Anda di halaman 1dari 18

Kerajaan Demak

1. Letak Geografis

Kerajaan Demak sebelumnya merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau
Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kerajaan Demak
secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di
muara sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut
Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi).

Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola
adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa
Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi
kerajaan Demak.

2. Peletak Dasar

Berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakang oleh melemahnya pemerintahan Kerajaan


Majahpahit atas daerah-daerah pesisir utara jawa.Daerah-daeraj pesisir jawa seperti Tuban dan
Cirebon sudah mendapat pengaruh islam.Dukungan daerah-daerah yang juga merupakam jalur
perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai kerajaan islam yang
merdeka dari Majapahit.

Raja pertama Kerajaan Demak adalah Raden Patah.Ia memerintahkan dari tahun 1500-
1518.Pada masa pemerintahannya,agama islam mengalami perkembangan pesat.Raden Patah
bergelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Palembang Sayidin Panatagama.Pengangkatan Raden
Patah sebagai Raja Demak di pimpin langsung oleh Sunan Ampel Denta dan di dukung oleh
anggota wali lain nya.Pada masa pemerintahannya wilayah Kerajaan Demak meliputi daerah
Jepara,Tuban,Sedayu,Palembang,Jambi,dan beberapa daerah kalimantan.Pada masa
pemerintahannya juga di bangun Masjid Agung Demak yang di bantu oleh para wali dan sunan
sahabat Demak.

Pada waktu Kerajaan Malaka jatuh ke tangan portugis tahun 1511,Raden Patah merasa
berkewajiban untuk membantu,jatuhnya Kerajaan Malaka berarti putusnya jalur perdagangan
nasional.Untuk itu,ia mengirimkan putra,Pati Unus untuk menyerang Portugis di
Malaka.Namun,usaha itu tidak berhasil.

3. Pucak Kejayaan

Sultan Trenggono (1521 - 1546)

Puncak kebesaran Demak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521 -
1546), karena pada masa pemerintahannya Demak memiliki daerah kekuasaan yang luas dari Jawa
Barat sampai Jawa Timur.

Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono inilah pemerintahan Demak mencapai masa


kejayannya. Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana dan gagah berani. dan
berhasil memperlebar wilayah kekuasaannya yang meliputi dari Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada turun-temurun berdirinya demak sampai masa pemerintahan Raden Trenggono Musuh utama
Demak adalah Portugis yang mulai memperluas pengaruhnya ke jawa Barat dan alhasil pihak
portugis bisa mendirikan benteng Sunda Kelapa di jawa barat.

Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda kelapa dibawah
pimpinan Fatahillah yang bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis dari sunda kelapa. Tahun
1527 Fatahillah dan para pengikutnya berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dan Sejak
saat itulah Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang
sempurna danampai saat ini dikenal dengan nama Jakarta.

Sultan Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak dan
untuk mewujudkan cita-cita itu Sultan Trenggono mengambil langkah cerdas sebagai berikut :

 menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang )


dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil
karena Sultan Trenggono meninggal
 menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin
Fatahillah
mengadakan perkawinan politik. Misalnya :
o Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )
o Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
o Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon )
o Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang )

Peninggalan Kerajaan Demak

Peninggalan Kerajaan DemakKerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah dengan masa
pemerintahan dari tahun 1500 sampai 1518 yang saat naik tahta mendapatkan gelar Sultan Alam
Akbar al Fatah. Dari Babad Tanah Jawa, Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V yang
merupakan raja Kerajaan Majapahit terakhir dengan putri Campa. Raden Patah kemudian mulai
menyusun kekuatan armada laut sehingga berkembang menjadi sangat kuat.

Demak juga membantu Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis sebab kepentingan Kerajaan
Demak juga terganggu oleh kehadiran Portugis di Malaka tersebut, akan tetapi sayangnya serangan
yang dilakukan Demak tersebut tidak membuahkan hasil. Raden Patah lalu diganti oleh Adipati
Unus dengan masa pemerintahan mulai tahun 1518 sampai dengan 1521 dan Adipati Unus
meninggal tanpa meninggalkan keturunan sehingga digantikan oleh sang adik Pangeran Sekar
Seda Lepen.
Pangeran Sekar Seda Lepen lalu dibunuh oleh utusan dari kemenakan lain yakni Raden Mukmin,
anak dari Pangeran Trenggana yang kemudian naik tahta serta mendapatkan gelar Sultan
Trenggana dimana Demak mencapai masa kejayaan dan mencakup wilayah yang luas yakni Jawa
Barat yaitu Banten, Cirebon dan Jayakarta, Jawa Tengah dan juga sebagian wilayah Jawa Timur.

Sesudah Sultan Trenggana maka Demak mulai menunjukkan kemunduran dan terjadi perebutan
kekuasaan Arya Panangsang, anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Sunan Prawoto, putra
tertua dari Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kalah oleh Arya Penangsang, namun Arya
Penangsang juga akhirnya dibunuh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggana yang kemudian
menjadi Adipati Pajang. Joko Tingkir yang kemudian diberi gelar Sultan Hadiwijaya
memindahkan pusat Kerajaan Demak ke daerah Pajang.

Keberadaan dari Kerajaan Demak ini diperkuat dengan bukti yang ditemukan, sebagian berupa
bangunan dan sebagian lagi berupa properti nuansa Islam. Peninggalan-peninggalan ini adalah
Pintu Bledeg, Masjid Agung Demak, Soko Guru, Kentongan, Bedug, almaksurah, situs kolam
wudhu dan juga makan sunan Kalijogo dan beberapa peninggalan lainnya. Semuanya ini
berkumpul pada satu tempat yakni Masjid Agung Demak dan berikut penjelasannya.

1. Pintu Bledek

Peninggalan Kerajaan DemakPintu Bledek atau Pintu


Petir merupakan pintu yang dilengkapi dengan pahatan
yang dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo. Dari cerita
yang beredar, Pintu Bledek ini dibuat oleh Ki Ageng
Selo dengan petir yang tersambar memakai kekuatan
supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada
di tengah sawah.

Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian pintu ini dipakai untuk
pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang keadaannya sudah mulai rusak sehingga di simpan
dalam Museum dalam Masjid Agung Demak tersebut.

2. Masjid Agung Demak


Peninggalan Kerajaan DemakPeninggalan Kerajaan
Demak selanjutnya adalah Masjid Agung Demak. Masjid
Agung Demak ini didirikan tahun 1479 Masehi yang kini
sudah berumur sekitar 6 abad tetapi masih berdiri dengan
kokoh sebab sudah dilakukan renovasi sebanyak beberapa
kali. Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai
peninggalan sejarah Kerajaan Demak saja, akan tetapi dulunya merupakan pusat dari pengajaran
serta syiar Islam.

Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari kehadiran Kerajaan Demak Bintoro. Secara
geografis, Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten
Demak Kota, Jawa Tengah. Arsitektur masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur masjid yang ada
di jaman sekarang, Masjid Agung Demak mengguanakn kombinasi gaya budata Jawa Tengah yang
sangat kental dan ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak ini juga melukiskan tentang
hubungan antara Jawa dengan Islam.

Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian sisi
Masjid Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan panjang
keliling 35 x 3 meter. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang dengan total 128
soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama, sementara tiang penyangga
bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga serambi berjumlah 28 serta tiang keliling
sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid Demak memakai material kayu dengan bentuk bulat lengkap
dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga memakai material kayu lengkap dengan
ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik.
3. Soko Guru atau Soko Tatal

Peninggalan Kerajaan DemakSoko Guru atau Soko


Tatal merupakan tiang penyangga dari Masjid Agung
Demak yang terbuat dari material kayu dengan
diameter 1 meter dan berjumlah sebanyak 4 buah.
Semua Soko Guru ini dibuat oleh Sunan Kalijogo dan
menurut cerita Sunan Kalijogo baru menyelesaikan 3
buah soko guru dan Masjid Agung Demak sudah
dibangun serta sudah mulai masuk dalam tahapan pemasangan atap.

Sehingga karena dikejar waktu, Sunan kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau kulit kayu
yang berasal dari sisa pahatan dari 3 soko guru untuk dibuat menjadi 1 soko guru baru memakai
kekuatan spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan inilah yang menyebabkan soko guru diberi
istilah soko tatal.

4. Bedug dan Kentongan

Bedug dan juga kentongan, dulunya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat sekitar
Masjid untuk menandai masuknya waktu sholat. Kedua benda ini ditemukan dalam Masjid Agung
Demak dengan bentuk seperti tapal kuda dengan folosofi saat dibunyikan atau dipukul maka rakyat
sekitar masjid harus datang untuk menunaikan sholat. Bedug dan kentongan ini menjadi
peninggalan sejarah Kerajaan Demak yang juga masih bisa dilihat hingga sekarang.

