Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Wanita berdikari atau wanita berwirausaha sudah sejak lama menjadi
pemikiran dan isi hati Ibu Kartini. Dunia bisnis atau dunia wirausaha bukan milik
kaum Adam semata sebagai pemain tunggal, tapi dunia ini sudah menjadi trend
masa kini buat wanita. Jumlah wanita yang terjun di dunia wirausaha tidaklah
sedikit. Bahkan tidak jarang di berbagai perusahaan besar, wanitalah yang
memegang peranan penting sebagai pucuk pimpinan. Inilah kenyataannya bahwa
wanita bisa disejajarkan dengan pria dari segi bisnis.
Diungkapkan oleh DR. Suparman Sumahamijaya (1980:96):
Sesungguhnya Ibu Kartini telah merintis pendidikan mandiri bagi wanita sejak
beliau berumur 16 tahun, sejak sekitar tahun 1893. Hal ini dapat dibuktikan dari
hampir semua tulisan Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat-suratnya
yang dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht, dimana hampir setiap
halaman surat-suratnya penuh dengan kata-kata perlunya pengembangan watak
dan pembentukan watak di atas pendidikan otak. Karena dengan pembentukan
watak, Ibu Kartini yakin manusia akan lebih mampu untuk berdiri sendiri, tidak
bergantung dari kerabat dan dari siapapun. Berkali-kali ditekankan perlunya
kepercayaan pada diri sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Tentang Biografi RA Kartini!
2. Bagaimana Riwayat RA Kartini ?
3.      Bagaimana Dorongan RA Kartini bagi Kebangkitan Kaum Wanita?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Biografi RA Kartini
2. Untuk mengetahui Riwayat RA Kartini
3.      Untuk mengetahui Dorongan RA Kartini bagi Kebangkitan Kaum Wanita

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Biografi RA. Kartini


Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu
Kartini adalah seorang tokoh dari suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan di Indonesia.
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas
bangsawan Jawa. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat,
bupati Jepara. Ibunya bernamaM.A. Ngasirah (Istri Pertama namun bukan istri
Utama)*.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari semua
saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya adalah
Pangeran Ario Tjondronegoro IV, yang diangkat sebagai bupati dalam usia 25
tahun. Kakak Kartini bernama Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam
bidang bahasa.
Berikut ini adalah biodata lengkap Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal
dengan sebutan R.A Kartini atau Ibu Kartini:
Nama Lengkap  : Raden Ajeng Kartini
Tanggal Lahir    : 21 April 1879
Tempat Lahir    : Jepara, Jawa Tengah
Meninggal         : 17 September 1904
Kartini bersekolah hingga usia 12 tahun di ELS Europese Lagere School).
Setelah 12 tahun, beliau harus tinggal dirumah untuk dipingit**. Dalam masa
pingitan, Kartini kemudian belajar sendiri di rumah. Dengan bekal
kemampuannya berbahasa Belanda, Kartini kemudian menjalin hubungan
korespondensi dengan teman-teman dari negeri Belanda. Dari hubungan surat-
menyurat itulah Kartini banyak tertarik dengan pemikira-pemikiran maju
perempuan Eropa. Dari titik inilah semua berawal, dari sebuah pemikiran
seorang perempuan muda Kartini, yang kemudian mengubah sejarah Bangsa
Indonesia.
Kartini disuruh menikah oleh orang tuanya, dengan Bupati Rembang
K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang telah memiliki tiga istri.
Kartini kemudian menikah pada tanggal 12 November 1903.
Sebagai seorang suami, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
sangat mengerti keinginan Kartini. Beliau kemudian mendukung cita-cita Kartini
untuk mendirikan Sekolah wanita. Sekolah Wanita pertama yang didirikan
adalah Sekolah Wanita di Rembang, tepatnya di sebelah timur pintu gerbang
kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini
digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Dari pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo
Adhiningrat, Kartini melahirkah seorang putra bernama R.M. Soesalit yang lahir
pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari setelah melahirkan putra
pertama sekaligus terakhirnya, Kartini menghembuskan nafas terakhir yaitu pada
tanggal 17 September 1904. pada saat meninggal, Kartini berusia 25 tahun dan
dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Sebuah organisasi bernama Yayasan Kartini kemudia melanjutkan
perjuangan Kartini dengan mendirikan Sekolah Wanita di Semarang pada tahun
1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan
daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan
Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

