Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEJARAH

KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


KERAJAAN DEMAK, KERAJAAN BANTEN DAN
KERAJAAN ACEH

NAMA : AISYAH RAMAYANTI

KELAS : X IPS 1

GURU PEMBIMBING : ROSSI PRATIWI ALAWIYAH, S.Pd.

SMA NEGERI 21 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menunjukkan


kepada kita semua jalan yang benar. Shalawat dan salamnya penulis haturkan
kepada Nabi pembawa berkah dan penghancur kebatilan, Muhammad Shallallahu Alaihi
Wassalam.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pelajaran sejarah.
Selain itu tujuan penulis menyusun makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah
singkat mengenai Kerajaan Islam di Nusantara yaitu Kerajaan Demak, Kerajaan
Banten dan Kerajaan Pajang.
Dalam penyelesaian Makalah ini, penulis banyak menemui kesulitan. Namun
berkat bimbingan dari beberapa pihak, akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan
walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis juga sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun agar tugas ini menjadi lebih baik dan berguna di masa depan. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan rekan-rekan pada
umumnya.

Palembang, Mei 2022

Penulis
A. KERAJAAN DEMAK
SEJARAH KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Demak adalah sebuah kerajaan Islam pertama yang ada di
pantai utara Jawa. Dulu, wilayah Demak pertama muncul sebagai kabupaten dari
Kerajaan Majapahit. Kesultanan atau Kerajaan Demak menjadi salah satu
pelopor yang cukup besar dalam menyebarkan Agama Islam di wilayah Pulau
Jawa. Namun, umur Kerajaan Demak relatif pendek dibandingkan dengan
kerajaan lainnya. Salah satu peninggalan yang cukup terkenal dari Kerajaan
Demak yaitu Masjid Agung Demak, yang didirikan oleh para Wali Songo.

Selain itu, Kerajaan Demak juga menjadi salah satu pusat persebaran
Agama Islam yang ada di Indonesia. Pastinya, Kerajaan Demak mempunyai
sejarah yang cukup kompleks. Mulai dari proses berdirinya sampai berakhirnya
kerajaan tersebut.

PENDIRI KERAJAAN DEMAK


Pendiri Kerajaan Demak sendiri yaitu Raden Patah. Selain pendiri,
Raden Patah juga menjadi raja pertama di kesultanan tersebut. Setelah Ia pergi
meninggalkan Majapahit, Raden Patah memperoleh dukungan dari Bupati yang
berkuasa di sekitar wilayah Demak. Lalu, Ia mendirikan Kerajaan Demak.
Hingga kemudian kerajaan tersebut menjadi sebuah kerajaan Islam, sehingga
aturan dan norma yang diterapkan berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran
Islam.

Tak hanya itu saja, berdirinya Kerajaan Demak ditandai oleh keberadaan
condro sengkolo. Menurut cerita yang beredar hingga saat ini, ketika Raden
Patah pergi berkunjung ke Glagah Wangi, Ia berjumpa dengan seorang yang
dikenal dengan panggilan Nyai Lembah. Disana Raden Patah kemudian
disarankan untuk menetap di Glagah Wangi.

Setelah menerima saran tersebut, akhirnya Raden Patah menerimanya


dan mulai tinggal di wilayah tersebut. Sekarang, daerah Glagah Wangi dikenal
dengan julukan Bintoro Demak. Seiring berjalannya waktu, wilayah Bintoro
Demak berubah menjadi pusat Ibu Kota untuk seluruh kegiatan Kerajaan
Demak.

LETAK KERAJAAN DEMAK


Di zaman dahulu kala, Kerajaan Demak terletak di tepi laut. Tempat
tersebut masuk ke dalam wilayah Kampung Bintara. Untuk sekarang ini,
kampung tersebut masuk ke dalam wilayah Jawa Tengah. Saat pemerintahan
Demak dipimpin oleh Sultan Prawoto, tempat tersebut mulai dipindahkan ke
Demak Prawata.
Namun saat Sultan Prawoto meninggal dunia, kerajaan tersebut mulai
dipindahkan ke Jipang oleh Arya Penangsang yang saat itu memegang
kekuasaan pemerintahan kerajaan Demak. Setelah itu, Arya Penangsang
meninggal dunia karena dibunuh oleh Ki Gede Pamanahan dan juga Hadiwijaya.
Untuk Hadiwijaya sendiri berasal dari Pajang. Dimana setelah membunuh Arya
Penangsang, Ia kemudian menerima kendali penuh untuk mengatur semua hal di
Kerajaan Demak. Lalu setelah itu, Kerajaan Demak beralih menjadi Kerajaan
Pajang.