5. Situs Kolam Wudhu

Kolam wudhu ada di halaman Masjid Agung Demak dan dulu di pakai untuk tempat wudhu para
musyafir dan juga santri yang akan melaksanakan sholat, akan tetapi sekarang kolam wudhu ini
tidak lagi dipergunakan sebagai tempat berwudhu pada saat ingin melaksanakan sholat.
6. Makam Sunan Kalijaga

Makam Sunan KalijagaSunan Kalijaga yang


merupakan salah satu dari 9 Sunan WaliSanga
yang berdakwah di sekitar wilayah Jawa. Sunan
Kalijaga wafat tahun 1520 lalu dikebumikan di
Desa Kadilangu berdekatan dengan Kota Demak.

Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi


sebuah situs yang sering didatangi peziarah dan juga wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air
dan juga menjadi salah satu peninggalan dari Kerajaan Demak.

Banyak orang yang berkunjung untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga diberikan
kemudahan dan juga keberkahan lewat berdoa ini. Situs ini sangat dijaga baik oleh pengelolanya,
agar pengunjung atau peziarah nyaman saat berdoa dan bersholawat.

7. Maksurah

Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding
Masjid Agung Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang merupakan
adipati Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan Allah.

8. Dampar Kencana

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar Kencana merupakan
singgasana untuk para Sultan Demak yang kemudian digunakan sebagai mimbar khotbah pada
Masjid Agung Demak. Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan disimpan pada museum
Masjid Agung Demak agar terhindar dari kerusakan.

9. Piring Campa

Piring Campa merupakan piring porselen sebanyak 65 buah yang saat ini dipasang pada interior
dinding Masjid Agung Demak. Seperti namanya, piring ini merupakan hadiah dari putri Campa
yakni ibu dari Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
10. Serambi Majapahit

Serambi yang ada di Masjid Agung Demak ini terlihat sangat indah dengan arsitektur unik dan
antik yang memiliki arti sejarah didalamnya. Dari sejarah Kerajaan Demak, serambi Majapahit ini
memiliki 8 buah tiang pendopo yang berasal dari Kerajaan Majapahit, akan tetapi saat Kerajaan
Majapahit runtuh, beberapa peninggalannya tidak lagi terawat sehingga Adipati Unus membawa
benda pusaka tersebut menuju Demak yang sekarang ditempatkan di serambi Masjid Agung
Demak dan masih bisa dilihat sampai sekarang.

11. Mihrab

Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak yang
didalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo. Prasasti Condro Sengkolo ini
mempunyai arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. Ini membuat
kesimpulan jika di masa Kerajaan Demak juga sudah mengenal Mihrab atau pengimaman yang
berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya Islam dan juga Jawa.

12. Dampar Kencono

Jika dilihat dari sejarah, Dampar Kencono merupakan Peninggalan Kerajaan Majapahit, sebab
Dampar adalah hadiah yang diberikan Prabu Bhrawijaya ke V yakni Raden Kertabumi untuk
Raden Patah yang merupakan raja pertama Kerajaan Demak sehingga ahli sejarah mengatakan jika
di masa akhir Kerajaan Majapahit, banyak rakyat yang sudah memeluk agama Islam.

13. Pawestren

Peninggalan Kerajaan DemakDari sejarah


Kerajaan Demak dikatakan jika faham Islam
sudah maju pada saat tersebut dan jamaah sholat
laki-laki serta perempuan sudah dipisahkan.
Tempat sholat berjamaah perempuan ini
dinamakan pawestren.
Pawestern ini merupakan bangunan dengan 8 tiang penyangga yang 4 tiang uatam di topang
belandar balok bersusun tiga lengkap dengan ukiran motif Majapahit. Motif maksurah tahun 1866
Masehi ini diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat.

14. Surya Majapahit

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya Majapahit merupakan
gambar dekorasi bentuk segi delapan yang sangat terkenal di era Majapahit. Beberapa sejarawan
memperkirakan jika benda tersebut merupakan lambang Kerajaan Majapahit, sementara Surya
Majapahit yang terdapat di Masjid Agung Demak tersebut dibuat tahun 1401 tahun saka atau 1479
Masehi.

4. Keruntuhan

Setelah Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, antara


Pangeran Seda ing Lepen dan Sunan Prawoto (putra Sultan Trenggana). Pangeran Sekar Sedo
Lepen yang seharusnya menggantikan Sultan Trenggono dibunuh oleh Sunan Prawoto dengan
harapan ia dapat mewarisi tahta kerajaan. Putra Pangeran Sedo Lepen yang bernama Arya
Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian ayahnya dangan membunuh Sunan Prawoto.
Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri ( suami Ratu
Kalinyamat, adik Sunan Prawoto). Pangeran Hadiri dianggap sebagai penghalang Arya
Penangsang untuk menjadi sultan Demak. Setelah berhasil membunuh Sunan Prawoto dan
beberapa pendukungnya. Naiknya Arya Penangsang ke tahta kerajaan tidak disenangi oleh
Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir , menantu Sultan Trenggono. Arya Penangsang dapat
dikalahkan oleh Jako Tingkir yang selanjutnya memindahkan pusat kerajaan ke Pajang.

5. Suksesi Kepemimpinan

Silsilah Kerajaan Demak Bintoro

1. Patah (1478-1513)

Raden Patah memerintah dari tahun 1500 sampai dengan 1518 yang merupakan pendiri dari
Kerajaan Demak yang sebelum mendirikan Kerajaan Demak tersebut dikenal dengan nama
Pangeran Jimbun. Sesudah mendirikan Kerajaan Demak maka ia memiliki gelar Sultan Alam
Akbar al Fatah. Raden Patah lalu membangun Masjid Agung Demak yang berada di pusat kota
alun-alun Demak. Pada tahun 1513, ia mengutus putranya yakni Pati Unus beserta armadanya
menyerang Portugis di Malaka, Walau serangan tersebut sudah mendapat bantuan dari Palembang
dan Aceh, namun tetap saja tidak berhasil sebab persenjataan tidak bisa mengalahkan Portugis.

2. Pati Unus (1518-1521)

Pati Unus memerintah dari tahun 1518 sampai dengan 1521 di saat Raden Patah menutup usia.
Pati Unus dikenal sebagai seorang panglima perang yang berani dan sempat memimpin perang
melawan Portugis di Malaka. Dengan keberaniannya tersebut, ia mendapatkan gelar Sabrang Lor
dan ia juga mengutus Katir untuk memblokade Portugis di Malaka dan menyebabkan Portugis
mengalami krisis pangan.

3. Sultan Trenggono (1521-1546)

Sultan Trenggono memerintah muali tahun 1521 smapai dengan 1546 menggantikan Pati Unus,
sebab Pati Unus tidak mempunyai anak sebagai pewaris tahta. Pada pemerintahan Sultan
Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan dimana ia terkenal sebagai raja bijaksana
serta berani sampai ia akhirnya berhasil memperluas kekuasaan mencapai wilayah Jawa Timur dan
juga Jawa Barat. Tahun 1522, Sultan Trenggono mengutus tentaranya menuju Sunda Kelapa
dipimpin oleh Fatahillah yang berhasil menyingkirkan Portugis keluar dari Sunda Kelapa sehingga
Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta dengan arti kemenangan sempurna sehingga saat ini
dinamai dengan Jakarta.

Pada pemerintahannya, Sultan Trenggono juga memiliki niat untuk menyatukan Pulau Jawa
berada di bawah kekuasaan Demak dan ia mengambil beberapa langkah untuk mewujudkan hal
tersebut yakni menyerang Pasuruan di Jawa Timur yaitu Kerajaan Hindu Supit Urang yang
dipimpin dirinya sendiri, serangan ini tidak menghasilkan sebab Sultan Trenggono wafat.
Sebelumnya ia juga menyerang wilayah Cirebon serta Sunda Kelapa yang dipimpin Fatahillah. Ia
juga menggelar perkawinan politik seperti Pangeran Hadiri yang dijodohkan dengan putrinya
yakni adipati jepara dan Fatahillah dijodohkan dengan adiknya, sementara Pangeran Pasarehan
dijodohnkan dengan putrinya yang kemudian menjadi Raja di Cirebon dan Joko Tingkir
dijodohkan dengan putrinya adipati Pajang.
4. Sultan Prawata (1546-1561)

