Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rafi Bagus M

Kelas : X IPS 1
Absen : 25
Mapel : Sejarah Indonesia

MATERI : 7 ( KERAJAAN DEMAK )


TUGAS SEJARAH INDONESIA KELAS X SEMESTER II TAHUN 2021
A. Buatlah makalah sederhana dengan susunan:
1. Latar belakang munculnya kerajaan termasuk letak geografis di dalamnya
2. Sumber sejarah kerajaan baik dari dalam negeri atau luar negeri (jika ada)
3. Perkembangan kerajaan yang meliputi:
a. Politik: berisi informasi raja raja yang memerintah
b. Ekonomi: mata pencaharian penduduk, sumber dana kerajaan dll
c. Sosbud: budaya yang berkembang di masyarakat
4. Puncak perkembangan kerajaan
5. Sebab sebab mengalami kemunduran.
B. Dibuat secara individu (bisa kerja sama untuk materi yang sama, tapi laporan masing-
masing).
C. Ada 18 materi (terdaftar di tulisan berikut) semua tentang Kerajaan Islam di Nusantara di
mana untuk materi no. 1 diperuntukkan untuk absen 1 dan 19, materi no. 2 untuk absen 2
dan 20, materi no.3 untuk absen 3 dan 21 dan seterusnya.

Jawab :
1. Latar Belakang & Letak Geografis
Berdirinya Kerajaan Demak dimulai saat runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad ke-15.
Pada saat berita runtuhnya Kerajaan Majapahit menyebar, beberapa daerah di bawah
kekuasaan Majapahit melepaskan diri. Kadipaten Demak termasuk wilayah yang
melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Pendiri Kerajaan Demak adalah
Raden Patah. Raden Patah merupakan putra terakhir dari Raja Majapahit, Prabu
Brawijaya.

Raden Patah wafat pada tahun 1518 dan pemerintah dipimpin oleh Pati Unus, putranya.
Pati Unus menginginkan Kerajaan Demak menjadi kerajaan dengan kekuatan maritim
yang kuat. Hal ini ditandai dengan kuatnya armada laut Kerajaan Demak.
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah. Kerajaan Demak berkembang
dari sebuah daerah yang bernama Bintoro yang merupakan daerah bawahan Majapahit.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.

2. Sumber Sejarah :
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan tentang
keberadaan kerajaan ini di masa lalu sudah cukup banyak didapatkan. Adapun beberapa
bukti lain yang berupa peninggalan bersejarah seperti bangunan atau benda-benda
tertentu juga masih terpelihara hingga sekarang. Beberapa bangunan atau benda
peninggalan kerajaan Demak yaitu sebagai berikut :
1. Masjid Agung Demak
Peninggalan Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu adalah Masjid Agung Demak.
Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh hingga
saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga menjadi salah
satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam telah menjadi pusat pengajaran dan
penyebaran Islam di Jawa. Jika Anda tertarik untuk melihat keunikan arsitektur dan nilai-
nilai filosofisnya , datanglah ke masjid ini. Letaknya berada di Desa Kauman, Demak –
Jawa Tengah.
2. Pintu Bledek
Dalam bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena itu, pintu bledek bisa diartikan
sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi
pintu utama dari Masjid Agung Demak. Berdasarkan cerita yang beredar, pintu ini
dinamai pintu bledek tak lain karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang
menyambar. Saat ini, pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu
bledek dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi peninggalan
Kerajaan Demak dan kini disimpan di dalam Masjid Agung Demak.
3. Soko Tatal dan Soko Guru
Soko Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai
penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang
digunakan masjid ini, dan berdasarkan cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh
Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan mendapat tugas untuk membuat semua tiang
tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap
berdiri. Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal
atau potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan spiritualnya
dan mengubahnya menjadi soko tatal alias soko guru yang terbuat dari tatal.
4. Bedug dan Kentongan
Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga merupakan
peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh dilupakan. Kedua alat ini
digunakan pada masa silam sebagai alat untuk memanggil masyarakat sekitar mesjid
agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu setelah adzan dikumandangkan.
Kentongan berbentuk menyerupai tapal kuda memiliki filosofi bahwa jika kentongan
tersebut dipukul, maka warga sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5
waktu secepat orang naik kuda.
5. Situs Kolam Wudlu
Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs ini dahulunya
digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir yang berkunjung ke
Masjid untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini situs tersebut sudah tidak digunakan
lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat sebagai benda peninggalan sejarah.
6. Maksurah Maksurah
adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid Demak.
Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada saat Aryo
Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan dalam kaligrafi tersebut
bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.
7. Dampar Kencana
Dampar kencana adalah singgasana para Sultan yang kemudian dialih fungsikan sebagai
mimbar khutbah di Masjid Agung Demak. Peninggalan Kerajaan Demak yang satu ini
hingga kini masih terawat rapi di dalam tempat penyimpanannya di Masjid Demak.
8. Piring Campa
Piring Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak lain adalah
ibu dari Raden Patah. Piring ini jumlahnya ada 65 buah. Sebagian dipasang sebagai
hiasan di dinding masjid, sedangkan sebagian lain dipasang di tempat imam.

