Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kerajaan Islam Demak adalah Kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden
Patah tahun 1475 di Bintoro, Demak. Pada awalnya Kadipaten Demak merupakan wilayah
kekuasaan Majapahit. Namun kemunduran yang terjadi pada Kerajaan Majapahit membuat
daerah-daerah di bawah kekuasaannya mulai melepaskan diri. Maka dari itulah Kerajaan Demak
didirikan tanpa ikatan dengan Kerajaan Majapahit karena pada saat itu, Kerajaan Majapahit
sedang mengalami kemunduran. Para walisongo mendukung berdirinya Kerajaan Demak dan
dalam waktu singkat Demak berhasil menjadi kerajaan yang sangat besar. Dalam penyiaran dan
perkembangan Islam di Jawa selanjutnya, walisongo memusatkan kegiatannya dengan
menjadikan Kota Demak sebagai sentral semua hal.

B.Rumusan Masalah

1. Apa sejarah Kerajaan Demak?


2. Di mana lokasi Kerajaan Demak?
3. Siapa saja Raja di Kerajaan Demak?
4. Apa saja peninggalan sejarah Kerajaan Demak?
5. Bagaimana perkembangan Islam Kerajaan Demak?
6. Bagaimana kehidupan di Kerajaan Demak?

1
BAB 2
ISI

A.Sejarah Berdirinya Kerajaan Demak

Berbicara tentang sejarah berdirinya Kerajaan Demak tidak bisa dipisahkan dengan para
Walisongo, yaitu para mubaligh yang kala itu  memiliki misi untuk menyebarkan ajaran Islam di
Tanah Jawa. Dalam proses penyebaran dan perkembangan agama Islam di tanah Jawa, para
mubaligh tersebut telah membuat pusat kegiatan berada di Kota Demak.

Atas dukungan yang diberikan oleh Walisongo tersebut, terutama oleh perintah Sunan ampel,
maka Raden Fatah ditunjuk untuk mengajarkan agama Islam dan membuka sebuah pesantren
yang berada di glagah wangi. Tidak lama dari itu, tempat ini pun banyak dikunjungi oleh
masyarakat.

Tidak hanya untuk menimba ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya, melainkan untuk
melakukan perdagangan. Lama kelamaan Glagah Wangi berubah menjadi pusat ilmu pendidikan
dan pusat perdagangan masyarakat. Dan menjadi pusat kerajaan Islam pertama yang berdiri di
tanah Jawa.

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Fatah atas dukungan dan restu oleh Para Walisongo.
Diperkirakan kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1478 M. Sebelum menjadi Kerajaan Demak,
awalnya kawasan ini merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit pada masa Brawijaya V.
kala itu, Demak merupakan sebuah kadipaten yang lebih dikenal dengan nama “Glagah Wangi”
yang menjadi wilayah dari Kadipaten Jepara.

Pada kala itu, merupakan satu-satunya kadipaten yang memiliki adipati yang beragama
Islam. Namun setelah kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, Demak mulai memisahkan
diri dari Ibu kota Bintoro. Yang kemudian oleh Raden Fatah Kerajaan Demak didirikan atas
restu dan dukungan para walisongo.

2
Tidak membutuhkan waktu yang lama Kerajaan Demak mampu menjadi pusat perdagangan
beserta pusat pendidikan. Banyak orang berdatangan untuk melakukan perdagangan dan
menuntut ilmu. Hal ini tidak terlepas dari lokasi Demak yang sangat strategis. Yaitu diapit oleh
pelabuhan kerajaan Mataram Kuno dan pelabuhan Jepara. Karena lokasi inilah membuat Demak
menjadi salah satu kerajaan yang cukup berpengaruh di Nusantara.

Berdirinya Kerajaan Demak ditandai dengan adanya condro sengkolo “Sirno Ilang Kertaning
Bumi”. Sinangkelan Kerajaan Demak yaitu “Geni Mati Siniram Janmi” yang memiliki arti tahun
soko 1403 atau 1481 M. Menurut cerita Rakyat, pada saat berkunjung ke Glagah Wangi orang
pertama yang dijumpai oleh Raden Fatah adalah Nyai Lembah. Nyai Lembah ini berasal dari
Rawa pening.

Atas saran yang diberikan oleh Nyai Lembah ini, Raden Fatah bermukim di desa Glagah wangi
yang saat ini lebih dikenal dengan nama “Bintoro Demak”. Pada perkembangannya, bintoro
Demak inilah yang menjadi ibu kota Negara Kerajaan Demak.