2
Habis Gelap Terbitlah Terang adalah buku yang dikarang Kartini. Judul
aslinya adalah‘Dari Gelap Menuju Terang’. Kartini mendapatkan inspirasi
tersebut dari kalimat Kitab Suci ‘mina dulumati ila nuur’.***
Surat Kartini yang legendaries dan banyak diterbitkan dalam bentuk buku
adalahHabis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis Tot Licht). Surat-surat itu
pertama kali di bukukan oleh J.H. Abendanon, yang pada saat itu menjabat
sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Sekalipun
banyak kontroversiyang timbul dari penerbitan buku tersebut, namun buah
pemikiran Kartini tersebut banyak sekali memberikan kontribusi bagi Bangsa
Indonesia, kini dan masa yang akan datang.
Kutipan :
* Hal ini disebabkan karena M.A Ngasirah bukanlah bangsawan dari kelas
yang tinggi. Pada waktu itu untuk menjadi seorang Bupati, harus beristrikan
seorang bangsawan. Maka ayah R.A Kartini kemudian menikah lagi dengan
Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), yang merupakan keturunan langsung Raja
Madura.
** Pada masa itu, seorang perempuan ketika beranjak dewasa haruslah
dipingit untuk kemudian di nikahkan dengan calon suaminya kelak..

B.    Riwayat RA Kartini


Raden Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21 April 1879, jadi
bertepatan 127 tahun yang lalu. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara
pada waktu itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu
dari Bupati Demak, yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng
Kartini, nasib kaum wanita penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala
harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum
laki-laki belaka, dan bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara
alamiah, yaitu mengurus dan mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah
dirampas dan diinjak-injak harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Daya berpikir kaum wanita tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya,
kaum wanita tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya untuk
melebihi dari apa yang diterimanya dari alam. Karena kaum wanita tidak berdiri
kesempatan untuk belajar membaca, menulis dan sebagainya. Dengan kata lain
kaum wanita hanya mempunyai kewajiban tetapi tidak mempunyai hak sama
sekali.
Raden Ajeng Kartini yang telah meningkat dewasa pada waktu itu, tidak
dapat melihat kenyataan ini meskipun beliau dilahirkan didalam lingkungan
ditengah-tengah kebangsawanan atau keningratan yang pada waktu itu
mempunyai taraf kehidupan sosial yang sangat berbeda dengan masyarakat
banyak yang hidup didalam lingkungan kehidupan adat yang sangat mengekang
kebebasan tetapi beliau tidak segan-segan turun kebawah bergaul dengan
masyarakat biasa, untuk mengembangkan ide dan cita-citanya yang hendak
merombak status sosial kaum wanita, dan cara-cara kehidupan dalam masyarakat
dengan semboyan : "Kita harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa
depan kita yang sesuai dengan keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum
wanita dan harus mendapat pendidikan yang cukup seperti halnya kaum laki-
laki".
Dengan melanggar segala aturan-aturan adat pada saat itu, Raden Ajeng
Kartini mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya yang setara
dengan pendidikan kaum penjajah belanda pada waktu itu, beliau sempat
mempelajari kegiatan-kegiatan kewanitaan lainnya.

