Anda di halaman 1dari 23

Partai Komunis Indonesia: 46 Tahun Mempertahankan

Eksistensi di Indonesia
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kontemporer
Dosen Pengampu : Dr. Hamdan Tri Atmaja, M.Pd

Oleh :
Trisna Yuliana
3101415036
Pendidikan Sejarah 6A

JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
Partai Komunis Indonesia: 46 Tahun Mempertahankan Eksistensi di
Indonesia

Latar Belakang
Sejarah adalah sebuah peristiwa ataupun suatu rekaman peristiwa yang
berisi tentang masa lalu manusia ataupun segala sesuatu tentang masa lampau.1
Salah satu contoh peristiwa sejarah yang sampai sekarang masih sering disebut
‘kontroversial’ adalah mengenai salah satu partai politik di Indonesia yang
menganut paham komunisme. Jika berbicara mengenai Partai Komunis Indonesia
maka akan selalu menimbulkan berbagai macam tanggapan, terutama tanggapan
negatif. Padahal sejatinya semua pihak dalam peristiwa sejarah pasti
meninggalkan dampak baik negatif maupun positif. Partai Komunis Indonesia
dibentuk pada 23 Mei 1920 dengan Soemaun sebagai ketua dan Darsono sebagai
wakil ketuanya.
Partai ini merupakan simbol dari perkembangan sejarah kaum buruh dan
kaum tani dalam rangka menumbangkan imperialisme serta ingin mendirikan
kekuasaan yang berpusat di tangan rakyat, yaitu persekutuan antara kaum buruh
dan tani.2 Partai Komunis Indonesia sudah muncul sebelum Indonesia Merdeka,
bahkan partai ini mampu membenamkan cengkeramannya terhadap Negara
Indonesia dari tahun 1920 sampai tahun 1966. Berbagai aksi dilancarkan oleh
partai besar ini, mulai dari pemberontakan kecil atau kedaerahan, pemberontakan
besar, hingga kontroversi GESTAPU atau G30S. PKI bahkan ikut terlibat dalam
berbagai keputusan yang diambil oleh Presiden Soekarno dalam pemerintahan
dari tahun 1959 sampai 1966 atau biasa disebut era Demokrasi Terpimpin. Jika
dilihat, maka hampir selama 46 tahun PKI jatuh bangun mencoba
mempertahankan eksistensinya di Indonesia

1
Gottschalk, Louis, Understanding History: A Primer of Historical Method, a.b.
Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, UI Press, Jakarta, 1986.

2
D.N Aidit, Lahirnya PKI dan Perkembanganja (1920-1955), Jajasan Pembaruan,
Jakarta, 1955, hlm. 11.
Sejarah Partai Komunis Indonesia
Partai Komunis Indonesia merupakan partai non penguasa terbesar di
dunia setelah Rusia dan Tiongkok.3 Pernah pula menjadi salah satu partai paling
besar, paling disukai, sekaligus paling dibenci yang pernah berdiri di Indonesia.
Dalam perkembangannya, Partai Komunis Indonesia tumbuh berkat munculnya
serikat buruh, terbentuknya ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereeniging)
oleh Sneevliet yang kemudian mengalami perpecahan menjadi Partai Demokrat
Sosial Hindia. Sneevliet yang memang berkiblat Uni Soviet terus menyerukan
pemikirannya mengenai kemerdekaan Indonesia yang berujung Revolusi Sosialis
pada Oktober 1917. Sneevliet dan anggota lain yang melakukan pemberontakan
ini ditangkap oleh pemerintah colonial hingga ISDV bisa dibilang sudah hampir
berakhir. Namun nampaknya pengaruh dari bibit paham Marxis yang berasal dari
ISDV merasuk kedalam tubuh Sarekat Islam (SI) hingga SI terpecah menjadi SI
Merah dan SI Putih. SI Merah yang diketuai oleh Soemaun berhaluan sosialisme-
komunisme kemudian memisahkan diri dari Sarekat Islam dan mendirikan partai
yang saat ini kita kenal dengan nama PKI atau Partai Komunis Indonesia pada
1924.4
Sepak terjang PKI semakin terang-terangan karena mendapat banyak
dukungan serta anggota dari berbagai golongan terutama buruh dan tani.
Pemberontakan pertama yang dilakukan oleh PKI terjadi pada tahun 1926 dari
Batavia hingga merembet ke Jawa kemudian pada tahun 1927 sampai Sumatera.
Pemberontakan pertama oleh PKI ini mengatas namakan hak-hak para buruh dan
tani yang melawan penjajahan pemerintah colonial. 5 Pemberontakan ini dapat

3
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia (diakses pada 3 Juni
2018 pukul 23:00)
4
Imam Soedjono, Yang Berlawanan (Mengungkap Tabir Pemalsuan Sejarah
PKI), Yogyakarta, Resist Book, 2006, hlm 19-21.
5
Budiawan: , pengajar Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah
Mada https://indoprogress.com/2014/12/pemberontakan-pki-1926-27-dalam-dua-
teks-sejarah/ (diakses pada 3 Juni 2018 pukul 00:00)
dipadamkan oleh pemerintah Belanda hingga kekuatan PKI saat itu mulai
melemah karena kehilangan banyak anggota serta tokoh besar yang berpengaruh
dalam tubuh PKI, baik karena dibuang ke Boven Digul, dipenjara, bahkan
dihukum mati. Setelah pemberontakan pertama yang gagal ini, PKI nampaknya
tidak segarang sebelumnya namun masih memiliki tokoh yang berusaha untuk
membangkitkan kembali pengaruh PKI, Muso. Muso kembali ke Indonesia di
tahun 1935 untuk mempersiapkan kebangkitan PKI. Ia menggerakkan kader PKI
agar menyusup ke organisasi pergerakan lainnya dan ikut menciptakan sejarah
bersama mereka. PKI bergerak di berbagai front, seperti misalnya Gerindo dan
serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-
mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis, Perhimpoenan Indonesia ,
yang tak lama kemudian berpihak pada PKI.6
Kekuatan PKI mulai kembali terlihat sebelum berlangsungnya Pemilu
1955. Berawal dari Madiun Affairs, atau Peristiwa Madiun pada 19 September
1948. Pemberontakan ini di latar belakangi oleh Perjanjian Renville yang
dianggap banyak merugikan pihak Indonesia. Kabinet Amir Syarifuddin
dijatuhkan pada 23 Januari 1948 dan menyerahkan mandatnya kepada presiden
dan digantikan kabinet Hatta yang terkenal dengan Re-Ra 7 . Amir kemudian
menjadi “golongan kiri” diluar pemerintahan republik memulai suatu usaha yang
menimbulkan bencana untuk mendapatkan kembali kekuasaan. Februari 1948
berganti nama menjadi Front Demokrasi Rakyat dan mencela persetujuan
Renville yang sebetulnya dirundingkan sendiri oleh pemerintahan Amir. Pada 11
Agustus 1948 Musso (pemimpin PKI tahun 1920-an) tiba di Yogyakarta dari
Unisoviet memberi kekuatan tersendiri ditubuh PKI, ditambah lagi partai-partai
dalam tubuh FDR menyatakan bersatu dengan PKI. Pertengahan September
pertempuran terjadi antara yang Pro-PKI dan Pro-pemerintah yang pada 17
September dapat dipukul mundur hingga mereka mundur ke Madiun yang