B. Lokasi Kerajaan Demak

Secara geografis Kerajaan Demak merupakan bagian dari wilayah Jawa tengah. Pada awalnya
Kerajaan Demak ini merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang bernama Bintoro.
Atas bantuan bupati Pesisir Jawa Tengah dan Jawa  timur Kerajaan Demak berdiri.

Raja pertama dari Kerajaan Demak kala itu adalah Raden Fatah yang memiliki ibu yang
beragama Islam yang berasal dari Jeumpa Pasai. Letak Kerajaan Demak ini sangat strategis yaitu
diapit oleh dua pelabuhan besar yakni Pelabuhan Jepara dan Pelabuhan Kerajaan Majapahit
Kuno.

Selain itu, Kerajaan Demak juga berada pada tepi selat antara Gunung Muria dan Jawa.
Sebelumnya selat tersebut memiliki ukuran yang besar yang memisahkan antara semarang
menuju Rembang. Kerajaan Demak juga memiliki lokasi yang strategis untuk pertanian dan juga
perdagangan.

3
Sedangkan berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, ada beberapa hal
yang disampaikan mengenai letak lokasi Kerajaan Demak. Diantaranya adalah hasil penelitian
yang dilakukan oleh IAIN Walisongo atau yang sekarang menjadi UIN Walisongo semarang
Jawa Tengah pada tahun 1974 M tentang Bahan-bahan sejarah Islam di Jawa Tengah bagian
utara.

Beberapa pendapat mengenai letak Kesultanan Demak yaitu sebagai berikut:

1. Pertama : Bahwa bekas kesultanan Demak itu tidak ada. Dengan keterangan bahwa raden
Patah mulai menyebarkan agama Islam di Demak adalah semata-mata untuk kepentingan
agama Islam.
2. Kedua : Bahwa pada umumnya letak masjid tidak terlalu jauh dari istana. Diperkirakan
letak Keraton Demak berada ditempat yang sekarang didirikan Lembaga Pemasyarakatan
(sebelah timur alun-alun). Dengan alasan bahwa pada zaman kolonial ada unsur
kesengajaan menghilangkan bekas kraton.
3. Ketiga : Bahwa letak keraton berhadap-hadapan dengan Masjid Agung Demak,
menyebrangi sungai dengan ditandai oleh adanya dua pohon pinang. Kedua pohon pinang
tersebut masih ada dan diantara kedua pohon itu terdapat makam Kyai Gunduk. Menurut
kepercayaan masyarakat setempat, yang ditanam itu sesungguhnya berupa tombak
(pusaka).

C. Raja-Raja Kerajaan Demak

1. Raden Fatah (1500 – 1518)


Raden Fatah merupakan pendiri Kerajaan Demak dan menjadi raja pertama di kesultanan
Demak. Pada masa pemerintahan Raden Fatah, Demak mengalami perkembangan yang begitu
pesat. Hal ini tidak terlepas atas restu dan dukungan oleh para wali yang menyebarkan agama
Islam di Tanah Jawa.

Wilayah Kerajaan Demak kala itu diperluas hingga meliputi wilayah Pati, rembang, jepara,
semarang, selat Karimata dan beberapa daerah di wilayah Kalimantan. Selain itu, Kerajaan
Demak juga mampu menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa seperti pelabuhan Jepara,
sedayu, Tuban, Gresik dan Jaratan.

Asal muasal berdirinya Kerajaan Demak ini berawal atas perintah sunan ampel kepada Raden
Fatah untuk mendirikan sebuah pesantren yang digunakan sebagai pusat menimba ilmu agama.
Tugas dalam penyebaran agama Islam ini sungguhlah menjadi sebuah tugas yang sangat besar.

Oleh atas dukungan para Walisongo Kerajaan Demak berhasil menjadi pusat penyebaran agama
Islam di Tanah jawa dan beberapa wilayah Nusantara bagian Timur. Seiring berjalannya waktu
dibangunlah Masjid Demak yang saat ini dikenal sebagai Masjid Agung Demak.

Pada saat itu, tidak hanya penduduk jawa saja yang belajar ilmu agama di Demak, melainkan
dari seluruh penjuru di nusantara, seperti Makasar, Banjarmasin, Ambon, Ternate, Sumatera dan
Kalimantan.
4
Penyebaran agama yang dilakukan oleh Sunan Kalijogo dengan menggunakan seni pewayangan
banyak disenangi oleh masyarakat yang kala itu mayoritas beragama hindu. Melalui wayang
inilah nilai-nilai ajaran Islam dimasukkan dan menjadi salah satu cara penyebaran Islam yang
paling efektif.

