Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM NUSANTARA

Tugas : Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam

Kelompok 1

1. Aceng Yusuf Puadi


2. Azzahra Febryanti
3. Riyan Nurdiana
4. Leviana Yuliani
5. Rizki

MADRASAH TSANAWIYAH PUI BANJARAN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Kerajaan Islam Demak..............................................................................4
1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Islam Demak...........................................4
2. Raja-Raja Kerajaan Islam Demak.........................................................5
3. Wilayah Kerajaan Islam Demak............................................................7
4. Peninggalan Kerajaan Demak................................................................8
B. Kerajaan Islam Mataram.........................................................................11
1. Sejarah Berdirinta Kerajaan Islam Mataram.......................................11
2. Raja-Raja Kerajaan Islam Mataram.....................................................12
3. Wilayah Kerajaan Islam Mataram.......................................................19
4. Peninggalan Kerajaan Mataram...........................................................20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
A. Kesimpulan..............................................................................................22
B. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki sejarah panjang
yang kaya akan berbagai kerajaan dan budaya. Dalam perjalanan
sejarahnya, agama Islam memiliki pengaruh yang sangat besar dan
memainkan peran kunci dalam pembentukan negara dan masyarakat
Indonesia yang beragam ini. Dua kerajaan yang sangat penting dalam
sejarah Islam di Indonesia adalah Kerajaan Islam Demak dan Kerajaan
Islam Mataram.
Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan Islam pertama
yang berdiri di Pulau Jawa pada abad ke-15. Sebelumnya, Pulau Jawa
dikuasai oleh Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu-Buddha.
Kehadiran Demak sebagai kerajaan Islam menjadi tonggak penting dalam
sejarah agama Islam di Nusantara.
Penyebaran agama Islam di Nusantara telah dimulai sebelum
Demak berdiri, tetapi Demak berperan penting dalam mengkonsolidasikan
dan mengembangkan Islam di wilayah tersebut. Salah satu faktor penting
adalah konversi Raja Demak, Raden Patah, ke agama Islam. Ini
memberikan dorongan penting bagi penyebaran agama ini di wilayah
Demak dan sekitarnya.
Selama pemerintahan Demak, banyak masjid dibangun, dan agama
Islam diresmikan sebagai agama negara. Hal ini mencerminkan komitmen
Demak untuk mendukung perkembangan Islam. Selain itu, kerajaan ini
terlibat dalam perdagangan dan memiliki hubungan perdagangan dengan
berbagai negara Islam lainnya, seperti Gujarat di India.
Namun, masa pemerintahan Demak juga ditandai oleh konflik
dengan bangsa Portugis yang baru tiba di wilayah tersebut. Terutama
terkait dengan perdagangan dan pengaruh agama Katolik, konflik ini

1
mencerminkan perjuangan antara dunia Islam dan dunia Barat yang saat
itu sedang dalam masa kolonisasi.
Kerajaan Mataram adalah salah satu kerajaan yang mengikuti
peran Demak dalam penyebaran agama Islam dan perkembangan budaya
di Pulau Jawa. Mataram memiliki sejarah panjang yang mencakup
beberapa periode pemerintahan yang signifikan.
Setelah Kerajaan Demak, Mataram muncul sebagai pusat penting
bagi agama Islam di Pulau Jawa. Pemerintahan Mataram menggabungkan
ajaran Islam dengan budaya lokal, menciptakan peradaban Jawa yang
kaya. Pusat pemerintahan Mataram telah bergeser beberapa kali selama
sejarahnya, termasuk ke Kartasura, Surakarta (Solo), dan Yogyakarta.
Dalam semua periode ini, agama Islam tetap menjadi komponen penting
dalam budaya dan pemerintahan Mataram.
Selain itu, Kerajaan Mataram terlibat dalam konflik dengan
kolonial Belanda yang mencoba untuk menguasai wilayah-wilayah di
Indonesia. Perlawanan Mataram terhadap Belanda mencerminkan
perjuangan antara dunia kolonial dan kerajaan-kerajaan tradisional di
Nusantara.
Kerajaan Demak dan Mataram memiliki dampak penting dalam
sejarah Indonesia. Mereka adalah salah satu alasan utama mengapa Islam
menjadi agama dominan di wilayah ini dan juga membantu membentuk
budaya Indonesia yang unik dengan menggabungkan unsur-unsur agama
Islam dengan budaya lokal.
Selain itu, perjuangan melawan kolonialisme Belanda oleh
Mataram menunjukkan tekad dan semangat untuk mempertahankan
identitas dan kemerdekaan Indonesia. Kesultanan-kesultanan yang
berkembang setelah Kerajaan Mataram, seperti Kesultanan Yogyakarta
dan Kesultanan Surakarta, terus mempertahankan tradisi Islam dan budaya
Jawa hingga masa kemerdekaan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dari Kerajaan Islam Demak ?

