Anda di halaman 1dari 27

‫تسويق‬

Kerajaan Demak
Dan
Kerajaan Pajang

‫تسويق‬
© Kelompok Kelahiran
Anggota Kelompok

1. Zhorif Wiandra
2. Ibrahim Alhanif Subhan
3. M.Haikal
4. Naufal El Ghozy Surindra
‫تسويق‬

© Kelompok Kelahiran
Sejarah Berdirinya Kerajaan Demak
.
Kerajaan Demak adalah sebuah kerajaan Islam pertama yang ada di pantai
utara Jawa. Dulu, wilayah Demak pertama muncul sebagai kabupaten dari
Kerajaan Majapahit. Kesultanan atau Kerajaan Demak menjadi salah satu
pelopor yang cukup besar dalam menyebarkan Agama Islam di wilayah Pulau
Jawa. Namun, umur Kerajaan Demak relatif pendek dibandingkan dengan
kerajaan lainnya. Salah satu peninggalan yang cukup terkenal dari Kerajaan
Demak yaitu Masjid Agung Demak, yang didirikan oleh para Wali Songo.
Selain itu, Kerajaan Demak juga menjadi salah satu pusat persebaran Agama
Islam yang ada di Indonesia. Pastinya, Kerajaan Demak mempunyai sejarah
yang cukup kompleks. Mulai dari proses berdirinya sampai berakhirnya kerajaan
tersebut.
Di dalam proses perjalanannya, Kerajaan Demak mempunyai peristiwa atau
kejadian yang sangat penting di dalamnya. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
adalah beberapa pembahasan mengenai sejarah berkuasanya Kerajaan atau
Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Pendiri Kerajaan Demak dan Raja Pertamanya
Pendiri Kerajaan Demak sendiri yaitu
.
Raden Patah. Selain pendiri, Raden
Patah juga menjadi raja pertama di
kesultanan tersebut. Setelah Ia pergi
meninggalkan Majapahit, Raden Patah
memperoleh dukungan dari Bupati yang
berkuasa di sekitar wilayah Demak.
Lalu, Ia mendirikan Kerajaan Demak.
Hingga kemudian kerajaan tersebut
menjadi sebuah kerajaan Islam,
sehingga aturan dan norma yang
diterapkan berlandaskan pada nilai-nilai
dan ajaran Islam.