Tujuan awal Sultan Prawata akhirnya menjadi kenyataan, setelah ia berhasil membunuh Pangeran
Sekar Seda Lapen dan ayahandanya Sultan Trenggana wafat. Maka, pewaris Keraton Demak yang
lain adalah Sunan Prawata. Pada masa pemerintahan Sultan Prawata ini diwarnai oleh suasana
balas dendam. Kisah-kisah dalam babad dan kisah Jawa Tengah memuat kisah romantis mengenai
pembunuhan Sultan Prawata. Konon, ia bersama istrinya di bunuh atas perintah Arya Penangsang
sebagai balas dendam atas kematian ayah Arya Penangsang yang sebelumnya juga dibunuh atas
perintah Sunan Prawata.

Suatu hari Arya Penangsang memanggil bawahannya yang bernama Rangkud dan diperintahkan
ke Prawata untuk membunuh Sunan Prawata, setibanya disana Rangkud menjumpai Sunan
Prawata yang sedang sakit dan bersandar pada istinya.

Kemudian tanpa berfikir panjang Rangkud segera menancapkan kerisnya dengan sekuat tenaga
kedada Sunan Prawata dan ternyata keris itu menembus sampai punggung dan melukai dada
permaisuri. Ketika mengetahui permaisurinya luka, Sunan Prawata marah dan segera menarik
kerisnya yang bernama Kyai Belok dan dilemparkannya kepada Rangkud.

Rangkud terluka terkena keris mata itu, jatuh lalu tewas seketika. Sunan Prawata dan
permaisurinya pun kemudian tewas. Pemerintahan pendek Sunan Prawata di Demak Bintoro
merupakan antiklimaks terhadap masa kejayaan raja yang terdahulu.

5. Arya Penangsang

Pembunuhan Pangeran Sekar oleh Sunan Prawata, menjadi pangkal persengketaan di Kerajaan
Demak. Arya Penangsang putera Pangeran Sekar Seda Lapen berusaha menuntut balas atas
kematian ayahnya. Arya Penangsang beranggapan bahwa ia juga berhak atas tahta kerajaan
Demak, sehingga ia berusaha untuk menumpas keturunan Sultan Trenggana. Apalagi ia mendapat
dukungan secara penuh dari gurunya, Sunan Kudus. Arya Penangsang dituduh telah banyak
melakukan kejahatan dan pembunuhan terhadap keturunan Sultan Trenggana. Selain membunuh
Sunan Prawata dan isterinya, ia juga membunuh Pangeran Hadiri suami Ratu Kalinyamat.

Pembunuhan Pangeran Hadiri berhasil dijalankan, peristiwa pembunuhan tersebut terjadi ketika
Pangeran Hadiri mengantarkan isterinya, Ratu Kalinyamat untuk menuntut keadilan kepada Sunan
Kudus atas pembunuhan Sunan Prawata oleh Arya Penangsang.
Setelah Sunan Prawata dan Pangeran Hadiri meninggal, terbuka kesempatan bagi Arya Penagsang
untuk menduduki tahta kerajaan Demak.

Kemungkinan menjadi raja Demak menjadi semakin kuat. Tetapi saat itu Sunan Kudus berkata
“Kakakmu Prawata dan Hadiri telah mati. Namun hatiku belum merasa lega jika engkau belum
menjadi raja yang menguasai seluruh tanah Jawa. Sunan Pajang masih ada, aku kira engkau tidak
dapat menjadi raja, karena dialah yang menyulitkanmu. Sehingga Arya Penangsang mencoba
membunuh Adipati Pajang Hadiwijaya. Segala cara sudah dilakukan oleh Arya Penangsang untuk
membunuh Hadiwijaya tetapi selalu gagal dan justru Arya Penangsanglah yang tewas ditangan
Adipati Pajang Hadiwijaya. Semula Pangeran Hadiwijaya tidak begitu menghendaki tahta
kerajaan Demak, karena ia hanyalah menantu dari putri yang terkecil, namun karena melihat ulah
Arya Penangsang yang membabibuta serta menyaksikkan betapa penderitaan dan kesedihan Ratu
Kalinyamat, kakak iparnya, maka ia kemudian menyusun strategi untuk menghadapi Arya
Penangsang. Sehingga akhirnya Arya Penangsang tewas di tangan Adipati Pajang Hadiwijaya.

