Pengaruh Wali Songo di Kerajaan Demak memang sangat kental. Dari mulai
pendirinya hingga raja-rajanya memiliki pertalian yang kuat dengan Wali Songo.
Maka dari itu tidak heran jika Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan yang
menjadi pusat penyebaran Agama Islam.
Bahkan diketahui menantu dari salah satu rajanya adalah anak dari salah satu
Wali Songo. Yang membuat elemen Masjid Agung Demak juga merupakan salah
satu Wali Songo. Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati dan Sunan Giri merupakan
beberapa Wali Songo yang ikut andil di Kerajaan Demak.
Tidak butuh waktu lama bagi Kerajaan Demak menjadi pusat perdagangan
sekaligus kota besar. Karena adanya andil dari Wali Songo Kerajaan Demak
tumbuh menjadi pusat penyebaran Agama Islam di Wilayah Jawa dan Nusantara
Wilayah Timur.
Tampuk kekuasaan diberikan kepada Raden Patah yang ibunya beragama Islam
dari Jeumpa Pasai. Letak Kerajaan Demak sangat strategis dari segi pertanian
dan perdagangan. Demak dulu terletak di tepi selat antara Pegunungan Muria
dan Jawa. Sebelumnya selat itu lebar dan mampu dilayari kapal dagang Dari
Semarang menuju Rembang.
Namun yang paling memiliki jejak adalah pemerintahan Raden Patah sebagai
pendiri dan kedua anaknya. Kedua anaknya itu yakni Pati Unus dan Sultan
Trenggana. Ketika berada di tangan Pangeran Sekar Seda Lepen hanya
bertahan sejenak karena anak Sultan Trenggana membunuhnya.
Sultan Trenggana memiliki anak bernama Sultan Prawoto. Akan tetapi kemudian
Sultan Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang anak dari Pangeran Sekar Seda
Lepen. Tak selang berapa lama ia juga dibunuh oleh Sutawijaya anak angkat
Jaka Tingkir.
Beliau mendapat gelar Pangeran Sebrang Lor karena gagah berani melawan
Portugis demi merebut Malaka. Meskipun gagal Pati Unus pernah mengirim Katir
untuk melakukan blokade kepada Portugis. Karenanya Portugis sampai
kekurangan bahan makanan.
Wilayah kekuasaan juga diperlebar dari Jawa Timur menuju Jawa Barat. Tahun
1522 Sultan Trenggana mengirim pasukannya menuju Sunda Kelapa untuk
mengalahkan Portugis di bawah pimpinan Fatahillah. Pada tahun 1527 barulah
Sunda Kelapa bisa direbut oleh Kerajaan Demak. Maka sejak saat itu dinamakan
Jayakarta maknanya kemenangan yang sempurna.
sejarahkerajaandemaklengkap.blogspot.co.id
Kerajaan Demak dimulai dari pendirinya yakni Raden Patah. Dengan gelarnya
Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Sayidin Panatagama Kerajaan
Demak diperintahnya. Sistem Kerajaan Demak Kesultanan atau Kerajaan yang
menganut Agama Islam. Setelah wafat Raden Patah digantikan oleh Pati Unus.
Pati Unus sendiri dulunya adalah panglima armada laut Kerajaan Demak.
Dengan berani beliau menyerang Portugis yang ada di Malaka. Meskipun gagal
beliau mendapat julukan Pangeran Sebrang Lor karena sangat pemberani. Pati
Unus yang wafat kemudian digantikan oleh adiknya bernama Sultan Trenggana.
Pada saat di bawah pemerintahan Sultan Trenggana Kerajaan Demak
mengalami masa kejayaan.
1. Pati Unus
Pada masa kepemimpinan Pati Unus perluasan wilayah lebih kepada
kemaritiman. Pati Unus mengirimkan beberapa pasukannya untuk menguasai
Malaka. Namun armada lautnya masih kalah dengan Portugis. Dalam
kepemimpinan Pati Unus berpendapat bahwa keberadaan Portugis di Malaka
bisa membuat cita-cita menjadi kerajaan maritim terganggu.
2. Sultan Trenggana
Sultan Trenggana merupakan pemimpin yang berperan dalam penyebaran Islam
di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana
Kerajaan Demak mampu menguasai daerah-daerah di Jawa.
Daerah tersebut antara lain Sunda Kelapa dari Padjajaran dan menghalau
Portugis untuk mendarat di Sunda Kelapa, Madiun, Surabaya dan Pasuruan. Tak
hanya itu saja Sultan Trenggana juga menghalau Portugis mendarat di Malang,
Blambangan dan Kerajaan Hindu terakhir yang berada di ujung timur Pulau
Jawa.
Sejak saat itulah Banten dijadikan sebagai kerajaan yang mandiri. Sunan Kudus
pun menjadi imam di Masjid Agung Demak. Beliau juga pimpinan utama dalam
misi menghancurkan Kerajaan Majapahit. Ini dilakukan sebelum beliau pindah ke
Kudus.
Perebutan kekuasaan tidak berhenti di situ saja. Putra Pangeran Sedo Lepen
yakni Arya Penangsang membunuh Pangeran Prawoto. Jatuhlah kekuasaan
Kerajaan Demak di tangannya. Namun Arya Penangsang mampu dikalahkan
oleh anak angkat Joko Tingkir Sutawijaya. Setelah itu kekuasaan Kerajaan
Demak jatuh ke tangan Joko Timgkir dan dipindahkan ke Pajang. Sejak saat
itulah Kekuasaan Kerajaan Demak berakhir.
Peninggalan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan Kerajaan yang lumayan lama berdiri. Kerajaan
Islam pertama di Pulau Jawa ini menjadi pusat penyebaran Agama Islam yang
mahsyur. Bahkan sejak didirikannya Masjid Agung Demak semakin menambah
kedudukannya yang sakral. Karenanya Kerajaan Demak memiliki beberapa
peninggalan sebagai berikut:
idsejarah.net
Peninggalan Kerajaan Demak terhistoris, bernilai filosofis dan menjadi simbol
keislaman adalah Masjid Agung Demak. Masjid yang didirikan oleh Walisongo di
tahun 1479 sudah mengalami beberapa renovasi. Meskipun telah mengalami
renovasi masjid ini masih berdiri sangat kokoh.
Bukti sejarah paling autentik bahwa Kerajaan Demak tumbuh menjadi kerajaan
yang menjadi pusat penyebaran umat Islam di Jawa. Arsitekstur serta nilai
filosofis yang ada di Masjid Agung Demak sangat memukau. Jika anda hendak
berkunjung ke sana anda bisa datang di Desa Kauman, Demak, Jawa Tengah.
Aksesnya sangat mudah dan anda tidak akan kebingungan.
2. Pintu Bledek
sejarahkerajaandemaklengkap.blogspot.co.id
Bagian dari Masjid Agung Demak yang tidak kalah bernilai filosofis adalah pintu
bledek. Pintu yang berarti pintu petir merupakan pintu yang terbentuk dari petir
yang menyambar. Ki Ageng Selo merupakan pembuat pintu ini. Entah
bagaimana kejadiannya tapi yang jelas beliau membuat pintu ini melalui petir
yang menyambar.
Sejak tahun 1466 Pintu Bledek sudah digunakan. Saat ini Pintu Bledek yang
dulunya menjadi pintu utama Masjid Agung Demak sudah tidak digunakan lagi.
Pintu ini telah lama digunakan dan menjadi berbagai saksi sejarah. Anda bisa
melihat pintu bledek di dalam Masjid Agung Demak. Pintu Bledek menjadi pintu
yang bernilai filosofis tinggi dan fungsi yang sangat baik.
dedlee30.blogspot.co.id
Soko Guru merupakan tiang yang memiliki diameter 1 meter yang berguna
sebagai tiang penyangga. Digunakan sebagai tiang penyangga Masjid Agung
Demak yang jumlahnya empat buah. Menurut cerita Soko Guru merupakan
buatan Sunan Kalijaga sendiri.