Raden Fatah Mendapat gelar Sultan Alam akbar al fatah atas keberhasilannya memimpin
Kerajaan Demak selama 18 tahun, yakni pada tahun 1500 hingga 1518 M. Raden Fatah wafat
pada tahun 1518 M. Yang kemudian kepemimpinannya diteruskan oleh putranya sendiri, yakni
Pati Unus.

2. Pati Unus (1518 -1521)


Setelah wafatnya Raden Fatah pada tahun 1518 secara otomatis kekuasaannya diturunkan kepada
putranya sendiri yaitu Pati Unus. Pati unus ini dikenal sebagai panglima perang yang gagah dan
berani.

Beliau kala itu diutus oleh ayahnya untuk membebaskan Malaka yang kala itu dikuasai oleh
Portugis. Kedatangan Portugis menjadi salah satu ancaman tersendiri bagi wilayah kekuasaan
Kerajaan Demak. Perlawanan tersebut juga dibantu dari Kerajaan Aceh. Namun sayangnya
karena tidak memiliki persenjataan yang canggih akhirnya Pati Unus kalah.

Kemudian Pati Unus melakukan blokade terhadap Portugis di Malaka. Karena Blokade tersebut,
membuat Portugis kekurangan bahan Makanan. Akibat keberanian Pati Unus ini, Pati Unus
mendapat gelar Pangeran sabrang Lor. Pati unus hanya memerintah Kerajaan Demak selama 3
Tahun. Yaitu pada tahun 1518 hingga 1521. Pati Unus wafat dalam pertempuran di Malaka pada
tahun 1521 pada usia 41 Tahun.

3. Sultan Trenggono (1521 -1546)


Pada saat Pati Unus wafat, beliau tidak memiliki seorang putra. Sehingga tahta kerajaan
digantikan oleh Raden Trenggono, yaitu adik dari Pati Unus. Di bawah kepemimpinan Sultan
Trenggono inilah, Kerajaan Demak mencapai pada masa puncak kejayaannya.

Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang gagah berani dan sangat bijaksana. Bahkan berkat
keberaniannya, Raden Trenggono mampu memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Demak
hingga ke Jawa Barat dan Jawa Timur. Sultan Trenggono bercita-cita untuk bisa menyatukan
seluruh kawasan di Pulau Jawa di bawah kesultanan Demak.

Namun untuk bisa mewujudkannya bukanlah suatu hal yang mudah. Sejak awal berdirinya
kesultanan Demak, yang menjadi musuh utamanya adalah atas kedatangan Portugis ke
Indonesia. Bahkan Pati Unus harus meninggal dalam peperangan melawan Portugis di Malaka.

Portugis sudah berhasil memperluas daerah yang berhasil dipengaruhinya hingga ke Jawa Barat.
Hingga pada akhirnya Portugis telah berhasil mendirikan benteng sunda Kelapa  di Jawa
Barat. Pada tahun 1522, Sultan Trenggono mengutus Fatahillah untuk bisa mengusir Portugis
dari Sunda kelapa. Namun langkah tersebut tidaklah mudah.

5
Baru pada tahun 1527-lah Sunda Kelapa berhasil ditaklukkan. Kemudian nama Sunda Kelapa
diganti menjadi Jayakarta yang memiliki arti kemenangan yang sempurna, yang kemudian
hingga saat ini lebih dikenal sebagai Jakarta yang menjadi Ibu kota negara Republik Indonesia.

Dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan kesultanan Demak, Sultan Trenggono melakukan
serangan ke berbagai daerah seperti penyerangan ke Pasuruan dan Jawa Barat. Penyerangan ke
Pasuruan, tepatnya ke Kerajaan Hindu Supit Urang. Penyerangan ke Pasuruan ini tidak
membawakan hasil dikarenakan Sultan Trenggono wafat.

Sementara penyerangan ke Jawa Barat seperti ke Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon yang
dipimpin oleh Fatahillah telah berhasil. Selain melakukan beberapa penyerangan, Sultan
Trenggono juga melakukan perjodohan atau perkawinan politik.

Contohnya seperti perjodohan putri Kalinyamat dengan Pangeran Hadirin dari Jepara. Kemudian
Pangeran Pasarehan dengan putrinya menjadi Raja Cirebon dan joko Tingkir dengan puterinya
menjadi adipati Pajang.

D. Peninggalan Kerajaan Demak


Berdirinya Kerajaan Demak cukup memberikan pengaruh yang besar terhadap
perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Kerajaan Demak menjadi kerajaan Islam pertama
yang berdiri di tanah Jawa. Hal ini tidak terlepas dari dukungan para Walisongo. Ada banyak
peninggalan sejarah dari Kerajaan Demak yang hingga sekarang masih bisa ditemui. Diantaranya
adalah sebagai berikut:

1.Masjid Agung Demak

Masjid ini didirikan pada masa Walisongo sekitar tahun 1479 M. Bangunan ini menjadi salah
satu bukti bahwa Kerajaan Demak kala itu merupakan pusat kegiatan pengajaran dan
keagamaan.