Raden Patah
Letak Kerajaan Demak
DI zaman dahulu kala, Kerajaan Demak terletak di tepi laut. Tempat tersebut masuk
ke dalam wilayah Kampung Bintara. Untuk sekarang ini, kampung tersebut masuk
ke dalam wilayah Jawa Tengah. Saat pemerintahan Demak dipimpin oleh Sultan
. dipindahkan ke Demak Prawata.
Prawoto, tempat tersebut mulai
.
Silsilah Raja-raja Kerajaan Demak
   Kerajaan resmi berdiri pada tahun 1481 M, saat itu kerajaan tersebut dipimpin oleh raja-raja
yang didukung langsung oleh pemuka agama yang dikenal dengan sebutan Walisongo. Ada
beberapa raja yang sudah memimpin Kerajaan Demak dari awal berdiri, proses menuju kejayaan,
dan sampai kerajaan tersebut mengalami keruntuhan. Berikut ini adalah silsilah raja dari Kerajaan
Demak yang perlu dipahami:
1. Raden Patah (1478-1518)
Raden Patah merupakan putra dari pemimpin Kerajaan Majapahit yang bernama Raden Brawijaya
dari pernikahannya dengan seorang putri keraton Campa. Di dalam Kerajaan Demak, Raden
Patah adalah raja pertama dan menjabat selama 18 tajun. Mulai dari tahun 1500 sampai 1518.
Selama Ia berkuasa di Kerajaan Demak, banyak hal yang sudah Ia bangun. Mulai dari rumah
peribadatan termasuk Masjid Agung Demak yang sampai sekarang masih berdiri dengan kokoh di
pusat Kota Demak.
2. Pati Unus (1518-1521)
Setelah Raden Patah menjadi raja di Kerajaan Demak, Ia kemudian memiliki seorang anak yang
bernama Pati Unus. Dimana anak dari Raden Patah ini kemudian naik tahta setelah masa
kekuasaan sang ayah sudah berakhir pada tahun 1518. Akan tetapi, Pati Unus hanya berkuasa
selama tiga tahun saja. Lalu, Pari Unus diberi gelar dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Hal itu
terjadi berkat perlawanannya kepada Portugis dalam usahanya merebut Malaka. Namun
sayangnya, Pati Unus gugur dalam usahanya untuk menyerbu Portugis yang kedua kalinya ke
Malaka pada tahun 1521.
3. Sultan Trenggana (1521-1546)
Sultan Trenggana menjadi salah satu raja dalam silsilah Kerajaan Demak yang dikenal karena
pertempurannya dalam merebut Sunda Kelapa dari tangan penjajah Portugis yang ada di bawah
pimpinan Fatahillah. Di masa kekuasaan Sultan Trenggana, kerajaan besar yang ada di Jawa
seperti halnya Kerajaan Madura, Blambangan, Mataram, dan Pajang berhasil dikuasai oleh
Kerajaan Demak. Kemudian, Pemerintahan Sultan Trenggana berakhir setelah Ia wafat ketika
peperangan yang terjadi di Pasuruan tahun 1546.
4. Sunan Prawoto (1546-1549)
Setelah Raja Pati Unus turun tahta, mulai timbul pergolakan di dalam Kerajaan Demak. Sebab,
tidak ada lagi keturunan yang berasal langsung dari permaisuri yang menjadi pemimpin
sebelumnya. Oleh karena itu, Sultan Trenggana menjadi raja setelah lengsernya Pati Unus.
Setelah Sultan Trenggana meninggalkan Kerajaan Demak, Ia lalu digantikan oleh Sunan Prawoto
yang hanya memimpin selama beberapa tahun saja. Sebab, Ia lebih tertarik untuk mendalami
kehidupannya sebagai seorang ulama yang menyebarkan Agama Islam ke seluruh penjuru Jawa.
5. Arya Penangsang (1549-1559)
Dalam sejarahnya, tercatat bahwa Sunan Prawoto meninggal dunia karena dibunuh oleh orang
suruhan Arya Penangsang yang ingin mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Demak. Oleh sebab
itu, Arya Penangsangan kemudian menjadi raja dari Kerajaan Demak selanjutnya dan
memindahkan pemerintahan yang ada di dalamnya ke Jipang. Setelah itu, berbagai konflik mulai
muncul. Terlebih setelah adanya pemindahan Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568 karena
Hadiwijaya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Pada masa itu pula Kerajaan Demak berakhir
atau runtuh.
Kehidupan Masyarakat Pada Masa Kejayaan
Kerajaan Demak
Berikut ini adalah beberapa pembahasan mengenai kehidupan masyarakat saat masa
kejayaan Kerajaan Demak:
1. Kehidupan Sosial
Perbedaan yang paling mendasar dari kehidupan masyarakat di Kerajaan Islam dan juga
Kerajaan Hindu adalah akses yang cukup masif terhadap agama yang dianut oleh
sebagian besar masyarakatnya. Di dalam Agama Islam sendiri tidak ada yang namanya
kasta, jadi bisa dianut oleh berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, di Agama Islam juga