SILSILAH RAJA – RAJA DEMAK


Kerajaan resmi berdiri pada tahun 1481 M, saat itu kerajaan tersebut
dipimpin oleh raja-raja yang didukung langsung oleh pemuka agama yang
dikenal dengan sebutan Walisongo. Ada beberapa raja yang sudah memimpin
Kerajaan Demak dari awal berdiri, proses menuju kejayaan, dan sampai kerajaan
tersebut mengalami keruntuhan. Berikut ini adalah silsilah raja dari Kerajaan
Demak :

1. Raden Patah
2. Pati Unus
3. Sultan Trenggana
4. Sunan Prawoto
5. Arya Penangsang

PENYEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN DEMAK


Berikut ini adalah beberapa pembahasan mengenai penyebab runtuhnya kerajaan
Demak:
1. Terjadinya Perang Antar Saudara
Tragedi perang antar saudara ini berawal dari persaingan yang terjadi
antara pangeran Surowiyoto atau yang lebih dikenal dengan Sekar Seda
Lepen dengan Sultan Trenggana. Mereka merupakan dua putra dari
pemimpin Kerajaan Demak sebelumnya yaitu Raden Patah.
2. Adanya Perdebatan Sengketa di Dalam Keluarga
Salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Demak selanjutnya adalah
perbedaan keturunan yang ada di dalam keluarga Raden Patah. Ia diketahui
mempunyai banyak anak laki-laki, tapi berasal dari ibu yang berbeda-beda.
Kerumitan yang pertama dialami setelah meninggalnya Adipati Unus yang
tidak memiliki anak laki-laki.
3. Pemerintah Kerajaan Yang Gagal
Pemerintah yang tidak peduli dengan rakyatnya dan terlalu fokus dengan
perang Portugis serta kurangnya mendengarkan aspirasi dari rakyat,
membuat Kerajaan Demak tidak dapat bertahan
B. KERAJAAN BANTEN
Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang
pernah menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan. Salah satu faktor
kemajuan dari Kesultanan Banten adalah posisinya yang strategis, yaitu di ujung
barat Pulau Jawa, lebih tepatnya di Tanah Sunda, Provinsi Banten. Ibu kota
Kesultanan Banten adalah Surosowan, Banten Lama, Kota Serang.
Kerajaan Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati pada abad ke-16. Kendati demikian, Sunan Gunung Jati tidak pernah
bertindak sebagai raja. Raja pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana
Hasanuddin, yang berkuasa antara 1552-1570 M.
Sedangkan masa kejayaan Kerajaan Banten berlangsung ketika
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M). Sultan Ageng Tirtayasa
berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk
melawan VOC. Hal itu pula yang kemudian mendorong Belanda melakukan
politik adu domba hingga menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan
Banten.

SEJARAH KERAJAAN BANTEN


Sebelum periode Islam, Banten adalah kota penting yang masih dalam
kekuasaan Pajajaran. Pada awalnya, penguasa Pajajaran bermaksud menjalin
kerjasama dengan Portugis untuk membantunya dalam menghadapi orang Islam
di Jawa Tengah yang telah mengambil alih kekuasaan dari tangan raja-raja
bawahan Majapahit. Namun, sebelum Portugis sempat mengambil manfaat dari
perjanjian dengan mendirikan pos perdagangan, pelabuhan Banten telah
diduduki oleh orang-orang Islam. Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten
pada 1525-1526 M.

Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian dari misi Sultan
Trenggono dari Kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari nusantara.
Setelah berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera mengambil alih
pemerintahan, tetapi tidak mengangkat dirinya sebagai raja. Pada 1552 M,
Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan menyerahkan Banten kepada putra
keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Sejak saat itu, Sultan Maulana
Hasanuddin resmi diangkat sebagai raja pertama Kerajaan Banten.

MASA KEJAYAAN KERAJAAN BANTEN


Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Beberapa hal yang dilakukannya untuk
memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai berikut :

- Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan


Pulau Sumatera dan Kalimantan
- Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang
memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa

- Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam

- Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur


Lucas Cardeel

- Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari


kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa

Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih
menentang pendudukan VOC di Indonesia. Di bawah kekuasaannya, kekuatan
politik dan angkatan perang Banten maju pesat.

KEMUNDURAN KERAJAAN BANTEN


Kegigihan Sultan Ageng Tirtayasa dalam melawan VOC mendorong
Belanda melakukan politik adu domba. Politik adu domba ditujukan kepada
Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji, yang kala itu sedang
terlibat konflik. Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan Haji mau bekerjasama
dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan ayahnya.

Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga


harus menyerahkan kekuasaannya kepada putranya. Penangkapan Sultan Ageng
Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya kekuasaan VOC di Banten. Meski Sultan
Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji diangkat menjadi raja, tetapi
pengangkatan tersebut disertai beberapa persyaratan yang tertuang dalam
Perjanjian Banten.

Sejak saat itu, Kesultanan Banten tidak lagi memiliki kedaulatan dan
penderitaan rakyat semakin berat. Dengan kondisi demikian, sangat wajar
apabila masa pemerintahan Sultan Haji dan sultan-sultan setelahnya terus
diwarnai banyak kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang.

Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC berlangsung hingga awal abad


ke-19. Untuk mengatasi hal itu, pada 1809 Gubernur Jenderal Daendels
menghapus Kesultanan Banten.
C. KERAJAAN ACEH
Sejarah Kerajaan Aceh
Awal mula berdirinya Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam yaitu pada
tahun 1496 yang berdiri di wilayah Kerajaan Lamuri yang lebih dulu ada
sebelum kesultanan aceh, kemudian Kerajaan Aceh malukan perluasan wilayah
dengan menundukan beberapa wilayah di sekitar kerajaan seperti wilayah
Kerajaan Daya, Kerajaan Pedir, Kerajaan Lidie, dan Kerajaan Nakur. Pada tahun
1524 wilayah Pasai menjadi bagian dari Kesultanan Aceh, disusul dengan
bergabungnya wilayah Aru.
Pada kerajaan Aceh pemimpin kerajaan tertinggi berada di penguasaan
Sultan, namun saat itu pemerintahan kerajaan aceh lebih banyak dikendalikan
oleh orang kaya atau disebut hulubalang. Dalam Hikayat Aceh Disebutkan
bahwa terdapat Sultan yang diturunkan dari jabatan penguasa salah satunya yaitu
Sultan Sri Alam pada tahun 1579 karena perilakunya yang tidak wajar dalam
membagi-bagikan harta milik kerajaan pada para pengikutnya. Selanjutya
kepemimpinan di gantikan oleh Sultan Zainal Abidin akan tetapi sultan Zainal
terbunuh beberapa bulan setelah penobatan hal ini disebabkan karena sifatnya
yang kejam dan memiliki kecanduan dalam hal berburu dan adu binatang.
Setelah peristiwa terbunuhnya Sultan Zainal para Raja dan Hulubalang
saat itu menawarkan tahta kepenguasaan kepada Alaiddin Riayat Syah Sayyid
al-Mukamil dari Dinasti Darul Kamal pada 1589. Peristiwa penganugerahan
tahta ini telah mengakhiri kekacauan yang telah disebabkan oleh penguasa
terdahulu , selain itu Pada kepemimpinan Alaiddin Riayat Ia melakukan
penumpasan terhadap orangkaya yang berlawanan dengan sistem
kepemimpinannya. Disamping itu Ia juga melakukan uasaha untuk menguatkan
posisi sebagai penguasa tunggal Kerajaan Aceh.
Masa Kejayaan Kesultanan Aceh terjadi pada kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda dengan rentang tahun 1607 hingga tahun 1636. Pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Aceh berhasil menaklukkan Wilayah
Pahang yang saat itu merupakan daerah yang menguntukan sebab dikenal
sebagai sumber timah utama. Selanjutnya, pada tahun 1629, kesultanan Aceh
melakukan upaya perlawanan dengan menyerang Portugis di wilayah malaka
dengan susunan kekuatan armada yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan
60.000 tentara laut. Upaya Serangan ini dimaskudkan untuk memperluas
dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu, akan tetapi
ekspedisi ini gagal.

Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh


Setelah Masa pemerintahan Iskandar Thani berakhir, Sejarah Kerajaan
Aceh mulai mengalami kemunduran. Saat itu Aceh tidak mampu melakukan
perubahan besar yang signifikan saat sejumlah wilayah taklukan kerajaan
melepaskan diri. sehingga Kerajaan Aceh tidak mampu dalam menjalankan
perannya sebagai pusat perdagangan yang stratgeis. Berikut sebab – sebab
kemunduran kerajaan aceh :
1. Tidak adanya pengganti raja
2. Sebab kemunduran kerajaan Aceh salah satunya yaitu bermula setelah
wafatnya Sultan Iskandar muda pada tahun 1636, hal ini dikarenakan
setelahnya tidak ada raja-raja yang mampu memerintah serta mengendalikan
wilayah Kerajaan Aceh yang luas. Pada saat pemerintahan sultan iskandar
thani kemunduran kerajaan mulai terasa dan memiliki dampak yang
signifikan setelah meninggalnya sultan iskandar thani. Disisi lain
kemunduran kerajaan juga diakibatkan adanya perebutan tahta diantara para
pewaris dari silsilah kesultanan.
3. Pertikaian
Sebab kemunduran kerajan selanjutnya adanya pertikaian yang terus
menerus terjadi di Aceh antara golongan bangsawan dan golongan ulama
hal ini berdampak pada persatuan internal kerajaan sehingga hal ini membuat
kerajaan Aceh melemah. Perbedaan aliran dalam agama pun dapat membuat
pertikaian di tubuh golongan ulama.
4. Pelepasan Wilayah
Selanjutnya sebab kemunduran kerajaan Aceh yaitu banyaknya Daerah-
daerah taklukan kerajaan melepaskan diri dan menguatnya pengaruh belanda
saat itu sehingga beberapa daerah seperti daerah pahang, johor, Perak,
Minang Kabau, dan Siak berkembang menjadi wilayah yang merdeka dan
berdiri dalam kekuasaan asing (Belanda).

Anda mungkin juga menyukai