2
2. Bagaimana Sejarah dari Kerajaan Islam Mataram ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah dari Kerajaan Islam Demak
2. Mengetahui Sejarah dari Kerajaan Islam Mataram

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kerajaan Islam Demak
1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Islam Demak
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan
yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah
wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah
kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir
abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk
berkembang menjadi kota besardan pusat perdagangan. Dengan
bantuan para ulama Wali Sanga, Demak berkembang menjadi pusat
penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.

Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang setelah


naik takhta bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Menurut Babad
Tanah Jawa, Raden Patah adalah putra Brawijaya V (Raja Majapahit
terakhir) dengan putri dari Campa Pada masa pemerintahannya,
Demak berkembang pesat. Raden Patah memperkuat armada lautnya
sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat.
Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang
pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena
kepentingannya turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka.
Namun, serangan itu gagal. Di bidang keagamaan, Raden Patah
dibantu Wali Sanga, menampilkan Demak sebagai pusat penyebaran
Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah,
yaitu Masjid Agung Demak.

Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-


1521) Adipati Unus meninggal tanpa meningalkan putra sehingga
seharusnya digantikan oleh adiknya, Pangeran Sekar Seda Lepen.
Namun, Pangeran ini dibunuh oleh utusan kemenakannya yang lain,

4
yaitu Raden Mukmin (nama kecil Sunan Prawoto) anak Pangeran
Trenggana, Akibatnya yang menggantikan takhta Demak adalah adik
Adipati Unus, yakni Pangeran Trenggana. la setelah naik takhta
bergelar Sultan Trenggana. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan
Demak mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat
luas, meliputi Jawa Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon), Jawa
Tengah, dan sebagian Jawa Timur.

Sepeninggal Sultan Trenggana, Demak mengalami


kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan Arya Penangsang anak
Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Sunan Prawoto, putra sulung
Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya
Penangsang. Namun, Arya Penangsang kemudian berhasil juga
dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggana yang menjadi
Adipati Pajang. Joko Tingki yang kemudian bergelar Sultan
Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.

2. Raja-Raja Kerajaan Islam Demak


a. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Raden Patah ( 1500 –
1518 )
Raden Patah pada masa sebelum mendirikan Kerajaan
Demak terkenal dengan nama Pangeran Jimbun, dan setelah
menjadi pendiri kerajaan Demak raja bergelar Sultan Alam Akbar
al Fatah. kerajaan Demak menjadi kerajaan besar dan menjadi
pusat penyebaran agama Islam yang penting Pada masa
pemerintahan Raden Patah, dan Raden Patah juga membangun
Masjid Agung Demak yang letaknya ditengah kota Alun-alun
Demak.
Kedudukan Demak semakin penting peranannya sebagai
pusat penyebaran agama Islam setelah jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis. Namun, walaupun begitu hal itu suatu saat juga menjadi
ancaman bagi kekuasaan Demak. Karena itu pada tahun 1513,

5
Raden Patah mengutus putranya sendiri yaitu Pati Unus dan para
armadanya diutus untuk menyerang Portugis di Malaka. Walau
Serangan ke Malaka sudah dibantu oleh Aceh dan Palembang
tetapi gagal dikarenakan kualitas persenjataan yang kurang
memadai dibanding Portugis di Malaka.
b. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Pati Unus ( 1518 –
1521 )
Pada tahun 1518 ketika Raden Patah sudah wafat kemudian
pemerintahan Kerajaan Demak digantikan putranya sendiri yaitu
Pati Unus. Pati Unus sangat terkenal sebagai panglima perang yang
gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis
yang telah menguasai Malaka. dan karena keberaniannya itu Pati
Unus mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia juga
mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis di
Malaka, hal itu mengakibatkan Portugis kekurangan bahan
makanan.
c. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Sultan Trenggono
( 1521 – 1546 )
Ketika Pati Unus wafat, pati unus tidak memiliki putra.jadi
tahta kerajaan digantikan oleh adiknya yang bernama Raden
Trenggono. dan di bawah pemerintahan Sultan Trenggono inilah
pemerintahan Demak mencapai masa kejayaannya. Raden
Trenggono dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana dan gagah
berani. dan berhasil memperlebar wilayah kekuasaannya yang
meliputi dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada turun-
temurun berdirinya demak sampai masa pemerintahan Raden
Trenggono Musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai
memperluas pengaruhnya ke jawa Barat dan alhasil pihak portugis
bisa mendirikan benteng Sunda Kelapa di jawa barat.
Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke
Sunda kelapa dibawah pimpinan Fatahillah yang bertujuan untuk

6
mengusir bangsa Portugis dari sunda kelapa. Tahun 1527
Fatahillah dan para pengikutnya berhasil mengusir Portugis dari
Sunda Kelapa. Dan Sejak saat itulah Sunda Kelapa diganti
namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang
sempurna danampai saat ini dikenal dengan nama Jakarta.
Sultan Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa
di bawah kekuasaan Demak dan untuk mewujudkan cita-cita itu
Sultan Trenggono mengambil langkah cerdas sebagai berikut

1) menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu


Supit Urang ) dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke
Pasuruan tidak membawa hasil karena Sultan Trenggono
meninggal
2) menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon )
dipimpin Fatahillah mengadakan perkawinan politik. Misalnya
:
 Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati
Jepara )
 Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
 Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi
Raja Cirebon )
 Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati
Pajang )

3. Wilayah Kerajaan Islam Demak


Wilayah kekuasaan Kerajaan Islam Demak terletak di Pulau
Jawa, Indonesia, dan sebagian wilayah-wilayah sekitarnya. Kerajaan
Demak adalah salah satu kerajaan Islam pertama di Jawa, dan wilayah
kekuasaannya mencakup beberapa bagian penting di Pulau Jawa,
termasuk:

7
a. Jawa Tengah: Wilayah inti kekuasaan Kerajaan Demak berada di
Jawa Tengah. Kerajaan ini memiliki ibu kota di Demak, yang
sekarang dikenal sebagai Kota Demak. Kota ini menjadi pusat
administrasi dan pusat agama bagi kerajaan tersebut.
b. Jawa Timur: Selama masa kejayaannya di bawah pemerintahan
Sultan Trenggana, Kerajaan Demak berhasil memperluas
wilayahnya hingga ke Jawa Timur. Salah satu kota yang menjadi
wilayah kekuasaan Demak di Jawa Timur adalah Tuban.
c. Madura: Madura, sebuah pulau yang terletak di seberang Jawa
Timur, juga menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan
Demak.
d. Jawa Bagian Tenggara: Beberapa wilayah di sekitar Jawa Tengah
dan Jawa Timur juga berada di bawah kendali Demak selama masa
kejayaannya.
e. Pesisir Utara Jawa: Wilayah pesisir utara Jawa, termasuk kota-kota
pelabuhan seperti Semarang, juga menjadi bagian dari wilayah
kekuasaan Kerajaan Demak, yang memungkinkan mereka untuk
mengendalikan perdagangan maritim dan melanjutkan penyebaran
agama Islam.

Kerajaan Demak dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran


agama Islam di Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan mereka, banyak
masjid dibangun, dan Islam menjadi agama yang dominan di wilayah-
wilayah yang mereka kuasai. Meskipun kekuasaan Demak pada
akhirnya digantikan oleh kesultanan-kesultanan seperti Kesultanan
Pajang dan Kesultanan Mataram, warisan Islam dan sejarah kerajaan
ini tetap berpengaruh dalam perkembangan budaya dan agama di
Indonesia.

4. Peninggalan Kerajaan Demak


Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang
mengabarkan tentang keberadaan kerajaan ini di masa lalu sudah

8
cukup banyak didapatkan. Adapun beberapa bukti lain yang berupa
peninggalan bersejarah seperti bangunan atau benda-benda tertentu
juga masih terpelihara hingga sekarang. Beberapa bangunan atau
benda peninggalan kerajaan Demak yaitu sebagai berikut :

a. Masjid Agung Demak


Peninggalan Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu
adalah Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan oleh
Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh hingga saat ini
meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga
menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam
telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa. Jika
Anda tertarik untuk melihat keunikan arsitektur dan nilai-nilai
filosofisnya , datanglah ke masjid ini. Letaknya berada di Desa
Kauman, Demak – Jawa Tengah.
b. Pintu Bledek
Dalam bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena
itu, pintu bledek bisa diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat
oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari
Masjid Agung Demak. Berdasarkan cerita yang beredar, pintu ini
dinamai pintu bledek tak lain karena Ki Ageng Selo memang
membuatnya dari petir yang menyambar. Saat ini, pintu bledek
sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu bledek
dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi
koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan di dalam
Masjid Agung Demak.
c. Soko Tatal dan Soko Guru
Soko Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang
berfungsi sebagai penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid
Demak. Ada 4 buah soko guru yang digunakan masjid ini, dan
berdasarkan cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh Kanjeng
Sunan Kalijaga. Sang Sunan mendapat tugas untuk membuat

9
semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru membuat 3
buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan
sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal atau
potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan
kekuatan spiritualnya dan mengubahnya menjadi soko tatal alias
soko guru yang terbuat dari tatal.
d. Bedug dan Kentongan
Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung
Demak juga merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang
bersejarah dan tak boleh dilupakan. Kedua alat ini digunakan pada
masa silam sebagai alat untuk memanggil masyarakat sekitar
mesjid agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu setelah
adzan dikumandangkan. Kentongan berbentuk menyerupai tapal
kuda memiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul,
maka warga sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat
5 waktu secepat orang naik kuda.
e. Situs Kolam Wudhu
Situs kolam wudhu dibuat seiring berdirinya bangunan
Masjid Demak. Situs ini dahulunya digunakan sebagai tempat
berwudhu para santri atau musyafir yang berkunjung ke Masjid
untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini situs tersebut sudah
tidak digunakan lagi untuk berwudhu dan hanya boleh dilihat
sebagai benda peninggalan sejarah.
f. Maksurah
Maksurah adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab
yang menghiasi bangunan Masjid Demak. Maksurah tersebut
dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada saat Aryo
Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan
dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.
g. Dampar Kencana

10
Dampar kencana adalah singgasana para Sultan yang
kemudian dialih fungsikan sebagai mimbar khutbah di Masjid
Agung Demak. Peninggalan Kerajaan Demak yang satu ini hingga
kini masih terawat rapi di dalam tempat penyimpanannya di Masjid
Demak.
h. Piring Campa
Piring Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari
Campa yang tak lain adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini
jumlahnya ada 65 buah. Sebagian dipasang sebagai hiasan di
dinding masjid, sedangkan sebagian lain dipasang di tempat imam.