6. Keberlanjutan Tradisi Islam Setelah Keruntuhan Kerajaan Islam Di Indonesia

1. Keraton atau Istana

Keraton atau istana merupakan bangunan luas yang dipakai sebagai tempat tinggal raja atau ratu
yang sedang memerintah.

Selain itu, keraton juga biasanya difungsikan untuk menjalankan urusan-urusan kerajaan. Keraton
umumnya dikelilingi oleh tembok besar yang tinggi sebagai simbol “pemisah” antara raja dengan
rakyat biasa.

Di Indonesia sendiri ada cukup banyak peninggalan kerajaan Islam berupa keraton yang masih
sangat terjaga sampai hari ini, seperti:

 Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Daerah Istimewa Yogyakarta)


 Pura Pakualaman (Daerah Istimewa Yogyakarta)
 Keraton Surakarta Hadiningrat (Jawa Tengah)
 Pura Mangkunegaran (Jawa Tengah)
 Keraton Banten (Banten)
 Keraton Kasepuhan (Jawa Barat)
 Keraton Kanoman (Jawa Barat)
 Keraton Kacirebonan (Jawa Barat)
 Keraton Maimun (Sumatra Barat)
 Istana Bima (Nusa Tenggara Barat)

2. Masjid

Peninggalan kerajaan Islam yang kedua yang bisa dengan mudah kita temui adalah masjid. Ya,
sebagai tempat ibadah sudah tentu bangunan ini menjadi poin yang tidak mungkin dilewatkan oleh
para anggota kerajaan pada masanya.

Umumnya, masjid dibangun di alun-alun dekat dengan keraton. Di Indonesia, ada banyak
peninggalan kerajaan Islam yang berwujud masjid, antara lain:

 Masjid Agung Demak (Demak)


 Masjid Agung Surakarta (Surakarta)
 Masjid Kudus (Kudus)
 Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon)
 Masjid Sunan Ampel (Surabaya)
 Masjid Agung Banten (Banten)
 Masjid Sendang Duwur (Tuban)
 Masjid Baiturrahman (Aceh)
 Masjid Agung Yogyakarta (Yogyakarta)
 Masjid Mantingan (Jepara)

3. Makam dan Batu Nisan

Selain keraton dan masjid, makam lengkap beserta batu nisannya yang bercorak Islam juga banyak
ditemukan di Indonesia sebagai bukti peninggalan sejarah kerajaan Islam.

Beberapa makam kuno bernapaskan Islam di antaranya:

 Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon (Jawa Barat)


 Makam Sunan Tembayat di Klaten (Jawa Tengah);
 Makam Troloyo di Mojokerto (Jawa Timur)
 Makam raja-raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta
 Kompleks makam Sultan Hasanuddin di Gowa (Sulawesi Selatan)
 Makam Sunan Bonang di Tuban (Jawa Timur)
 Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon (Jawa Barat)

Sedangkan batu nisan peninggalan kerajaan Islam biasanya ditandai dengan corak tulisan Arab
dengan desain kaligrafi pada permukaannya.

Beberapa nisan peninggalan kerajaan Islam di Indonesia yang bisa kita jumpai antara lain:

 Batu nisam makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, Jawa Timur. Batu nisan ini
berangka tahun 1082 M atau 475 H.
 Batu nisan makam Sultan Malik al Saleh dari Samudra Pasai. Batu nisan ini berangka tahun
1297 M atau 696 H.
 Batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur. Batu nisan ini berangka
tahun 1419 M atau 822 H.
 Batu nisan makam berangka tahun 1380 M (781 H) dan 1389 M (789 H) di Munje Tujoh,
Aceh Utara.

4. Pesantren

Budaya Islam memang snagat kuat pengaruhnya di segala bidang, termasuk di bidang pendidikan.
Nah, salah satu bukti bahwa agama Islam memiliki pengaruh yang cukup bisa diperhitungkan
adalah berdirinya sekolah berbasis agama atau yang biasa disebut dengan pesantren.

Lembaga pendidikan yang satu ini memang sudah ada sejak Islam mulai berkembang di Indonesia.

Di Indonesia sendiri ada cukup banyak pesantren yang menjadi rujukan para pelajar yang ingin
menimba ilmu umum dan ilmu agama, seperti Pesantren Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren
Prabu Giri Satmaka di Gresik. Pesantren Ampel Denta sendiri didirikan oleh Sunan Ampel, salah
seorang anggota Walisongo.