Bahkan tidak hanya orang Jawa saja yang menimba ilmu di kesultanan Demak, melainkan dari
berbagai nusantara, seperti Ambon, Ternate, Banjarmasin dan Sumatera. Masjid ini terletak di
samping alun-alun Kota Demak, tepatnya berada di Kampung Kauman, kelurahan Bintorom
Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa tengah, Indonesia.

6
Masjid ini memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Pada saat mendirikan masjid
Demak ini, Raden Fatah bersama para wali memberi sebuah gambar bulus. Bulus ini adalah
candra sengkala memet yang memiliki arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang menyimpan makna
tahun 1401 saka.

Gambar bulus tersebut terdiri dari kepala yang menyimbolkan angka satu, empat kaki yang
berarti angka 4, badan bulus menggambarkan angka nol  dan ekor bulus menggambarkan angka
1. Jika digabungkan menjadi tahun 1401. Sedangkan gaya arsitektur dari masjid Demak ini
terdiri dari bangunan induk dan juga serambi.

Bangunan induk memiliki saka guru yaitu terdiri dari 4 tiang  utama penyangga. Konon, salah
satu tiang yang dipakai saat itu merupakan serpihan kayu sehingga dikenal pula istilah saka
tatal. Desain atap dari Masjid agung Demak ini berbentuk limas yang disangga oleh 8 tiang yang
disebut saka Majapahit.

Atap limas masjid Demak ini menggambarkan Iman, Islam dan Ihsan. Sementara desain pintu
merupakan Panti Blebeg yang memiliki candra Sengkala. Candra Sengkala pada bagian pintu
Masjid Demak tertuliskan Naga Mulat Salira Wani yang bermakna tahun 1388 Saka atau 1466
M atau 887 Hijriah.

Di dalam kompleks masjid Demak juga terdapat makam Raden Fatah sebagai pendiri Kerajaan
Demak. Pada tahun 1995 Masjid ini pernah dicalonkan menjadi salah satu warisan budaya dunia
oleh UNESCO.

2.Pintu Bledek

Pintu Bledek merupakan pintu yang berada di Masjid Demak. Pintu ini merupakan buatan dari ki
Ageng Selo yang memiliki candra sengkala, yakni Naga Mulat Salira Wani yang memiliki arti
tahun 1388 saka atau 887 Hijriah atau 1466 Masehi. Yang menandakan tahun dimana pintu ini
dibuat oleh Ki ageng Selo.

Dinamakan Pintu Bledek karena memang pada waktu itu ki Ageng Selo membuatnya dari petir
Yang menyambar. Bledek dalam bahasa Indonesia memiliki arti petir. Namun sayangnya pintu
ini sudah tidak lagi digunakan di Masjid Demak karena sudah tua dan lapuk.

7
Kemudian pintu tersebut dimuseumkan sebagai salah satu koleksi peninggalan sejarah dari
Kerajaan Demak. Ki Ageng selo memang dikenal memiliki kemampuan untuk menaklukkan
petir atau bledek. Ki Ageng Selo ini masih keturunan dari kerajaan Majapahit, Brawijaya V.

Pintu Bledek buatan Ki Ageng Selo ini dihiasi dengan ukiran berupa ornamen kepala binatang
yang memiliki gigi yang runcing sebagai simbol sebuah petir atau bledek yang ditangkap oleh ki
Ageng Selo. Ki Ageng Selo dimakamkan di Desa Tawang, Purwodadi, Kabupaten Grobogan,
Jawa Tengah.

Sebagian masyarakat Jawa hingga saat ini memiliki kepercayaan ketika dikagetkan dengan
adanya suara petir maka mereka mengucapkan “ cucu ki ageng selo”. Dengan harapan petir tidak
akan menyambarnya. Masyarakat di Jawa terlebih yang berada di pedesaan masih mempercayai
mitos tersebut dengan berteriak “Gandrik! Aku putune Ki Ageng Selo”.

3.Soko Tatal dan Soko Guru

Soko tatal dan soko guru masih merupakan bagian dari komponen yang ada di Masjid agung
Demak. Soko guru yang terdiri dari 4 buah tiang utama. Dinamakan soko tatal karena menurut
cerita soko ini terbuat dari tatal atau serpihan kayu.

