendidikan. Peranan Suami,
dalam usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan perjuangan sangat
menentukan pula karena dengan dorongan dan bantuan suaminyalah
beliau dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dan disanalah
beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar jahit
menjahit serta kepandaian putri lainnya.

Usaha - usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan


kecerdasan untuk bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya
melalui sarana - sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat
dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya
mempunyai hak yang sama dalam segala hal , bukan itu saja karya -
karya beliau, persamaan hak antara kaum laki - laki dan kaum wanita
tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa
kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita
ketinggalan.

Sewaktu RA Kartini dilahirkan, ayahnya masih


berkedudukan sebagai Wedono Mayong, sedangkan ibunya adalah
seorang wanita berasal dari desa Teuk Awur yaitu Mas Ajeng
Ngasirah yang berstatus garwo Ampil. RMAA Sosroningrat dan
urutan keempat dari ibu kandung Mas Ajeng Ngasirah, sedangkan
eyang RA Kartini dari pihak ibunya adalah seorang Ulama Besar pada
jaman itu bernama Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah. Istri

6
kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putrid
bangsawan yang dikawini pada tahun 1875 keturunan langsung
bangsawan tinggi madura yaitu raden ajeng Woeryan anak dari RAA
Tjitrowikromo yang memegang jabatan Bupati Jepara sebelum
RMAA Sosroningrat. Perkawinan dari kedua istrinya itu telah
membuahkan putera sebanyak 11 ( sebelas ) orang.

Mula pertama udara segar yang dihirup RA KArtini adalah


udara desa yaitu sebuah desa di Mayong yang terletak 22 km sebelum
masuk jantung kota Jepara. Disinilah nia dilahirkan oleh seorang ibu
dari kalangan rakyat biasa yang dijadikan garwo ampil oleh wedono
Mayong RMAA Sosroningrat. Anak yang lahir itu adalah seorang
bocah kecil dengan mata bulat berbinar - binar memancarkan cahaya
cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh tantangan.

Hari demi hari beliau tumbuh dalam suasana gembira , dia


ingin bergerak bebas, berlari kian kemari , hal yang menarik baginya
ia lakukan meskipun dilarang. Karena kebebasan dan kegesitannya
bergerak ia mendapat julukan “TRINIL” dari ayahnya . Kemudian
setelah kelahiran RA Kartini yaitu pada tahun 1880 lahirlah adiknya
RA Roekmini dari garwo padmi. Pada tahun 1881 RMAA
Sosroningrat diangkat sebagai Bupati Jepara dan beliau bersama
keluarganya pindah ke rumah dinas Kabupaten di Jepara.

Pada tahun yang sama lahir pula adiknya yang diberi nama
RA Kardinah sehingga si trinil senang dan genbira dengan kedua
adiknya sebagai teman bermain. Lingkungan Pendopo Kabupaten
yang luas lagi megah itu semakin memberikan kesempatan bagi
kebebasan dan kegesitan setiap langkah RA Kartini.

Sifat serba ingin tahu RA Kartini inilah yang mrnjadikan


orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan jiwanya.
Memang sejak semula RA Kartini paling cerdas dan perempuan
lainnya. Dengan sifat penuh inisiatif dibandingkan dengan saudara
kepemimpinan RA Kartini yang menyolok, jarang terjadi perselisihan
diantara mereka bertiga yang dikenal dengan nama “TIGA
SERANGKAI” meskipun dia agak diistimewakan dari yang lain.

Agar puterinya lebih mengenal daerah dan rakyatnya RMAA


Sosroningrat sering mengajak ketiga puterinya toumey dengan
menaiki kereta.

7
Ini semua hanya merupakan pendekatan secara terarah agar
puterinya kelak akan mencintai rakyat dan bangsanya, sehingga apa
yang dilihatnya dapat tertanam dalam ingatan RA Kartini danadik -
adiknya serta dapat mempengaruhi pandangan hidupnya setelah
dewasa.

Saat mulai menginjak bangku sekolah “EUROPESE


LAGERE SCHOOL” terasa bagi RA Kartini sesuatu yang
menggembirakan . Karena sifat yang ia miliki dan kepandaiannya
yang menonjol RA Kartini cepat disenangi teman - temannya.
Kecerdasan otaknya dengan mudah dapat menyaingi anak - anak
Belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda pun RA
Kartini dapat diandalkan.

Menjelang kenaikan kelas di saat liburan pertama, NY.