5. Seni dan Sastra

Tidak hanya pada bidang pendidikan, masuknya Islam ke Indonesia juga berpengaruh besar
terhadap perkembangan seni dan sastra di Tanah Air.

Ada cukup banyak peninggalan Islam di bidang sastra yang terkenal sampai sekarang, seperti
Hikayat Panji Inu Kertapati, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Si Miskin,
Hikayat Bahtiar, Hikayat Hang Tuah, Syair Abdul Muluk, serta Gurindam Dua Belas.
6. Perayaan Keagamaan

Cukup banyak perayaan keagamaan peninggalan kerajaan Islam yang turun temurun dilestarikan
sampai hari in, di antaranya adalah Garebek Besar, Garebek Syawal, dan Garebek Maulud atau
Sekaten yang diadakan di Keraton Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon.

Ada juga perayaan Tabuik yang dilaksanakan di Sumatera Barat. Festival Tabuik sendiri
merupakan perayaan untuk mengenang meninggalnya Hussein, putra Khalifah Ali bin Abi Thalib
yang tidak lain adalah cucu Nabi Muhammad SAW.

7.Kaligrafi

Selain masjid, peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang masih dapat kita jumpai hingga kini
adalah seni kaligrafi. Bagi Anda yang belum tahu, kaligrafi adalah suatu seni menulis huruf Arab
dengan gaya dan susunan yang indah. Tulisan Arabnya sendiri umumnya diambil dari potongan
surat atau ayat-ayat dalam Al Quran. Seni kaligrafi yang menjadi peninggalan sejarah Islam di
Indonesia pada masa silam dapat kita temukan sebagai hiasan ukir atau tulis misalnya pada dinding
masjid, gapura, atau pada batu nisan.

7. Perbedaan antara Kerajaan Islam Dengan Hinddu – Buddha

1. Konsep Kekuasaan di Kerajaan-kerajaan Bercorak Hindu atau Buddha

Sejak zaman Prasejarah, yakni sebelum masuknya pengaruh Hindu Buddha, sebenarnya telah
terdapat semacam pola atau sistem tertentu dalam hubungan antara "pemimpin" dan "rakyat". Pada
zaman Megalitikum telah terdapat struktur pemerintahan yang sederhana. Seorang pemimpin
masyarakat yang kurang lebih setingkat dengan desa dipilih berdasarkan asas primus interpares,
artinya pemimpin dipilih dari orang yang memiliki kelebihan dan keunggulan dari yang lain
(disegani dan sakti) sehingga mampu melindungi dan mengayomi masyarakatnya.

Dengan adanya pengaruh Hindu Buddha dari India menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
terhadap kebudayaan Indonesia asli. Pengaruh Hindu Buddha bukan saja mengantarkan bangsa
Indonesia memasuki zaman Sejarah, tetapi juga membawa perubahan dalam susunan
masyarakatnya, yakni timbulnya kedudukan raja dan bentuk pemerintahan kerajaan. Dengan
demikian, pola kepemimpinan yang ada kemudian meningkat menjadi sistem kerajaan. Itulah
sebabnya kemudian muncul sebutan raja. Untuk memperkuat kedudukan raja maka ada kebiasaan
untuk mengundang brahmana untuk pentasbihan (abhiseka= penobatan), dan sekaligus
menjadikannya sebagai penasihat spiritual raja.

Selanjutnya untuk menjaga kelestarian suatu kekuasaan maka muncul prinsip geneology kinship
(keturuan). Artinya yang berhak menjadi raja adalah keturunannya. Di samping itu, menurut
konsep Jawa orang yang menjadi raja ialah orang yang mendapatkan "wahyu". Hal ini
menunjukkan bahwa kekuasaan raja itu datangnya dari "atas" (Dewa = Tuhan). Dengan
berlandaskan ajaran Hindu Buddha maka muncullah "kultus dewa raja", dalam pengertian
kekuasaan raja seperti dewa. Raja dianggap sebagai penjilmaan dewa sehingga apa yang dikatakan
raja adalah benar, "sabda pandita ratu datan kena wola-wali".

