Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demak adalah kesultanan atau kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478,
Raden Patah adalah bangsawan Kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai
adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari
Walisanga, yang terdiri atas sembilan orang ulama besar, pendakwah islam
paling awal di Pulau Jawa.
Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh
Prabu Kertabumi. Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden
Fatah menjadi Sultan Demak Bintoro yang pertama.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut
islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati Islam di
Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang
tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu,
Radeh Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan
Syah Alam Akbar.
Letak kerjaan Demak berada di tepi pantai utara Pulau Jawa. Kerajaan
ini sering dikunjungi pedagang-pedagang  Islam dan pedagang asing untuk
membeli beras,madu,lilin dan lain-lain. Sampai abad ke 15, Demak di bawah
kekuasaan Majapahit, akan tetapi setelah Majapahit mundur, Demak
berkembang pesat sebagai tempat penyebaran agama Islam dan tempat
perdagangan yang ramai. Sebagai penguasa pertama adalah Raden Fatah.
Selain menjadi penguasa (bupati), Raden Fatah juga sebagai penyiar agama
Islam. Raden Fatah memisahkan diri dari Majapahit sekitar tahun 1500.
Dengan bantuan para wali, Raden Fatah mendirikan kerajaan Islam yang
pertama di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi, yaitu
pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak
memperluas kekuasaannya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan pesisir
Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten.
Cepatnya Kota Demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu
lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung
Demak. Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan

1
perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh
Jawa. Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam
adalah sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Kegiatan
walisanga yang berpusat di Masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali
bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah awal Kerajaan Demak?
2.    Siapakah raja-raja yang memimpin Kerajaan Demak?
3.    Bagaimanakah kehidupan politik di Kerajaan Demak?
4.    Bagaimana tentang latar belakang berdirinya Kerajaan Demak ?
5.    Bagaimana proses berdirinya Kerajaan Demak?

C. Tujuan
1. Menjelaskan awal Kerajaan Demak
2.    Menjelaskan letak Kerajaan Demak
3.    Menjelaskan kehidupan politik beserta raja-raja yamg memerintah di
Kerajaan Demak
4.    Menjelaskan proses berdirinya Kerajaan Demak
5.    Menjelaskan sebab runtuhnya Kerajaan Demak

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Kerajaan Demak
Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada
tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang
diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang Kertaning Bumi, yang berarti
tahun saka 1400 atau 1478 M. Kerajaan Demak itu didirikan oleh Raden
Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para wali dan
saudagar Islam. Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun.
Menurut sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa
Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di Palembang.
Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk
memperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya
kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah menetap di Demak
(Bintoro). Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan
perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren
di daerah tersebut. Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah
dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi ramai
dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan 
agama, tetapi kemudian menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya
menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa. Desa Glagahwangi,dalam
perkembangannya kemudian karena ramainya akhirnya menjadi ibukota
negara dengan nama Bintoro Demak.
B. Letak Kerajaan Demak
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah,
tetapi pada awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan dari
para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah
menganut agama Islam.
Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan
daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan
pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan Majapahit)
yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah Pasai).
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan
maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat
di antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak

3
lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang
dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah
sejak abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat.
Yang menjadi penghubung antara Demak dan Daerah pedalaman di
Jawa Tengah ialah Sungai Serang yang sekarang bermuara di Laut Jawa
antara Demak dan Jepara. Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya
pada zaman dahulu pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan
pengaliran cukup. Lagi pula, persediaan padi untuk kebutuhan sendiri dan
untuk pergadangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak
tanpa banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di
pedalaman Pegging dan Pajang.

C. Kehidupan Politik
Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak
sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
1. Raden Fatah
Nama kecil Raden Patah adalah Pangeran Jimbun. Pada masa
mudanya Raden Patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang
kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati
Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat
memasuki usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke
Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan
Tuban pada tahun 1419 M.
Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama
para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan
dari utusan Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal
sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda
lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan
Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden
patah dipercaya menjadi ulama  dan membuat permukiman di Bintara.
Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah
tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di

4
Jawa. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro
(Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di
bawah pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat,
karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan
makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi
kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan
Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke
Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan
kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang,
Jambi dan beberapa daerah di kalimantan. Disamping itu, kerajaan
Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara,
Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkembang menjadi
pelabuhan transito (penghubung).
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak
yang proses pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau
sunan.
2.  Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta Kerajaan Demak dipegang oleh
Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa
pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal
dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera
mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu lama, pasukan
Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal,
tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan
Trenggana.
 Dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada
saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang
Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 1521 M.
3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M.
Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan.
Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga

5
ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim
pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-
daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan
Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa
Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang.
Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan
Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang
kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan
demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun. Di masa
jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari
Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul
Arifin.