Konon, pada saat pembuatan soko tersebut yang dilakukan oleh sunan Kalijaga baru jadi 3.
Sementara masjid sudah siap untuk didirikan. Akhirnya secara terpaksa Sunan Kalijaga membuat
Soko yang terbuat dari kayu sisa pembuatan 3 soko guru tersebut dengan menggunakan kekuatan
spiritual yang dimilikinya.

4.Bedug dan Kentongan Masjid Demak

Salah satu bukti sejarah peninggalan Kerajaan Demak yang masih bisa dilihat hingga saat ini
adalah dua alat pemanggil masyarakat pada saat waktu sholat tiba. Yaitu, kentongan dan bedug.

Kedua alat ini menjadi sebuah alat yang penting yang menandakan waktu sholat telah tiba.
Biasanya akan dibunyikan pada saat akan mengumandangkan adzan pada sholat lima waktu.

8
5.Situs kolam Wudlu

Seiring didirikannya masjid Agung Demak juga dibangun sebuah situs kolam wudlu. Situs ini
dahulunya digunakan oleh para santri untuk melakukan wudhu sebelum melaksanakan sholat dan
membaca Alquran.

Namun saat ini situs wudlu ini sudah tidak digunakan lagi dan di pagar menjadi salah satu benda
bersejarah agar tetap terjaga keasliannya. Sedangkan tempat wudhunya sudah dibuatkan sesuai
dengan kebutuhan pengunjung masjid Demak yang cukup memadai. Dan situs tersebut hanya
bisa dilihat.

6.Maksurah-Maksurah

Beberapa dinding yang menghiasi dinding Masjid Demak merupakan ukiran kaligrafi tulisan
Arab yang  menuliskan tentang ke-Esaan Allah. Selain mempercantik dinding tulisan ini juga
merupakan salah satu peninggalan sejarah yang dibuat pada tahun 1866.

7.Dampar Kencana

9
Dampar Kencana merupakan singgasana para Raja kala itu. Dampar kencana saat ini digunakan
sebagai mimbar untuk khutbah Jumat di Masjid Agung Demak. Peninggalan sejarah yang satu
ini masih terjaga dan terawat dengan baik hingga saat ini.

8.Piring Campa

Salah satu penemuan barang peninggalan pada masa Kerajaan Demak adalah dengan
ditemukannya piring Campa. Piring Campa ini merupakan piring pemberian dari seorang putri
Campa kepada Raden Fatah yang tidak lain adalah Ibunya sendiri.

Piring Campa ini berjumlah 65 buah. Beberapa ada yang dipasang sebagai hiasan dinding di
Masjid Agung Demak. Sementara yang lainnya di pasang di bagian pengimaman  Masjid
Demak.

E. Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak


Secara Geografis, Kerajaan Demak memiliki lokasi yang sangat strategis. Yaitu, berada di
daerah Bintoro dengan dikelilingi muara sungai perairan Laut Muria sehingga menjadikan
kawasan Kerajaan Demak sangat subur pada bidang pertanian. Selain itu, Demak juga berada di
antara dua pelabuhan besar pelabuhan mataram dan Jepara yang menjadikan Demak menjadi
salah satu lokasi strategis untuk pusat perdagangan.Karena banyaknya lalu lalang orang yang
berada di kawasan Kerajaan Demak sehingga memudahkan untuk melakukan penyebaran agama
Islam. Terlebih keberadaan Walisongo yang memusatkan kegiatan keagamaan dan pengajaran di
kawasan Demak. Buktinya adalah dengan didirikannya Masjid Agung Demak pada masa itu.

Melalui cara Sunan Kalijaga yang menyebarkan Agama Islam dengan seni pewayangan
membuat agama Islam sedikit demi sedikit diterima oleh masyarakat yang notabene merupakan
masyarakat beragama Hindu. Dari situlah pesantren yang didirikan oleh Raden Fatah semakin
berkembang dengan banyaknya murid yang tidak hanya datang dari Pulau Jawa melainkan dari
luar Jawa, seperti Kalimantan, Sumatera, Ambon, Ternate dan lain-lain.

Selain itu keadaan Majapahit yang merupakan Kerajaan Hindu terbesar di Jawa saat itu tengah
mengalami masa kehancuran sehingga Demak dengan lebih bebas untuk memisahkan diri dan
berkembang menjadi sebuah kerajaan yang besar. Adanya Kerajaan Demak memiliki peranan
penting terhadap perkembangan agama Islam di tanah Jawa.

10
Saat itu Demak telah berhasil menggantikan peran Malaka yang direbut oleh Portugis. Dan
kemudian direbut kembali oleh Kerajaan Demak melalui pasukan yang dipimpin oleh Fatahillah
untuk mengambil Sunda Kelapa yang saat ini lebih dikenal dengan nama kota Jakarta.

F. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak


Karena lokasi kerajaan yang strategis dengan diapit dua pelabuhan penting yakni pelabuhan
Mataram dan Jepara membuat Demak menjadi salah satu pusat perdagangan. Demak berperan
menjadi salah satu daerah penghasil rempah-rempah di bagian Indonesia Timur dan penghasil
rempah-rempah untuk Indonesia bagian Barat.

Dengan begitu, Demak berkembang semakin pesat. Bahkan daerah kekuasaan Demak pun
berkembang pesat terlebih di pesisir utara Jawa. Untuk perkembangan daerah di pedalaman,
Demak memperhatikan sektor pertaniannya dan menjadi salah satu komoditi dagang. Dari hasil
perdagangan tersebut, Demak memperoleh keuntungan dari sektor ekonomi.

G. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Demak


Sementara perkembangan kehidupan sosial budaya pada masa Kerajaan Demak lebih
berkembang pada agama dan budaya Islam. Hal ini terjadi karena Demak menjadi pusat
penyebaran agama Islam pada saat itu.

Demak menjadi tempat berkumpulnya para walisongo seperti Sunan Kudus, Sunan Kalijaga,
Sunan Bonang dan Sunan Muria. Para wali inilah yang mengambil peranan penting dalam proses
penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Bahkan tidak hanya dalam urusan agama, para
walisongo juga mendukung dan memberikan saran-saran untuk berbagai urusan kepada Raden
Fatah dalam memerintah Kerajaan Demak.

Seperti sunan Kudus yang memberikan strategi penyerangan terhadap kekuatan Portugis dan
membentuk pertahanan yang kuat di Indonesia ini. Dengan demikian terjalin sebuah hubungan
yang hangat antara rakyat dengan para ulama atau wali dan juga Raja atau bangsawan lainnya.

Hubungan hangat ini tercipta dengan didukung adanya sebuah pesantren sebagai pembelajaran
untuk kegiatan agama dan sosial budaya. Dalam perkembangan budaya bisa dilihat dengan
peninggalan sejarah berupa Masjid agung Demak yang memiliki beberapa unsur menarik di
dalamnya. Seperti soko tatal, soko guru dan lawang bledeg.

Sementara itu, pendopo atau serambi masjid kala itu digunakan oleh Sunan Kalijogo untuk
merancang upacara adat perayaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, atau yang lebih
dikenal Sekaten. Tradisi Sekaten ini menggambarkan adanya akulturasi antara kebudayaan
Hindu dengan kebudayaan Islam. Hingga kini tradisi sekaten ini masih terus dilaksanakan, yaitu
di Yogyakarta dan Cirebon.

Dalam kekuasaan pemerintahan Kerajaan Demak kurang lebih yang mampu bertahan hingga
setengah abad, telah menghasilkan beberapa hal yang hingga saat ini masih bisa dinikmati oleh
masyarakat. Diantaranya adalah sebagai berikut:

11
 Sultan Demak yang bernama Senopati Jimbun pernah menyusun sebuah  peraturan
perundang-undangan dalam bidang pelaksanaan hukum. Yaitu pada Kitab Selokantara.
Di dalam kitab tersebut telah dijelaskan bahwa seseorang pemuka agama yang pernah
menjadi hakim maka mendapat sebutan Kertopapatti atau Dharmayaksa.
 Gelar penghulu yang dipakai pada imam di Masjid Demak ternyata didapat sejak zaman
Sunan Kalijaga. Kata Kali berasal dari Bahasa Arab Qadli. Qadli merupakan istilah yang
dipakai untuk para imam-imam masjid.
 Bertambahnya bangunan benteng pertahanan militer di beberapa kota di Jawa  dan
khususnya Demak.
 Peranan masjid yang digunakan sebagai pusat peribadatan kerajaan Islam di Jawa serta
mengadakan hubungan dengan internasional.
 Munculnya berbagai macam kesenian, seperti wayang orang, wayang topeng, tembang
macapat, gamelan, hikayat-hikayat Jawa dan seni pembuatan keris yang semua itu
dipopulerkan pada zaman sunan Kalijaga.
 Perkembangan sastra Jawa di pesisir Pantai Utara Jawa.
Segala kemajuan Kerajaan Demak tersebut tidak terlepas peran perkembangan agama Islam dan
membentuk sebuah pondasi kemasyarakatan Demak yang unggul. Di samping itu, peranan
walisongo juga sangat kental mewarnai segala perkembangan yang terjadi di kesultanan Demak.

