Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH LAPORAN SEJARAH

“KERAJAAN DEMAK”

ZAHRA FAJAR FITRIANI

35/X7

SMA NEGERI 3 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


• SEJARAH KERAJAAN DEMAK
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam Jawa yang berdiri pada
perempat akhir abad ke-15 di Demak. Demak sebelumnya merupakan kadipaten yang
tunduk pada Majapahit yang telah melemah saat itu untuk beberapa tahun sebelum
melepaskan diri. Menurut cerita tradisional Jawa yang populer, kerajaan ini didirikan oleh
Raden Patah, anak raja Majapahit terakhir. Demak memainkan peran penting dalam
mengakhiri pemerintahan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa. Sepanjang setengah
awal abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan
Trenggana. Pada masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di
Pulau Jawa hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam. Salah satu
pelabuhan yang ditaklukkan Demak adalah Sunda Kelapa, yang pada waktu itu berada dalam
kekuasaan Kerajaan Sunda. Hubungan aliansinya dengan Imperium Portugal sejak 1511
menjadi ancaman bagi Demak. Pada 1527, pasukan dari Demak dan Cirebon yang dipimpin
oleh Fatahillah melancarkan serangan sukses ke Sunda Kelapa yang memukul mundur
Portugal dan Sunda. Fatahillah kemudian mengganti nama pelabuhan tersebut menjadi
Jayakarta. Di luar Jawa, Demak memiliki kekuasaan atas Jambi dan Palembang di Sumatra
bagian timur. Kerajaan mulai mengalami kemunduran ketika Trenggana terbunuh dalam
perang melawan Panarukan pada 1546. Sunan Prawoto kemudian naik takhta
menggantikannya, tetapi dibunuh pada 1547 oleh suruhan Arya Panangsang, penguasa
Jipang yang ingin menjadi raja Demak. Perang perebutan takhta segera terjadi dan berakhir
dengan dibunuhnya Arya Penangsang oleh Joko Tingkir, penguasa Pajang, sebagai hukuman.
Joko Tingkir kemudian memindahkan kekuasaan Demak ke Pajang, tempat kekuasaannya.
Dengan demikian Kerajaan Demak berakhir dengan didirikannya Kesultanan Pajang

• PENINGGALAN KERAJAAN DEMAK


Beberapa peninggalan Kerajaan Demak yang masih dapat ditemukan dan menjadi
sumber sejarah antara lain:
1 .Soko Tatal
Soko Tatal berbentuk tiang penyangga dari Masjid Agung Demak. Selain Soko Tatal juga ada
Soko Guru. Soko Guru merupakan tiga buah tiang berdiameter sakitar satu meter untuk
menyangga Masjid Agung Demak. Sedangkan Soko Tatal sendiri terbuat dari potongan kayu
yang berasal dari kayu siswa pembuatan dari Soko Guru.
2. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota. Diperkirakan masjid
ini didirikan pada tahun 1479 M. Hingga kini Masjid Demak masih kokoh berdiri di pusat
kota Demak setelah beberapa renovasi.
3. Pawastren
Pawastren merupakan tempat berwudhu untuk jamaah perempuan. Pawastren memiliki
dinding yang sangat indah dengan ukiran berupa motif majapahitan atau dinamakan
maksurah.
4. Makam Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga terletak di Desa Kadilangu, Kecamatan Demak. Makam Sunan
Kalijaga menjadi situs yang sering didatangi peziarah dari berbagai wilayah tanah air dan
menjadi peninggalan Kerajaan Demak.

• Faktor Perkembangan Kerjaan Demak


1. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak
Letak strategis di pesisir pantai Jawa membuat Demak menjadi bandar perdagangan yang
maju bersama Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon dan Sunda Kelapa.
Selain perdagangan, Kerajaan Demak juga didukung komoditas ekspor seperti beras dari
pedalaman yang dihasilkan dari kadipaten – kadipaten seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati
dan Pajang. Komoditas ini diekspor melalui jalur perdagangan internasional di Nusantara.
2. Kehidupan Politik kerajaan Demak
Kerajaan Demak mampu mengakhiri kedigdayaan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda.
Setelah berdiri sendiri, Kerajaan Demak menempatkan adipati – adipati di daerah – daerah
sebagai perpanjangan tangan Sultan. Daerah tersebut seperti Surabaya, Tuban, dan Madiun
yang memiliki adipati yang sangat berpengaruh. Selama Kerajaan Demak berdiri, kerajaan
ini sering bersinggungan dengan bangsa barat. Salah satu diantaranya ketika terjadi
perebutan Sunda Kelapa pada tahun 1527 dengan Portugis.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Demak


