Anda di halaman 1dari 8

Nama: Muh Izzul Ispar

kelas: X IPS 2

Kerajaan Demak

Kerajaan Demak mulanya merupakan sebuah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan

dari Kerajaan majapahit. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Demak lalu mulai

memisahkan diri dari Ibu Kota di Bintoro. Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam

pertama yang ada di Pulau Jawa.

Kerajaan Demak pertama kali didirikan oleh Raden Patah. Kerajaan demak memiliki

lokasi yang sangat strategis karena terletak antara pelabuhan bergota dari kerajaan

Mataram Kuno dan Jepara, kedua tempat inilah yang telah membuat Demak menjadi

kerajaan dengan pengaruh sangat besar di Nusantara.


Kerajaan Demak didirikan oleh raden Patah asal yang masih keturunan dari Majapahit

dengan seorang putri dari Campa.

Daerah kekuasaan dari Kerajaan Demak mencakup Banjar, Palembang dan Maluku serta

bagian utara pada pantai Pulau Jawa.

KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN DEMAK

Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati Jumbung

Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.

Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya yang

bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya sudah pernah

memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang berada di Selat

Malaka.

Sayangnya, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena

keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati

unus mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.


Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya yang

bernama Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak kejayaannya.

SEJARAH KERAJAAN DEMAK

Raja raja kerajaan Demak

1.Raden Patah

2. Pati Unus

3. Trenggana

4. Sunan Prawoto

Setelah berkuasa, lalu Sultan Trenggana mulai melanjutkan upaya dalam menahan

pengaruh dari Portugis yang sedang berusaha untuk mengikat kerjasama bersama

kerajaan Sunda atau Pajajaran.

Kala itu, Raja Samiam yang berasal dari kerajaan Sunda sudah memberikan izin untuk

mendirikan kantor dagangnya di Sunda Kelapa. Oleh karena itu, Sultan Trenggana

akhirnya mengutus Fatahillah atau Faletehan untuk bisa mencegah supaya Portugis tidak

dapat menguasai wilayah Sunda Kelapa dan Banten.


Sunda Kelapa merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pada waktu itu, Portugis

membangun benteng yang ada di Sunda Kelapa. Namun, kerajaan Demak tak senang

dengan adanya keberadaan orang-orang Portugis tersebut.

Akhirnya, Fatahillah lalu berhasil dalam mengalahkan Portugis. Banten dan Cirebon

akhirnya dapat dikuasai oleh Fatahillah bersama pasukannya.

Karena jasanya ini, untuk mengenang kemenangan tersebut maka Sunda Kelapa lalu

diganti namanya menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527. Kejadian itu membuat

Sultan Trenggana menjadi Raja terbesar yang ada di Demak.

Pasukan Demak mulai terus bergerak menaklukan pedalaman dan berhasil dalam

menundukkan sebagian wilayah yang berada di Timur.

Daerah-daerah yang masih memiliki kerajaan Hindu dan Buddha yang berada di Jawa

Timur lalu satu persatu dikalahkan yakni Wirosari dan Tuban pada tahun 1528, Madiun

pada tahun 1529, Lamongan, Blitar, Pasuruan dan Wirosobo pada tahun 1541 sampai

dengan 1542.

Mataram, Madura dan Pajang pun akhirnya jatuh kedalam kekuasaan kerajaan Demak.

Demi dapat memperkuat kedudukannya maka Sultan Trenggana mengawinkan putrinya

dengan Pangeran Langgar yang menjabat Bupati Madura.

Selanjutnya, Putra Bupati Pengging yang bernama Tingkir juga diambil menjadi menantu

Sultan Trenggana dan ia diangkat menjadi Bupati di Pajang.


Pada tahun 1546, Sultan Trenggana menemui ajalnya di medan pertempuran ketika

melancarkan penyerangan di Pasuruan. Sejak Sultan Trenggana wafat, Kerajaan Demak

dilanda persengketaan dalam memperebutkan kekuasaan yang berada di kalangan

keluarga kerajaan.

Pengganti Sultan Trenggana seharusnya ialah Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto

selaku putra tertua dari Sultan Trenggana , namun kemudian Pangeran Prawoto dibunuh

oleh Bupati Jipang yaitu Arya Penangsang.