OVINK SOER DAN SUAMINYA MENGAJAK ra Kartini beserta
adik - adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai
bandengan yang letaknya 7 km ke Utara Kota Jepara, yaitu sebuah
pantai yang indah dengan hamparan pasir putih yang memukau
sebagaimana yang sering digambarkan lewat surat - suratnya kepada
temannya Stella di negeri Belanda.

R.A Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer


mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak, kepada RA
Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan
singkat yaitu pantai Bandengan. Kemudian Ny . Ovink Soer
mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hamper
sama dengan bandengan namanya “Klein Scheveningen” secara
spontan mendengar itu RA Kartini menyela ........ kalau begitu kita
sebut saja pantai bandengan ini dengan nama Klein Scheveningen”.

Selang beberapa tahun kemudian setelah selesai pendidikan


di EUROPASE LEGERE SCHOOL, RA Kartini berkehendak ke
sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati RA Kartini
karena terbentur pada aturan adapt apalagi bagi kaum ningrat bahwa
wanita seperti dia harus menjalani pingitan. Memang sudah saatnya
RA Kartini memasuki masa pingitan karena usianya telah mencapai
12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan kepada
tradisi ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh tembok
Kabupaten.

8
Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa
RA Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah
karena menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan ada
hasilnya, maka satu - satun ya jalan untuk menghabiskan waktu
adalah dengan tekun membaca apa saja yang di dapat dari kakak dan
juga dari ayahnya.

Beliau pernah juga mengajukan lamaran untuk sekolah


dengan beasiswa ke negeri Belanda dan ternyata dikabulkan oleh
Pemerintah Hindia Belanda, hanya saja dengan berbagai
pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada putera
lainnya yang namanya kemudian cukup terkenal yaitu H. Agus Salim.

Walaupun RA Kartini tidak berkesempatan melanjutkan


sekolahnya, namun himpunan murid - murid pertama Kartini yaitu
sekolah pertama gadis - gadis priyayi Bumi Putera telah dibina
diserambi Pendopo belakang kabupaten. Hari itu sekolah Kartini
memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida
dimana RA Kartini sedang menyelesaikan lukisan dengan cat minyak.
Murid - murid sekolahnya mengerjakan pekerjaan tangan masing -
masing, ada yang menjahit dan ada yang membuat pola pakaian.

Adapun Bupati RMAA Sosroningrat dan Raden Ayu tengah


menerima kedatangan tamu utusan yang membawa surat lamaran dari
Bupati Rembang Adipati Djojoadiningen yang sudah dikenal sebagai
Bupati yang berpandangan maju dan modern. Tepat tanggal 12
November 1903 RA Kartini melangsungkan pernikannya dengan
Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat dengan cara sederhana.

Pada saat kandungan RA Kartini berusia 7 bulan , dalam


dirinya dirasakan kerinduan yang amat sangat pada ibunya dan Kota
Jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya.Suaminya telah
berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang -
tembang yang menjadi kesayangannya , namun semua itu membuat
dirinya lesu.

Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan


seorang bayi laki - laki yang diberi nama Singgih / RM. Soesalit.
Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah
dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 September
1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia
25 tahun. Kini RA. Kartini telah tiada, cita - cita dan perjuangannya
telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita

9
Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya
semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS GELAP
TERBITLAH TERANG”

C. Dorongan RA Kartini dalam Bidang Wirausaha bagi Wanita

Wanita berdikari atau wanita berwirausaha sudah sejak lama


menjadi pemikiran dan isi hati Ibu Kartini.Dunia bisnis atau dunia
wirausaha bukan milik kaum Adam semata sebagai pemain tunggal,
tapi dunia ini sudah menjadi trend masa kini buat wanita. Jumlah
wanita yang terjun di dunia wirausaha tidaklah sedikit. Bahkan tidak
jarang di berbagai perusahaan besar, wanitalah yang memegang
peranan penting sebagai pucuk pimpinan. Inilah kenyataannya bahwa
wanita bisa disejajarkan dengan pria dari segi bisnis.

Diungkapkan oleh DR. Suparman Sumahamijaya ( 1980 :


96 ) : Sesungguhnya Ibu Kartini telah merintis pendidikan mandiri
bagi wanita sejak beliau berumur 16 tahun, sejak sekitar tahun 1893.
Hal ini dapat dibuktikan dari hampir semua tulisan Ibu Kartini yang
termuat di dalam kumpulan surat - suratnya yang dibukukan dengan
judul Door Duisternis Tot Licht, dimana hampir setiap halaman surat
- suratnya penuh dengan kata - kata perlunya pengembangan watak
dan pembentukan watak di atas pendidikan otak. Karena dengan
pembentukan watak, Ibu Kartini yakin manusia akan lebih mampu
untuk berdiri sendiri, dari kerabat dan dari tidak bergantung perlunya
kepercayaan pada diri sendiri . siapapun.