H. Perang Saudara Kerajaan Demak


Perang saudara yang terjadi di Kerajaan Demak berawal pasca wafatnya Pati Unus sebagai Putra
Mahkota yaitu anak sulung Raden Patah. Akhirnya hal tersebut memicu perebutan kekuasaan
diantara anak-anak Raden Fatah. Persaingan tersebut terjadi secara ketat antara Pangeran Aeda
Lepen (Kikin) dengan Sultan Trenggono.

Akhirnya kerajaan jatuh pada tangan Sultan Trenggono dengan cara menyuruh anaknya yang
bernama Prawoto untuk membunuh Pangeran seda Lepen. Sultan Trenggono menjadi Sultan
Demak selama 25 tahun yakni pada tahun 1521 hingga 1546 M. Pada masa pemerintahan Sultan
trenggono inilah, Demak mencapai puncak kejayaan dengan memiliki daerah kekuasaan yang
mencapai Jawa Timur dan jawa Barat.

Sultan Trenggono memiliki 2 orang putra dan 4 orang puteri. Anak pertama perempuan
dinikahkan dengan Pangeran Langgar, sementara anak keduanya yakni Sunan Prawoto. Anak
ketiga perempuan dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat (Hadirin) dari Jepara, anak keempat
perempuan menikah dengan Pangeran dari Cirebon, anak kelima perempuan dinikahkan dengan
Jaka Tingkir dan anak yang terakhir adalah laki-laki yakni Pangeran Timur.

Arya Penangsang Jipang yang merupakan anak dari Pangeran Sedo Lepen atau Raden Kikin
telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian ayahnya yang dibunuh oleh Pangeran
Prawoto. Dengan membunuh Sunan Prawoto maka Arya Penangsang bisa menjadi Raja Demak
dan bisa menguasainya.

Pada Tahun 1546 M secara tiba-tiba Sultan Trenggono wafat secara mendadak. Maka secara
otomatis anaknya Sunan Prawoto naik tahta menjadi Raja Demak. Mendengar hal tersebut, Arya
Penangsang bersama pasukan melakukan penyerangan kepada kesultanan Demak. Bertepatan

12
dengan hal tersebut, armada Demak sedang berada dalam keadaan kosong karena dikirimkan ke
Indonesia Timur.

Maka dengan sangat mudah arya Penangsang membungi hanguskan Kerajaan Demak. Kala itu
yang tersisa hanyalah Masjid Demak dan juga Klenteng. Dalam peristiwa ini Sunan Prawoto
melarikan diri ke arah Semarang namun sayangnya gugur dalam pertempuran. Sementara itu,
Arya Penangsang juga berhasil membunuh Pangeran Hadirin yang merupakan suami dari Puteri
Kalinyamat.

Dalam Buku Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa atas kematian suaminya tersebut, Ratu
Kalinyamat melakukan Topo Wuda dan membuat Sayembara barang siapa yang berhasil
membunuh Arya Penangsang maka akan mendapatkan aku dan hartaku.

Sayembara tersebut telah disanggupi oleh Jaka Tingkir yang tidak lain merupakan adik ipar Ratu
Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Akhirnya di tangan Jaka Tingkir Arya penangsang berhasil
dikalahkan dengan dibantu oleh Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan. Sebagai
hadiahnya Ki Ageng Penjawi mendapatkan Tanah Pati  sementara ki Ageng Pemanahan
mendapatkan hadiah tanah Mataram.

Setelah itu, kekuasaan Demak berada di bawah Tangan Jaka Tingkir yang kemudian dipindahkan
ke Pajang. Jaka Tingkir merupakan anak dari Ki Ageng Pengging yang merupakan Bupati di
wilayah Majapahit yakni di daerah Surakarta yang tidak lain merupakan menantu dari Sultan
Trenggono.

I. Kehidupan Politik Kerajaan Demak


Kerajaan Demak dipimpin oleh Raja Pertama yang bernama Raden Fatah. Raden Fah memiliki
gelar Senapati jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidin Panatagama. Setelah
itu, pada tahun 1507 Raden Fatah turun Tahta dan digantikan oleh putera mahkota Pati
Unus.Sayangnya Pati Unus harus meninggal dalam medan pertempuran melawan Portugis.
Karena keberaniannya inilah Pati Unus mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor. Kemudian
Kerajaan dilanjutkan oleh Sultan Trenggono. Pada masa inilah Demak mencapai Puncak
kejayaannya. Demak memperluas daerah kekuasaannya hingga ke Jawa Barat dan juga Jawa
Timur.

J. Masa Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Demak


Masa pemerintahan Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah  setidaknya berlangsung
hingga abad ke 15 hingga abad ke 16. Pada saat itu musuh utama dari Kerajaan Demak adalah
Portugis. Tatkala pada masa melawan Portugis belum usai, beliau meninggal yang kemudian
kekuasaan diteruskan oleh Pati Unus.