Kemudian, tahta kerajaan Demak akhirnya diduduki oleh Arya Penangsang. Namun

keluarga kerajaan ternyata tidak menyetujui atas naik tahtanya Arya Penangsang menjadi

Raja. Lalu akhirnya Arya penangsang berhasil dikalahkan oleh kerajaan Demak berkat

bantuan dari Jaka Tingkir. Sejak saat itu wilayah kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang.

KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN DEMAK

Kerajaan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di Nusantara,

Demak memegang peran yang sangat penting dalam aktivitas perekonomian antarpulau.

Demak memiliki peran yang penting karena memiliki daerah pertanian yang lumayan

luas dan menjadi penghasil bahan makanan seperti beras. Selain itu, perdagangannya juga

semakin meningkat. Barang yang banyak diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras.

Barang-barang tersebut lalu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Aktivitas

perdagangan Maritim tersebut telah menyebabkan kerajaan demak mendapat keuntungan


sangat besar. Banyak kapal yang melewati kawasan laut jawa dalam memasarkan barang

dagangan tersebut.

KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA

Dalam kehidupan sosial dan budaya, rakyat kerajaan Demak sudah hidup dengan teratur.

Roda kehidupan budaya dan sosial masyarakat Kerajaan Demak sudah diatur dengan

hukum Islam sebab pada dasarnya Demak ialah tempat berkumpulnya para Wali Sanga

yang menyebarkan islam di pulau Jawa.

Adapun sisa peradaban dari kerajaan Demak yang berhubungan dengan Islam dan sampai

saat ini masih dapat kita lihat ialah Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan

lambang kebesaran kerajaan Demak yang menjadi kerajaan Islam Indonesia di masa lalu.

Selain memiliki banyak ukiran islam (kaligrafi), Masjid Agung Demak juga memiliki

keistimewan, yaitu salah satu tiangnya terbuat dari sisa sisa kayu bekas pembangunan

masjid yang disatukan.

Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga adalah yang mempelopori dasar-dasar

perayaan Sekaten yang ada dimasa Kerajaan Demak. Perayaan tersebut diadakan oleh

Sunan Kalijaga dalam untuk menarik minat masyarakat agar tertarik untuk memeluk

Islam.
Perayaan Sekaten tersebut lalu menjadi sebuah tradisi atau kebudayaan terus menerus

dipelihara sampai saat ini, terutama yang berada didaerah Cirebon, Yogyakarta dan

Surakarta.

Kemunduran

uksesi Raja Demak 3 tidak berlangsung mulus, terjadi Persaingan panas antara P. Surowiyoto

(Pangeran Sekar) dan Trenggana yang berlanjut dengan di bunuhnya P. Surowiyoto oleh Sunan

Prawoto (anak Trenggono), peristiwa ini terjadi di tepi sungai saat Surowiyoto pulang dari

Masjid sehabis sholat Jum’at. Sejak peristiwa itu Surowiyoto (Sekar) dikenal dengan sebutan

Sekar Sedo Lepen yang artinya Sekar gugur di Sungai. Pada tahun 1546 Trenggono wafat dan

tampuk kekuasaan dipegang oleh Sunan Prawoto, anak Trenggono, sebagai Raja Demak ke 4,

akan tetapi pada tahun 1549 Sunan Prawoto dan isterinya dibunuh oleh pengikut P. Arya

Penangsang, putera Pangeran Surowiyoto (Sekar). P. Arya Penangsang kemudian menjadi

penguasa tahta Demak sebagai Raja Demak ke 5. Pengikut Arya Penangsang juga membunuh

Pangeran Hadiri, Adipati Jepara, hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak

memusuhi P. Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo).

Pada tahun 1554 terjadilah Pemberontakan dilakukan oleh Adipati Pajang Joko Tingkir

(Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya Penangsang. Dalam Peristiwa ini Arya

Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Dengan terbunuhnya Arya

Penangsang sebagai Raja Demak ke 5, maka berakhirlah era Kerajaan Demak. Joko Tingkir

(Hadiwijoyo) memindahkan Pusat Pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.

Anda mungkin juga menyukai