3. Perkembangan :
A. Kehidupan Politik
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya
Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai
candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau tahun 1478
Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi raja di
Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayidin Panatagama. Untuk jabatan patih diangkat Ki Wanapala dengan gelar
Mangkurat
Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden
Patah (1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam
mengakui kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana
(Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah
pimpinan putranya yang bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung
dan 12.000 tentara berusaha membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan
menguasai perdagangan di Selat Malaka. Karena pernah menyerang ke Malaka Adipati
Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang pernah menyeberang ke utara).
Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, Kerajaan Demak dipimpin oleh Adipati
Unus (1518-1521). Ia menjadi Sultan Demak selama tiga tahun. Kemudian ia digantikan
oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana (1521- 1546) melalui perebutan takhta
dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen. Untuk memperluas daerah kekuasaannya, Sultan
Trenggana menikahkan putra-putrinya, antara lain dinikahkan dengan Pangeran Hadiri
dari Kalinyamat (Jepara) dan Pangeran Adiwijaya dari Pajang. Sultan Trenggana berhasil
meluaskan kekuasaannya ke daerah pedalaman. Ia berhasil menaklukkan Daha (Kediri),
Madiun, dan Pasuruan. Pada saat melancarkan ekspedisi melawan Panarukan, Sultan
Trenggana terbunuh. Pada masa Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak
sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah, dan sebagian
Jawa Timur.
Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak. Terjadi
perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra Sultan Trenggana) dengan Aria
Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)). Dalam perebutan
kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran
Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon bantuan kepada Adiwijaya di Pajang.
Dalam pertempuran itu, Adiwijaya berhasil membunuh Aria Panangsang. Setelah itu,
Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa
ini menjadi akhir dari Kerajaan Demak.

B. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi
Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut Malaka
dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil. Perdagangan antara
Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi
sebagai pelabuhan transito (penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan
memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah pertanian
yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian,
kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.
Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau
transito antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka, dan
dari Malaka kemudian dibawa para pedagang menuju kawasan Barat. Berkembangnya
perekonomian Demak di samping faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan
hasil-hasil pertanian.

C. Kehidupan Sosial-budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan
diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak
ditinggalkan begitu saja, artinya Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan
kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan
sampai sekarang masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu merupakan
lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid Agung Demak selain kaya
dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu
tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang
disatukan (tatal).

4. Puncak Perkembangan Kerajaan Demak :


Demak mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Sultan
Trenggono merupakan adik dari Adipati Unus. Ia memerintah dari Tahun 1521 sampai
1546.Sultan Trenggono menaklukkan wilayah tidak hanya Sunda Kelapa, wilayah-wilayah
lain seperti Tuban, Madiun, Surabaya, Malang, dan Blambangan, berhasil dikuasai.
Sultan Trenggono juga melakukan pernikahan politik lewat perjodohan Pangeran Hadiri
dengan puterinya; Pangeran Paserahan dengan putrinya (lalu memerintah di Cirebon);
Fatahillah dengan adiknya; Joko Tingkir dengan adiknya. Sultan Trenggono gugur selepas
pertempuran menaklukkan Pasuruan pada 1946 dan posisinya lantas digantikan Sunan
Prawoto.

5. Sebab-sebab Kerajaan Demak mengalami kemunduran :


Kerajaan Demak runtuh karena adanya perang saudara yang saling menginginkan
(memperebutkan) tahta kerajaan. Perebutan ini terjadi setelah meninggalnya Sultan
Trenggono. Yang berhak mewarisi tahta kerajaan sebenarnya adalah Pangeran Sedo
Lepen, tetapi ia terbunuh di tangan Sunan Prawoto.
Kemudian Sunan Prawoto meninggal, karena dibunuh oleh anak dari Pangeran Sedo
Lepen (balas dendam). Anak dari Pangeran Sedo Lepen juga menghabisi anak buah dari
Sunan Prawoto.
Anak Pangeran Sedo Lepen, Aryo Penangsang berebut tahta dengan menantu Sultan
Trenggono, Jaka Tingkir, Sutowijoyo (kelak akan menjadi Panembahan Senopati di
Mataram. Jaka Tingkir naik tahta dan memiliki gelar Sultan Hadiwijoyo dan kekuasaan
dipindah ke Pajang. Demak kemudian ganti status menjadi Kadipaten.

Anda mungkin juga menyukai