Namun sayangnya Pati Unus tidak mampu memimpin dalam waktu yang lama. Pati unus
meninggal dalam pertempuran melawan Portugis di Malaka. Karena keberanian yang dimiliki
inilah Pati Unus  mendapat sebutan sebagai Pangeran Sabrang Lor.

13
Pengganti Pati Unus jatuh pada tangan Sultan Trenggono, yakni saudara Pati Unus. Sultan
Trenggono berhasil memimpin Kerajaan hingga 25 Tahun. Pada saat itu, Demak sedang berada
pada masa kejayaan dan semakin gencar untuk memperluas wilayah kekuasaan.

Sultan Trenggono memperluas wilayah kerajaan ke barat dan juga ke hulu Sungai Brantas yang
saat ini lebih dikenal dengan nama kota Malang. Sebagai lambang kebesaran Islam pada kala itu
didirikan Masjid Agung Demak. Selain itu, Sultan Trenggono pun berhasil mengusir kekuasaan
Portugis di Malaka. Dan dapat diusir dengan pasukan yang dipimpin oleh Fatahillah yang
kemudian menjadi menantu Sultan Trenggono.

Sementara itu, Sultan Trenggono sendiri telah berhasil menaklukkan wilayah di pedalaman
Mataram dan Singasari yang berada di Jawa Timur. Dalam usahanya untuk menaklukkan
Pasuruan, Sultan Trenggono Wafat. Yang kemudian tahta akan diteruskan oleh Sunan Prawoto
sebagai anak dari Sultan Trenggono.

Pada saat wafatnya Sultan Trenggono inilah telah terjadi pertempuran besar di Kerajaan Demak
yang dipimpin oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang dihasut oleh Sunan Kudus untuk bisa
mendapatkan kekuasaan dengan membunuh Sunan Prawoto yang kala itu telah membunuh
Pangeran Seda Ing Lepen (yah Arya Penangsang).

Arya Penangsang dengan dibantu oleh Rangkud memimpin pasukan untuk menyerang Kerajaan
Demak untuk membalas kematian ayahnya. Dalam Babad Tanah Jawi diriwayatkan pada tahun
1549 Rangkud telah berhasil menyusup ke dalam kamar Sunan Prawoto. Sunan Prawoto kala itu
pun mengakui bahwa dialah yang membunuh Pangeran Seda lepen.

Ia mengakui kesalahannya dan bersedia dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Pada saat
itu, Rangkud pun menyetujui hal tersebut kemudian menikam dada Sunan Prawoto hingga
tembus ke belakang. Namun sayangnya, pada saat tersebut istri dari sunan prawoto berada di
balik punggung Sunan Prawoto untuk bersembunyi. Istrinya pun ikut tewas. Melihat istrinya
tewas, Sunan prawoto marah dan membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki.

Arya Penangsang juga membunuh Adipati Jepara, Yaitu Pangeran Hadirin Suami Puteri
Kalinyamat. Demi membalas kematian suaminya, Ratu Kalinyamat mengangkat senjata  untuk
melawan Arya Penangsang dengan dibantu oleh Jaka Tingkir yang merupakan menantu Dari
Sultan Trenggono atau Adik Ipar Ratu Kalinyamat. Akhirnya Joko Tingkir Pun berhasil
menumpas Arya Penangsang dan membawa Kerajaan Demak ke Pajang.

Runtuhnya Kerajaan Demak hampir sama dengan runtuhnya kerajaan Majapahit. Yaitu, karena
gugurnya tokoh-tokoh penting Demak serta rongrongan dari dalam Demak sendiri. Akhirnya
yang membuat lama-kelamaan KerajaDemak mengalami kemunduran dan Runtuh dengan
sendirinya.

14
BAB 3

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kerajaan Islam Demak adalah Kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden
Patah tahun 1475 di Bintoro, Demak.Kerajaan ini hanya berumur pendek. Namun, para rajanya
merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang
berhasil menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu
anaknya, Patih Yunus (Adipati Unus) berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan wilayah
kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.

Setelah wafatnya Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M, memerintahlah raja paling terkenal
dari kerajaan ini yaitu Raden Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah seorang mujahid besar
yang di antara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya Islam ke daerah Jawa Barat. Dia
wafat pada tahun 953 H/1546 M.

B.Saran

1. Sebagai penerus bangsa, kita harus melestarikan budaya dan

Peninggalan – peniggalan sejarah.

2. Sebaiknya kita dapat mengembangkan sejarah yang ada dengan tidak

Menghilangkan budaya asli.

15

Anda mungkin juga menyukai