B. Kerajaan Islam Mataram


1. Sejarah Berdirinta Kerajaan Islam Mataram
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini
terletak disebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kota gede. Awal
berdirinya yaitu setelah kerajaan Demak runtuh, kerajaan Pajang
merupakan satu-satunya kerajaan di Jawa Tengah. Namun demikian
raja Pajang masih mempunyai musuh yang kuat yang berusaha
menghancurkan kerajaannya, ialah seorang yang masih keturunan
keluarga kerajaan Demak yang bernama Arya Penangsang.

Raja kemudian membuat sebuah sayembara bahwa barang


siapa mengalahkan Arya Penangsang atau dapat membunuhnya, akan
diberi hadiah tanah di Pati dan Mataram. Ki Pemanahan dan Ki
Penjawi yang merupakan abdi prajurit Pajang berniat untuk mengikuti
sayembara tersebut. Di dalam peperangan akhirnya Danang Sutwijaya
berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang. Sutawijaya
adalah anak dari Ki Pemanahan, dan anak angkat dari raja Pajang
sendiri. Namun karena Sutawijaya adalah anak angkat Sultan sendiri
maka tidak mungkin apabila Ki Pemanahan memberitahukan nya
kepada Sultan Adiwijaya.

11
Sehingga Kyai Juru Martani mengusulkan agar Ki Pemanahan
dan Ki Penjawi memberitahukan kepada Sultan bahwa merekalah yang
membunuh Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan memperoleh
tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang
makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap
bersaing dengan Pajang sebagai atasannya. Setelah Pemanahan
meninggal pada tahun1575 ia digantikan putranya, Danang
Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.
Sutawijaya kemudian berhasil memberontak kepada Pajang.

Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya


mengangkat dirinya sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan
Senopati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian dari
Mataram yang beribu kota di Kotagede. Senopati bertahta sampai
wafatnya pada tahun 1601. Selama pemerintahannya boleh dikatakan
terus-menerus berperang menundukkan bupati-bupati daerah.
Kesultanan Demak menyerah, Panaraga,Pasuruan, Kediri, Surabaya,
berturut-turut direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya.

2. Raja-Raja Kerajaan Islam Mataram


Kerajaan Mataram Islam yang termasyhur pernah diperintah 10
raja dari awal berdirinya sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Dari
kesepuluh raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup
membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Sultan
Agung Hanyakra Kusuma, yang sangat terkenal hingga saat ini.
Adapun 10 Raja Mataram Islam tersebut urutannya sebagai berikut :

a. Ki Ageng Pamanahan
Ki Ageng Pamanahan merupakan pendiri dari desa
Mataram pada tahun 1556. Desa inilah yang nantinya akan menjadi
Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh anaknya, Sutawijaya. Tanah
ini awalnya hutan lebat yang lalu dibuka oleh masyarakat sekitar

12
dan diberi nama Alas Mentaok. Lalu Ki Ageng Pamanahan
menjadikan bekas hutan ini sebagai sebuah desa yang diberinama
Mataram. Ki Ageng Pamanahan wafat pada tahun 1584 dan
dimakankan di Kota Gede. Tetapi ia Tidak di Juluki Sebagai Raja
ataupun Sultan Mataram.
b. Panembahan Senapati atau Sutawijaya (1586-1601 M)
Setelah ki Ageng wafat pada tahun 1584, kekuasaan jatuh
ketangan anaknya yaitu Sutawijaya. Ia adalah menantu dan anak
angkat dari Sultan Pajang. Sutawijaya tadinya merupakan Senapati
dari kerajaan Pajang. Karena itu ia diberi gelar “Panembahan
Senapati” karena masih di anggap sebagai senapati utama Pajang
dibawah Sultan Pajang.
Kerajaan Mataram Islam mulai bangkit dibawah
kepemimpinan Panembahan Senapati. Kerajaan ini lalu
memperluas wilayah kekuasaannya dari Pajang, Demak, Tuban,
Madiun, Pasuruan dan sebagian besar wilayah Surabaya.
Panempahan Senapati wafat pada tahun 1523, lalu posisinya di
gantikan oleh anaknya yang Bernama Raden Mas Jolang.
c. Raden Mas Jolang atau Panembahan Anyakrawati (1601-1613 M)
Raden Mas Jolang atau Panembahan Anyakrawati
merupakanputra dari Panembahan Senapati dan putri Ki Ageng
Panjawi, penguasa Pati. Raden Mas Jolang Merupakan pewaris
kedua dari kerajaan Mataram Islam. Beliau memerintah dari tahun
1606-1613 M atau selama 12 tahun.
Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi peperangan.
Peperangan karena penaklukan wilayah ataupun karena
mempertahankan wilayah. Raden Mas Jolang wafat pada tahun
1613 M di desa Krapyak. dimakamkan di makam Pasar gede
dibawah makam ayahnya.
d. Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung (1613-1645 M)