6
Wikipedia, loc.cit.
7
Kebijaksanaan reorganisasi dan rasionalisasi angkatan perang (Re-Ra) guna
membersihkan anasir komunis dari tubuh angkatan perang.
kemudian begabung dengan satuan-satuan yang Pro-PKI lainnya. Puncak aksi
PKI adalah pemberotakan terhadap RI pada 18 September 1948 di Madiun, Jawa
Timur. Tujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI dan
menggantinya dengan negara komunis.8
Tanggapan pemerintah yang cepat dapat dilihat melalui kecaman
pemberontak melalui radio oleh Sukarno dan menghimbau bangsa Indonesia
bergabung bersama dirinya dan Hatta daripada dengan Musso dan rencananya
membentuk pemerintahan gaya Soviet. Dihadapkan pada dua pilihan, banyak
satuan militer yang pada dasarnya bersimpati kepada pihak anti-pemerintah meilih
menjauhkan diri, begitu juga FDR di Banten dan Sumatera mereka tidak
mempunyai hubungan apa-apa dengan gerakan Madiun. Pada 30 September 1948,
Madiun dapat diduduki kembali oleh TNI dan polisi. pemberontak terus dipukul
mundur, Aidit dan Lukman melarikan diri ke Cina dan Vietnam, Amir
Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Pada
31 Oktober Musso tewas saat berupaya melarikan diri dari tahanan. Dalam aksi
pemberontakan dan penumpasan ini banyak sekali berjatuhan korban jiwa, baik
dari kubu PKI maupun dari pemerintah.
Setelah vakum dari dunia perpolitikan Indonesia, PKI bangkit lagi dengan
wajah baru. Mereka hadir lewat surat kabar Harian Rakyat dan Bintang Merah.
Mereka pun mendukung kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno yang menentang
keras kolonialisme dan beberapa kebijakan negara Eropa. PKI pada tahun 1950
tampil dengan pemimpin baru, Dipa Nusantara Aidit yang membelokkan PKI
menjadi partai nasionalis lagi. Partai komunis indonesia dibawah pinpinan D.N
Aidit mulai menentukan sikap dimana PKI menempuh garis kanan sebagaimana
yang digariskan oleh Moskow, yaitu jalan Legal parlementer dengan dilengkapi
taktik merangkul golongan-golongan non Komunis. Berdasarkan Markisme-
Leninisme yang Konpensional. Menurut Aidit orientasi politik lebih menjadi
faktor penentu kelas sosial dibandingkan dengan kelas sosial itu sendiri yang

8
Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern. PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta, 2005.
hlm 490-495.
menentukan orientasi Partai Politik. Jadi, dia menyatakan bahwa kaum Komunis
dapat bekerjasama dengan kaum borjuasi kecil-kecilan dan kaum borjuasi
nasional melawan kelas borjuis komparador dan kelas feodal.9

Keterlibatan PKI dalam Pemilu 1955


Pemilu 1955 merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa
Indonesia. Sekitar tiga bulan setelah kemerdekaan dipro-klamasikan oleh
Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945, pemerintah waktu itu menyatakan
keinginannya untuk bisa menyelenggarakan Pemilu pada awal tahun 1946. Hal itu
dicantumkan dalam Maklumat X, atau Maklumat Wakil Presiden Mohammad
Hatta tanggal 3 Nopember 1945, yang berisi anjuran tentang pembentukan partai-
partai politik. Maklumat tersebut menyebutkan, Pemilu untuk memilih anggota
DPR dan MPR akan diselenggarakan bulan Januari 1946. Namun, Pemilu pertama
tersebut baru terselenggara hampir sepuluh tahun kemudian. Tetapi, berbeda
dengan tujuan yang dimaksudkan oleh Maklumat X, Pemilu 1955 dilakukan dua
kali. Yang pertama, pada 29 September 1955 untuk memlih anggota-anggota
DPR. Yang kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota Dewan
Konstituante. Dalam Maklumat X hanya disebutkan bahwa Pemilu yang akan
diadakan Januari 1946 adalah untuk memilih angota DPR dan MPR, tidak ada
Konstituante.10
Partai Masyumi, merupakan partai paling besar sesudah PNI (Partai
Nasional Indonesia), dan Partai Nahdatul Ulama yang merupakan partai paling
besar nomor tiga sesudah Masyumi. Pertumbuhan kedua partai politik tersebut
melampaui serangkaian kristalisasi yang cukup panjang. Pada tahun 1943, atas
prakarsa pemerintah penjajahan Jepang, beberapa organisasi keagamaan termasuk
Muhamadiayah dan Nahdatul Ulama bergabung pada ke dalam suatu organisasi
massa dengan nama “Masyumi” (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Dan partai

9
Rickfels, Ibid,. hlm. 362
10
http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/8/PEMILU-1955/MzQz
(diakses pada 3 Juni 2018 pukul 02:00)
politik pemenang pemilu tahun 1955 keempat adalah PKI (Partai Komunis
Indonesia) yang juga cukup memiliki pendukung banyak terutama dari
masyarakat pedesaan di pulau jawa. 11 Pemilihan umum tahun 1955 merupakan
saat yang penting bagi Partai Komunis Indonesia. PKI ingin membuktikan
eksistensinya sebagai partai politik yang cukup kuat. Perolehan suara dalam
pemilu 1955 sangat berarti bagi PKI guna memperbaiki citra negatif pasca
peristiwa Madiun Affairs.