tidak ada ritual-ritual yang harus mengeluarkan biaya cukup mahal seperti persembahan
kepada dewa atau brahmana seperti yang dilakukan oleh umat dari Agama Hindu.
Sistem sosial yang ada di dalam kerajaan Islam bersifat egaliter. Seperti halnya
pelaksanaan sholat Jumat yang bersamaan dengan masyarakat biasa. Hal tersebut tentu
merupakan salah satu bentuk kebaruan yang tidak bisa ditemukan di masa lampau.
Terlebih di dalam sistem feudal, dimana di sistem tersebut meletakkan posisi pemimpin di
tempat yang sangat tinggi. Hampir semua masyarakat Demak, terutama masyarakat yang
berada di pusat kekuasaan beragama Islam. Kemudian ditunjang lagi dengan dakwah yang
dilakukan oleh berbagai ulama yang dekat dengan para penguasa yaitu Walisongo.
2. Kehidupan Politik
Jika dilihat dari kacamata politik dan sistem pemerintahannya, Kerajaan Demak adalah salah satu
kekuasaan terbesar di Jawa. Kerajaan tersebut berhasil mengakhiri dominasi panjang Kerajaan
Majapahit dan eksistensi penguasa Sunda yang sudah secara konsisten berdiri sejak abad
keenam Masehi.
Kerajaan Demak sendiri menempatkan adipati sebagai tangan panjang Sultan. Sementara untuk
wilayah seperti Tuban, Surabaya, dan Madiun mempunyai adipati yang cukup berpengaruh. Pada
abad ke 16, Kerajaan Demak kemudian dilanjutkan oleh kedudukan Portugis di Malaka. Kemudian
ada tahun 1527, terjadi peristiwa perebutan Sunda Kelapa dengan tujuan untuk menguasai semua
pesisir yang ada di pantai utara dan menangkal kedatangan Portugis di Pulau Jawa.
3. Kehidupan Ekonomi
Seperti yang kita tahu bahwa Kerajaan Demak berada di pesisir utara Pulau Jawa. Sehingga
sumber utama ekonomi masyarakat Demak adalah perdagangan laut. Tidak adanya kerajaan
Islam lain di Pulau Jawa, hal ini menjadi salah satu faktor mengapa Demak sangat aktif dalam
melakukan perdagangan di laut. Kemudian, Kerajaan Demak mencapai masa kejayaannya pada
masa pemerintahan Sultan Trenggono. Dimana pada saat itu, mereka berhasil memperluas
wilayah dan menguasai mayoritas pelabuhan utama seperti Madura, Tuban, Surabaya, Semarang,
Cirebon, Jepara, dan Sunda Kelapa. Tak hanya itu, kadipaten yang ada di pedalaman seperti
Kediri, Madiun, Malang, Pati, dan Panjang juga menjadi sumber utama pertanian dan juga
peternakan untuk komoditas dagang. Di dalam bidang pertanian, Beras Jawa adalah salah satu
komoditas cukup penting di dalam perdagangan internasional di Indonesia.
Masa Kejayaan Kerajaan Demak
Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung saat dipimpin Sultan Trenggana.
Ia naik takhta setelah Pati Unus. 
Pada masa kekuasaannya, Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam dan
wilayahnya meluas hingga ke Jawa bagian timur dan barat. 
Tak hanya itu saja, kehidupan ekonomi pada juga semakin berkembang karena
didukung oleh sektor pertaniannya. 
Hal ini karena lingkungan alam pedalaman Demak sangat subur dengan
komoditas utama berupa beras, gula, kelapa, dan palawija.
Dari daerah pedalaman, hasilm bumi itu diangkut ke pesisir, sebelum akhirnya
diedarkan ke luar daerah melalui jalur laut. 
Pada 1527, pasukan Islam yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan
Trenggana berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak
Berikut ini adalah beberapa pembahasan mengenai penyebab runtuhnya kerajaan Demak
1. Terjadi Perang Antar Saudara
Tragedi perang antar saudara ini berawal dari persaingan yang terjadi antara pangeran
Surowiyoto atau yang lebih dikenal dengan Sekar Seda Lepen dengan Sultan Trenggana.
Mereka merupakan dua putra dari pemimpin Kerajaan Demak sebelumnya yaitu Raden
Patah.
Setelah Raden Patah meninggal dunia, kedua putranya mulai bersaing untuk
memperebutkan kedudukan tahta raja. Setelah adanya persaingan tersebut, akhirnya
Sultan Trenggana lah yang berhasil menduduki tahta raja. Kemudian sesudah Sultan
Trenggana meninggal dunia, kedudukan raja digantikan oleh putranya yang bernama
Sunan Prawoto.
Akan tetapi, kedudukannya tidak berjalan lancar dan ditentang keras oleh Sekar Seda
Lepen. Akibat dari penolakan dari Sekar Seda Lepen, Sunan Prawoto akhirnya membunuh
Seda Lepen di tepi sungai saat Ia baru pulang dari masjid setelah melakukan sholat Jumat.
Pada tahun 1561, Arya Penangsang yaitu putra dari Sekar Seda Lepen membalaskan
dendam ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto sekeluarga dan merebut posisi raja
Demak yang kelima. Setelah Ia berhasil menjadi seorang raja, Arya Penangsang
memerintahkan para pengikutnya untuk membunuh pemimpin Jepara yaitu Pangeran
Hadiri. Hal itulah yang kemudian membuat para adipati termasuk Jaka Tingkir Hadiwijaya
memusuhi raja tersebut.
2. Adanya Perdebatan Sengketa di Dalam Keluarga
Salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Demak selanjutnya adalah perbedaan
keturunan yang ada di dalam keluarga Raden Patah. Ia diketahui mempunyai
banyak anak laki-laki, tapi berasal dari ibu yang berbeda-beda. Kerumitan yang
pertama dialami setelah meninggalnya Adipati Unus yang tidak memiliki anak laki-
laki.
Kemudian Pangeran Surowiyoto atau Sekar Seda Lepen dan juga Raden Trenggana
memperebutkan kekuasaan. Perdebatan tersebut terjadi karena Seda Lepen yang
merupakan putra tertua dari sang raja, tapi Ia terlahir dari istri ketiga. Sementara
Raden Trenggana yang lebih muda, lahir dari istri yang pertama.
3. Pemerintah Kerajaan yang Gagal
Pemerintah kerajaan Demak yang gagal menjadi salah satu faktor penyebab
Kerajaan Demak runtuh. Berbagai masalah yang terjadi seperti perbedaan mazhab
antara masyarakat dan bangsawa, pemerintah yang tidak peduli dengan rakyatnya
dan terlalu fokus dengan perang Portugis serta kurangnya mendengarkan aspirasi
dari rakyat, membuat Kerajaan Demak tidak dapat bertahan.
Hasil Kebudayaan dari Kerajaan Demak
1. Soko Tatal
Salah satu hasil kebudayaan yang diturunkan
oleh Kerajaan Demak adalah Soko Guru dan
Soko Tatal, dimana keduanya berada di Masjid
Agung Demak. Soko Guru merupakan tiga
buah tiang yang terbuat dari kayu utuh dan
memiliki diameter sekitar satu meter.
Sementara Soko Tatal terbuat dari potongan
kayu yang berasal dari kayu sisa pembuatan
tiga Soko Guru tadi.
Keunikan yang ada di dalam satu tiang Soko
Tatal ini ada karena Sunan Kalijaga hanya
bisa membuat tiga tiang penyangga.
Sementara masjid sudah siap untuk dibangun.
Oleh karena itu, Sunan Kalijaga memiliki ide
untuk mengumpulkan potongan kayu sisa
yang berasal dari tiga Soko Guru untuk
kemudian dibuat menjadi satu tiang
penyangga. Tiang itulah yang menjadi daya
tarik tersendiri untuk para pecinta wisata religi.
2. Pawestren
Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan
Islam yang ada di Indonesia yang mewariskan
banyak sekali hasil kebudayaan. Diantaranya
adalah Pawestren yang dibangun sebagai salah
satu tempat suci dan digunakan untuk sholat
berjamaah untuk perempuan. Pawestren
mempunyai dinding yang sangat indah dengan
ukiran yang dibuat dengan motif Majapahit atau
biasanya dikenal dengan motif maksurah. Tempat
ibadah tersebut dibangun dengan menggunakan
empat buah tiang utama dan diperkuat lagi dengan
empat tiang penyangga. Tiang utama yang ada di
Pawestren menopang blandar balok yang terdiri
dari tiga lapisan.
3. Situs Kolam Wudhu
Situs tersebut sangat dikenal oleh masyarakat dan menjadi salah satu hasil kebudayaan
Kerajaan Demak yang kerap dikunjungi oleh para wisatawan. Situs kolam wudhu ini
dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi para musafir ataupun santri yang mengambil
air wudhu ketika mengunjungi Masjid Agung Demak. Akan tetapi sekarang ini situs kolam
wudhu sudah tidak lagi digunakan.
4. Masjid Agung Demak
Masjid yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Sebab, Masjid Agung
Demak sudah sangat sering dijadikan sebagai tujuan wisata religi. Masjid tersebut
dibangun pada masa Kerajaan Demak di tahun 1479. Arsitektur yang ada di dalam
masjid ini sangat memanjakan mata. Kita bisa menyaksikan ornamen dan juga
kaligrafi yang cukup kental akan suasana Islamnya. Masjid ini berada di daerah Kota
Demak, tepatnya di Provinsi Jawa Tengah.
Demikian penjelasan mengenai pendiri Kerajaan Demak dan silsilah raja-rajanya,
dari awal berdirinya hingga keruntuhan Kerajaan Demak.
‫تسويق‬

Kerajaan Pajang

‫تسويق‬
© Kelompok Kelahiran
Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang
Sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa selalu diwarnai dengan dendam dan pertumpahan
darah. Sebagaimana ketika Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menyingkirkan pemimpin Kerajaan
Demak, Arya Penangsang. Lalu berdirilah Kerajaan Pajang pada tahun 1568 Masehi.
Sebelum berdiri sendiri menjadi kerajaan, Pajang merupakan wilayah di bawah kekuasaan
Kerajaan Demak. Wilayah Pajang dipimpin oleh Adipati Jaka Tingkir. Jaka Tingkir masih
memiliki hubungan dengan Kerajaan Demak. Ia merupakan menantu dari Sultan
Trenggono.
Namun tibalah suatu ketika, Jaka Tingkir menyerang Kerajaan Demak. Serangan tersebut
mengusung misi balas dendam Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati
Pajang. Bupati Jepara tersebut ingin menyingkirkan Arya Penangsang yang telah
membunuh suami dan adik suaminya.
Setelah Arya Penangsang Lengser, Jaka Tingkir diangkat menjadi pemimpin Demak. Ia
mendapat gelar Sultan Hadiwijaya, yakni gelar pengukuhan dari wilayah-wilayah yang
berada di bawah Kerajaan Demak.
Sultan Hadiwijaya kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang.
Selain kekuasaan, Hadiwijaya juga memindahkan seluruh benda pusaka Kerajaan demak
ke Pajang. Ia pun menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.
Letak Kerajaan Pajang

Berdasarkan sumber sejarah Kerajaan Pajang,


letaknya berada di Pajang, Laweyan, Surakarta,
Jawa Tengah. Lokasinya berada di Surakarta
bagian barat. Kerajaan tersebut berada di
datarang rendah, dan diapit oleh Sungai Pepe
dan Sungai Dangke.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Pajang meliputi
Pengging (Boyolali dan Klaten), Butuh (Madiun
dan derah lain di kawasan Sungai Bengawan
Solo), Tingkir (Salatiga), Mataram, Bagelen,
Kedu, Pati, Demak, Jeparang, Bojonegoro,
Kediri, dan beberapa kota besar di Jawa Timur.
Masa Kejayaan Kerajaan Pajang
Saat dipimpin oleh Hadiwijaya, Kerajaan Pajang mencapai puncak masa
kejayaannya. Raja-raja penting di Jawa Timur pada saat itu mengakui
kedudukan dan wilayah kekuasaannya.
Selain itu, Raja Hadiwijaya juga berhasil membuat kekuasaannya
bertambah luas. Dari tanah pedalamannya, ia berhasil memegang
wilayah ke arah timur, yakni sampai madiun. Tahun 1554, ia berhasil
menggulingkan Blora. Ia juga menaklukan Kediri pada tahun 1577.
Tak hanya sukses dalam hal politik. Pajang juga mempunyai sumber daya
alam dan sosial budaya yang maju. Daerah Kerajaan Pajang merupakan
lumbung padi yang besar. Di kawasan tersebut saluran irigasi berjalan
lancar. Hadiwijaya juga memperoleh penobatan sebagai Sultan Islam.
Penghargaan tersebut diberikan oleh raja-raja penting di Jawa Timur.
Runtuhnya Kerajaan Pajang
Tahun 1582 terjadi perang antara Pajang dan Mataram. Usai perang, Raja
Hadiwijaya sakit dan wafat. Lepas dari kepemimpinannya, kekuasaan Pajang
menjadi rebutan putranya Pangeran Benawa dengan menantunya Arya Pangiri.
Tahta Kerajaan Pajang pun diambil alih oleh Arya Pangiri. Sedangkan Pengeran
Benawa bertolah ke Jipang. Namun kepemimpinan Arya Pangiri tidak sebijak raja
sebelumnya. Ia sibuk mengurusi upaya balas dendam terhadap Mataram. Karena
hal itu, kehidupan rakyat Pajang tidak diperhatikan.
Pangeran Benawa yang merasa prihatin mengetahui kondisi Pajang.
Tahun 1586, Pangeran Benawa bekerja sama dengan Sutawijaya untuk
menyerang Pajang. Meski sebelumnya Sutawijaya melawan
ayahnya Hadiwijaya, tetapi Pangeran Benawa masih merangkulnya sebagai
saudara.
Arya Pangiri pun kalah di tangan dua persekutuan tersebut. Ia dipulangkan ke
daerah asalny,  Demak. Kepemimpinan Kerajaan Pajang kemudian diambil
oleh Pangeran Benawa.
Tahun 1587, pemerintahan Pangeran Benawa berakhir. Namun tidak ada putera
mahkota yang meneruskan tahtanya. Karena hal itu, Pajang pun diwariskan
menjadi wilayah kekuasaan Mataram.
Raja-raja Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang pernah dipimpin oleh lima raja dari tahun 1568 - 1618. Setiap raja
memiliki kontribusi dan kekuranganya masing-masing.
Jaka Tingkir
Jaka Tingkir atau Hadiwijaya memerintah dari tahun 1568 – 1583. Raja pemberani
tersebut lahir di Pengging, daerah di lereng Gunung Merapi. Ia merupakan cucu dari
Sunan Kalijaga yang berasal dari Kadilangun.
Jaka Tingkir mempunyai nama kecil Mas Krebet.Nama tersebut ia dapatkan karena
kelahirannya bertepatan dengan adanya pertujukan wayang beber di rumahnya.
Saat remaja, ia memperoleh nama Jaka Tingkir. 
Jaka Tingkir menikah dengan puteri dari Sultan Trenggana, Raja Kerajaan Demak.
Setelah berhasil menggulingkan Arya Penangsang, ia diangkat menjadi Raja Demak.
Gelar “Hadiwijaya” ia dapatkan.  
Hadiwijaya lalu memindahkan pemerintahan ke Pajang dan sukses mendirikan
Kerajaan Pajang. Ia berhasil menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah selatan
Jawa. Wilayah kekuasaanya juga meluas sampai ke Jawa Timur.
Arya Pengiri 
Arya Pengiri naik tahta menjadi Raja Pajang menggantikan Hadiwijaya. Ia memimpin dari
1583 – 1586. Namun pada masa di tangannya, Kerajaan Pajang mengalami kemunduran.
Ia kurang bijaksana dalam memimpin.
Karena hal itu, pemerintahannya diserang oleh persekutuan antara Pengeran Benawa dan
Sutawijaya Mataram pada 1588. Arya Pangiri pun lengser. Kekuasaan Pajang kemudian
diperintah oleh Pangeran benawa.
Pangeran Benawa 
Pangeran Benawa menduduki tahta Kerajaan Pajang setelah menggulingkan Arya Pengiri.
Ia memerintah dari 1586 – 1587. Pada masa pemerintahannya ia menjali kerjasama yang
baik dengan Kerajaan Mataram.
Pangeran Benawa hanya memerintah selama satu tahun, kemudian wafat. Sesuai
keinginannya, Kerajaan Pajang kemudian diambil alih oleh Sutawijaya Mataram.
Gagak Bening 
Selepas Pangeran Benawa mangkat, Pajang berada di bawah Matara. Namun Pajang
tetap memiliki raja, yakni Gagak Bening. Gagak Bening merupakan seorang Pangeran dari
Mataram.
Saat memerintah, Gagak Bening gencar melakukan perombakan dan perluasan istana.
Namun Gagak bening hanya memimpin sebentar dari 1587 – 1591. 
Pangeran Benawa II 
Setelah wafatnya  Gagak Bening, pemerintahan Pajang dipegang oleh
Pangeran Benawa II, yang merupakan cucu Sultan Hadiwijaya. Pangeran
Benawa memimpin Pajang di usia yang muda.
Masa pemerintahannya berjalan biasa-biasa saja tanpa masalah. Baru pada
1617-1618, banyak pihak mendukung agar Pajang melepaskan diri dari
Mataram. Pangeran Benawa II kemudian mengerahkan pasukan untuk
menyerang Mataram. Namun serangan tersebut justru membuat Pajang kalah
dan hancur.
Peninggalan Kerajaan Pajang
Makam Jaka Tingkir
Salah satu peninggalan Pajang yang cukup melegenda adalah Makam Jaka Tingkir.
Makam ini berada di Butuh, Gedongan, Plupuh, Dusun II, Gedongan, Plupuh, Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah.
Makam Butuh adalah nama Komplek pemakaman ini. Di kawasan kompleks terdapat
sebuah masjid bernama Masjid Butuh
Kampung Batik Laweyan
Kampung Batik Laweyan saat ini terkenal sebagai perkampungan wisata batik. Kompleks
perkampungan ini terletak di kelurahan Laweyan, kecamatan Laweyan, Surakarta.
Kampung ini sudah ada sejak era Kerajaan Pajang tahun 1546. Kampung ini memiliki konsep
desa yang terintegrasi. Luas kampung ini, yakni 24 hektar dan dibagi menjadi 3 blok.
Masjid Leweyan Solo
Masjid Leweyan didirikan oleh Joko Tingkir sekitar tahun 1546. Lokasi masjid ini berada di
Dusun Belukan, RT. 04 RW. 04, Kelurahan Pajang, Kecamatan Pajang, Surakarta. Di
samping masjid terdapat makam-makam kerabat Kerajaan Pajang. Ada makam Ki Ageng
Henis, seorang penasehat rohani.
Bangunan masjid ini bergaya perpaduan tradisional Jawa, Eropa, Cina dan
Islam. Bangunannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ruang induk (utama), serambi kanan,
dan serambi kiri.

Anda mungkin juga menyukai