“KESULTANAN DEMAK”
DISUSUN OLEH :
PUAN FAIZA NURIANADA
26
X MIPA 6
SMAN 1 PURWOKERTO
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di
pantai utara Jawa ("Pasisir"). Kerajaan Demak pertama kali didirikan oleh Raden Patah. Menurut
tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian
muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit. Ketika Kerajaan
Majapahit runtuh, Demak lalu mulai memisahkan diri dari Ibu Kota di Bintoro.
Kerajaan demak memiliki lokasi yang sangat strategis karena terletak antara pelabuhan
bergota dari kerajaan Mataram Kuno dan Jepara, kedua tempat inilah yang telah membuat Demak
menjadi kerajaan dengan pengaruh sangat besar di Nusantara.Kerajaan ini tercatat menjadi
pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya, Walaupun tidak
berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di
antara kerabat kerajaan.Kerajaan.
1.3 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memberi informasi dan wawasan kepada pembaca
mengenai sejarah Kerajaan Demak , masa keemasan Kerajaan Demak, masa keruntuhan Kerajaan
Demak dan sebagainya.
BAB II PEMBAHASAN
Berdirinya kerajaan Demak bermula dari misi para muballigh dalam mengislamkan jawa
yang kemudian terkenal dengan sebutan “ wali songo”. Dalam penyiaran dan perkembangan
islam di jawa selanjutnya, para walisongo memusatkan kegiatannya dengan menjadikan kota
demak sebagai sentral segala sesuatunya. Atas dukungan walisongo tersebut, terutama atas dasar
perintah sunan Ampel, maka raden Patah ditugaskan untuk mengajarkan agama islam dan
membuka pesantren di desa glagah wangi. Tidak lama kemudian, desa inii banyak dikunjungi
orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat
perdagangan dan bahkan menjadi pusat kerajaan islam pertama di Jawa.
Kerajan islam pertama ini didirikan oleh raden Patah atas restu dan dukungan para walisongo
yang diperkirakan tidak lama setelah keruntuhan kerajaan majapahit yaitu tahun ± 1478 M yang
lalu.
1) Menurut prof. Purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang artinya tanah yang
mengandung air ( rawa)
2) Menurut sholichin salam dalam bukunya “ sekitar walisongo “ menyatakan bahwa prof.
Dr.Hamka berpendapat , kota Demak adalah berasal dari bahasa arab “ Dimak” yg artinya air
mata . menggambarkan kesulitan dalam menegakkan agam islam pada waktu itu.
3) Menurut prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari bahasa kawi yang artinya
pegangan atau pemberian.
Kerajaan Demak mengalami masa kejayaannya di awal abad ke-16. Pada masa itu
Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di pulau Jawa. Bahkan tak ada satupun
kerajaan lain di pulau Jawa yang mampu menandinginya dalam usahanya memperluas wilayah
kekuasaannya. Hal ini dilakukan Kerajaan Demak dengan cara menundukkan beberapa kawasan
pelabuhan dan pedalaman di Nusantara. Berdasarkan catatan sejarah, ada 2 pemimpin atau Raja
Demak yang telah membawa Demak ke puncak keemasannya. Mereka adalah :
1. Pati Unus
Saat berada di bawah kekuasaan Pati Unus, Demak menjadi kerajaan yang berwawasan
nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar.Di masa
kepemimpinannya, Demak pernah merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka yang
dulu menjadi salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Demak. Saat itu, Pati Unus pun
mengirimkan armada lautnya beberapa kali untuk menyerang Portugis di Malaka.
2. Sultan Trenggana
Sultan Trenggana merupakan Raja Kerajaan Demak yang dikenang jasanya atas
penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah kekuasaannya,
Kerajaan Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti :
Sunda Kelapa dari Kerajaan Pajajaran, serta menghalau tentara Portugis yang akan
mendarat di sana
Tuban
Madiun
Surabaya
Pasuruan
Malang
Kerajaan Blambangan, yaitu kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa
Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan
Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak
waktu itu adalah Fatahillah, seorang pemuda asal Pasai, Sumatera, yang juga menjadi menantu
Sultan Trenggana. Sementara itu, Maulana Hasanuddin putra Sunan Gunung Jati mendapat
perintah dari Sultan Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Sedangkan Sunan Kudus
yang merupakan imam di Masjid Demak juga menjadi pemimpin utama dalam penaklukan
Kerajaan Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
2.3 Runtuhnya Kerajaan Demak
1. Konflik kekuasaan
Setelah Pati Unus wafat dan tidak memiliki penerus karena tidak memiliki keturunan
maka terjadi perebutan tahta kekuasaan antara Trenggono dengan Pangeran Seda Lepen
keduanya merupakan anak dari Raden Patah. Trenggono adalah anak dari Istri pertama namun
lebih muda usianya sedang Pangeran Seda Lepen adalah anak dari Istri ketiga dan usianya lebih
tua. Namun akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan Trenggono yang menjadi Raja ketiga Demak.
Setelah Sultan Trenggono wafat masih terus terjadi perebutan kekuasaan Kerajaan Demak.
2. Wilayah Kekuasaan
Masa pemerintahan Kerajaan Demak dikenal dengan daerah maritim karena berkuasa di
pesisir pantai sehingga cenderung melupakan wilayah lain khususnya daerah pedalaman yang
lama kelamaan mulai terpecah belah.
Pemberontakan terjadi karena masalah politik yang ada kaitannya dengan para pemimpin
setelah pemerintahan Majapahit yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Demak yang baru.
Kebanyakan dari mereka telah memeluk agama Islam aliran Syiah.
Setelah wafat Sultan Trenggono kembali terjadi perebutan dan pembunuhan untuk
mendapatkan tahta kekuasaan Demak Perebutan kekuasaan antara saudara dan penerus tahta, dan
polemik berkepanjangan yang akhirnya dimenangkan Jaka Tingkir yang selanjutnya ibukota
Demak pindah ke Pajang. Namun kemenangan Jaka Tinggir yang tidak lain berdarah Majapahit
merubah sistem pemerintahan dari Maritim menjadi Agraris.
Dengan demikian perdagangan di Demak semakin berkembang. Dan hal in juga didukung
oleh pengusaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.
Sebagai kerajaan islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan
masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi
dagang. Dengan demikian, kegiatan perdagangannya di tunjang oleh hasil pertanian, yang
mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan dibidang ekonomi.
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan
budaya islam, karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam pertama di pulau
Jawa. Sebagai pusat penyebaran Islam, Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti
Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Bonang. Para wali tersebut memiliki
peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak, seperti yang dilakukan oleh
Sunan Kudus yang memberi nasihat kepada Raden Patah untuk membuat siasat menghancurkan
kekuatan potugis dan membuat pertahanan yang kuat di Indonesia.
Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/ bangsawan, para wali/ulama
dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang
diselenggarakan di Masjid maupun di Pondok Pesantren, sehingga tercipta kebersamaan atau
Ukhuwah Islamiah ( Persaudaraan di antara orang- orang Islam )
Demikian pula di bidang budaya, banyak hal yang menarik yang merupaka peninggalan
dari kerajaan Demak.Salah satunya adalah Masjid Demak, dimana salah satu tiang utamanya
terbuat dari pecahan- pecahan kayu yang disebut dengan soko Tatal. Masjid Demak dibangun
atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Majid ( pendopo ) itulah Sunan Kalijaga
menciptakan dasar- dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad SAW) yang sampai
sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon. Hal tersebut menunjukan adanya
akulturasi kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam.
Setelah Demak berkuasa kurang lebih setengah abad, ada beberapa hasil peradaban
Demak yang sampai saat ini masih dapat dirasakan. Misalnya :
Sultan Demak, Senopati Jimbun pernah menyusun suatu himpunan undang-undang dan
peraturan di bidang pelaksanaan hukum. Namanya : Salokantara, sebagai kitab hukum, maka di
dalamnya antara lain menerangkan tentang pemimpin keagamaan yang pernah menjadi hakim.
Mereka disebut dharmahyaksa dan kertopapatti.
Gelar pengulu ( kepala ), juga sudah dipakai disana, yang sudah dipakai Imam di Masjid
Demak. Hal in juga terkait dengan orang yang terpenting disana, yaitu nama Sunan Kalijaga.
Kata Kali berasal dari bahasa Arab Qadli, walaupun hal itu juga dikaitkan dengan nama sebuah
sungai kecil, Kalijaga di Cirebon. Ternyata istilah Qadli, pada masa-masa selanjutnya dipakai
oleh imam-imam masjid.
Peranan penting Masjid Demak sebagai pusat peribadatan Kerajaan Islam pertama di
Jawa. Dengan Masjid, umat Islam di Jawa daapt mengadakan hubungan dengan pusat-pusat
Islam Internasional di luar negeri ( di Tanah Suci, maka dengan kekhalifahan Ustmaniyah di
Turki ).
Munculnya kesenian, seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat,
pembuatan keris, dan hikayat-hikayat Jawa yang dipandang sebagai penemuan para wali yang
sezaman dengan Kerajaan Demak.
Perkembangan sastra Jawa yang terpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai timur
Jawa yang mungkin sebelumnya tidak di islami, maupun pada masa-masa selanjutnaya
“diislamkan”.
Kemajuan Kerajaan Demak dalam berbagai bidang tidak bisa dilepaskan dari peran serta
Islam dalam menyusun dan membentuk fondasi Kemasyarakatan Demak yang lebih Unggul,
disamping itu peran serta para pemimpin dan para Wali juga turut membantu kejayaan Kerajaan
Demak.
Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati Jumbung
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya yang
bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya sudah pernah
memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang berada di Selat Malaka.
Sayangnya, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena
keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati unus
mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya yang
bernama Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak kejayaannya.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Kerajaan ini hanya berumur pendek. Namun, para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan
mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil menjadikan negerinya
sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu anaknya, Patih Yunus (Adipati
Unus) berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan
kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin
kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Setelah wafatnya Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M, memerintahlah raja paling
terkenal dari kerajaan ini yaitu Raden Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah seorang
mujahid besar yang di antara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya Islam ke daerah
Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H/1546 M.
Kebudayaan yang berkembang di kerajaan Demak bercorak Islam. Hal tersebut tampak
dari peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid, makam, batu nisan, kitab suci Al-Quran,
kaligrafi dan karya sastra. Sampai sekarang pun Demak di kenal sebagai pusat pendidikan agama
Islam.
SARAN
Dari keberadaanya Kerajaan Demak di nusantara pada masa yang lalu. Maka kita wajib
mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati
yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara
budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti
kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama
menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua.
LAMPIRAN
6. Kerajaan Demak
Sumber : Guru pendidi kan.com
https://www.gurupendidikan.co.id/wp-content/uploads/2017/01/kerajaan-demak.jpg
7. Raja-raja Kerajaan Demak
Sumber : Mahessa blog
https://1.bp.blogspot.com/VEFWSCtLGfE/W_QlkUhqnsI/AAAAAAAAQp4/UGpkD
Dz_DX4sYGc79ydazl5zWUM-2gGBACLcBGAs/s1600/a1.jpg
DAFTAR PUSTAKA