13
Raden Mas Rangsang adalah raja ke 3 Kerajaan Mataram
Islam dan merupakan putra dari Raden Mas Jolang. Ia memerintah
pada tahun 1613-1645 M. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Mataram mencapai puncak kejayaannya. Raden Mas Rangsang
bergelar Sultan Agung Senapati Ing alaga Ngabdurrahman. Pada
masa ini, Kerajaan Mataram berhasil menguasai hampir seluruh
Tanah Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa
Barat.
Selain melakukan penaklukan wilayah dengan berperang
melawan raja Jawa. Sultan Agung juga memerangi VOC yang
ingin merebut Jawa dan Batavia. Pada masa Sultan Ageng,
Kerajaan Mataram berkembang menjadi Kerajaan Agraris. Sultan
Agung wafat pada tahun 1645 dan di makamkan di Imogiri.
e. Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I (1646-1677)
Sultan Amangkurat I merupakan anak dari Sultan Agung.
Ketika berkuasa, ia memindahkan pusat kerajinan dari kota Gede
ke kraton Plered pada tahun 1647. Sultan Amangkurat berkuasa
dari tahun 1638 sampai tahun 1647. Pada masa inilah Kerajaan
Mataram Islam terpecah. Ini dikarenakan sultan Amangkurat I
menjadi teman dari VOC.
Aksi ini menimbulkan ke tidak senangan di kalangan
keraton, terlebih Amangkurat bersikap ekstrem terhadap para
penentangnya. Kekacauan memuncak ketika Trunojoyo pada 1670-
an memberontak, merebut wilayah pantai utara dan keraton Plered
pada 1677. Amangkurat I melarikan diri menuju Cirebon, namun
wafat dalam perjalanannya.
Sultan Amangkurat I meninggal pada tanggal 10 Juli 1677
M dan dimakamkan di Telaga wangi, Tegal. Sebelum meninggal,
ia sempat menangkat Sunan Mataram atau Amangkurat II sebagai
penerusnya.
f. Amangkurat II atau Raden Mas Rahmat (1677-1703 M

14
Amangkurat II atau Raden Mas Rahmat merupakan pendiri
dan raja pertama dari Kasunanan Kartasura. Kasunanan Kartasura
merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram Islam. Karena pusat
kekuasaan berpindah ke Kartasura, dan raja yang menggunakan
gelar Susuhunan (Sunan).
Amangkurat II melanjutkan gerakan melawan
pemberontakan Trunojoyo. Tahun 1678 M dengan bantuan VOC
berhasil menghancurkan pusat pemberontakan di Kadiri. Meski
begitu, gejolak masih berlangsung sampai dengan tahun 1681 M.
Akibat hancurnya Plered, ia memindahkan kekuasaannya ke
Kartasura. Amangkurat II memberikan konsesi politik dan
ekonomi yang besar kepada VOC.
Beliau merupakan raja Jawa pertama yang menggunakan
pakaian eropa sebagai pakaian dinas. Karena itu rakyat
menjulukinya Sunan Amral. Raden Mas Rahmat atau Amangkurat
II memerintah dari tahun 1677 M sampai tahun 1703 M.
g. Amangkurat III (1703-1705 M)
Pergantian kekuasaan menuju Amangkurat III diwarnai
pemberontakan oleh Pangeran Puger yang berhasil dipadamkan
oleh Amangkurat II. Namun, seiring kekuasaan Amangkurat III
berjalan, dukungan kepada Pangeran Puger meningkat. Terlebih
setelah insiden Surapati dan Tack, VOC tidak lagi percaya pada
garis keluarga Amangkurat. Pada tahun 1704, Pangeran Puger
mengangkat diri sebagai Sunan Kartasura dengan gelar
Pakubuwana I dan mengobarkan perang melawan Amangkurat.
Amangkurat III terpaksa melarikan diri dan menyerahkan
Kartasura.
h. Pakubuwana I (1705-1719 M)
Pakubuwana I dikenal juga sebagai Sunan Ngalaga atau
Pangeran Puger, lahir di Plered, Mataram pada tahun 1648 M,
adalah susuhunan Mataram ketujuh yang memerintah antara tahun

15
1704-1719 M. Ia merupakan paman dari Amangkurat III dan
menggantikan keponakannya sebagai sunan menggunakan gelar
baru untuk garis keturunannya, dengan gelar Pakubuwana.
Kebanyakan kronik Jawa (babad) menggambarkannya sebagai
seorang penguasa yang bijaksana dan agung. Setelah wafat
putranya menggantikannya dengan gelar Amangkurat IV.
i. Amangkurat IV atau Sunan Jawi (1719-1726 M)
Amangkurat IV dikenal juga sebagai Sunan Jawi adalah
susuhunan Mataram kedelapan yang memerintah pada tahun 1719
– 1726. Ia kemudian dianggap sebagai leluhur raja-raja Jawa,
bapak wangsa Mataram, karena menurunkan trah yang berkuasa di
Surakarta dan Yogyakarta. Sunan Amangkurat IV atau Sunan Jawi
memiliki nama asli Raden Mas Suryaputra, dia adalah putra dari
Pakubuwana I yang lahir dari permaisuri Ratu Mas Balitar
(keturunan Pangeran Juminah, putra Panembahan Senapati dengan
Ratna Dumilah).
Di tengah-tengah era kepemimpinan Amangkurat IV,
suksesi takhta Jawa kembali terjadi. Perebutan pucuk penguasa
Mataram tak bisa dihindari, berdampak besar bagi Mataram, juga
wilayah-wilayahnya di mancanagara. Dan karena kurang
berkenannya banyak keluarga karaton atas penobatan Amangkurat
IV, rakyat Jawa kemudian terpecah kepercayaannya, menjadi lima
kubu, yaitu pihak Amangkurat IV kemudian ketiga saudaranya,
yaitu; Pangeran Purbaya, Pangeran Balitar, Arya Dipanagara, dan
juga Arya Mataram (paman Amangkurat IV).
Perang saudara memperebutkan takhta Mataram yang oleh
para sejarawan disebut perang suksesi Jawa jilid II ini
menyebabkan rakyat Jawa terpecah belah. Sebagian memihak
Amangkurat IV, sebagian memihak Pangeran Balitar, sebagian
memihak Arya Dipanagara, dan sebagian lagi memihak Arya
Mataram.

16
Pangeran Balitar berhasil membuat Jayapuspita (sekutu
Arya Dipanagara) memihak kepadanya dan menggunakan
kekuatan Mojokerto itu untuk menggempur Madiun. Arya
Dipanagara kalah dan menyingkir ke Baturrana. Di sana ia ganti
dikejar oleh pasukan Mataram dari Kartasura. Akhirnya, Arya
Dipanagara pun menyerah pada Pangeran Balitar dan bergabung
bersamanya di Kartasekar.
Pada bulan Oktober 1719 pihak Mataram dibantu VOC
menumpas Arya Mataram lebih dahulu, yang memberontak di Pati.
Kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung di Jepara.
Pada bulan November 1720 gabungan pasukan Mataram
dan VOC menyerang Kartasekar. Kemudian Kartasekar berhasil
dihancurkan sehingga kelompok Pangeran Balitar menyingkir ke
timur.
Satu persatu kekuatan pemberontak berkurang. Jayapuspita
meninggal karena sakit tahun 1720 sebelum jatuhnya Kartasekar.
Pangeran Balitar sendiri juga meninggal tahun 1721 akibat wabah
penyakit saat dirinya berada di Malang.
Perang akhirnya berhasil dihentikan pada tahun 1723.
Kelompok pemberontak ditangkap. Pangeran Purbaya dibuang ke
Batavia, Arya Dipanagara (Panembahan Herucakra) dibuang ke
Tanjung Harapan, sedangkan Panji Surengrana (adik Jayapuspita)
dibuang ke Sri Langka.
Amangkurat IV berselisih dengan Cakraningrat IV bupati
Madura Barat. Cakraningrat IV ini ikut berjasa memerangi
pemberontakan Jayapuspita di Surabaya tahun 1718 silam. Ia
pernah memiliki keyakinan bahwa Madura akan lebih makmur jika
berada di bawah kekuasaan VOC daripada Mataram.
Hubungan dengan Cakraningrat IV kemudian membaik
setelah ia diambil sebagai menantu Amangkurat IV. Kelak