D. Perang Saudara di Demak


Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden
Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi
perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat
anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya
kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh
anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan
akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa
kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak
keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa
timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng
bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak
tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri.
Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak
kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah
dengan pangeran kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah
dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah
dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya
Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas

6
kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat
perebutan kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang
bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh.
Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak,
anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak.
Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan
pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang
kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka
dengan mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang
tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng. Dalam pertempuran ini
tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa
dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya
Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada
seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka
Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah
Majapahit di daerah Surakarta. 
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh
Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir.
Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran kalinyamat
membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang,
maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya
tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir
menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat
dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki
Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan
sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki
Ageng Pamanahan mendapat tanah mataram.

E.  Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI


Bertambahnya bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di
Jawa pada abad XVI, selain karena keperluan yang sangat mendesak,
disebabkan juga oleh pengaruh tradisi kepahlawanan Islam dan contoh ynag
dilihat di kota-kota Islam di luar negeri.
Peranan penting masjid Demak sebagai pusat peribadatan kerajaan
Islam pertama di Jawa dan kedudukannya di hati orang beriman pada abad

7
XVI dan sesudahnya. Bagian-bagian penting peradaban jawa Islam yang
sekarang, seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat
dan pembuatan keris, kelihatannya sejak abad XVII oleh hikayat Jawa
dipandang sebagai hasil penemuan para wali yang hidup sezaman dengan
kesultanan Demak.
Kesenian tersebut telah mendapat kedudukan penting dalam
peradaban Jawa sebelum Islam, kemungkinan berhubungan dengan ibadat.
Pada waktu abad XV dan XVI di kebanyakan daerah jawa tata cara kafir
harus diganti dengan upacara keagamaan Islam, seni seperti wayang dan
gamelan itu telah kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu menjadi “sekuler”.
Perkembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern”
juga mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-karya sastra yang
dahulu keramat dan sejarah suci dari zaman kuno. Peradaban “pesisir” yang
berpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa, mungkin
pada mulanya pada abad XV tidak semata-mata bersifat Islam. Tetapi
kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan jelas menunjukkan hubungan
dengan meluasnya agama Islam.

F.  Keruntuhan Kerajaan Demak


Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik
yang hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha
melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak
sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta.
Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggono
adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan
Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang
beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen,
tidak tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak.
Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya
Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak
berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di
bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta KI
Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan
Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta
memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun

8
1568. Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah
berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu
pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan
mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati.
Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra
angkat karena jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai
dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada
tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama
Pangeran Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan
yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa
mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan
oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu
mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan
bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada
saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya
telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang
dipindahkan ke Mataram.

G. Demak di Bawah Kekuasaan Raja-Raja Mataram


Setelah sekitar 1588 Panembahan Senapati berkuasa di Jawa Tengah
sebelah selatan, raja-raja Pati, Demak, dan Grobongan dianggapnya
sebagai sampun kareh (sudah dikuasai). Sekitar 1589 mereka diperintah
ikut dia bersama prajurit Mataram ke Jawa Timur, manaklukan raja-raja
Jawa Timur. Maksud raja Mataram ini gagal, tampaknya terutama karena
campur tangan Sunan Giri. Panembahan Senapati terpaksa kembali ke
Mataram dengan tangan hampa.
Mungkin sekali penguasa Demak, Pati dan Grobongan yang pada
1589 telah bersikap sebagai taklukan yang patuh itu, sama dengan mereka
yang telah mengakui Sultan Pajang, yang sudah tua dan meninggal pada
1587, sebagai penguasa tertinggi. Jadi, agaknya Pangeran Kediri di Demak,
setelah mengalami penghinaan di Pajang sebelumnya ternyata masih
berhasil memerintah tanah asalnya beberapa waktu.