Hasil Pemilu 1955 untuk Anggota DPR.

No. Partai/Nama Daftar Suara % Kursi

1. Partai Nasional Indonesia (PNI) 8.434.653 22,32 57

2. Masyumi 7.903.886 20,92 57

3. Nahdlatul Ulama (NU) 6.955.141 18,41 45

4. Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.179.914 16,36 39

Hasil Pemilu 1955 untuk Anggota Konstituante.

No. Partai/Nama Daftar Suara % Kursi

1. Partai Nasional Indonesia (PNI) 9.070.218 23,97 119

2. Masyumi 7.789.619 20,59 112

3. Nahdlatul Ulama (NU) 6.989.333 18,47 91

4. Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.232.512 16,47 80

Sumber : kpu.go.id
11
M, Jafar, AW “Peran Partai Politik Dalam Demokrasi Indonesia”, Jurnal
Kajian Administrasi dan Pemerintah Daerah. Vol.10, No.6, September 2017
Menghadapi Pemilu 1955, PKI melakukan pendekatan kepada petani.
Strategi PKI menjelang Pemilihan Umum 1955 yaitu menarik petani ke dalam
Front Persatuan Nasional. PKI mulai melakukan propaganda-propaganda dengan
tema melenyapkan sisa-sisa feodalisme, kapitalisme dan anti tuan tanah. PKI
ingin mewujudkan revolusi sosial di Indonesia, menjadikan masalah pertanahan
dan nasib petani sebagai hal yang penting. Polarisasi yang telah dibuat PKI pada
perkembangannya menjadi konsepsi PKI dalam melakukan pertentangan kelas
antara para tuan tanah dengan buruh tani. PKI fokus untuk melaksanakan program
yang intensif di bidang pertanian.12 Partai Komunis Indonesia (PKI) begitu lihai
dalam memanfaakan kondisi masyarakat. Pendekatan yang baik ini mampu
membuat masyarakat memberikan dukungan yang besar. Perolehan suara PKI
dalam Pemilu 1955 merupakan sesuatu yang menakjubkan karena dengan masa
silam PKI ternyata tidak berpengaruh besar terhadap hasil pemilu 1955. PKI
berhasil menerapkan strateginya dalam upaya pemenangan pemilihan umum
1955. Hasil Pemilu 1955 merupakan langkah awal PKI dalam menjajakkan kaki
ke dalam pemerintahan Indonesia. PKI berhasil menang dengan jumlah suara
yang tidak sedikit, yang berarti PKI memiliki dukungan yang lumayan besar dari
rakyat.

PKI dalam era Demokrasi Terpimpin


Kemenangan yang dicapai PKI dalam pemilu 1955 sungguh merupakan
kemenangan yang luar biasa dengan kemenangan itu, PKI berusaha kembali untuk
mewujudkan tujuan politiknya yang telah gagal mereka capai pada tahun 1948.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PKI melakukan langkahnya dengan cara
menanamkan pengaruhnya diberbagai bidang berbangsa dan bernegara, baik di

12
Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30 September Pemberontakan
Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, Jakarta,
1994, hlm. 37.
13
bidang ideologi, Politik dan Militer. Dalam bidang ideologi PKI telah
melancarkan upaya perubahan yang mendasar terhadap Pancasila. PKI berusaha
mengganti sila pertama dari Pancasila, yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa”
dengan rumusan “kemerdekaan beragama”, seperti yang diungkapkan oleh Njoto
dalam sidang – sidang Konstituante pada tahun 1958. Menurut PKI tidak semua
masyarakat Indonesia beragama mono theis banyak diantaranya yang beragama
politheis, bahkan ada yang tidak beragama sama sekali. Jelaslah, bahwa sejak
semula PKI sudah berusaha untuk mengganti Pancasila dengan paham lain.14
Dibidang politik dan milter, PKI menyusun strategi politiknya dalam
Kongres V yang diselenggarakan tahun 1954. Strategi politik itu mereka sebut
Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan (MKTBP) Metode ini berisi;
pertama, perjuangan gerilya oleh massa petani di pedesaan. Kedua, perjuangan
revolusioner oleh kaum buruh di perkotaan, terutama oleh kaum buruh transport.
Ketiga, bekerja intensif dikalangan kekuatan bersenjata musuh. Dengan MKTBP,
PKI melakukan persiapan bagi pelancaran revolusi sosial. Dalam
mengimplementasikan MKTBP, PKI melaksanakan infiltrasi secara intensif di
kalangan mililer-polisi. Pelaksanaan bekerja di kalangan bersenjata ini dilakukan
sangat rahasia sehingga kader-kader di tingkat CC (Comite Central) PKI pun tidak
semua mengetahuinya. Sesuai derajat kerahasiaannya, Sidang Politbiro PKI
mendelegasikan wewenang secara absolut kepada ketua CC PKI terpilih, yaitu
D.N. Aidit. Selain itu, kongres juga berhasil menyusun konsepsi strategis partai
dalam menjawab permasalahan dan tantangan jaman, berjudul "Jalan Baru yang
Harus Di Tempuh Dalam Memenangkan Revolusi". Konsepsi ini ditegaskan
dalam AD/ART PKI yang menyebutkan, "Jika revolusi Indonesia yang bersifat
nasional dan demokratis sudah mencapai kemenangan sepenuhnya, kewajiban

13
Dwi Sucipto, Kontroversi G 30 S, Palapa, Jakarta Selatana, 2013. hlm 97-98

14
Sekretariat Negara Republik Indonesia, op.cit, hlm 28.
PKI selanjutnya adalah mengambillangkah-Iangkah yang diperlukan untuk
mewujudkan sistem Sosialisme dan sistem Komunisme di Indonesia...".15.
Pada 1 Desember 1956 Mohammad Hatta mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai wakil presiden. Bubarnya dwitunggal Soekarno-Hatta
membuat PKI lebih leluasa dalam mempengaruhi segala keputusan yang akan
diambil Soekarno. Pada kenyataannya, Soekarno memang memiliki ketertarikan
terhadap PKI karena kedekatannya dengan D.N Aidit. Mundurnya Hatta tentu
bukan tanpa sebab. Bagi Hatta, keputusan yang diambil Soekarno sangat
bertentangan dengan pendapatnya. Soekarno telah memendam suatu konsep sejak
lama, yaitu konsep NASAKOM (Nasionalisme, Agama dan Komunisme) sebagai
ideologi negara. Konsep Nasakom ini bisa dikatakan sebagai perwujudan aspirasi
dari partai politik yang berbeda dan dominan pada waktu itu yakni PNI
(Nasionalis), NU dan Masyumi (Agama) dan PKI (Komunis). Bahkan Soekarno
menyatakan : “Siapa yang setuju kepada Pancasila, harus setuju kepada Nasakom;
siapa yang tidak setuju kepada Nasakom, sebenarnya tidak setuju kepada
Pancasila! Sekarang saya tambah: Siapa setuju kepada UUD 1945 harus setuju
kepada Nasakom, siapa tidak setuju kepada Nasakom, sebenarnya tidak setuju
kepada UUD 1945.”16 Konsep Nasakom tersebut sebenarnya tidak disetujui oleh
Mohammad Hatta jauh-jauh sebelumnya, ketika pada masa perjuangan sebelum
merdeka, dimana Ir. Soekarno sering melontarkan gagasannya tersebut. Menurut
Moh. Hatta, bahwa : “Nasionalisme dan Komunisme” bisa saja berpadu,
“Nasionalisme dan Agama” bisa saja berpadu, tetapi “Komunisme dan Agama”
tidak mungkin berpadu.

15
AD/ART PKI, 1962: hlm. 11. Konstitusi PKI, diakses melalui
https://www.marxists.org/indonesia/indones/KongresPKIke7/KonstitusiPKI.htm,
Sumber: Bintang Merah Nomor Spesial, "Maju Terus" Jilid I. Kongres Nasional
Ke-VII (Luar Biasa) Partai Komunis Indonesia. Yayasan Pembaruan, Jakarta
1963.
16
Maarif, Ahmad Syafii, Islam dan Politik ; Teori Belah Bambu Masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1965), Gema Insani Press, Jakarta, 1996. hlm. 104
Disamping berkembangnya pengaruh PKI, ketidakpuasan yang melahirkan
ketegangan-ketegangan politik terus meningkat. Dengan alasan untuk
menyelamatkan negara dan bagsa dari perepecahan, Soekarno yang telah berhasil
didekati oleh PKI melontarkan sebuah konsepsi yang disampaikannya pada
tanggal 21 Februari 1957 dalam pidatonya yang berjudul
“Menyelamatkan Republik Indonesia”, yang kemudian dikenal sebagai
“Konsepsi Presiden” 17 . Dalam gagasan itu Presiden mengemukakan konsep
politik yang disebut Demokrasi terpimpin. Dalam rangka melaksanakan konsep
tersebut Presiden mengusulkan pembentukan kabinet Gotong Royong dan Dewan
Nasional, yang didalamnya duduk wakil-wakil parpol dan semua golongan
fungsional. Bagi PKI yang menempuh jalan perjuangan secara damai dan
berkoalisi dengan Presiden Soekarno, memang lebih baik menerima Konsepsi
Presiden Soekarno daripada “dikubur” dengan partai-partai lain. Menerima
konsepsi presiden bagi PKI, memang meliki konsekuensi-konsekuensi tertentu
namun masih dapat memberikan kesempatan kepada PKI untuk mempertahankan
kehadiran dan kesempatan untuk berkembang.18
Konstituante hasil pemilu 1955 tidak berhasil menyusun Undang-undang
dasar baru sebagai Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS). Ketidakberhasilan
itu disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat yang tajam mengenai dasar
negara di antara anggota-anggota konstituante. Untuk mengatasi kemacetan di
dalam Dewan Konstituante, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959
mengumumkan dekrit kembali ke UUD 1945. Isi dekrit presiden 5 Juli 1959
adalah sebagai berikut:
 Bubarkan Konstituante
 Belakunya kemabali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS

17
https://socio-politica.com/tag/konsepsi-presiden-1957/ diakses pada 3 Juni 2018
pukul 23:00
18
Imam Soedjono, Yang Berlawanan (Mengungkap Tabir Pemalsuan Sejarah
PKI), Yogyakarta, Resist Book, 2006, hlm. 388
 Penjelasan mengenai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut disampaikan
dalam pidatonya yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita”,
yang di ucapakan tanggal 17 Agustus 1959.19
Presiden Soekarno selanjutnya meminta kepada Dewan Pertimbangan Agung
(DPA) agar isi pidato tersebut dirumuskan menjadi Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN). Yang memimpin Panitia Kerja Dewan Pertimbangan Agung itu
adalah D.N. Aidit, ketua CC PKI. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk
memasukkan program-program PKI kedalam GBHN, yang kemudian dikenal
sebagai “Manifesto Politik (manipol) RI”. D.N. Aidit berusaha memanfaatkan
kedudukannya itu untuk merumuskan isi manipol sesuai dengan thesis revolusi
PKI, yaitu “Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia (MIRI)” yang
dirumuskan PKI tahun1957, dua tahun sebelum Presiden mengucapkan pidato
“Penemuan Kembali Revolusi Kita”20. Meskipun upaya PKI untuk mendominasi
isi manipol sesuai dengan konsep MIRI mendapat hambatan yang gigih dari
tokoh-tokoh anti komunis di DPA, namun konsep manipol akhirnya disetujui
Presiden.
Keleluasaan PKI semakin bertambah ketika Presiden membentuk Front
Nasional. Pembentukan Front Nasional tersebut semula dimaksudkan sebagai
penggerak masyarakat, tetapi dalam kenyataannya menyimpang dri tujuan
tersebut karena badan itu menjadi sasaran penggarapan PKI untuk dibawa
kedalam strategi Front Persatuannya. PKI bersusaha membawa Font Nasional
menjadi alat politiknya dengan cara memanfaatkan organisasi-organisasi massa,
yang menjadi anak organisasi PKI atau yang sudah dipengaruhi PKI. Pertengahan
tahun 1960 PKI mencoba kekuatannya untuk menghadapi TNI-AD dengan
melancarkan kritik dan tuduhan bahawa TNI-AD tidak bersungguh-sungguh
dalam menumpas pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintah Revolusioner

