Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN ISLAM di INDONESIA

Guru Pembimbing :
Pahrul Gani, S.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Apriliana
2. Fitriana Okta .A
3. Nabila Rachmadhani
4. Norsafitri Meilisa Fuja

Kelas :
XII IPA 2

SMA NEGERI 1 KASONGAN


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga terselesaikannya
makalah yang kami yang berisikan tentang "Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan,
Pada Masa Penjajahan Belanda, Pada Masa Kemerdekaan, dan Perjalanan Dakwah Wali
Songo".
Dengan rasa syukur akhirnya makalah ini telah selesai disusun. Makalah ini
disusun guna untuk memenuhi tugas.
Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini.
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Kasongan, 03 Februari 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II ISI
2.1 Perkembangan Islam Pada Masa Kerjaan/Kesultanan
2.2 Perkembangan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda
2.3 Perkembangan Islam Pada Masa Kemerdekaan
2.4 Pejalanan Dakwah Wali Songo
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan dan kesenian.
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan membuat Indonesia banyak di
singgahi para pedagang dunia termasuk para pedagang muslim. Banyak dari mereka yang
tinggal menetap dan membangun perkampungan muslim, dan akhirnya terdapat beberapa
kerajaan dan membuat beberapa masalah baik itu dari sosial maupun politik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan Islam pada masa Kerajaan/Kesultanan, pada masa
penjajahan Belanda, hingga pada masa kemerdekaan?
2. Bagaimana perjalanan dakwah Wali Songo?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui perkembangan Islam pada masa Kerajaan/Kesultanan, pada masa
penjajahan Belanda, hingga pada masa kemerdekaan.
2. Mengetahui perjalanan dakwah Wali Songo.
BAB II
ISI

2.1 Perkembangan Islam Pada Masa Kerjaan/Kesultanan


Nama Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

1. Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)


