Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Sejarah Islam Masuk ke Indonesia


Dosen Pengampu: Ulil Abshar, S. Hum, M. A

Disusun Oleh:
Kelompok 1 Tarjamah 2 C
Fadhilah Hanafi Abdul Ghani: 11220240000074
Muhammad Adieb: 11220240000092
Muhammad Dandy: 11220240000093
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang
sangat penting untuk dipelajari. Termasuk dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang
bagaimana masuk dan berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori tersebut
adalah Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda
pendapat mengenai waktu dan siapa yang menyebarkan agam Islam ke Indonesia. Namun,
dari perbedaan tersebut dapat ditarik suatu persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia.
Dari sinilah, kerajan-kerajaan Islam muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-
kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini kami susun dalam memenuhi tugas dari mata pelajaran
Sejarah Indonesia dan agar pembaca lebih memahami tentang perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia.

B. B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?

2. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?

C. C. Tujuan

1. Agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang proses masuknya Islam ke Indonesia

2. Agar pembaca dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia

3. Agar pembaca dapat lebih memahami perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di


Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang


berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan
mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas
wilayahnya dan menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan
Sultan Ahmad Malik aI Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan
India-Cina (kembali tahun 1345).

Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama Islam yaitu:

 Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang
menetap di Samudera Pasai.

 Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini dibuktikan
dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa.
Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan laut yang
menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan
pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai tempat merambah perbekalan,
tempat mengurus masalah perkapalan, tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan
dikirim ke luar, sekaligus tempat menyimpan barang yang akan diantar ke daerah
lain.Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun
1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan
maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian

Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan


perdagangan terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih strategis.

B. Kerajaan Aceh

Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh
Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.

Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Aceh sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.

Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami
kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa
pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor,
Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di
samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut
Adat Mahkota Alam. Corak pemerintahannya terdiri atas pemerintahan sipil oleh golongan
bangsawan (teuku) dan pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).

Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh.
Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia
kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah
mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku,
serta antara golongan aliran syiah dan sunnah wal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil
menguasai Aceh pada tahun 1904.

C. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak


sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan
kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.

Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai
bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden Patah
mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang
menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang
pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke
Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.

Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh
putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis bermusuhan,
sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya,
dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati
unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan
usaha besar membendung masuknya portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan
Kerajaan Demak.

Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Dengan
semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu
menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada
pemerintahan Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak
terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta
Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik
dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati
Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat pada tahun 1546 M.

Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara


bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta
sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.

D. Kerajaan Pajang

Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan Adiwijoyo
atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia kemudian
menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.

Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung
atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang.
Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang
yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar
Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati.
Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di daerahnya masing-masing.

Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi
Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.

Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra
bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal
sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng Pemanahan
wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.

Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo


wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba
merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang
menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo
dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak
berhasil. Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara
angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan.
Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian
tamatlah kerajaan Pajang.

E. Kerajaan Mataram Islam

Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik


menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria
Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan
Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat
menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin
menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun
1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan
kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang
membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana
aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang
kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat
itu berdirilah Kerajaan Mataram.

Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi


rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya
tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi,
Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram
berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan
(Jatim).
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia
dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat
tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

F. Kerajaan Banten

Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam)


mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung meluasnya kekuasaan
Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul
kurangnya pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh
Portugis.

Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya,


Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat
berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan
Palembang. Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan
digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah
kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat
ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu,
tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat.

Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan.


Keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti
dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan
membuat saluran irigasi. Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah
mangkat, terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa
itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun
diangkat menjadi Raja dengan perwalian Mangkubumi. Masa pemerintahan Maulana
Muhammad berlangsung tahun 1508-1605 M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang
masih kanak-kanak didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran Rana
Menggala wafat, Banten mengalami kemunduran.

Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja Besar Banten
Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara di Banten antara
saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten mulai
hancur karena terjadi peang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti
Maulana Yusuf.

G. Kerajaan Cirebon

Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah
seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah. Syarif
Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di
bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah
memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh
Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif
Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.

Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran


Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya. Pada tahun 1679,
Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Dengan politik de vide at
impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon,
kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan
demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan
Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

H. Kerajaan Makassar

Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang
terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri
Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam
(1605) dan rakyat pun segera mengikutinya.

Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu
lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah
sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar
merupakan salah satu kerajaan Islam yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya
di tengah-tengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.

Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin (1591-1639 M). Raja
berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M) dan dilanjutan oleh putranya, Hasanuddin
(1654-1660 M). Sultan Hasanuddin berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan
menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone.

VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup ramai dan
banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk membuka hubungan dagang.
Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk
bersama-sama menyerbu Banda (pusat rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak.

Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik. Terlebih lagi
setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar Makassar diundang untuk
suatu perjamuan di atas kapal VOC, tetapi nyatanya malahan dilucuti dan terjadilah
perkelahian yang menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Keadaan meruncing
sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC sering mengalami
kesulitan dalam menundukkan Makassar. Oleh karena itu, VOC memperalat Aru Palakka
(Raja Bone) yang ingin lepas dari kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.

Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya dengan VOC


yang berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC yang memperalat Aru Palakka (
Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar. Kebetulan saat itu Kerajaan Makassar sedang
bermusuhan dengan Kerajaan Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC.

I. Kerajaan Malaka

Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Palembang
bernama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi serangan dari Majapahit. Ia
mendirikan kerajaan Malaka sekitar tahun 1400. Pada mulanya, Parameswara adalah seorang
raja yhang beragama Hindu. Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya dengan nama
Islam, Muhammad Syah (1400-1414). Raja pertama ini kemudian digantikan oleh Sultan
Iskandar Syah (1414-1424). Selanjutnya raja-raja yang berkuasa di Malaka adalah Sultan
Muzafar Syah (1424-1444), Sultan Mansur Syah (1444-1477), dan Sultan Mahmud Syah
(1477-1511).
J. Kerajaan Ternate dan Tidore

Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja
Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak.
Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. Kerajaan yang
terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan
rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama
cengkih.

Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak
berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan
berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis
yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan
membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan
Tidore sebagai sekutunya.

Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan


bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam
sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian
tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat penting untuk
dipelajari. Termasuk dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia. Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang
bagaimana masuk dan berkembangannya agama Islam di Indonesia.
Dan kerajaan-kerajaan atau kesultanan tersebut Kerajaan Demak, Kerajaan
Banten, Kesultanan Cirebon, Kerajan Jailolo, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore,
Kerajaan Bacan, Kesultanan Buton, Kesultanan Bangai, Kerajaan Gowa Tallo,
Kerajaan Bone, Kerajaan Konawe, Kesultanan Bima, Kesultanan Sumbawa, Kerajaan
Dompu, Kerajaan Selimbau, Kerajaan Dompu, Kerajaan Mempawah, Kerajaan
Tajungpura, Kerajaan Landak, Kerajaan Tayan, Kesultanan Paser, dan masih banyak
kerajaan-kerajaan dan kesultanan.
2. Saran
Makalah ini adalah gambaran yang bias di ambil kemanfaatan nya dan makalah
ini juga tidak dapat memuat semua materi yang ada di Negara yang luas ini, tapi
dengan terbuatnya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
tentang sejarah Islam yang ada di negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Taufik, Djaenuderadjat Endjat. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia.
(Senayan, Jakarta: 2015)
Abdullah Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia. (Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, 1991)
Anwar Khairil. Kedatangan Islam. (Banjarmasin: Comdes Kalimantan, 2005)
Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara. (15 Simpang Baru Panam Pekanbaru-
Riau 28293 PO. Box 1004)
Rohimin.Masuk dan Berkembangnya Islam di Provinsi Bengkulu. (Celeban Timur,
Yogyakarta: 2007)
https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/SEJARAH-MASUKNYA-ISLAM-KE-
INDONESIA.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/328109862.pdf
https://e-journal.iain-pelangkaraya.ac.id/index.php/syams/article/download/
2497/1407
https://etheses.iainponorogo.ac.id/10267/1/210316299.pdf
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-20809-11_1704.pdf

Anda mungkin juga menyukai