Dengan demikian, pengaruh Hindu–Buddha turut membentuk konsep kekuasaan yang berpusat
pada raja dan muncullah "kultus dewa raja". Kekusaan raja sangatlah besar, raja berwenang
memerintah seluruh negara (menang wisesa sa nagari). Di balik kekuasaannya yang besar raja juga
harus mengimbangi dengan kewajibannya yang besar pula, yakni mampu melindungi rakyatnya
sehingga tercipta kedamaian dan ketentraman.

Oleh karena itu, kemudian muncul suatu konsep tentang idealnya seorang raja, yakni harus
memiliki sifat "astabrata" atau delapan kebajikan sebagai seorang pemimpin seperti yang dimiliki
oleh delapan dewa dalam kepercayaan Hindu, seperti berikt ini:

a. memiliki jiwa dermawan, sifat Dewa Indra;

b. memiliki kemampuan untuk menekan semua kejahatan, sifat Dewa Yama;

c. memiliki kebijaksanaan, sifat Dewa Surya;

d. memiliki sifat kasih sayang, welas asih terhadap rakyat, sifat Dewa Candra;

e. memiliki pandangan yang luas dan tajam, sifat Dewa Bayu;

f. mampu menciptakan keamanan, ketenteraman dan kesejerahteraan, sifat Dewa Kuwera;

g. mampu menghadapi berbagai macam kesulitan, sifat Dewa Baruna;

h. memiliki keberanian yang menyala-nyala dan tekad yang bulat, sifat Dewa Brahma.

2. Konsep Kekuasaan di Kerajaan-Kerajaan Islam


Jika masa Hindu–Buddha, konsep kekuasaan diwarnai oleh nilai-nilai religius Hindu–Buddha
sehingga muncul kultus dewa raja maka pada masa kerajaan-kerajaan Islam, konsep kekuasaan
juga diwarnai nilai-nilai religus, yakni islamisme. Raja pada masa kerajaan-kerajaan Islam
menggunakan gelar sultan atau susuhunan. Sultan adalah istilah dalam bahasa Arab yang jika di
indonesiakan sama dengan raja yakni penguasa kerajaan. Susuhunan dari kata suhun yang artinya
terhormat, disembah/dipuji.

Jika pada masa Hindu–Buddha para brahmana berperan sebagai penasihat raja maka pada masa
Islam yang menjadi penasihat raja ialah pada wali/sunan atau kiai. Raja pada masa Islam juga
memiliki kekuasaan yang besar sepertipada masa kerajaan-kerajaan Hindu–Buddha. Bahkan,
untuk raja-raja Jawa umumnya dan Mataram Islam khususnya, muncul konsep keagung-
binatharaan.

Dalam dunia pewayangan kekuasaan yang besar itu bisa digambarkan sebagai gung binathara bau
dhendha nyakrawati (sebesar kekuasaan dewa, pemelihara hukum dan penguasa dunia). Raja tidak
hanya berkuasa di bidang politik, tetapi juga di bidang agama sehingga muncul gelar Sayidin
Panatagama.

Raja yang dikatakan baik adalah raja yng menjalankan kekuasaannya dalam keseimbangan antara
kewenangannya yang besar dan kewajibannya yang besar juga. Konsep itulah yang disebut
keagungbinatharaan, yakni berbudi bawa leksana, ambeg adil para marta, (meluap budi luhur
mulia dan sikap adilnya terhadap sesama).

Selain itu, tugas raja adalah anjaga tata titi tentreming praja (menjaga keteraturan dan
ketenteraman hidup rakyat) supaya tercapai suasana karta tuwin raharja (aman dan sejahtera). Jika
diibaratkan sama dengan konsep Hindu Buddha berupa astabrata. Selanjutnya, untuk pembinaan
kekuasaan dilakukan dengan menyusun silsilah (silsilah politik) sebagai garis keturunan yang
berhak menggantikan takhta kerajaan.

Sumber :

https://paseban-jati.blogspot.co.id/2015/01/babad-demak-suksesi-kepemimpinan.html

http://abisejarah.blogspot.co.id/2015/12/sejarah-singkat-kerajaan-demak.html

http://sejarah-andychand.blogspot.co.id/2012/05/kerajaan-demak.html
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/peninggalan-sejarah-islam-di-Indonesia-gambar.html

https://www.islamfuture.net/peninggalan-kerajaan-islam-di-indonesia/

http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-demak

http://www.materisma.com/2014/09/perbandingan-konsep-kekuasaan-di.html

Anda mungkin juga menyukai