- Lokasi dan Sumber Sejarah
Samudra Pasai atau Samudra Darussalam adalah kerajaan pertama di Nusantara
yang menganut agama Islam. Letaknya di Pantai Utara Sumatera (Aceh) dekat
Perlak (Malaysia). Kesultanan ini didirikan oleh Meurah Silu yang bergelar Sultan
Malik Al-Saleh sekitar tahun 1267.
- Kondisi Sosial-Politik Kesultanan
Menurut perkiraan para ahli, seperti Snouck Hurgronje dan J.L. Moena, Kesultanan
Samudera Pasai diperkirakan berdiri pada pertengahan abad XI. Awalnya
Kesultanan ini berada di bawah kekuasaan dinasti Meurah Khair. Meurah Khair
adalah pendiri dan sultan pertama Samudra Pasai dan bergelar Maharaja Mahmud
Syah (1042-1078). Menurut hikayat raja-raja Pasai dan Hikayat raja-raja Melayu
penguasa Pasai berikutnya adalah keturunan dari dinasti Meurah MalaysiSilu
dengan sultan pertama Malik Al-Saleh memerintah (1267-1292) ia keturunan sultan
perak (sekarang Malaysia). Menurut catatan Batutah aktivitas perdagangan di Pasai
berkembang pesat pasar menjelma menjadi pusat perdagangan internasional, ramai
dikunjungi para pedagang dari berbagai benua seperti Asia (Tiongkok India
Malaka),Afrika, dan Eropa. Kemajuan perekonomian membawa dampak pada
kehidupan sosial masyarakat kehidupan sosial Pasai diatur menurut aturan dan
hukum Islam mereka hidup saling menghormati Sesuai ajaran agama Islam.
Sebagai kerajaan Islam pertama masa juga memiliki kontribusi besar dalam
perkembangan dan penyebaran Islam di Nusantara. Pasai banyak mengirimkan
ulama dan mubaligh untuk menyebarkan Islam di Jawa banyak juga ulama Jawa
yang menimba ilmu agama di Pasai salah satunya adalah Syekh Yusuf, seorang Sufi
dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan. Konon, Sunan Kalijaga dan Sunan
Gunung Jati memiliki hubungan keluarga dengan sultan-sultan Pasai.
2. Kesultanan Aceh (1507-1903)
- Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Aceh yang letaknya di Aceh Rayeuk (sekarang Aceh Besar), didirikan
oleh Ali Mughayat Syah tahun 1496,di atas bekas wilayah Kesultanan lamuri yang
dilakukan Muhayat Syah. Meski demikian, awalnya Aceh merupakan bagian atas
semacam kerajaan bawahan dari Kesultanan Pedir (Pidie). Karena itu, penentuan
awal Aceh sebagai sebuah Kesultanan adalah ketika Mughayat Syah dilantik
menjadi sultan pada 1507 (sumber lain mengatakan tahun 1514), setelah berhasil
menanggung menaklukkan Pedir serta kesultanan-kesultanan lain sekitarnya, seperti
Daya, Lidie, dan Nakur. Aceh merupakan salah satu kerajaan Islam yang besar
terutama karena kemampuannya mengembangkan pola dan sistem pendidikan
militer, komitmennya menentang perekonomian bangsa Eropa sistem pemerintahan
yang teratur dan sistematis mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan
hingga kemampuan lain menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain sumber
sejarah tentang Kesultanan ini adalah kitab Bustanussalatin karya Nuruddin Ar-Raini
tahun 1637, yang berisi tentang silsilah sultan sultan Aceh dan batu nisan makam
Sultan Ali Mughayat Syah.
- Kondisi Sosial-Politik Kesultanan
Aceh berkembang pesat ketika Pasai berada di ambang keruntuhan sejak diserang
Majapahit (sekitar tahun 1360) . Lalu setelah itu Aceh berkembang menjadi pelabuhan
perdagangan yang besar dibentuk tata pemerintahan yang rapi secara militer sangat kuat
dan disegani dan terjalin hubungan dengan negara-negara lain termasuk Eropa
(Pemerintahan Sultan Iskandar Muda 1607-1636). Pada masa pemerintahannya disusun
sebuah undang-undang tentang tata pemerintahan yang diberi nama adat makuta alam
yang ditulis dengan huruf Arab dan berbentuk syair Melayu. Meskipun kesultanan Aceh
merupakan negara Islam kehidupan masyarakatnya, tetap bersifat feodal.
3. Kesultanan Demak (1500-1568)
- Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Demak beroperasi di Demak Jawa Tengah adalah kesultanan Islam pertama
dan terbesar di pantai utara Jawa.
- Kondisi Sosial-Politik Kesultanan
Kesultanan Demak merupakan pelopor penyebar agama Islam di Jawa dan
Nusantara Kesultanan demakni tidak berumur panjang karena adanya perebutan
kekuasaan di antara kerabat kerajaan.
4. Kesultanan Mataram Islam (1586-1755)
- Lokasi dan Sumber Sejarah
Pemindahan pusat pemerintahan dari pajang ke Mataram pada tahun 1586 oleh
Senopati menandai berdirinya Kesultanan Mataram. Pusatnya adalah di sebelah
tenggara kota Jogjakarta yakni di Kotagede.
- Kondisi Sosial-Politik Kesultanan
Pengganti Panembahan Senopati adalah putranya yang bernama Mas jolang.
