Anda di halaman 1dari 9

Demak : Kerajaan Maritim Islam Pertama di Jawa

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Maritim


Dosen Pengampu : Drs. Abdul Muntholib, M.Hum
Oleh :
Trisna Yuliana
3101415036
Pendidikan Sejarah 6A

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Sebelumnya kerajaan Demak merupakan keadipatian dari kerajaan Majapahit.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500 hingga tahun 1550.
Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang telah mendapatkan
pengukuhan dari Prabu Brawijaya yang secara resmi menetap di Demak dan
mengganti nama Demak menjadi Bintara.(Muljana: 2005). Raden Patah
menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak..Atas bantuan daerah-
daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam seperti Jepara, Tuban dan
Gresik, ia mendirikan Kerajaan Islam dengan Demak sebagai pusatnya. Raden
patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit
saat itu, karena kondisi Kerajaan Majapahit yang memang dalam kondisi
lemah. Bisa dikatakan munculnya Kerajaan Demak merupakan suatu proses
Islamisasi hingga mencapai bentuk kekuasaan politik. Apalagi munculnya
Kerajaan Demak juga dipercepat dengan melemahnya pusat Kerajaan
Majapahit sendiri, akibat pemberontakan serta perang perebutan kekuasaan di
kalangan keluarga raja-raja.
Kerajaan Demak memiliki lokasi yang sangat strategis karena terletak
antara pelabuhan bergota dari kerajaan Mataram Kuno dan Jepara, kedua
tempat inilah yang telah membuat Demak menjadi kerajaan dengan pengaruh
sangat besar di Nusantara. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban,
Sedayu Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di samping
itu, Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti
Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi
pelabuhan transito (penghubung).

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses berdirinya Kerajaan Demak ?
b. Bagaimana peran Kerajaan Demak sebagai Kerajaan Maritim pertama
di Jawa ?
c. Sebab-sebab apakah yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Demak
?
3. Tujuan
a. Mengetahui proses berdirinya Kerajaan Demak
b. Mengetahui peran Kerajaan Demak sebagai Kerajaan Maritim Islam
pertama di Jawa
c. Mengetahui sebab-sebab mundurnya Kerajaan Demak
1. Berdirinya Kerajaan Demak di Jawa
Berdirinya kerajaan Demak bermula dari misi para muballigh dalam
mengislamkan jawa yang kemudian terkenal dengan sebutan “Wali Songo”.
Dalam penyiaran dan perkembangan islam di Jawa selanjutnya, para
walisongo memusatkan kegiatannya dengan menjadikan kota demak sebagai
sentral segala sesuatunya. Atas dukungan walisongo tersebut, terutama atas
dasar perintah Sunan Ampel, maka Raden Patah ditugaskan untuk
mengajarkan agama islam dan membuka pesantren di Desa Glagah Wangi.
Tidak lama kemudian, desa ini banyak dikunjungi orang. Tidak hanya menjadi
pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat
perdagangan dan bahkan menjadi pusat kerajaan islam pertama di Jawa.
Kerajan islam pertama ini didirikan oleh Raden Patah atas restu dan
dukungan para walisongo yang diperkirakan tidak lama setelah keruntuhan
Kerajaan Majapahit ( semasa pemerintahan prabu brawijaya ke V / kertabumi
) yaitu tahun ± 1478 M . sinengkelan (ditandai dengan condro sengkolo)
“Sirno Ilang Kertaning Bhumi”. Adapun berdirinya Kerajaan Demak
sinengkelan “ geni mati siniram janmi” yang artinya tahun soko 1403 / 1481
M.
Sebelum Demak menjadi pusat kerajaan, dulunya demak merupakan
kadipaten di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit ( brawijaya V) . dan
sebelum berstatus kadipaten , lebiih dikenal orang dengan nama “ glagah
wangi “. Yang menjadi wilayah kadipaten Jepara dan merupakan satu-satunya
kadipaten yang adipatinya memeluk agam islam. Menurut cerita rakyat, orang
yang pertama kali dijumpai oleh raden patah di Glagah wangi adalah Nyai
Lembah yang bersal dari rawa pening. Atas saran Nyai Lembah inilah , raden
patah bermukim di desa glagah wangi yang kemudian dinamai “ Bintoro
Demak “. Kemudian dalam perkembangannya dan semakin ramainya
masyarakat, akhirnya bintoro menjadi ibu kota Negara.
Adapun asal kota Demak , ada beberapa pendapat. Antara lain :
1. Menurut Prof. Purbotjaroko, Demak berasal dari kata Delemak. Yang
artinya tanah yang mengandung air ( rawa)
2. Menurut Sholichin salam dalam bukunya “ sekitar walisongo “
menyatakan bahwa prof. Dr.Hamka berpendapat , kota Demak adalah
berasal dari bahasa arab “ Dimak” yg artinya air mata .
menggambarkan kesulitan dalam menegakkan agam islam pada
waktu itu.
3. Menurut prof. R.M. Sutjipto Wiryosuparto, Demak berasal dari
bahasa kawi yang artinya pegangan atau pemberian