Surat - surat Ibu Kartini dibukukan pula dengan judul Letters


of A Javanese Princess dan beredar di Amerika semenjak tahun 1921
oleh Charles Scribner Sons, New York. Penerjemahnya yang bernama
Agnes Louise Symmers menyebutkan bahwa Ibu Kartini dalam
perjuangannya menyadari bahwa The freedom of women could only
come through economic independence (kebebasan wanita hanya bisa
datang dari kebebasan ekonomi).

Perjuangan Kartini bukan hanya kaum wanita saja, tetapi dia


berjuang untuk seluruh kemanusiaan yang selama ini tidak bisa
dilakukan oleh wanita. Walaupun usia beliau hanya mencapai 25 tahu,
tapi beliau berhasil menyajikan karya tulis sebanyak kurang lebih 450

10
halaman, yang mana karya tulis tersebut mengandung
kepadatan kata - kata dengan arti yang sangat dalam, keras, dan
mengesankan. Kemampuan berwirausaha bisa kita ukur dengan skala
minat dan keinginan dalam berwirausaha, meskipun skala tersebut
tidak mutlak kebenarannya, akan tetapi setidaknya bias menjadi toak
ukur sejauh mana minat usaha kita, atau minat kita dalam
berwirausaha.

D. Nilai - Nilai Positif dari Seorang R.A Kartini

Seperti pada penjelasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa


R.A Kartini merupkan tokoh emansipasi yang berusaha
memperjuangkan hak hak wanita agar dapat mendapatkan pendidikan
yang sama seperti pria. R.A Kartini percaya bahwa wanita bisa maju
dan berkembang, lebih dari sekedar mengurus dapur saja.

Berikut merupakan 6 sifat teladan R.A Kartini semasa


hidupnya yang dapat kita contoh di kehidupan sehari hari :

1. Cerdas dan Berwawasan Luas

Walaupun telah dipingit pada umur 12 tahun dan berhenti


sekolah. Kartini tetap bersemangat mempelajari hal hal baru saat
dirumah. Ia memperbanyak wawasannya lewat buku, koran, dan
majalah dalam atau luar negeri. Bacaannya beragam, dari mulai
tentang politik, sosial dan sastra.

Kartini juga belajar menggambar, membatik, memasak,


belajar Bahasa Belanda dan bermain piano. Selain itu, ia juga surat
menyurat bersama temannya di Belanda. Hal ini membuat wawasan
Kartini semakin luas.

Nilai baik yang dapat kita ambil adalah, bahwa “belajar” bisa
dari mana saja. Dari kisah Kartini memperlihatkan bahwa belajar
tidak harus dari sekolah. Banyak membaca dan mencoba hal baru juga
dapat menambah wawasan. Apalagi di zaman sekarang, kita lebih
mudah untuk mengakses ilmu ilmu pengetahuan dan info info
terupdate melalui internet. Dengan ini kita dapat menggunakan
internet untuk mengetahui lebih banyak hal agar pikiran kita semakin
kritis, terbuka dan maju.

2. Memiliki Tekad yang Bulat dan Pantang Menyerah

11
Saat bersekolah, Kartini kerap dicemooh dari guru-guru
orang Belanda karena Kartini perempuan yang mempunyai kulit
berwarna. Walaupun begitu, ia tetap rajin dan semangat belajar untuk
berusaha maju dan menyamakan diri dengan kepintaran anak-anak
Belanda lain.

Demi memajukan para wanita Indonesia, dalam masa


pingitan Kartini membuka sekolah untuk anak anak perempuan yang
tinggal di sekitar rumahnya. Ia mengajarkan membaca, menulis,
berhitung, bernyanyi dan sebagainya.

Saat harus menikah, Kartini tetap melanjutkan membuka


sekolah khusus untuk mendidik perempuan dan anak anak. Untunglah
ia didukung suaminya untuk membangun sekolah di sebelah timur
pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.

Rasa ambisiun dan pantang menyerah dari R.A Kartini patut


untuk kita contoh. Jika kita ingin menggapai sesuatu, maka
berjuanglah dan percaya walaupun banyak rintangan dalam prosesnya.

3. Patuh dan Menghormati Orang Tua

Kartini memiliki pandangan yang berbeda dengan orang


tuanya. Pertama saat ia diharuskan berhenti sekolah dan dipingit di
rumah hanya untuk menunggu lelaki datang menikahinya. Lalu saat ia
dilarang pergi ke Belanda atau Batavia untuk mengenyam pendidikan,
dan terakhir saat ia dijodohkan oleh orang tuanya. Walaupun begitu,
ia tetap menghormati sikap dan menerima keputusan orang tuanya.

