Anda di halaman 1dari 15

KASULTANAN

DEMAK BINTORO

Mengenal Pendiri
Kerajaan Demak,
Sejarah Berdirinya
Hingga Keruntuhannya
DAFTAR ISI

I. Sejarah Berdirinya Kerajaan Demak

II. Pendiri Kerajaan Demak dan Raja Pertama

III. Letak Kerajaan Demak

IV. Silsilah Raja-Raja Kerajaan Demak


1. Raden Patah
2. Pati Unus
3. Sultan Trenggong
4. Sunan Prawoto
5. Arya Penangsang

V. Kehidupan Masyarakat Pada Masa Kejayaan Kerajaan Demak


1. Kehidupan Sosial
2. Kehidupan Politik
3. Kehidupan Ekonomi

VI. Runtuhnya Kerajaan Demak


1. Perang Antar Saudara
2. Perdebatan Sengketa Didalam Keluarga
3. Pemerintah Kerajaan Yang Gagal

VII. Hasil Kebudayaan Kerajaan Demak


1. Soko Tatal
2. Pawestren
3. Situs Kolam Wudhu
4. Masjid Agung Demak
SEJARAH BERDIRINYA

Kerajaan Demak adalah


sebuah kerajaan Islam
pertama yang ada di pantai
utara Jawa. Dulu, wilayah
Demak pertama muncul
sebagai kabupaten dari
Kerajaan Majapahit.
Kesultanan atau Kerajaan
Demak menjadi salah satu
pelopor yang cukup besar
dalam menyebarkan Agama
Islam di wilayah Pulau Jawa.
Salah satu peninggalan yang
cukup terkenal dari Kerajaan
Demak yaitu Masjid Agung
Demak, yang didirikan oleh
para Wali Songo. Selain itu, Kerajaan Demak juga
menjadi salah satu pusat persebaran
Agama Islam yang ada di Indonesia.
Pastinya, Kerajaan Demak mempunyai
sejarah yang cukup kompleks. Mulai
dari proses berdirinya sampai
berakhirnya kerajaan tersebut.
PENDIRI KERAJAAN DEMAK

Pendiri Kerajaan Demak sendiri yaitu Raden Patah. Selain


pendiri, Raden Patah juga menjadi raja pertama di kesultanan
tersebut.

Setelah Ia pergi meninggalkan Majapahit, Raden Patah


memperoleh dukungan dari Bupati yang berkuasa di sekitar
wilayah Demak. Lalu, Ia mendirikan Kerajaan Demak. Hingga
kemudian kerajaan tersebut menjadi sebuah kerajaan Islam,
sehingga aturan dan norma yang diterapkan berlandaskan pada
nilai-nilai dan ajaran Islam.

Tak hanya itu saja, berdirinya Kerajaan Demak ditandai oleh


keberadaan condro sengkolo. Menurut cerita yang beredar
hingga saat ini, ketika Raden Patah pergi berkunjung ke Glagah
Wangi, Ia berjumpa dengan seorang yang dikenal dengan
panggilan Nyai Lembah. Disana Raden Patah kemudian
disarankan untuk menetap di Glagah Wangi.

Setelah menerima saran tersebut, akhirnya Raden Patah


menerimanya dan mulai tinggal di wilayah tersebut. Sekarang,
daerah Glagah Wangi dikenal dengan julukan Bintoro Demak.
Seiring berjalannya waktu, wilayah Bintoro Demak berubah
menjadi pusat Ibu Kota untuk seluruh kegiatan Kerajaan Demak.
LETAK KERAJAAN DEMAK

DI zaman dahulu kala, Kerajaan Demak


terletak di tepi laut. Tempat tersebut
masuk ke dalam wilayah Kampung Bintara.
Untuk sekarang ini, kampung tersebut
masuk ke dalam wilayah Jawa Tengah.
Saat pemerintahan Demak dipimpin oleh
Sultan Prawoto, tempat tersebut mulai
dipindahkan ke Demak Prawata.
Namun saat Sultan Prawoto
meninggal dunia, kerajaan
tersebut mulai dipindahkan ke
Jipang oleh Arya Penangsang
Hadiwijaya sendiri berasal dari yang saat itu memegang
Pajang. Dimana setelah kekuasaan pemerintahan
membunuh Arya Penangsang, kerajaan Demak. Setelah itu,
Ia kemudian menerima Arya Penangsang meninggal
kendali penuh untuk dunia karena dibunuh oleh Ki
mengatur semua hal di Gede Pamanahan dan juga
Kerajaan Demak. Lalu setelah Hadiwijaya.
itu, Kerajaan Demak beralih
menjadi Kerajaan Pajang.
SILSILAH RAJA-RAJA KERAJAAN DEMAK