2. Peran Kerajaan Demak sebagai kerajaan maritime islam pertama di


Jawa
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat
di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi
usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan
beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara. Perekonomian
Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi
Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya
merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil.
Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara
cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito (penghubung)
daerah penghasil rempah-rempah dan mempunyai sumber penghasilan
pertanian yang cukup besar.
Selain itu Demak berperan penting sebab mempunyai daerah pertanian
yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain
itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras,
madu, dan lilin. Barang itu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara.
Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.
Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung
atau transito antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan
Malaka, dan dari Malaka lalu dibawa para pedagang menuju kawasan Barat.
Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor dunia kemaritiman,
juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian. Posisi kerajaan Demak sangat
strategis dalam perdagangan laut, pelabuhannya sering digunakan transit
kapal-kapal dagang dari wilayah Barat yang hendak ke Selat Malaka, begitu
pun sebaliknya. Keinginan untuk menjadi kerajaan maritime dilakukan dengan
usaha menaklukan Malaka dari Portugis. Usaha ini gagal, meskipun demikian
tidak meruntuhkan perekonomian Demak sebab didukung oleh hasil pertanian
dan mendapat keuntungan ekonomi yang besar. Kesadaran pentingnya
memanfaatkan ekonomi pertanian, Demak melaksanakan perluasan wilayah
ke daerah-daerah di sekitarnya termasuk ke Jawa Barat.
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada
agama dan budaya islam, karena pada dasarnya Demak adalah pusat
penyebaran Islam pertama di pulau Jawa. Sebagai pusat penyebaran Islam,
Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga,
Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Bonang. Para wali tersebut memiliki
peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak, seperti yang
dilakukan oleh Sunan Kudus yang memberi nasihat kepada Raden Patah untuk
membuat siasat menghancurkan kekuatan potugis dan membuat pertahanan
yang kuat di Indonesia. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara
raja/ bangsawan, para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut,
tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid
maupun di Pondok Pesantren, sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah
Islamiah ( Persaudaraan di antara orang- orang Islam).
Demikian pula di bidang budaya, banyak hal yang menarik yang merupaka
peninggalan dari kerajaan Demak.Salah satunya adalah Masjid Demak,
dimana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan- pecahan kayu yang
disebut dengan soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan
Kalijaga. Di serambi depan Majid ( pendopo ) itulah Sunan Kalijaga
menciptakan dasar- dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad SAW)
yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon. Hal
tersebut menunjukan adanya akulturasi kebudayaan Hindu dengan
kebudayaan Islam.
Setelah Demak berkuasa kurang lebih setengah abad, ada beberapa hasil
peradaban Demak yang sampai saat ini masih dapat dirasakan.
Misalnya :
1. Sultan Demak, Senopati Jimbun pernah menyusun suatu himpunan
undang-undang dan peraturan di bidang pelaksanaan hukum. Namanya
: Salokantara, sebagai kitab hukum, maka di dalamnya antara lain
menerangkan tentang pemimpin keagamaan yang pernah menjadi hakim.
Mereka disebutdharmahyaksa dan kertopapatti.
2. Gelar pengulu ( kepala ), juga sudah dipakai disana, yang sudah dipakai
Imam di Masjid Demak. Hal in juga terkait dengan orang yang terpenting
disana, yaitu nama Sunan Kalijaga. Kata Kali berasal dari bahasa Arab
Qadli, walaupun hal itu juga dikaitkan dengan nama sebuah sungai kecil,
Kalijaga di Cirebon. Ternyata istilah Qadli, pada masa-masa selanjutnya
dipakai oleh imam-imam masjid.
3. Bertambahnya bangunan-bangunan militer di Demak dan ibukota lainnya
di Jawa pada abad XVI.
4. Peranan penting Masjid Demak sebagai pusat peribadatan Kerajaan Islam
pertama di Jawa. Dengan Masjid, umat Islam di Jawa daapt mengadakan
hubungan dengan pusat-pusat Islam Internasional di luar negeri ( di Tanah
Suci, maka dengan kekhalifahan Ustmaniyah di Turki )
5. Munculnya kesenian, seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan,
tembang macapat, pembuatan keris, dan hikayat-hikayat Jawa yang
dipandang sebagai penemuan para wali yang sezaman dengan Kerajaan
Demak.
6. Perkembangan sastra Jawa yang terpusat di bandar-bandar pantai utara dan
pantai timur Jawa yang mungkin sebelumnya tidak di islami, maupun pada
masa-masa selanjutnaya “diislamkan”.
Kemajuan Kerajaan Demak dalam berbagai bidang tidak bisa dilepaskan dari
peran serta Islam dalam menyusun dan membentuk fondasi Kemasyarakatan
Demak yang lebih Unggul, disamping itu peran serta para pemimpin dan para
Wali juga turut membantu kejayaan Kerajaan Demak.