Kartini tidak membangkang, ia rela berkorban dan meredam


ego untuk tetap patuh terhadap orang tuanya. Disamping itu ia juga
tetap berusaha untuk menggapai cita-citanya.

4. Berani dan Optimis

Terkukang adat, perbedaan pendapat dengan orang tua atau


masyarakat, tak menjadikan Kartini berhenti mencari cara untuk
memperluas wawasan. Sikapnya yang berani mendobrak berbagai
aturan, serta optimis bahwa apa yang dilakukannya bisa berdampak
besar, membuktikan dengan hasil di mana sekarang wanita Indonesia
sudah bisa mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki.

12
Melalui karya tulisan dan surat-suratnya, Kartini juga
menyuarakan apa yang dirasa serta dipikirkan, bahwa perempuan
harus keluar rumah, belajar, dan mengejar cita-cita, bukan hanya
sekadar mengurus rumah tangga.

5. Sederhana dan Rendah Hati

Lahir sebagai keturunan bangsawan, tak menjadikan dirinya


sombong atau hidup berfoya-foya. Bahkan ia menolak perilaku para
bangsawan lain yang menggunakan status dan derajat mereka untuk
menindas kaum di bawahnya. Ia malah senang bergaul dan berteman
dengan siapa saja.
Karena ibu kandungnya hanyalah selir dari rakyat biasa,
aturan feodal membuatnya tak boleh memanggil kata "Ibu" tapi
dengan kata “Mbakyu”, sedangkan ibunya memanggil Kartini
“Ndoro”. Aturan itu juga membuat adik-adiknya harus berjalan
jongkok, menyembah, menunduk, dan bersuara pelan ketika berbicara
dengannya.
Namun Kartini membebaskan dirinya dari adat tersebut dan
mulai ia tularkan dari lingkungan rumahnya. Ia juga membebaskan
adiknya untuk memanggilnya dengan nama saja.

Bagi Kartini, hidup dalam kesederhanaan dan kehematan,


akan mencegah kesengsaraan di masa mendatang. Pernikahannya
bersama bangsawan pun tidak menggelar pesta dan tidak
menggunakan baju pengantin.

6. Berjiwa Sosial dan Penuh Kasih Sayang

Kartini sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya.


Beliau mengajar pada anak-anak kecil yang tak seburuntung dirinya,
untuk tetap mendapatkan pendidikan. Beliau pun selalu memandang
bahwa manusia diciptakan untuk saling menyayang dan mengasihi.
Sifat perhatian ini bisa kita terapkan dengan memperhatikan
hal-hal kecil di sekitar kita, dan meningkatkan rasa empati dengan
sesama, agar orang-orang juga ikut bahagia.

13
14

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Raden Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21


April 1879.Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu
itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat.Dan merupakan cucu
dari Bupati Demak, yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran
Raden Ajeng Kartini, nasib kaum wanita penuh dengan kegelapan,
kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan,
dan tidak lebih dari perabot kaum laki - laki belaka, dan bertugas tidak
lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus dan
mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan diinjak
- injak harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Usaha - usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan


kecerdasan untuk bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya
melalui sarana - sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat
dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya
mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya -
karya beliau, persamaan hak antara kaum laki - laki dan kaum wanita
tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa
kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita
ketinggalan.

B. Saran

Kini RA Kartini telah tiada, cita - cita dan perjuangannya


telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita
Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup
yang kita kenal dengan buku “HABIS GELAP TERBITLAH
TERANG.” Mari kita pertahankan hasil perjuangan para pahlawan
dengan mengisi kemerdekaan dengan penuh kedamaian dan
perdamaian bangsa.
15

DAFTAR PUSTAKA

Kutojo, Mardanas Safwan Sutrisno. 2010. Raden Ajeng Kartini. Jakarta :


Penerbit Mutiara Sumber Widya.

Natasya, Almira. 2022. “6 Sifat Teladan Kartini”,


https://www.gramedia.com/blog/6-sifat-teladan-kartini-nomor-empat-
bisa-menginspirasimu/, diakses pada 3 September 2022 pukul 15.18.

Kartini. Directed by Hanung Bramantyo. Performance by Dian


Sastrowardoyo, Ayushita, Reza Rahardian. Legacy Pictures Screenplay
Films, 2017.

Anda mungkin juga menyukai