Kerajaan resmi berdiri pada tahun 1481 M, saat itu kerajaan tersebut dipimpin
oleh raja-raja yang didukung langsung oleh pemuka agama yang dikenal dengan
sebutan Walisongo. Ada beberapa raja yang sudah memimpin Kerajaan Demak
dari awal berdiri, proses menuju kejayaan, dan sampai kerajaan tersebut
mengalami keruntuhan. Berikut ini adalah silsilah raja dari Kerajaan Demak :
Raden Patah
Raden Patah merupakan putra dari pemimpin Kerajaan Majapahit yang
bernama Raden Brawijaya dari pernikahannya dengan seorang putri keraton
Campa. Di dalam Kerajaan Demak, Raden Patah adalah raja pertama dan
menjabat selama 18 tahun. Mulai dari tahun 1500 sampai 1518. Selama Ia
berkuasa di Kerajaan Demak, banyak hal yang sudah Ia bangun. Mulai dari
rumah peribadatan termasuk Masjid Agung Demak yang sampai sekarang
masih berdiri dengan kokoh di pusat Kota Demak.
Pati Unus
Raden Patah memiliki seorang anak yang bernama Pati Unus. Anak dari Raden
Patah ini kemudian naik tahta menggantikan kekuasaan sang ayah sudah berakhir
pada tahun 1518. Pati Unus setelah berkuasa diberi gelar Pangeran Sabrang Lor.
Pati Unus berkuasa selama tiga tahun. Hal itu terjadi berkat perlawanannya
kepada Portugis dalam usahanya merebut Malaka. Namun sayangnya, Pati Unus
gugur dalam usahanya untuk menyerbu Portugis yang kedua kalinya ke Malaka
pada tahun 1521.
SILSILAH RAJA-RAJA KERAJAAN DEMAK

Sultan Trenggana
Sultan Trenggana menjadi salah satu raja dalam silsilah Kerajaan Demak yang dikenal
karena pertempurannya dalam merebut Sunda Kelapa dari tangan penjajah Portugis yang
ada di bawah pimpinan Fatahillah. Di masa kekuasaan Sultan Trenggana, kerajaan besar
yang ada di Jawa seperti halnya Kerajaan Madura, Blambangan, Mataram, dan Pajang
berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak. Kemudian, Pemerintahan Sultan Trenggana
berakhir setelah Ia wafat ketika peperangan yang terjadi di Pasuruan tahun 1546.
Sunan Prawoto
Setelah Raja Pati Unus turun tahta, mulai timbul pergolakan di dalam Kerajaan Demak.
Sebab, tidak ada lagi keturunan yang berasal langsung dari permaisuri yang menjadi
pemimpin sebelumnya. Oleh karena itu, Sultan Trenggana menjadi raja setelah lengsernya
Pati Unus. Setelah Sultan Trenggana meninggalkan Kerajaan Demak, Ia lalu digantikan
oleh Sunan Prawoto yang hanya memimpin selama beberapa tahun saja. Sebab, Ia lebih
tertarik untuk mendalami kehidupannya sebagai seorang ulama yang menyebarkan Agama
Islam ke seluruh penjuru Jawa.

Arya Penangsang
Dalam sejarahnya, tercatat bahwa Sunan Prawoto meninggal dunia karena dibunuh oleh
orang suruhan Arya Penangsang yang ingin mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Demak.
Oleh sebab itu, Arya Penangsangan kemudian menjadi raja dari Kerajaan Demak
selanjutnya dan memindahkan pemerintahan yang ada di dalamnya ke Jipang. Setelah itu,
berbagai konflik mulai muncul. Terlebih setelah adanya pemindahan Kerajaan Demak ke
Pajang pada tahun 1586 karena Hadiwijaya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Pada
masa itu pula Kerajaan Demak berakhir atau runtuh.
KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA KEJAYAAN KERAJAAN
DEMAK

Kehidupan Sosial
Perbedaan yang paling mendasar dari kehidupan masyarakat di Kerajaan
Islam dan juga Kerajaan Hindu adalah akses yang cukup masif terhadap
agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakatnya. Di dalam Agama
Islam sendiri tidak ada yang namanya kasta, jadi bisa dianut oleh berbagai
lapisan masyarakat. Selain itu, di Agama Islam juga tidak ada ritual-ritual
yang harus mengeluarkan biaya cukup mahal seperti persembahan kepada
dewa atau brahmana seperti yang dilakukan oleh umat dari Agama Hindu.

Sistem sosial yang ada di dalam kerajaan Islam bersifat egaliter. Seperti
halnya pelaksanaan sholat Jumat yang bersamaan dengan masyarakat
biasa. Hal tersebut tentu merupakan salah satu bentuk kebaruan yang
tidak bisa ditemukan di masa lampau.

Terlebih di dalam sistem feudal, dimana di sistem tersebut meletakkan


posisi pemimpin di tempat yang sangat tinggi. Hampir semua masyarakat
Demak, terutama masyarakat yang berada di pusat kekuasaan beragama
Islam. Kemudian ditunjang lagi dengan dakwah yang dilakukan oleh
berbagai ulama yang dekat dengan para penguasa yaitu Walisongo.
KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA KEJAYAAN KERAJAAN
DEMAK

Kehidupan Politik
Jika dilihat dari kacamata politik dan sistem pemerintahannya, Kerajaan
Demak adalah salah satu kekuasaan terbesar di Jawa. Kerajaan tersebut
berhasil mengakhiri dominasi panjang Kerajaan Majapahit dan
eksistensi penguasa Sunda yang sudah secara konsisten berdiri sejak
abad keenam Masehi.

Kerajaan Demak sendiri menempatkan adipati sebagai tangan panjang


Sultan. Sementara untuk wilayah seperti Tuban, Surabaya, dan Madiun
mempunyai adipati yang cukup berpengaruh. Pada abad ke 16, Kerajaan
Demak kemudian dilanjutkan oleh kedudukan Portugis di Malaka.

Kemudian ada tahun 1527, terjadi peristiwa perebutan Sunda Kelapa


dengan tujuan untuk menguasai semua pesisir yang ada di pantai utara
dan menangkal kedatangan Portugis di Pulau Jawa.
KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA KEJAYAAN KERAJAAN
DEMAK

Kehidupan Ekonomi
Seperti yang kita tahu bahwa Kerajaan Demak berada di pesisir utara
Pulau Jawa. Sehingga sumber utama ekonomi masyarakat Demak
adalah perdagangan laut. Tidak adanya kerajaan Islam lain di Pulau
Jawa, hal ini menjadi salah satu faktor mengapa Demak sangat aktif
dalam melakukan perdagangan di laut. Kemudian, Kerajaan Demak
mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan
Trenggono.

Dimana pada saat itu, mereka berhasil memperluas wilayah dan


menguasai mayoritas pelabuhan utama seperti Madura, Tuban,
Surabaya, Semarang, Cirebon, Jepara, dan Sunda Kelapa. Tak hanya itu,
kadipaten yang ada di pedalaman seperti Kediri, Madiun, Malang, Pati,
dan Panjang juga menjadi sumber utama pertanian dan juga
peternakan untuk komoditas dagang. Di dalam bidang pertanian, Beras
Jawa adalah salah satu komoditas cukup penting di dalam perdagangan
internasional di Indonesia.
RUNTUHNYA KERAJAAN DEMAK

Terjadi Perang Antar Saudara


Tragedi perang antar saudara ini berawal dari persaingan yang terjadi
antara pangeran Surowiyoto atau yang lebih dikenal dengan Sekar Seda
Lepen dengan Sultan Trenggana. Mereka merupakan dua putra dari
pemimpin Kerajaan Demak sebelumnya yaitu Raden Patah.

Setelah Raden Patah meninggal dunia, kedua putranya mulai bersaing


untuk memperebutkan kedudukan tahta raja. Setelah adanya persaingan
tersebut, akhirnya Sultan Trenggana lah yang berhasil menduduki tahta
raja. Kemudian sesudah Sultan Trenggana meninggal dunia, kedudukan
raja digantikan oleh putranya yang bernama Sunan Prawoto.

Akan tetapi, kedudukannya tidak berjalan lancar dan ditentang keras oleh
Sekar Seda Lepen. Akibat dari penolakan dari Sekar Seda Lepen, Sunan
Prawoto akhirnya membunuh Seda Lepen di tepi sungai saat Ia baru
pulang dari masjid setelah melakukan sholat Jumat.