3. Runtuhnya Kerajaan Demak


Suksesi Raja Demak 3 tidak berlangsung mulus, terjadi Persaingan panas
antara Pangeran Surowiyoto (Pangeran Sekar) dan Trenggana yang
berlanjut dengan di bunuhnya Pangeran Surowiyoto oleh Sunan Prawoto
(anak Trenggono), peristiwa ini terjadi di tepi sungai saat Surowiyoto pulang
dari Masjid sehabis sholat Jum’at. Sejak peristiwa itu Surowiyoto (Sekar)
dikenal dengan sebutan Sekar Sedo Lepen yang artinya Sekar gugur di
Sungai. Pada tahun 1546 Trenggono wafat dan tampuk kekuasaan dipegang
oleh Sunan Prawoto, anak Trenggono, sebagai Raja Demak ke 4, akan tetapi
pada tahun 1549 Sunan Prawoto dan isterinya dibunuh oleh pengikut
Pangeran Arya Penangsang, putera Pangeran Surowiyoto (Sekar).
Pangeran Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak
sebagai Raja Demak ke 5. Pengikut Arya Penangsang juga membunuh
Pangeran Hadiri, Adipati Jepara, hal ini menyebabkan adipati-adipati di
bawah Demak memusuhi Pangeran Arya Penangsang, salah satunya adalah
Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo). Pada tahun 1554 terjadilah
Pemberontakan dilakukan oleh Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo)
untuk merebut kekuasaan dari Arya Penangsang. Dalam Peristiwa ini Arya
Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Dengan
terbunuhnya Arya Penangsang sebagai Raja Demak ke 5, maka berakhirlah
era Kerajaan Demak. Joko Tingkir (Hadiwijoyo) memindahkan Pusat
Pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.
KESIMPULAN

Kerajaan Demak berdiri tahun 1500. Raja pertama Kerajaan Demak adalah
Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Demak berkembang dengan pesat. Dapat berkembang
dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasilan
bahan makanan, terutama beras. Selain itu, Kerajaan Demak juga tumbuh menjadi
sebuah kerajaan maritim karena letaknya di jalur perdagangan antara Malaka dan
Maluku. Oleh karena itu, Kerajaan Demak disebut juga sebagai sebuah kerajaan
yang agraris-maritim. Pada masa pemeritahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan
Kerajaan Demak cukup luas, meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi
dan beberapa daerah yang ada di Kalimantan. Kemajuan yang dialami Demak ini
dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Kerajaan Demak tumbuh
sebagai pusat perdagangan, Demak juga tumbuh menjadi pusat penyebaran agama
Islam. Para wali adalah penyebar agama Islam di Demak. Mereka memanfaatkan
posisinya untuk lebih menyebarkan Islam kepada penduduk Jawa.

Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan


dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai sekarang
masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu merupakan lambang
kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid Agung Demak selain kaya
dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu
tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu
sendiri yang disatukan (tatal). Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah
seorang dari Wali Sanga juga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada
masa Kerajaan Demak. Perayaan itu digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk
menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten ini kemudian menjadi
tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai sekarang.

Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menyebabkan kemunduran Kerajaan


Demak. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawato (putra Sultan
Trenggana) dengan Aria Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen (adik Sultan
Trenggana)). Dalam perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh
Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria
Pangiri memohon bantuan kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran itu,
Adiwijaya berhasil membunuh Aria Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya
memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa ini
menjadi akhir dari Kerajaan Demak.

Anda mungkin juga menyukai