3
Dengan pengetahuan serta pengalaman yang didapatnya, Raden Ajeng
Kartini secara berangsur-angsur dan setahap demi setahap tapi pasti berusaha
menambah kehidupan yang layak bagi seorang kaum wanita.
Perkawinan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903 dengan Raden Adipati
Joyoningrat Bupati Rembang mengharuskan beliau mengikuti suami, dan di
daerah inilah beliau dengan gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia
pendidikan. Peranan Suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan
perjuangan sangat menentukan pula karena dengan dorongan dan bantuan
suaminyalah beliau dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dan disanalah
beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar jahit menjahit serta
kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk
bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan
dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat
biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja
karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak
boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan
rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita ketinggalan.
Sewaktu RA Kartini dilahirkan, ayahnya masih berkedudukan sebagai
Wedono Mayong, sedangkan ibunya adalah seorang wanita berasal dari desa
Teuk Awur yaitu Mas Ajeng Ngasirah yang berstatus garwo Ampil. RMAA
Sosroningrat dan urutan keempat dari ibu kandung Mas Ajeng Ngasirah,
sedangkan eyang RA Kartini dari pihak ibunya adalah seorang Ulama Besar pada
jaman itu bernama Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah. Istri kedua
ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putrid bangsawan yang dikawini
pada tahun 1875 keturunan langsung bangsawan tinggi madura yaitu raden ajeng
Woeryan anak dari RAA Tjitrowikromo yang memegang jabatan Bupati Jepara
sebelum RMAA Sosroningrat. Perkawinan dari kedua istrinya itu telah
membuahkan putera sebanyak 11 (sebelas) orang.
Mula pertama udara segar yang dihirup RA KArtini adalah udara desa
yaitu sebuah desa di Mayong yang terletak 22 km sebelum masuk jantung kota
Jepara. Disinilah nia dilahirkan oleh seorang ibu dari kalangan rakyat biasa yang
dijadikan garwo ampil oleh wedono Mayong RMAA Sosroningrat. Anak yang
lahir itu adalah seorang bocah kecil dengan mata bulat berbinar-binar
memancarkan cahaya cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh
tantangan.
Hari demi hari beliau tumbuh dalam suasana gembira, dia ingin bergerak
bebas, berlari kian kemari, hal yang menarik baginya ia lakukan meskipun
dilarang. Karena kebebasan dan kegesitannya bergerak ia mendapat julukan
“TRINIL” dari ayahnya. Kemudian setelah kelahiran RA Kartini yaitu pada
tahun 1880 lahirlah adiknya RA Roekmini dari garwo padmi. Pada tahun 1881
RMAA Sosroningrat diangkat sebagai Bupati Jepara dan beliau bersama
keluarganya pindah ke rumah dinas Kabupaten di Jepara.
Pada tahun yang sama lahir pula adiknya yang diberi nama RA Kardinah
sehingga si trinil senang dan genbira dengan kedua adiknya sebagai teman
bermain. Lingkungan Pendopo Kabupaten yang luas lagi megah itu semakin
memberikan kesempatan bagi kebebasan dan kegesitan setiap langkah RA
Kartini.
Sifat serba ingin tahu RA Kartini inilah yang mrnjadikan orang tuanya
semakin memperhatikan perkembangan jiwanya. Memang sejak semula RA
Kartini paling cerdas dan penuh inisiatif dibandingkan dengan saudara
perempuan lainnya. Dengan sifat kepemimpinan RA Kartini yang menyolok,