Pada tahun 1561, Arya Penangsang yaitu putra dari Sekar Seda Lepen
membalaskan dendam ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto
sekeluarga dan merebut posisi raja Demak yang kelima. Setelah Ia
berhasil menjadi seorang raja, Arya Penangsang memerintahkan para
pengikutnya untuk membunuh pemimpin Jepara yaitu Pangeran Hadiri.
Hal itulah yang kemudian membuat para adipati termasuk Jaka Tingkir
Hadiwijaya memusuhi raja tersebut.
RUNTUHNYA KERAJAAN DEMAK

Pemerintah Kerajaan yang Gagal


Pemerintah kerajaan Demak yang gagal menjadi salah satu faktor
penyebab Kerajaan Demak runtuh. Berbagai masalah yang terjadi
seperti perbedaan mazhab antara masyarakat dan bangsawa,
pemerintah yang tidak peduli dengan rakyatnya dan terlalu fokus
dengan perang Portugis serta kurangnya mendengarkan aspirasi
dari rakyat, membuat Kerajaan Demak tidak dapat bertahan.

Adanya Perdebatan Sengketa di Dalam Keluarga

Salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Demak selanjutnya adalah


perbedaan keturunan yang ada di dalam keluarga Raden Patah. Ia
diketahui mempunyai banyak anak laki-laki, tapi berasal dari ibu
yang berbeda-beda. Kerumitan yang pertama dialami setelah
meninggalnya Adipati Unus yang tidak memiliki anak laki-laki.

Kemudian Pangeran Surowiyoto atau Sekar Seda Lepen dan juga


Raden Trenggana memperebutkan kekuasaan. Perdebatan tersebut
terjadi karena Seda Lepen yang merupakan putra tertua dari sang
raja, tapi Ia terlahir dari istri ketiga. Sementara Raden Trenggana
yang lebih muda, lahir dari istri yang pertama.
HASIL KEBUDAYAAN KERAJAAN DEMAK

Soko Tatal
Salah satu hasil kebudayaan yang diturunkan oleh Kerajaan Demak
adalah Soko Guru dan Soko Tatal, dimana keduanya berada di Masjid
Agung Demak. Soko Guru merupakan tiga buah tiang yang terbuat
dari kayu utuh dan memiliki diameter sekitar satu meter. Sementara
Soko Tatal terbuat dari potongan kayu yang berasal dari kayu sisa
pembuatan tiga Soko Guru tadi. Keunikan yang ada di dalam satu
tiang Soko Tatal ini ada karena Sunan Kalijaga hanya bisa membuat
tiga tiang penyangga. Sementara masjid sudah siap untuk dibangun.
Oleh karena itu, Sunan Kalijaga memiliki ide untuk mengumpulkan
potongan kayu sisa yang berasal dari tiga Soko Guru untuk kemudian
dibuat menjadi satu tiang penyangga. Tiang itulah yang menjadi daya
tarik tersendiri untuk para pecinta wisata religi.

Pawestren
Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan Islam yang ada di
Indonesia yang mewariskan banyak sekali hasil kebudayaan.
Diantaranya adalah Pawestren yang dibangun sebagai salah satu
tempat suci dan digunakan untuk sholat berjamaah untuk perempuan.
Pawestren mempunyai dinding yang sangat indah dengan ukiran yang
dibuat dengan motif Majapahit atau biasanya dikenal dengan motif
maksurah. Tempat ibadah tersebut dibangun dengan menggunakan
empat buah tiang utama dan diperkuat lagi dengan empat tiang
penyangga. Tiang utama yang ada di Pawestren menopang blandar
balok yang terdiri dari tiga lapisan.
HASIL KEBUDAYAAN KERAJAAN DEMAK

Situs Kolam Wudhu


Situs tersebut sangat dikenal oleh
masyarakat dan menjadi salah satu
hasil kebudayaan Kerajaan Demak
yang kerap dikunjungi oleh para
wisatawan. Situs kolam wudhu ini
dibangun dengan tujuan untuk
memfasilitasi para musafir ataupun
santri yang mengambil air wudhu ketika
mengunjungi Masjid Agung Demak.
Akan tetapi sekarang ini situs kolam
wudhu sudah tidak lagi digunakan.

Masjid Agung Demak


Masjid yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita.
Sebab, Masjid Agung Demak sudah sangat sering dijadikan
sebagai tujuan wisata religi. Masjid tersebut dibangun pada
masa Kerajaan Demak di tahun 1479. Arsitektur yang ada di
dalam masjid ini sangat memanjakan mata. Kita bisa
menyaksikan ornamen dan juga kaligrafi yang cukup kental
akan suasana Islamnya. Masjid ini berada di daerah Kota
Demak, tepatnya di Provinsi Jawa Tengah.
TERIMAKASIH

DIBUAT DAN DIPRESENTASIKAN OLEH :

KELOMPOK 3

Ketua : Naila
Wakil : Putri
Anggota : Najwa
Rayhan
Rio
Hafiz
Fajar

Anda mungkin juga menyukai