17
Cakraningrat IV ini berselisih terhadap Raden Mas Prabasuyasa,
putra Amangkurat IV.
Amangkurat IV sendiri jatuh sakit bulan Maret 1726 akibat
diracun. Sebelum sempat menemukan pelakunya, ia lebih dulu
meninggal dunia pada tanggal 20 April 1726. Amangkurat IV
digantikan Raden Mas Prabasuyasa, putranya yang baru berusia 15
tahun bergelar Pakubuwana II sebagai raja selanjutnya.
i. Pakubuwana II (1726-1749 M)
Sri Susuhunan Pakubuwana II dikenal juga sebagai Sunan
Kumbul adalah raja Mataram kesembilan yang memerintah tahun
1726–1742 M dan menjadi raja pertama Surakarta yang
memerintah tahun 1745–1749 M. Raden Mas Prabasuyasa naik
takhta sebagai Pakubuwana II pada tanggal 15 Agustus 1726 pada
usia 15 tahun. Karena masih sangat muda, beberapa tokoh istana
bersaing untuk mempengaruhinya. Para pejabat keraton pun terbagi
menjadi dua kubu, yaitu golongan yang bersahabat dengan VOC
dipelopori Ratu Amangkurat (ibu suri) dan golongan anti-VOC
dipelopori Patih Cakrajaya.
Pada masa kekuasaannya diwarnai dengan peristiwa besar
yaitu Geger Pacinan. Pemberontakan orang-orang Tionghoa dan
Jawa melawan VOC dikarenakan pembantaian orang Tionghoa di
Batavia. Sunan mendukung perlawanan terhadap VOC, namun
pemberontakan berhasil ditumpas oleh VOC yang dibantu oleh
Cakraningrat IV. Pakubuwana II kemudian memindahkan
kekuasaan ke Surakarta (Sala). Mataram dikuasai oleh Gubernur
Jenderal Baron van Imhoff, yang memaksa untuk mengambil alih
kekuasaan dari Pakubuwana yang sakit pada 1747 M, dan
menunjuk raja baru sesuai izinnya.
j. Pakubuwana III (1747-1755 M)
Pakubuwana III diangkat oleh van Imhoff untuk menjadi
Sunan. Ia mengikuti semua kata VOC, sehingga posisinya sebagai

18
raja tidak ada artinya. Ia terpaksa menyetujui Perjanjian Giyanti
yang membelah kekuasaan menjadi Yogyakarta dan Surakarta pada
tahun 1755 M.

3. Wilayah Kerajaan Islam Mataram


Kerajaan Islam Mataram adalah salah satu kerajaan yang
berdiri di Pulau Jawa, Indonesia, yang memiliki sejarah panjang dan
berpengaruh. Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram meliputi sebagian
besar Pulau Jawa dan bahkan beberapa wilayah di luar pulau tersebut.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang wilayah kekuasaan
Kerajaan Islam Mataram:

a. Pusat Kekuasaan: Kerajaan Mataram memiliki beberapa periode


pemerintahan dengan ibu kota yang berbeda-beda. Pada awalnya, pusat
pemerintahan berada di Kota Mataram, yang sekarang merupakan
bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian, pusat
pemerintahan dipindahkan ke Kartasura dan akhirnya ke Surakarta
(Solo) dan Yogyakarta.
b. Jawa Tengah dan Jawa Timur: Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram
meliputi sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini adalah
wilayah yang luas dan strategis di Pulau Jawa. Selama berbagai
periode pemerintahan, terjadi perubahan wilayah kekuasaan dan
pergeseran ibu kota.
c. Wilayah Lain: Selain Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kerajaan
Mataram juga menguasai sebagian wilayah di luar Pulau Jawa,
termasuk wilayah di Pulau Madura dan Bali. Mereka juga memiliki
pengaruh terbatas di sekitar Jawa Barat dan Jawa Bagian Timur.

Periode Pemerintahan: Kerajaan Mataram mengalami beberapa


periode pemerintahan yang signifikan, termasuk Mataram Kuno
(sekitar abad ke-8 hingga ke-10), Kesultanan Mataram Islam (abad ke-

19
16 hingga abad ke-18), dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
(Keraton Yogyakarta) dan Kesultanan Kasunanan Surakarta
Hadiningrat yang masih ada hingga saat ini. Kerajaan Mataram
memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa, serta
dalam pengembangan seni, budaya, dan kebudayaan Jawa. Mereka
juga terkenal dengan sistem pemerintahan dan hukum adatnya yang
kompleks. Kerajaan Mataram mengalami kemunduran akibat konflik
internal dan eksternal, termasuk konflik dengan kolonial Belanda, yang
akhirnya menyebabkan pembagian wilayah Mataram menjadi dua
kesultanan yang masih ada saat ini: Kesultanan Yogyakarta dan
Kesultanan Surakarta.

4. Peninggalan Kerajaan Mataram


Adapun sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam berasal dari
beberapa Candi, Arca dan Prasasti sebagai berikut :

a. Keraton Kesultanan Yogyakarta


Keraton Yogyakarta atau Keraton Kasultanan Yogyakarta
dibangun pada tahun 1755 Masehi. Pada bagian utara keraton terdapat
alun-alun utara dan Masjid Agung di bagian sebelah barat. Sedangkan
di bagian selatan keraton, terdapat alun-alun selatan dengan ukuran
lebih kecil dibandingkan alun-alun utara.
b. Keraton Kota gede
Kota gede adalah pusat kekuasaan Mataram yang dibangun oleh
Sutawijaya atau Panembahan Senopati sebagai Sultan pertama
Mataram. Komplek ini berdiri sekitar tahun 1588, dan mulai berangsur
ditinggalkan sejak Amangkurat I membangun kekuasaannya di
wilayah Plered.
c. Komplek Makam Kota gede, Girilaya dan Imogiri.
Raja-raja Mataram menempatkan wilayah khusus untuk
memakamkan keluarganya. Wilayah Kotagede yang merupakan pusat