Mataram menjadi negara yang kuat dan disegani karena telah dilatih tentara dengan
sedemikian rupa sehingga kuat secara fisik dan mental dengan kekuatan ini pada
tahun 1615. Sultan Agung mulai eksplanasinya yaitu menyerang wilayah-wilayah
pesisir yang belum ditakluk kepada Mataram, seperti Lasem, Tuban, dan Madura.
Sultan Agung pernah berusaha menguasai Batavia yang merupakan pusat
pemerintahan VOC yaitu tahun 1628 dan 1629 namun gagal Kendati tidak berhasil
kedua serangan itu setidaknya mampu membendung pengaruh VOC di Jawa untuk
sementara waktu.
5. Kesultanan Banten (1526-1813)
- Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Banten adalah sebuah kesultanan Islam yang pernah berdiri di Provinsi
Banten, letaknya di wilayah barat Pulau Jawa sampai ke Lampung di Sumatera.
Karena letaknya yang strategis ini Banten menjadi urat nadi pelayaran dan
perdagangan yang melalui Samudra Hindia.
- Kondisi Sosial-Politik Kesultanan
Kedatangan pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah Ke kawasan yang
dikuasai Kerajaan Pajajaran tersebut selain untuk perluasan wilayah sekaligus
menyebarkan agama Islam. Pada 1522, pasukan Demak dan Cirebon bergabung
menuju Banten di bawah pimpinan Fatahillah dan Syarif Hidayatullah titik Putra
Syarif Hidayatullah, Pangeran sabakin, dengan nama Maulana Hasanuddin ikut
serta. Pada 1526 Banten berhasil direbut termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa yang
waktu itu merupakan pelabuhan utama Kerajaan Pajajaran atau kerajaan Sunda.
Pelabuhan ini kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta. Penguasaan atas
Jayakarta berhasil menghambat gerak maju bangsa Portugis baik dari segi politis
maupun ekonomis. Atas menunjukkan Sultan Demak, pada 1526 Maulana
Hasanudin diangkat sebagai Adipati Banten pada 1522 Banten diubah menjadi
kerajaan bawahan atau pasal (semacam negara bagian) dari Demak Maulana
Hasanudin sebagai pemimpinnya selain mulai membangun Banten pertahanan di
Banten Maulana Hasanudin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah
penghasil lada di Lampung ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan
tersebut. Setelah perang saudara pada tahun 1808 gubernur jenderal Hindia
Belanda mengumumkan dari markasnya diserang bahwa wilayah Kesultanan Banten
telah diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda dan kesultanan Banten resmi
dihapuskan pada tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris.
6. Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an)
- Lokasi dan Sumber Sejarah
Di Sulawesi Selatan pada abad XVI, terdapat beberapa kerajaan Mandiri,
diantaranya Gowa, Tallo, Bone, Wajo, dan sindereng. Setiap kerajaan membentuk
persekutuan sosial pilihan masing-masing salah satunya adalah Kerajaan Gowa dan
Tallo keduanya membentuk persekutuan pada tahun 1528 sehingga melahirkan apa
yang dikenal dengan sebutan Kerajaan Gowa Tallo atau kerajaan Makassar pusat.
Pemerintahannya terdapat di Makassar. Kerajaan Gowa Tallo sering disebut sebagai
kerajaan Makassar wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah kabupaten Gowa
dan sekitarnya.
- Kondisi Sosial-Politik Kesultanan
Penyebaran agama Islam di mulai pada awal abad XVI. Raja Makassar, Daeng
Manrabia (1581-1638) memeluk agama Islam tahun 1605, dan namanya diubah
menjadi Sultan Alauddin. Di bawah pemerintahannya Kesultanan Makassar
berkembang menjadi negara maritim yang kuat Pada masa ini pula orang mulai
mengenal jenis Perahu Layar dan Pinisi. Sultan Hasanuddin dan Sultan Muhammad
Said membawa Makassar sebagai daerah dagang yang maju, wilayah
kekuasaannya meluas sampai ke Flores dan pulau solor di Nusa Tenggara. Secara
khusus di bawah Hasanuddin kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Makassar Seperti
kerajaan Wajo, Bone, Luwu, dan Soppeng berhasil dikuasai. Pada masa
pemerintahan Hasanuddin, Kesultanan Gowa-Tallo terlibat perang besar dengan
VOC yang terkenal dengan nama perang Makassar (1666-1669). Perang ini
termasuk perang terbesar yang dialami VOC pada abad XVII. Perang tersebut
dilatarbelakangi cita-cita Hasanuddin mendirikan Makassar pusat kegiatan
perdagangan di nusantara bagian timur hal ini mengancam aktivitas ekonomi
Belanda, karena bagi Belanda Kesultanan Gowa-Tallo mengancam lalu lintas
perdagangan mereka dari Maluku ke Batavia.
7. Kesultanan Ternate (1257-Sekarang) dan Kesultanan Tidore (1322-akhir abad XVIII)
- Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Ternate dan kesultanan Tidore adalah dua dari empat kesultanan Islam
di Maluku, 2 kesultanan Islam lainnya adalah Kesultanan bacan dan kesultanan
jailolo kesultanan ini terletak di kepulauan Maluku antara sulawesi dan papua Namun
bukan pertama-tama karena letaknya strategi sempat kedua Kesultanan ini begitu
penting dalam kerja aktivitas dan lalu lintas perdagangan pada masa itu melainkan
gerak posisinya sebagai penghasil rempah-rempah terbesar terutama cengkeh dan
pala sehingga dijuluki The Spice Island (kepulauan rempah-rempah) .
- Kondisi Sosial-Politik Kesultanan
Tidak ada informasi yang pasti tentang kapan Islam pertama kali masuk ke Maluku
satu hal yang pasti kesultanan Ternate resmi memeluk Islam pada pertengahan abad
XV, ketika Kolano (Raja) Marhum (1465-1486), penguasa Ternate XVIII, memeluk
Islam yang diikuti seluruh kerabat dan pejabat istana. Islam berkembang pesat pada
masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin (1486-1500), putra Raja (kolano) Marhum.
Informasi pada awal bab ini tentang para santri dari Maluku yang memperdalam
ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di Pulau Jawa kemungkinan besar
terjadi pada masa ini. Zainal Abidin sendiri bahkan dikabarkan pernah belajar secara
pribadi kepada Sunan Giri, di mana Ia dikenal dengan sebutan "sultan Bualawa"
(Sultan Cengkih).
2.2 Perkembangan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda
Negara Eropa yang pernah menjajah Nusantara adalah Belanda. Dia adalah satu-satunya
yang berhasil mewujudkan pemerintahan yang kuat di Indonesia. Hal tersebut menjadikan
Belanda berhasil membuat kebijakan-kebijakan politik salah satunya kebijakan terhadap
umat Islam.
Terhitung mulai bulan April tahun 1595, empat armada kapal Belanda di bawah komando
Cornelis De Houtman berlayar menuju kepulauan Melayu, dan tiba di Jawa barat (pelabuhan
Banten) pada bulan juni 1596. Menurut Dr. Muqaddam Khalil M.A mereka sengaja mendarat
di Banten, karena daerah tersebut dianggap tidak ada pengaruh portugis.
Adapun tujuan mereka datang ke Indonesia ialah untuk mengembangkan usaha
perdagangan, yaitu mencari rempah-rempah yang kemudian akan dijual di negara mereka.
Keberhasilan orang Belanda dibawah komando De Houtman membuat orang Belanda
makin tertarik untuk mengembangkan dagangannya di Indonesia. Maka pada tahun 1598
angkatan kedua diahwah pimpinan Van Nede Van Haskerck dan Van Warwisk datang ke
Indonesia.
Kedatangan Belanda yang bertepatan dengan melemahnya pertahanan maritim dari
kesultanan-kesultanan Indonesia yang diakibatkan banyaknya peperangan yang dilakukan
oleh kesultanan Indonesia dalam usahanya menutup lautan Indonesia dari perluasan
wilayah imperialis Portugis, menjadikan Belanda lebih Mudah menguasai perdagangan di
Indonesia. Sehingga pada tahun 1599 armada Belanda kembali datang ke Indonesia di
bawah pimpinan Van der Hagen dan pada tahun 1600 dibawah pimpinan Van Neck.
Melihat hasil yang diperoleh begitu besar, pada bulan Maret 1602 Pemerintah Belanda
memberi hak khusus kepada para perseroan gabungan dan mengesahkannya. Perseroan
gabungan tersebut diberi hak penuh untuk berdagang, dan memegang kekuasaan antara
tanjung harapan dan kepulauan Solomon, termasuk kepulauan nusantara yang dikenal
dengan V.O.C (Vereenedge Oost Indische Compagnie), dan diberi hak untuk melakukan
kegiatan politik dalam rangka menunjang usaha perdagangannya, dan sejak itulah Belanda
perlahan-lahan menguasai wilayah Indonesia.
Hak politik itu diberikan bisa jadi merupakan sebuah strategi Belanda untuk memudahkan
dan bisa memegang kekuasaan di wilayah yang didudukinya termasuk Indonesia. Oleh
karena itu, betul jika dikatakan bahwa sejak petengahan abad ke-16 Imperialis Belanda
berusaha mewujudkan pemerintahan yang kuat di Indonesia yang dapat melindungi
transportasi dan perdagangannya. Akan tetapi, umat Islam melalui kesultanan-kesultananya
dan juga perlawannya berhasil menunda keinginan Belanda tersebut hingga dua abad
kemudian. Keberhasilan Umat Islam menunda keinginan Belanda untuk mewujudkan
sebuah pemerintahan yang utuh banyak disebabkan oleh adanya perlawanan
kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia, salah satunya ialah yang terjadi pada masa
Sultan Agung, yang secara berturut-turut melakukan penyerangan ke Batavia. Selain itu,
sifat Sultan Agung Tritayasa yang sangat membenci Belanda adalah sebuah bentuk
perlawanan Islam yang juga dapat menunda keinginan Belanda.