19
https://id.wikipedia.org/wiki/Dekret_Presiden_5_Juli_1959 diakses pada 3 Juni
2018 pukul 01:00
20
Ahmad Mansur Suryanegara. Api Sejarah 2. Bandung, Slamadani, 2010. hlm.
394
Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta). Bersama dengan
dilancarkannya kritik dan tuduhan tersebut, PKI melakukan pengacauan di
beberapa daerah, seperti di sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Selatan. Pimpinan TNI-AD menilai bahwa kritik dan tuduhan itu adalah upaya
untuk mengacau keadaan, apalagi dengan adanya bukti terjadinya kekacauan oleh
PKI di beberapa daerah tersebut. Untuk itu, TNI-AD melalui wewenagnya selaku
Penguasa Perang Daerah (Peperda) menghentikan dan memebekukan berbagai
kegiatan PKI atas dasar Undang-Undang Keadaan Bahaya yang sedang berlaku
pada saat itu. Oleh Peperda dilakuikan pula penangkapan dan pemeriksaan
terhadap tokoh-tokoh PKI, serta melarang media massa PKI terbit dan beredar.
Dan menyapaikan kepada presiden agar tidak percaya terhadap loyalitas PKI,
tetapi presiden tidak mengindahkannya, bahkan sebaliknya beliau
memperingatkan TNI-AD supaya tidak fobi (perasaan takut terhadap sesuatu
tanpa sebab tertentu) terhadap PKI.21
Tahun 1964 intensitas ofensif revolusioner PKI terhadap tokoh-tokoh politik
yang dianggap sebgai lawannya makin ditingkatkan. Secara intensif PKI
melancarkan tuduhan kontra revolusi terhadap lawan-lawan politik mereka. Posisi
PKI semakin kuat dengan dibentuknya kabinet Dwikora pada tanggal 27 Agustus
1964, yang didalamnya duduk beberapa tokoh PKI Sebagai Menteri Koordinator
(Menko) dan menteri. Pembentukan Komando Tertinggi Retrooling Aparatur
Negara ternyata sejalan dengan PKI, karena itu pembentukan ini mereka sambut
dengan tangan terbuka. Namun, ABRI tidak tinggal diam, dan terus mengawasi
gerak-gerik PKI. Bagi PKI tidak ada cara lain untuk kabur dari pengawasan
tersebut, kecuali dengan melancarkan fitnah dan kampanye menjelek-jelekkan
Jendral A.H. Nasution sebagai seorang tokoh ABRI yang dikatakannya ingin
menyabotase Nasakom.22

21
Suwanto,dkk, Sejarah Nasional dan Umum.Semarang, Aneka Ilmu, 1994. hlm
22
Sekretariat Kementrian Negara RI, 30 Tahun Indonesia Merdeka.Jakarta,
Sekretariat Kementrian Negara RI, 1981.
Sementara itu, pada tahun 1963 tersiar adanya dokumen CC PKI yang berisi
program rahasia yang berjudul “Resume Program dan Kegiatan PKI Dewasa Ini”.
Program itu berupa program jangka pendek yang berisis penilaian situasi dan
rencana aksi untuk mewujudkan tujuan akhir PKI. Dokumen rahasia itu
diketemukan oleh anggota Partai Murba. Oleh Wakil Perdana Menteri III, Dr.
Chaerul Saleh, seorang tokoh Partai Murba, dokumen itu diserahkan kepada ketua
umum DPP PNI, Mr. Ali Sastroamidjojo. Selanjutnya, dokumen itu dipaparkan
dalam sidang kabinet pada awal Desember 1964. PKI membantahnya dan dengan
berbagai dalih mengatakan bahwa dokumen tersebut adalah dokumen palsu,
23 24
buatan kaum Trotskyst yang dibantu kaum Nekolim berusaha untuk
menghancurkan PKI. Tersiarnya dokumen rahasia itu menyebabkan ketegangan
Politik makin meningkat karena partai-partai lain mencurigai PKI. PKI tetap
meyakinkan kepada Presiden bahwa dokumen itu palsu. Untuk meredam
ketegangan, Presiden memanggil para pemimpin partai ke istana Bogor dan
memerintahkan nmereka menyusun sebuah rumrusan menyelesaikan masalah
persengketaan antar partai. Pada tanggal 12 Desember 1964 sepuluh parpol
menandatangani sebuah deklarasi yang disebut deklasi Bogor. Deklarasi itu
drianggap sebagai cetusan kebulatan tekad partai-partai dihadapan Pemimpin
Besar Revolusi, Bung Karno. Soal dokumen rahasia tidak disebut-sebut dalam
deklarasi tersebut dan dengan demikian masalahnya doianggap selesai.
Selama tahun 1964 itu dapat dicatat sejumlah aksi yang dilakukan PKI, antara lain
sebagai berikut :
 Gerakan riset di kecamatan-kecamatan untuk memastikan kekuatan apa
yang oleh PKI disebut petani miskin.
 Aksi yang menuntut penyitaan milik inggris dan AS

23
Pengikut Leon Trotsky, sebutan PKI terhadap tokoh-tokoh Partai Murba
24
Penjajahan bentuk baru yang menjadi musuh revolusi Indonesia, sesuai dengan
pemahaman Demokrasi terpimpin.
 Aksi menuntut retooling, tuntutan penggantian pejabat yang anti PKI, dan
aksi tunjuk hidung
 Pengindonesiaan Marxisme
 Aksi-aksi teror di berbagai daerah.
Sementara itu, pada tahun 1965 usaha PKI untuk menguasai pemerintah
semakin ditingkatkan. PKI menuntut supaya dalam tubuh ABRI diadakan
“Nasakomisasi” dengan menempatkan komisaris-komisaris politik didalam setiap
angkatan unuk membina idiologi, doktrin dan ajaran perjuangan bagi setiap
prajurit ABRI. Dalam upaya menguasai pemerintah PKI mengusulkan
dibentuknya Angkatan Kelima. Disamping Angkatan Darat, Angkatan Laut,
Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian. Angkatan Kelima adalah unsur
pertahanan keamanan Republik Indonesia yang merupakan gagasan PKI.
Angkatan Kelima ini diambil dari kalangan buruh dan petani yang dipersenjatai
dan mendapat pelatihan Militer.25 Namun usulan PKI untuk membentuk Angkatan
Kelima, tidak disetujui dan ditentang oleh pihak Angkatan Darat, akan tetapi
dalam kesempatan ini tampaknya Aidit mendapat persetujuan Sukarno secara
diam-diam yang kemudian digunakan oleh PKI untuk mendapat keuntungan
sebanyakbanyaknya. Usulan-usulan tentang pembentukan Angkatan kelima tidak
berhenti sampai disituh saja. Pada tanggal 31 mei 1965 Soekarno membicarakan
tentang tawaran Zhoe untuk mempersenjatai rakyat dan memerintahkan agar
keempat angkatan bersenjata mengajukan rencana-rencana bagi pelaksanaannya.26
Pada tanggal 1 Juni 1965 menekankan kepada para panglima territorial agar
memberikan pertimbangan serius terhadap konsepsi tersebut. Tentu saja hal ini
menimbulkan kegemparan luar biasa yang akhirnya memaksa panglima angkatan
darat (Pangad) Jendral Ahmad Yani menyatakan bahwa Presiden berhak
mengambil keputusan semacam itu, sementara itu Panglima Angkatan Ddarat
(Pangau) Marsekal Omar Dhani memberikan dukungan dan tanpa ragu-ragu

25
Dwi Sucipto, Kontroversi G 30 S, Palapa, Jakarta Selatana, 2013. Hlm 109-110.
26
Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern. PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta,
2005. Hlm 424
terhadap usulan tersebut. Dan mengumumkan bahwa Marxisme akan diajarkan
dalam sekolah staf dan komando Angakat Udara. Sedangkan Panglima Angkatan
Laut (Pangal) Laksamana R. Eddy Martadinata juga mengumumkan dukungannya
terhadap usulan tersebut. Konflik antara PKI dengan Angkatan Darat pun semakin
meningkat dengan dilontarkannya usulan pembentukan Angkatan Kelima
tersebut. Konflik tersebut juga semakin memburuk lagi dengan munculnya
serangan-serangan terbuka terhadap elit Angkatan Darat yang berkaitan dengan
gaya hidup mereka dengan kemewahmewahan maupun dengan sikap reaksioner
yang mereka tampilkan.27
Sementara itu, ketegangan antara PKI dengan TNI-AD semakin diperburuk
dengan munculnya isu Dewan Jendral, isu ini tidak lain bertujuan untuk
memperburuk citra TNI-AD di depan pemerintah dan rakyat. Isu ini
disebarluaskan melalui anggota-anggota PKI yang aktif di berbagai lingkungan.
Dalam isu ini disebutkan terdiri atas sejumlah Jendral TNI-AD, antara lain Jendral
TNI A.H Nasution, Letjen TNI A. Yani, Mayjend TNI Soeprapto, Mayjend TNI
S. Parman, Mayjend TNI Haryono, M.T, Brigjend TNI Sutoyo S, Brigjen TNI D,I
Pandjaitan, dan Brigjen TNI Sukendro yang mempunyai sikap anti pati terhadap
PKI. Setelah isu Dewan Jendral tersebar luas, tersiar pula tentang adanya kabar
mengenai isu “Dokumen Gilchrist”. Gilchrist adalah nama duta besar Inggris di
Jakarta yang nama lengkapnya Sir Andrew Gilchrist dan bertugas di Indonesia
pada tahun 1963- 1966 Masalah mengenai isu adanya dokumen Gilchrist ini
mencuat Pada tanggal 15 mei 1965 wakil perdana menteri Dr. Soebandrio dalam
kedudukannya sebagai BPI menerima surat anonim melalui kantor pos Jakarta isi
surat tersebut terdiri dari dua bagian.28 Pertama, isinya mengenai pengantar dari
pengirim surat yang menyatakan adanya pengiriman sebuah dokumen yang
berguna bagi revolusi. Bagian kedua sebagai lampiran berupa surat yang diketik

27
Peter Edman, Komunisme ala Aidit, kisah partai komunis Indonesia dibawah
kepemimpinan D.N Aidit 1950-1965, Yogyakarta, PT. Buku Seru, 2015. Hlm.
179-181

28
Dwi Sucipto, Kontroversi G 30 S, Palapa, Jakarta Selatana, 2013. Hlm 118
tanpa tanda tangan ataupu paraf dari pembuatnya. Yang ada hanyalah ketikan
nama Gilchrist. Surat ini ditulis pada formulir urat yang biasa digunakan oleh
kedutaan Besar Inggirs di Jakarta dan seolah-olah dibuat oleh kedutaan Inggris
yang ditujukan kepada Sekjen kementrian Luar Negeri Inggris.
Adapun isi dari Dokumen Gilcchrist sebagai berikut: Isi dari Dokumen
Gilchrist ialah: saya mendiskusikan dengan Duta Besar Amerika Serikat tentang
pertanyaan yang tertera pada no: 67786/65. Pada dasarnya, Duta Besar setuju
dengan posisi kita, tetapi meminta waktu untuk menyelidiki aspek-aspek tertentu
dari masalah ini. Menjawab pertanyaan saya tentang kemungkinan pengaruh
kunjungan Bunker kejakarta, Duta Besar tidak melihat alasan untuk mengubah
rencana bersama kita. Sebaliknya, kunjungan utusan pribadi Presiden Amerika
Serikat akan member kita lebih banyak waktu untuk mempersiapkan oprasi yang
sangat detail. Duta Besar merasa bahwa diperlukan langkah-langkah lebih lanjut
untuk membawa usaha kita menjadi lebih selaras. Dalam hubungan ini, ia
mengatakan bahwa akan berguna (bagi kita) untuk memberitahukan lagi kepada
sahabat tentara lokal kita bahwa disiplin dan kordinasi tindakan sangat penting
bagi keberhasilan rencana kita. Saya berjani untuk mengambil semua langkah
yang di perlukan. Saya akan melaporkan pandangan pribadi saya waktunya nanti.
Gilchrist. 29 Surat tersebut seolah-olah memuat laporan yang isinya mengenai
koordinasi Duta Besar Inggris dengan Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta
dalam menangani situasi di Indonesia. Karena adanya pernyataan Our local army
friend rekan-rekan “tentara setempat”, yang menimbulkan logika seolah-olah ada
ikut campur dan kerjasama antara TNI-AD, Inggris dan Amerika Serikat.30

29
Dwi Sucipto, Ibid,. hlm 120-121.
30
Sekretariat Negara, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia, Jakarta, PT. Rola Sinar Perkasa, 1994, hlm. 64.
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan Akhir dari Partai Komunis
Indonesia
Terjadinya peristiwa G30 S yang hingga sekarang masih menjadi
kontroversi, merupakan puncak dari berbagai konflik antara berbagai pihak di
dalam pemerintahan Indonesia, antara PKI, Soekarno, dan Militer. PKI dirasakan
oleh kalangan politik, beberapa bulan menjelang Peristiwa G30S, makin kuat.
Sehingga para pesaing PKI mulai khawatir PKI akan memenangkan pemilu
berikutnya. Gerakan-gerakan untuk menentang PKI mulai bermunculan, dan
dipelopori oleh Angkatan Darat. Pada Desember 1964, Chaerul Saleh dari Partai
Murba (dibentuk oleh mantan pemimpin PKI Tan Malaka) menyatakan bahwa
PKI sedang mempersiapkan kudeta. PKI menuntut larangan Partai Murba,
tuntutan itu dipaksakan kepada Soekarno pada awal 1965. Dalam konteks
Konfrontasi dengan Malaysia, PKI menyerukan untuk 'mempersenjatai rakyat'.
Sebagian besar pihak dari tentara Angkatan Darat melarang hal ini. Sikap
Soekarno tetap secara resmi untuk tidak terlalu mengambil sikap atas hal tersebut
karena Sukarno cenderung mendukung Konfrontasi dengan Malaysia seperti PKI.
Pada bulan Juli sekitar 2000 anggota PKI mulai menggelar pelatihan militer di
dekat pangkalan udara Halim. Terutama dalam konsep 'mempersenjatai rakyat'
yang telah memenangkan banyak dukungan di antara kalangan militer Angkatan
Udara dan Angkatan Laut. Pada tanggal 8 September demonstran PKI memulai
untuk pengepungan selama dua hari di Konsulat AS di Surabaya. Pada tanggal 14
September, Aidit mengalamatkan kepada gerilyawan PKI untuk mendesak
anggota agar waspada dari hal-hal yang akan datang. Pada 30 September Pemuda
Rakyat dan Gerwani, kedua organisasi PKI terkait menggelar unjuk rasa massal di
Jakarta terhadap krisis inflasi yang melanda.31
Pada malam 30 September dan 1 Oktober 1965, enam jenderal senior
Indonesia dibunuh dan mayat mereka dibuang ke dalam sumur.
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:

31
Sekretariat Negara, Ibid,.
 Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf
Komando Operasi Tertinggi)
 Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang
Administrasi)
 Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD
bidang Perencanaan dan Pembinaan)
 Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen)
 Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD
bidang Logistik)
 Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal
Angkatan Darat)

Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari
upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan
ajudan dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan
tersebut. Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok
Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan
pada 3 Oktober 1965.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

 Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana


Menteri II dr.J. Leimena)
 Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas,
Yogyakarta)
 Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas,
Yogyakarta)32

Pembunuh para jenderal mengumumkan keesokan harinya bahwa Dewan


Revolusi baru telah merebut kekuasaan, yang menyebut diri mereka "Gerakan 30

32
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia
September ("G30S"). Dengan banyaknya jenderal tentara senior yang meninggal
atau hilang, Jenderal Suharto mengambil alih kepemimpinan tentara dan
menyatakan kudeta yang gagal pada 2 Oktober. Tentara dengan cepat
menyalahkan upaya kudeta PKI dan menghasut dengan
kampanye propaganda anti-Komunis di seluruh Indonesia. Bukti yang
mengaitkan PKI untuk pembunuhan para jenderal tidak meyakinkan, yang
mengarah ke spekulasi bahwa keterlibatan mereka sangat terbatas, atau bahwa
Suharto mengorganisir peristiwa, secara keseluruhan atau sebagian, dan
mengkambinghitamkan kepada komunis. Dalam pembersihan anti-komunis
melalui kekerasan berikutnya, diperkirakan 500.000 komunis (atau dicurigai)
dibunuh, dan PKI secara efektif dihilangkan.33

Meskipun mendapat perlawanan secara sporadis, PKI berdiri dengan


lumpuh setelah pembunuhan 1965-1966. Sebagai hasil dari pembunuhan massal
ini, kepemimpinan partai lumpuh di semua tingkat, meninggalkan banyak mantan
pendukung dan kekecewaan simpatisan, tanpa pemimpin lagi, dan tidak
terorganisir. Pada bulan September 1966, sisa-sisa partai politbiro mengeluarkan
pernyataan kritik diri, mengkritik kerja sama sebelumnya dengan rezim Sukarno.
Setelah pembunuhan Aidit dan Njoto, Sudisman, pemimpin PKI di tingkat
keempat sebelum Oktober 1963, mengambil alih kepemimpinan partai. Dia
berusaha untuk membangun kembali partai atas dasar saling keterkaitan tiga
kelompok anggota, namun hanya berdampak sedikit kemajuan sebelum akhirnya
ia ditangkap pada Desember 1966. Pada tahun 1967 ia dijatuhi hukuman mati.
Kegagalan G30S berarti berakhirnya masa pemerintahan Orde Lama, dan
tangggal 1 Oktober 1965 menjadi awal proses peralihan dari masa pemerintahan
Orde lama ke Orde Baru, yaitu orde atau tatanan yang secara murni dan
konsekuen. Mulainya Orde Baru ditengarai dengan Surat Perintah Sebelas Maret
1966 (Supersemar) dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto

33
Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and
Bali(Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies,
Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990).
untuk mengambil tindakan-tindakan yang perlu demi keamanan bangsa dan
negara. Berdasar pada Supersemar tersebut, tanggal 12 Maret 1966 Soeharto
membubarkan PKI dengan segenap Ormas (Organisasi Massa) dan Orpol
(Organisasi Politik)-nya. Sampai tahun 2004, mantan anggota PKI masih dilarang
dan masuk daftar hitam dari banyak pekerjaan termasuk apabila ingin bekerja di
pemerintahan, sebagaimana kebijakan rezim Soeharto yang telah dijalankan sejak
pembersihan PKI tahun 1965.

Kesimpulan

Partai Komunisme lahir karena masuknya paham barat yang dibawa oleh
pihak colonial. Partai yang memiliki banyak kontroversi hingga saat ini karena
dianggap ingin menguasai pemerintahan dan mengubah Pancasila ini hanya
bertahan selama 46 tahun yaitu dari 1920 berupa ISDV atau Indische Sociaal
Democratische Vereeniging. Keterlibatan dan kesuksesan PKI di bidang politik
menyebabkan banyak pihak menjadi geram dan menyatakan ketidak setujuan
dengan ide-ide yang dibawa oleh partai ini. Puncak dari konflik antar pihak ini
berpuncak pada Gerakan 30 September. Gerakan 30 September 1965 adalah
sebuah gerakan yang sampai sekarang masih bersifat kontroversi. Ada berbagai
pendapat dan kesaksian tentang G30S 1965, yang kemudian memunculkan
berbagai versi G30S 1965. Setiap versi biasanya ada aktor utama yang
memainkan peran sentral dalam gerakan 30 September 1965. Tiap-tiap versi
memiliki aktor utama yang berbeda-beda. Seperti contoh, dalam versi Soeharto,
yang menjabat sebagai presiden pada era Orde Baru, pemimpin utama G30S 1965
adalah Letkol Untung, yang juga adalah salah satu komandan Resimen
Cakrabirawa, yang bertugas mengawal Presiden Soekarno. Sementara dalam versi
TNI/ABRI, pemimpin utama G30S 1965 adalah ketua umum Partai Komunis
Indonesia (PKI) yaitu D.N. Aidit. Ada beragam sudut pandang dalam deskripsi
sejarah tentang G30S 1965, sehingga sebagai bangsa yang berfalsafah Pancasila
kita harus bijak dalam memahami dan menyikapi tiap sudut pandang yang ada
mengenai peristiwa tersebut.
Daftar Pustaka

AD/ART PKI, 1962: hlm. 11. Konstitusi PKI, diakses melalui


https://www.marxists.org/indonesia/indones/KongresPKIke7/KonstitusiPKI.
htm, Sumber: Bintang Merah Nomor Spesial, "Maju Terus" Jilid I. Kongres
Nasional Ke-VII (Luar Biasa) Partai Komunis Indonesia. Yayasan
Pembaruan, Jakarta 1963.
Aidit, D.N. 1955. Lahirnya PKI dan Perkembanganja (1920-1955), Jakarta:
Jajasan Pembaruan.
Budiawan: , pengajar Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah
Mada https://indoprogress.com/2014/12/pemberontakan-pki-1926-27-
dalam-dua-teks-sejarah/ (diakses pada 3 Juni 2018 pukul 00:00)
Edman, Peter. 2015. Komunisme ala Aidit, kisah partai komunis Indonesia
dibawah kepemimpinan D.N Aidit 1950-1965. Yogyakarta : PT. Buku Seru.
Gottschalk, Louis, Understanding History: A Primer of Historical Method, a.b.
Nugroho Notosusanto. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Maarif, Ahmad Syafii. 1996. Islam dan Politik ; Teori Belah Bambu Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Jakarta: Gema Insani Press.
Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and
Bali(Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies,
Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990).
Sekretariat Kementrian Negara RI. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta :
Sekretariat Kementrian Negara RI.
____________. 1994. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia: Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, Jakarta: Sekretariat
Kementrian Negara RI.
Soedjono, Imam Soedjono. 2006. Yang Berlawanan (Mengungkap Tabir
Pemalsuan Sejarah PKI), Yogyakarta : Resist Book.
Sucipto, Dwi. 2013. Kontroversi G 30 S. Jakarta: Palapa.
Suryanegara, Ahmad Mansur Suryanegara. 2010. Api Sejarah 2. Bandung:
Slamadani.
Suwanto,dkk. 1994. Sejarah Nasional dan Umum. Semarang: Aneka Ilmu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia (diakses pada 3 Juni
2018 pukul 23:00)
https://id.wikipedia.org/wiki/Dekret_Presiden_5_Juli_1959 diakses pada 3 Juni
2018 pukul 01:00
http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/8/PEMILU-1955/MzQz
(diakses pada 3 Juni 2018 pukul 02:00)
https://socio-politica.com/tag/konsepsi-presiden-1957/ diakses pada 3 Juni 2018
pukul 23:00

Anda mungkin juga menyukai