4
jarang terjadi perselisihan diantara mereka bertiga yang dikenal dengan nama
“TIGA SERANGKAI” meskipun dia agak diistimewakan dari yang lain.
Agar puterinya lebih mengenal daerah dan rakyatnya RMAA Sosroningrat
sering mengajak ketiga puterinya tourney dengan menaiki kereta.
Ini semua hanya merupakan pendekatan secara terarah agar puterinya kelak
akan mencintai rakyat dan bangsanya, sehingga apa yang dilihatnya dapat
tertanam dalam ingatan RA Kartini danadik-adiknya serta dapat mempengaruhi
pandangan hidupnya setelah dewasa.
Saat mulai menginjak bangku sekolah “EUROPESE LAGERE SCHOOL”
terasa bagi RA Kartini sesuatu yang menggembirakan. Karena sifat yang ia
miliki dan kepandaiannya yang menonjol RA Kartini cepat disenangi teman-
temannya. Kecerdasan otaknya dengan mudah dapat menyaingi anak-anak
Belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda pun RA Kartini
dapat diandalkan.
Menjelang kenaikan kelas di saat liburan pertama, NY. OVINK SOER
DAN SUAMINYA MENGAJAK ra Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan
Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang letaknya 7 km ke Utara
Kota Jepara, yaitu sebuah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih yang
memukau sebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada
temannya Stella di negeri Belanda. RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny.
Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak, kepada RA
Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu
pantai Bandengan.
Kemudian Ny. Ovink Soer mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah
pantai yang hamper sama dengan bandengan namanya “Klein Scheveningen”
secara spontan mendengar itu RA Kartini menyela……..kalau begitu kita sebut
saja pantai bandengan ini dengan nama Klein Scheveningen”.
Selang beberapa tahun kemudian setelah selesai pendidikan di EUROPASE
LEGERE SCHOOL, RA Kartini berkehendak ke sekolah yang lebih tinggi,
namun timbul keraguan di hati RA Kartini karena terbentur pada aturan adapt
apalagi bagi kaum ningrat bahwa wanita seperti dia harus menjalani pingitan.
Memang sudah saatnya RA Kartini memasuki masa pingitan karena
usianya telah mencapai 12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan
kepatuhan kepada tradisi ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh
tembok Kabupaten. Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa
RA Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah karena
menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan ada hasilnya, maka
satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu adalah dengan tekun membaca apa
saja yang di dapat dari kakak dan juga dari ayahnya.
Beliau pernah juga mengajukan lamaran untuk sekolah dengan beasiswa ke
negeri Belanda dan ternyata dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hanya
saja dengan berbagai pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada
putera lainnya yang namanya kemudian cukup terkenal yaitu H. Agus Salim.
Walaupun RA Kartini tidak berkesempatan melanjutkan sekolahnya,
namun himpunan murid-murid pertama Kartini yaitu sekolah pertama gadis-
gadis priyayi Bumi Putera telah dibina diserambi Pendopo belakang kabupaten.
Hari itu sekolah Kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah
Krida dimana RA Kartini sedang menyelesaikan lukisan dengan cat minyak.
Murid-murid sekolahnya mengerjakan pekerjaan tangan masing-masing, ada
yang menjahit dan ada yang membuat pola pakaian.
Adapun Bupati RMAA Sosroningrat dan Raden Ayu tengah menerima
kedatangan tamu utusan yang membawa surat lamaran dari Bupati Rembang
Adipati Djojoadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang berpandangan

5
maju dan modern. Tepat tanggal 12 November 1903 RA Kartini melangsungkan
pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat dengan cara
sederhana.
Pada saat kandungan RA Kartini berusia 7 bulan, dalam dirinya dirasakan
kerinduan yang amat sangat pada ibunya dan Kota Jepara yang sangat berarti
dalam kehidupannya. Suaminya telah berusaha menghiburnya dengan musik
gamelan dan tembang-tembang yang menjadi kesayangannya, namun semua itu
membuat dirinya lesu.
Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-
laki yang diberi nama Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan RA Kartini semakin
memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada
tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir
pada usia 25 tahun.
Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita
nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah
berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS
GELAP TERBITLAH TERANG”.

C.   Dorongan RA Kartini bagi Kebangkitan Kaum Wanita


Wanita berdikari atau wanita berwirausaha sudah sejak lama menjadi
pemikiran dan isi hati Ibu Kartini. Dunia bisnis atau dunia wirausaha bukan milik
kaum Adam semata sebagai pemain tunggal, tapi dunia ini sudah menjadi trend
masa kini buat wanita. Jumlah wanita yang terjun di dunia wirausaha tidaklah
sedikit. Bahkan tidak jarang di berbagai perusahaan besar, wanitalah yang
memegang peranan penting sebagai pucuk pimpinan. Inilah kenyataannya bahwa
wanita bisa disejajarkan dengan pria dari segi bisnis.
Diungkapkan oleh DR. Suparman Sumahamijaya (1980:96): Sesungguhnya
Ibu Kartini telah merintis pendidikan mandiri bagi wanita sejak beliau berumur
16 tahun, sejak sekitar tahun 1893. Hal ini dapat dibuktikan dari hampir semua
tulisan Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat-suratnya yang
dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht, dimana hampir setiap
halaman surat-suratnya penuh dengan kata-kata perlunya pengembangan watak
dan pembentukan watak di atas pendidikan otak. Karena dengan pembentukan
watak, Ibu Kartini yakin manusia akan lebih mampu untuk berdiri sendiri, tidak
bergantung dari kerabat dan dari siapapun. Berkali-kali ditekankan perlunya
kepercayaan pada diri sendiri.
Surat-surat Ibu Kartini dibukukan pula dengan judul Letters of A Javanese
Princess dan beredar di Amerika semenjak tahun 1921 oleh Charles Scribner
Sons, New York. Penerjemahnya yang bernama Agnes Louise Symmers
menyebutkan bahwa Ibu Kartini dalam perjuangannya menyadari bahwa The
freedom of women could only come through economic independence (kebebasan
wanita hanya bisa datang dari kebebasan ekonomi).
Perjuangan Kartini bukan hanya kaum wanita saja, tetapi dia berjuang
untuk seluruh kemanusiaan yang selama ini tidak bisa dilakukan oleh wanita.
Walaupun usia beliau hanya mencapai 25 tahu, tapi beliau berhasil
menyajikan karya tulis sebanyak kurang lebih 450 halaman, yamg mana karya
tulis tersebut mengandung kepadatan kata-kata dengan arti yang sangat dalam,
keras, dan mengesankan.
Kemampuan berwirausaha bisa kita ukur dengan skala minat dan keinginan
dalam berwirausaha, meskipun skala tersebut tidak mutlak kebenarannya, akan
tetapi setidaknya bias menjadi toak ukur sejauh mana minat usaha kita, atau
minat kita dalam berwirausaha.

6
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Raden Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21 April 1879, jadi
bertepatan 127 tahun yang lalu. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara
pada waktu itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu
dari Bupati Demak, yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng
Kartini, nasib kaum wanita penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala
harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum
laki-laki belaka, dan bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara
alamiah, yaitu mengurus dan mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah
dirampas dan diinjak-injak harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk
bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan
dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat
biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja
karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak
boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan
rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita ketinggalan.

B.     Kritik dan  Saran


Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita
nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah
berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS
GELAP TERBITLAH TERANG”.
Mari kita pertahankan hasil perjuangan para pahlawan dengan mengisi
kemerdekaan dengan penuh kedamaian dan perdamaian bangsa.

7
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kasih dan karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran. Di samping itu
penyusun juga berharap makalah ini dapat memberikan manfaat 

Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang dapat membangun penyempurnaan makalah ini.          

8i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang ------------------------------------------------------------ 1
B. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------- 1
C. Tujuan ---------------------------------------------------------------------- 1
BAB II PEMBAHASAN --------------------------------------------------------------- 2
A.     Biografi RA Kartini ------------------------------------------------------ 2
B.      Riwayat RA Kartini ------------------------------------------------------ 3
C.      Dorongan RA Kartini bagi Kebangkitan Kaum Wanita------------- 6
BAB III PENUTUP ---------------------------------------------------------------------- 7
A.     Kesimpulan ---------------------------------------------------------------- 7
B.      Kritik dan Saran ---------------------------------------------------------- 7

ii9
PAHLAWAN NASIONAL
BIOGRAFI RA. KARTINI

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

ANGGOTA :

1. AULIA MAJID
2. A. JALIL SAPUTRA

SMP NEGERI 1 BANGKALA


TAHUN AJARAN 2019/2020

10

Anda mungkin juga menyukai