20
kekuasaan, dimakamkan Hadiwijaya, Ki Ageng Pemanahan, dan
Panembahan Senopati.
Pemakaman Girilaya memuat makam dari Kiai Ageng Giring, Kiai
Ageng Sentong, dan Sultan Cirebon V. Tokoh yang dimakamkan di
barat antara lain: Kanjeng Ratu Pembayun (istri Amangkurat), makam
Kanjeng Ratu Mas Hadi (ibu Sultan Agung), dan Kanjeng
Panembahan Juminah (paman Sultan Agung). Sementara di Imogiri
dimakamkan Sultan Agung dan istrinya, Amangkurat (II dan III),
Pakubuwana (1-XII), dan Hamengkubuwana (kecuali yang kedua).
d. Masjid Agung Gedhe Kauman
Masjid Agung Gedhe Kauman terletak di sebelah barat Alun-Alun
Utara Yogyakarta, tepatnya di Kampung Kauman, Kecamatan
Gondomanan. Peninggalan Kesultanan Mataram ini dibangun pada
1773, di bawah pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Masjid ini memiliki satu gedung induk sebagai tempat shalat dan
maksura sebagai pengamanan raja ketika hendak shalat. Sementara
pada bagian halaman terdapat pagongan yang digunakan untuk
meletakkan gong saat acara Sekaten.
e. Taman Sari

Taman Sari adalah situs bekas taman istana milik Keraton


Yogyakarta yang dibangun pada zaman Sultan Hamengkubuwono I
pada 1758-1765. Sebagai pimpinan proyek pembangunan, ditunjuklah
Tumenggung Mangundipuro dan seluruh biayanya ditanggung oleh
Bupati Madiun.

Oleh karena itu, daerah Madiun dibebaskan dari pungutan


pajak. Meskipun fungsi utamanya sebagai taman kerajaan, beberapa
bangunan di dalamnya mengindikasikan bahwa Taman Sari juga
berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh
musuh.

21
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah wafatnya Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M,
memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaan ini yaitu Raden
Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah seorang mujahid besar yang di
antara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya Islam ke daerah
Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H/1546 M.

Kebudayaan yang berkembang di kerajaan Demak bercorak Islam.


Hal tersebut tampak dari peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa
masjid, makam, batu nisan, kitab suci Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra.
Sampai sekarang pun Demak di kenal sebagai pusat pendidikan agama
Islam.

Mataram merupakan sebuah kerajaan Islam yang letaknya berada


di pedalaman. Mataram pada mulanya merupakan sebuah hutan di wilayah
kerajaan Pajang. Mataram diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan atas
jasanya dalam pembunuhan Sunan Prawoto. Oleh Ki Ageng Pemanahan,
mataram dibangun menjadi sebuah Kadipaten.

Oleh Sutawijaya, Mataram dibangun menjadi sebuah kerajaan yang


besar. Menggantikan kerajaan Pajang yang berhasil dikalahkan.
Sutawijaya bergelar penembahan Senopati ing Alaga. Senopati berhasil
meluaskan wilayah Mataram hingga hampir seluruh Jawa.

22
Sultan Agung mempersiapkan pasukan, persenjataan, dan armada
laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya
berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai
seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk
menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari
tangan Belanda. Namun usaha Sultan selama dua kali untuk mengempung
Batavia mengalami kegagalan.

Mataram runtuh akibat adanya pengaruh VOC sejak zaman


pemerintahan Amangkurat I. Serta adanya dualisme kepemimpinan dalam
Mataram sejak diangkatnya Pakubuana 1. Sehingga Mataram memiliki
dua raja. Oleh karena itu, pada perjanjian Giyanti, Mataram dibagi menjadi
dua wilayah yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunan Surakarta.
Berdasarkan perjanjian Giyanti wilayah Mataram terbagi menjadi dua,
wilayah disebelah timur kali Opak dikuasai oleh pewaris tahta Mataram
yaitu Sunan Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Surakarta,
sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada Pangeran
Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono I
yang berkedudukan di Yogyakarta.

B. Saran
Demikianlah keterangan tentang Kerajaan Islam Nusantara yang
dapat kami buat. Semoga dengan selesainya karya ini dapat membantu
berlangsungya proses belajar mengajar di sekolah khususnya pembelajaran
mapel Sejarah Kebudayaan Islam mengenai materi Kerajaan-kerajaan
Indonesia. Karya ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan kritik sangatlah kami butuhkan demi kesempurnaan untuk tugas
yang akan datang.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

1. Burhanudin, J. (2017). Islam dalam arus sejarah Indonesia. Prenada Media.


2. Habib Mustopo dkk, 2007, Sejarah SMA Kelas XI, Jakarta : Yudhistira
3. Sholeh Dimyathi, Gozali faesal.2018.Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti,Jakarta: Pusat Kurikulum Dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
4. Zamzami, R. (2018). Sejarah Agama Islam di Kerajaan Mataram pada Masa
Penembahan Senapati (1584-1601). JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam), 2(2),
153-165.

25

Anda mungkin juga menyukai