Pada saat pendirian Masjid Agung Demak Soko Guru masih jadi 3 buah saja.
Maka untuk mengejar ketertinggalan kurangnya 1 Soko Guru dibuatlah Soko dari
Tatal. Beliau menyambungkan sisa-sisa ketiga soko sebelumnya dengan
kekuatan spiritual beliau. Dan jadilah Soko Guru yang berasal dari tatal.
4. Bedug Dan Kentongan Masjid Agung Demak
mohamadfudi.blogspot.co.id
Kedua alat ini merupakan alat bersejarah di Masjid Agung Demak. Kentongan
yang bentuknya seperti tapal kuda ternyata memiliki nilai filosofis. Maknanya jika
kentongan dibunyikan maka warga harus segera menuju masjid secepat kuda.
Memang pada zaman dahulu bedug dan kentongan merupakan dua item yang
digunakan untuk mengingatkan warga untuk sholat lima waktu. Nilai filosofis
kedua benda ini sangat tinggi. Hingga sekarang walaupun sudah tidak digunakan
lagi masih bisa anda nikmati di Masjid Agung Demak.
Sekarang kolam wudlu tidak digunakan lagi dan hanya dijadikan sebagai
peninggalan. Nilai filosofis dari kolam wudlu ini juga sangat tinggi. Bagaimana
saja tidak karena pernah digunakan oleh berbagai orang. Anda bisa melihat situs
kolam wudlu sebagai bentuk peninggalan yang masih ada di Masjid Agung
Demak.
6. Maksurah-maksurah
nurromadlon.blogspot.co.id
Maksurah-maksurah adalah dinding yang terukir kaligrafi yang ada di Masjid
Agung Demak. Kaligrafi yang terletak dinding-dinding Masjid Agung Demak ini
berbahasa Arab. Yang namanya kaligrafi bentuknya sangat indah sekali. Selain
arsitekstur Masjid Agung Demak yang bagus kaligrafi yang ada semakin
menambah indah Masjid Agung Demak.
Dinding ini dibuat sekitar tahun 1866. Pada saat itu Adipati Demak dijabat oleh
Aryo Purbaningrat. Tulisan pada dinding tersebut bermakna ke-Esa-an Allah
SWT. Dengan membaca makna dinding ini akan semakin menambah keimanan
anda kepada Allah.
7. Dampar Kencana
Dampar Kencana adalah singgasana Sultan Kerajaan Demak. Yang namanya
singgasana ya hanya digunakan oleh raja-raja. Sebagai salah satu bentuk
kehormatannya dijadikan sebagai mimbar Masjid Agung Demak. Singgasana ini
kemudian dijadikan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak.
Mimbar khutbah ini masih terjaga kekokohannya hingga saat ini. Meskipun
sudah tidak dipakai namun nilai sejarah singgasana ini sangat kental.
Singgasana ini diletakkan di museum Masjid Agung Demak.
8. Piring Campa
Piring Campa merupakan piring yang diberikan Putri dari Campa. Putri dari
Campa itu sendiri adalah Ibu dari Raden Patah. Beliau merupakan keturunan
dari Pasai yang beragama Islam. Nilai keislaman Raden Patah diturunkan dari
Ibunya ini.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di Pulau Jawa.
Penyebaran Agama Islam dimulai salah satunya melalui Kerajaan Demak. Tidak
bisa dipungkiri bahwa pengaruh kerajaan Demak sangatlah tinggi. Para Raja
turun tangan langsung dalam penyebaran Agama Islam. Baik dengan meluaskan
wilayah atau memerangi Kerajaan Hindu lainnya.
Tak hanya itu saja peran Wali Songo juga menjadi pendorong Kerajaan Demak
bisa tetap bertahan. Meskipun akhir dari Kerajaan Demak diwarnai perebutan
kekuasaan namun pengaruhnya memang sangat besar bagi Islam. Bahkan
peninggalan paling berpengaruh yakni Masjid Agung Demak bernilai filosofis
sangat tinggi.
Bagikan ini: