Guru Pembimbing :
Pahrul Gani, S.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Apriliana
2. Fitriana Okta .A
3. Nabila Rachmadhani
4. Norsafitri Meilisa Fuja
Kelas :
XII IPA 2
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga terselesaikannya
makalah yang kami yang berisikan tentang "Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan,
Pada Masa Penjajahan Belanda, Pada Masa Kemerdekaan, dan Perjalanan Dakwah Wali
Songo".
Dengan rasa syukur akhirnya makalah ini telah selesai disusun. Makalah ini
disusun guna untuk memenuhi tugas.
Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini.
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perkembangan Islam pada masa Kerajaan/Kesultanan, pada masa
penjajahan Belanda, hingga pada masa kemerdekaan.
2. Mengetahui perjalanan dakwah Wali Songo.
BAB II
ISI
Dalam catatan sejarah Jawa mengatakan bahwa Islam di wilayah ini didakwahkan oleh
walisongo. Para wali, terutama Wali Songo sangatlah berjasa dalam Islamisasi di Jawa ini
sehingga kerajaan pertama di Jawa yang pertama berdiri di Demak itu atas jasa mereka.
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang
menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain
menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa
Arabberarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa,
yang berarti tempat. Pendapat lain yaitu, sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan
oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Para
Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Asal-usul pesantren tidak dapat dipisahkan dari sejarah pengaruh Walisongo abad XV-XVI di
Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga
pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad-abad. Dakwah
Walisongo hendaknya dipandang sebagai sebuah proses. Dalam tahapan dakwah jaman
tersebut, mereka tergolong telah menuai kesuksesan besar. Rahasia kesuksesan tersebut
terletak pada kebersamaan, kepatuhan terhadap bimbingan ulama, keteladanan yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, kemampuan, perencanaan yang akurat,
pengorganisasian yang matang, dan tidak menafikan keberadaan Allah Swt.
perjalanan dakwahnya adalah sebagai berikut:
4. Sunan Giri (Blambangan, tengah abad ke-15, Giri, awal abad 16)
Ia terkenal dengan nama Raden Paku atau Sultan Abdul Fakih. Ia adalah putra Maulana
Ishak. Ia juga merupakan saudara Sunan Gunung Jati. Raden Fatah juga saudaranya
karena istri-istri mereka bersaudara. Di masa kecilnya, Sunan Giri diangkat anak oleh Nyai
Gede Malaka. Sunan Giri belajar di pondok pesantren Ampel Denta, teman Sunan Bonang.
Aktivitas dakwah Sunan Giri di daerah Giri dan sekitarnya, yang santrinya mayoritas
berekonomi lemah. Ia mengkader para Da’I untuk dikirim ke luar pulau jawa, di antaranya
Madura, Bawean, Kangean, Ternate, Tidore, dan lain-lain. Jiwanya adalah jiwa demokratis.
Ia mendidik anak-anak kecil dengan permainan-permainan yang bersifat keagamaan, di
antaranya Jelungan, jamuran, Gendi Ferit, Jor, Gula Ganti, Cublak-Cublak Suweng, Ilir-Ilir. Ia
berpengaruh terhadap jalan roda kesultanan Demak.
5. Sunan Drajat (Ampel Denta, Surabaya, sekitar tahun 1470-Sedayu, Gresik pertengahan
abad 16)
Nama aslinya Raden Kasim atau Syarifudin, makamnya di Sedayu Sumatera Selatan.
Beliau adalah putra Sunan Ampel dari istri kedua yang bernama Dewi Candra Wati. Sunan
Drajat merupakan peserta musyawarah dalam rangka memutuskan untuk mengadakan
pendekatan cultural pada masyarakat Jawa dalam menyiarkan ajaran Islam. Perhatiannya
sangat serius pada masalah-masalah social. Tema dakwahnya yaitu, gotong royong,
tolong-menolong, menyantuni anak yatim dan fakir miskin ( semua itu merupakan proyek
social agama Islam).
9. Sunan Gunung Djati (Mekah 1448- Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat 1570)
Menurut Purwaka Caruban Nagari, sebagaimana dikutip dalam buku Ensiklopedi Islam,
Sunan Gunung Jati sebagai seorang walisongo mendapat penghormatan dari raja-raja lain
di Jawa. Ia adalah cucu raja Pajajaran.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masuknya Islam di Indonesia berjalan damai tanpa paksaan, dibawa oleh mubalig yang
kebetulan berprofesi pedagang. Kegiatan berdagang tersebut merupakan penopang dalam
proses islamisasi.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA