Anda di halaman 1dari 26

KERAJAAN DEMAK

1. Kerajaan Demak

Secara geografis, Demak yang didirikan oleh Raden


Patah, memiliki letak yang sangat menguntungkan
baik untuk perdagangan maupun pertanian. Demak
terletak ditepi pantai Selat Muria yang memisahkan
Jawa dari pegunungan Muria. Sampai sekitar abad
ke-17 Selat Muria cukup lebar dan dalam sehingga
dapat dilayari. Banyak kapal-kapal dagang dari
Semarang mengambil jalan pintas berlayar melalui
Demak menuju ke Rembang.
Demak merupakan kerajaan agraris maritim, Kerajaan Demak
Bintoro memiliki dua pelabuhan, yaitu, Pelabuhan niaga, di sekitar
Bonang (Demak) dan Pelabuhan militer, di sekitar Teluk Wetan
(Jepara). Demak berkembang menjadi pangkalan yang penting,
karena pelayaran dan perdagangan dari Malaka ke Maluku dan
sebaliknya, melintasi Bandar Demak baik sebagai tempat untuk
melakukan transaksi maupun sebagai pelabuhan persinggahan.

Runtuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, berakibat


semakin ramainya kegiatan pelayaran dan perdagangan di Demak.
Hal itu disebabkan setelah Malaka jatuh ketangan Portugis, para
pedagang Islam tidak mau lagi berdagang dengan Portugis di Malaka
dan mencari tempat persinggahan baru, diantaranya, Demak.
Sehingga dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis itu
menyebabkan jaringan perdagangan dari kerajaan-kerajaan maritim
Islam yaitu Aceh, Banten, Ternate dan Demak bergeser lebih ke
selatan. Oleh karena itulah Raden Fattah memerintahkan putranya,
Pati Unus memimpin penyerangan ke Malaka pada 1512, satu tahun
setelah Portugis menguasai Malaka.
Kehadiran Kyai Palembang
sebagai Syahbandar, berhasil
mengembangkan bandar laut
Demak menjadi besar sehingga
Kasultanan Bintoro Demak
menjadi negara maritim sekaligus
pusat perdagangan.
d. Kehidupan Budaya

Dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan dari kerajaan
Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, yang salah satu tiang utamanya terbuat dari
pecahan- pecahan kayu (soko tatal), atap tumpang, dan di belakangnya terdapat makam raja-
raja Demak. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga.
'Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga
menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi
Muhammad saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di
Surakarta, Yogyakarta dan Cirebon."
Pada upacara sekaten, dibunyikan gamelan dan rebana di depan serambi masjid, sehingga
masyarakat berduyun-duyun mengerumuni dan memenuhi depan gapura. Lalu para wali
mengadakan semacam pengajian akbar, hingga rakyat pun secara sukarela dituntun
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Pada masa berkembangnya Kerajaan Demak, kesenian juga berkembang pesat, seperti wayang
orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat, pembuatan keris, dan hikayat-hikayat Jawa.
'Selain itu, Raden Fatah, sebagai Sultan Demak juga pernah menuliskan sebuah kitab hukum
yang disebut dengan salokananta. Di dalamnya antara lain dijelaskan tentang pemimpin
keagamaan yang sekaligus menjabat sebagai hakim yang disebut dharmahyaksa dan
kertopapatti.
c. kehidupan ekonomi
Demak merupakan kerajaan agraris dan maritim, Pada abad ke-16
Demak menjadi pusat penimbunan beras hasil dari daerah-daerah
sebelah Selat Muria. Demak berkembang menjadi lumbung padi
yang penting di Jawa. 'Demak merupakan pemasok beras utama
dalam perdagangan internasional di Malaka. Selain beras, komoditi
perdagangan yang diekspor Demak antara lain, garam, kayu jati,
madu, dan lilin. Dengan demikian, kegiatan perdagangan yang
ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh
keuntungan besar dalam bidang ekonomi.
Demak menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian
barat dengan Indonesia bagian Timur. Bahkan dengan datangnya
pedagang asing jaringan perdagangan Demak juga telah mencapai
kawasan di sebelah barat Selat Malaka hingga dunia Arab. Menurut
Tome Pires, pelabuhan Demak banyak dikunjungi oleh pedagang-
pedagang Persia, Arab, Gujarat, dan Melayu. Dengan kegiatan
dagangnya mereka menjadi kelompok sosial yang kaya.
RADEN PATAH
Raden Patah adalah putra Brawijaya V dari istri seorang putri
China (Campa) hadiah dari Raja Palembang. Setelah takhta
ayahnya jatuh ke tangan Girindrawardhana dari Keling (Daha),
Demak menjadi terancam.
Akibatnya terjadi peperangan antara Demak dan Majapahit
pimpinan Girindrawardhana dan keturunannya yang bernama
Prabu Udara hingga 1518. Demak menang kemudian menjadi
kerajaan Islam terbesar di Jawa.
Demak berhasil menggantikan posisi Majapahit sebagai kerajaan
yang berpengaruh di Jawa karena Majapahit hancur setelah
peperangan. Perkembangan Islam di Jawa secara intensif terjadi
pada masa kerajaan Demak.
Raden Patah mulai berkuasa pada 1478 dengan pusat
pemerintahan Di Demak Bintoro, pesisir utara Jawa Tengah. Dalam
menjalankan pemerintahan, Raden Patah didampingi dewan wali
yang dikenal sebagai
Wali Songo. Wali Songo berjasa mengislamkan Jawa sampai ke
daerah pedalaman.

Sejak saat itu Demak berkembang dan menguasai jalur


perdagangan di Indonesia. Wilayah kekuasaan Demak cukup
luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa dengan
pengaruh hingga ke luar Jawa seperti Palembang, Jambi, Banjar
dan Maluku.
Raja pertama Demak adalah Raden fatah, dimana selama
pemerintahannya kerajaan demak berkembang dengan pesat
sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama islam
Memiliki sistem pemerintahan kesultanan, yang salah satu sultan
yang memimpin kerajaan Demak adalah Sultan Trenggono
Kehidupan politik pasti identik dengan wilayah kekuasaan. Awalnya
kekuasaan Kesultanan Demak berada hanya di Jawa Tengah. Hingga
kemudian di bawah kekuasaan Sultan Trenggono, kerajaan ini
berhasil meluaskan wilayahnya hingga Jawa Barat, Banten,
Jayakarta, Jawa Timur, dan beberapa bagian di Cirebon
Memiliki sistem pemerintahan kesultanan, yang salah satu
sultan yang memimpin kerajaan Demak adalah Sultan
Trenggono

Kehidupan politik pasti identik dengan wilayah kekuasaan.


Awalnya kekuasaan Kesultanan Demak berada hanya di Jawa
Tengah. Hingga kemudian di bawah kekuasaan Sultan
Trenggono, kerajaan ini berhasil meluaskan wilayahnya hingga
Jawa Barat, Banten, Jayakarta, Jawa Timur, dan beberapa
bagian di Cirebon
PATI UNUS
Pati Unus alias Yat Sun dikenal
sebagai Pangeran Sabrang Lor
adalah Sultan Demak kedua yang
memerintah dari tahun 1518- 1521.
Pati Unus bernama asli Raden Abdul
Qadir. Ia adalah putra mahkota
Raden Patah, pendiri Demak.
Wikipedia
Kelahiran: 1480, Jepara
Meninggal: 1521, Demak
Anak: Pangeran Arya Jepara, Raden
Abdullah
Nama panggilan: Pati Unus
Tempat pemakaman: Kompleks
Makam Raja Demak, Demak
Saudara kandung: Trenggono
Kebangsaan: Indonesia
Kehidupan politik masa Adipati Unus ini sangat berebeda
dengan masa kehidupan politik kerajaan Demak sebelumnya.
Keadaan pada masa awal berdirinya Kerajaan Demak pada
masa Raden Patah lebih kepada masa pembangunan dan
peletakan dasar Kerajaan Demak, sedangkan pada masa
Adipati Unus ini lebih kepada perluasan daerah kekuasaan.
Adipati Unus menjadi raja Demak setelah Raden Patah
meninggal dunia. Adipati Unus ini tidak begitu lama
memerintah Kerajaan Demak, dimulai pada tahun 1518-1521
M. Adipati Unus tidak lama memerintah Demak, ia meninggal
dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan putera.
Meski Adipati Unus memerintah hanya sebentar saja, namun
usaha dalam rangka untuk memperluas daerah kekuasaan cukup
besar. Diantaranya adalah dengan pasukan Demak menyerang
Portugis di Malaka. Sebenarnya, rencana serangan ke Malaka ini
sudah direncanakan sejak Raden Patah masih hidup, yaitu sejak
tahun 1509 yang sayangnya didahului oleh Pertugis pada tahun
1511. Kemudian baru terlaksana pada tahun 1512 dengan
Adipati Unus mengirimkan pasukannya untuk menyerang
Portugis. Namun sayang, pada serangan pertama tersebut
pasukan Adipati Unus dihujani meriam oleh Portugis.
Gagal pada serangan pertama, Adipati Unus kemudian
melakukan serangan lagi pada tahun 1521 namun tetap gagal
meski kapal sudah direnofasi disesuaikan dengan medan yang
ada. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521
M. Adipati Unus ini perannya lebih besar tatkala Raden Patah
masih menjadi raja, ia bahkan berhasil mengalahkan Kerajaan
Majapahit yang beragama Hindu dan saat itu menjalin
kerjasama dengan Portugis.
Segera setelah didirikan, kerajaan ini berkembang pesat dan
mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh Sultan
Trenggono (1521-1546).
Namun, Kerajaan Demak tidak berdiri dalam waktu lama karena
mengalami keruntuhan akibat perang saudara.
Wafatnya Sultan Trenggono pada 1546 menandai runtuhnya
Kerajaan Demak.
SUNAN PROWOTO
Sunan Prawoto (nama lahirnya Raden Mukmin atau Muk
Ming[1]) adalah raja Demak keempat bergelar Sultan
Prawoto, yang memerintah tahun 1546-1549. Sunan
Prawoto lebih cenderung sebagai seorang ahli agama
daripada ahli politik. Pada masa pemerintahannya, daerah
bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan
Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dikuasainya.
Menurut Babad Tanah Jawi, ia tewas dibunuh oleh Rungkud,
orang utusan Adipati Jipang Arya Penangsang, yang tak lain
adalah sepupunya sendiri, Rungkud pun tewas dalam
pertarungan tersebut. Setelah kematiannya, Arya Penangsang
menggantikannya menjadi Raja Demak lalu memindahkan pusat
pemerintahan ke Jipang. Masa ini dikenal dengan sebutan
Demak-Jipang.
Sepeninggal Trenggana yang memerintah Demak tahun 1521-
1546, Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta. Namun,
keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, ia lebih berbakat
sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin kemudian
menggantikan kedudukan Sultan Trenggana dan memindahkan
Pusat Pemerintahan ke daerah Prawoto. Masa ini dikenal dengan
sebutan Demak-Prawoto, oleh karena itu, Raden Mukmin pun
terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto. Raden Mukmin juga
memiliki sebuah pasanggarahan yang sering digunakan
Raja/Sultan Demak Trenggana selama musim hujan.
Arya Panangsang alias Jipang
kang (keturunan putri champa)
atau Raden Jipang ia di kenal
sebagai Raja Demak V.
Merupakan murid kesayangan
Sunan Kudus. Memerintah pada
pertengahan abad ke-16 M.
Sepeninggal Raden Kikin, Arya Panangsang menggantikan
kedudukan ayahnya sebagai Adipati Jipang. Saat itu usianya
masih 16 tahun, sehingga pemerintahannya dibantu Patih Mat
Ahun (Mentaun). Menurut Kitab Kapunggawan Jipang
Jumenengan Arya Panangsang baru di laksanakan empat
tahun kemudian yakni pada tahun 1525, saat itu Arya
Panangsang berumur 20 tahun.
Trenggana naik takhta Kerajaan Demak tahun 1521.
Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di Panarukan,
Situbondo tahun 1546 saat mencoba kembali menyerang
Portugis meneruskan perjuangan Pati Unus. Raden Mukmin
menggantikan sebagai raja keempat bergelar Sunan Prawoto.
Ibukota Kerajaan Demak ia pindahkan ke Prawoto. Demak
pada periode ini dikenal dengan sebutan Demak Prawoto
(1546 - 1549).
Pada tahun 1549 Arya Panangsang dikisahkan oleh Babad Tanah
Jawi membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan
bernama Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan
Keris Kyai Setan Kober. Rangkud sendiri tewas saling bunuh
dengan korbannya itu. Setelah kematian Sunan Prawoto, Arya
Panangsang menjadi Penguasa Demak sebagai Sultan Demak V,
ibukota Kerajaan Demak ia pindahkan ke Jipang. Periode ini
dikenal dengan sebutan Demak Jipang (1549- 1554).
Pada tahun 1554 Arya Panangsang berhasil dibunuh oleh
Pasukan utusan Adipati Pajang. Dengan Gugur nya Arya
Panangsang maka roboh pulalah kekuasaan Kesultanan Demak
lalu berdirilah Kerajaan Pajang.
TANYA JAWAB
1 .(Amel) mengapa sistem pemerintahan di dalam kerajaan demak
bersifat teokrasi?

2. (ernani) runtuhnya Malaka pada tahun?

3. (sando) selain beras komoditi yg di xpore dari Demak antara lain?

Anda mungkin juga menyukai