Berbeda dengan kerajaan Hindu maupun Buddha, di agama Islam tidak terdapat kasta
dalam kehidupan sosialnya. Pada agama Islam juga tidak terdapat ritual – ritual yang
mengeluarkan biaya layaknya yang dilakukan di agama Hindu. Sistem sosial Kerajaan Demak
bersifat egaliter, artinya terdapat kesetaraan antara rakyat dan pemimpin yang dapat dilihat
ketika pelaksanaan sholat Jumat.

• Raja-Raja Kerajaan Demak


1. Raden Patah (1500-1518 M)
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, salah satu putra dari raja Majapahit dari istri
raja yang berasal dari Cina yang telah masuk Islam. Raden Patah memimpin sejak 1500 M.
Dibawah kepemimpinan Raden patah, Demak mampu berkembang menjadi pusat agama
Islam uyang dikembangkan melalui peran Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah
merupakan periode awal berkembangnya Islam di Jawa.
2. Adipati Unus (1518-1521 M)

Pasca meninggalnya Raden Patah pada tahun 1518 M, Kesultanan Demak diambil alih oleh
putranya Adipati Unus (1488-1521 M). Keberaniannya dalam perang membuat Adipati Unus
mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor. Pada tahun 1521, Adipati Unus memimpin
penyerbuan ke Malaka yang dikuasai Portugis. Dalam pertempuran tersebut, Adipati Unus
gugur dan digantikan oleh Sultan Trenggana, merupakan raja ketiga Kesultanan Demak.
3. Sultan Trenggana (1521-1546)
Kesultanan Demak mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggana.
Wilayah Demak meluas hingga ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada tahun 1527, dibawah
pimpinan Fatahillah, Demak bersama Cirebon mampu mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Nama Sunda Kelapa diganti menjadi “Jayakarta” yang berarti kemenangan yang sempurna.
Pada tahun 1546 Demak melakukan penyerangan ke Penarukan Situbondo, yang dikuasai
Kerajaan Blambangan, Sultan Trenggana tewas terbunuh dalam pertempuran ini.
4. Sunan Prawata (1546-1549 M)
Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggana. Pasca terbunuhnya Sultan
Trenggana, perpindahan kekuasaan ke anaknya tidak berjalan mulus. Pangeran Surowiyoto
atau Pangeran Sekar berusaha untuk menduduki kekuasan Kesultanan Demak dengan
mengalahkan Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana. Sunan Prawata membunuh Pangeran
Surowiyoto yang menyebabkan surutnya dukungan kepada Sunan Prawata. Akibatnya,
Sunan Prawata memilih memindahkan pusat kerajaan ke Pati. Masa kekuasaan Sunan
Prawata tidak berlangsung lama setelah Arya Penangsang, putra dari Surowiyoto melakukan
pembunuhan terhadap Sunan Prawata pada tahun 1549 M.
5. Arya Penangsang (1549-1554 M)
Arya Penangsang menduduki tahta Kerajaan Demak setelah melakukan pembunuhan
terhadap Sunan Prawata. Selain itu, ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri / Kalinyamat
sebagai penguasa Jepara yang dianggapnya berbahaya bagi kekuasaannya. Hal ini membuat
para adipati Demak tidak senang, salah satu diantaranya adalah Hadiwijaya dari Pajang.
Kekusaan Demakpun dipindah dari Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang.
Masa pemerintahan Arya Penangsang berakhir pada tahun 1554 setelah Hadiwijaya yang
dibantu Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi dan anaknya Sutawijaya melakukan
pemberontakan. Arya Penangsang tewas dan kedudukan Sultan Demak diduduki oleh
Hadiwijaya yang memindahkan kekuasannya ke Pajang, menandai berakhirnya Kerajaan
Demak.

Anda mungkin juga menyukai