9
Pada 1595 orang Demak memihak raja-raja Jawa Timur, yang mulai
melancarkan serangan terhadap kerajaan Mataram yang belum sempat
berkonsolidasi. Serangan tersebut dapat dipatahkan, tetapi panglima perang
Mataram, Senapati Kediri yang sudah membelot ke Mataram gugur dalam
pertempuran dekat Uter. Sehabis perang, Panembahan mengangkat Ki Mas
Sari sebagai adipati di Demak. Rupanya karena pemimpin pemerintahan
yang sebelumnya tidak memuaskan atau ternyata tidak dapat dipercaya.
Tumenggung Endranata I di Demak ini pada tahun-tahun kemudian
agaknya juga tidak bebas dari pengaruh plitik pesisir yang berlawanan
dengan kepantingan Mataram di Pedalaman. Pada tahun 1627 ia terlibat
dalam pertempuran antara penguasa di Pati, Pragola II dan Sultan Agung. Ia
di bunuh dengan keris sebagai pengkhianat atas perintah Sultan Agung.
Sesudah dia masih ada lagi seorang tumenggung Endranata II yang
menjadi bupati di Demak. Tumenggung ini seorang pengikut setia
Susuhunan Mangkurat II di Kartasura yang memerintah Jawa Tengah pada
perempat terakhir abad XVII. Pada tahun 1678 disebutkan adanya
Tumenggung Suranata di Demak.
Sebagai pelabuhan laut agaknya kota Demak sudah tidak berarti pada
akhir abad XVI. Sebagai produsen beras dan hasil pertanian lain, daerah
Demak masih lama mempunyai kedudukan penting dalam ekonomi kerajaan
raja-raja Mataram. Sampai abad XIX di banyak daerah tanah Jawa rasa
hormat pada  masjid Demak dan makam-makam Kadilangu masih bertahan
di antara kaum beriman, kota Demak dipandang sebagai tanah suci. Hal
itulah yang terutama menyebabkan nama Demak dalam sejarah Jawa tetap
tidak terlupakan di samping nama Majapahit.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerajaan Demak hanya berumur pendek. Namun, para rajanya
merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka
adalah Raden Fatah, yang berhasil menjadikan negerinya sebagai sebuah
negara independen pada masanya. Setelah itu anaknya, Patih Yunus (Adipati
Unus) berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu, yang pada saat
itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Setelah wafatnya Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M,
memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaan ini yaitu Raden Trenggono
(Sultan Trenggana). Dia adalah seorang mujahid besar yang di antara hasil
usahanya yang terkenal adalah masuknya Islam ke daerah Jawa Barat.
Kebudayaan yang berkembang di kerajaan Demak bercorak Islam. Hal
tersebut tampak dari peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid,
makam, batu nisan, kitab suci Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra. Sampai
sekarang pun Demak di kenal sebagai pusat pendidikan agama Islam.

B.  Saran
1. Sebaiknya kita sebagai penerus bangsa Indonesia yang baik harus selalu
melestarikan budaya atau peninggalan-peninggalan sejarah di masa lalu
2.    Sebagai pelajar kita harus mendalami sejarah-sejarah yang ada
Indonesia
3.   Mengembangkan budaya sejarah yang sudah ada, tetapi tidak
menghilangkan budaya yang sudah asli.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Sekecake, Peta dan  Kerajaan


Demak, http:// warungbaca9.blogspot.com, Senin  09 January 2012,
Jam 20:00

Ahmad al-Usairy, 2003, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad
XX, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana

Habib Mustopo dkk, 2007,  Sejarah SMA Kelas XI, Jakarta : Yudhistira

H.J. De Graaf dan TH. Pigeaud, 2003, Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Jakarta:
PT. Pustaka Utama Grafiti

Ignaz Kingkin Teja Angkasa dkk, 2007, Sejarah untuk SMA/SMA kelas XI IPS,
Jakarta: Grasindo

I Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA kelas XI, Jakarta:Erlangga

Nana Supriatna, 2007, Sejarah untuk kelas XI SMA, Bandung : Grafindo Media


Pratama

Ridwanaz, Sejarah Agama Islam Di Indonesia (Kerajaan


Demak), http//ridwanaz.com, Minggu 08 January 2012, jam 14:00

Syafi’i dan Sabil Huda, 1987, Sejarah dan Kebudayaan Islam untuk MTs kelas
3, Bandung: CV. ARMICO

12
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah sejarah tentang kerajaaan Demak ini manfaatnya
untuk kami dan para pembaca semuanya.
Makalah Sejarah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah sejarah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah sejarah tentang kerajaan
Demak ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jeneponto,    Pebruari 2020

Penyusun
KELOMPOK 1

13
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Awal Kerajaan Demak .............................................................................. 3
B. Letak Kerajaan Demak.............................................................................. 3
C. Kehidupan Politik....................................................................................... 4
D. Perang Saudara di Demak........................................................................ 6
E. Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI......................... 7
F. Keruntuhan Kerajaan Demak................................................................. 8
G. Demak di Bawah Kekuasaan Raja-Raja Mataram.......................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 12

ii
14
OLEH :
KELOMPOK 1
Ketua : A. Saddiyah Sebrina. G
Anggota : 1. Desi Ratnasari
2. Nasrullah
3. Nurdin
4. Andi

SMA NEGERI 4 JENEPONTO


TAHUN AJARAN 2019-2020

15

Anda mungkin juga menyukai