2.3 Perkembangan Islam Pada Masa


Kemerdekaan
Perkembangan Islam di Indonesia pada masa kemerdekaan telah mengalami keguncangan
di mana timbul pergolakan antara para kalangan yang ingin menentukan ideologi negara
bangsa Indonesia. Pergolakan tersebut terbagi dalam dua kubu yaitu kalangan Muslim dan
Nasionalis, salah satunya ingin menjadikan negara Indonesia sebagai negara Islam namun
hal tersebut mendapat tantangan dari kalangan lain. Akibat munculnya gejolak tersebut,
perkembangan Islam dari segi politik makin membesar yang disebabkan oleh kekecewaan
dari kalangan Islam dan kekecewaan itu memuncak ketika dideklarasikan negara Indonesia
sebagai negara Pancasila.
Perkembangan Islam pada masa orde lama, telah diberi tempat tertentu dalam konfigurasi
yang paradoks, terutama dalam dunia politik. Sedangkan orde baru, tampaknya Islam diakui
sebatas sebagai landasan moral. Sebagai kekuatan moral dan budaya, Islam diakui
keberadaannya, tetapi tidak pada kekuatan politik secara riil. Keadaan tersebut juga
berpengaruh dalam berbagai bidang yaitu di bidang pendidikan yang cukup berkembang
pesat karena pemerintah memberikan peluang besar dengan melakukan penyetaraan
dengan sekolah umum sehingga sekolah Islam tidak mengalami ketertinggalan dalam
pendidikan. Kemudian Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bergerak dalam
kegiatan-kegiatan diluar persoalan keamanan, seperti dakwah dan pendidikan juga
mengalami perkembangan yang dimana pada tahun 1975 berbagai usaha dimulai untuk
mendirikan majelis ulama yang baru. Serta di bidang hukum Islam yang semakin meningkat
setelah undang-undang peradilan agama ditetapkan tahun 1989.

2.4 Pejalanan Dakwah Wali Songo


PERJALANAN DAKWAH WALI SONGO

Dalam catatan sejarah Jawa mengatakan bahwa Islam di wilayah ini didakwahkan oleh
walisongo. Para wali, terutama Wali Songo sangatlah berjasa dalam Islamisasi di Jawa ini
sehingga kerajaan pertama di Jawa yang pertama berdiri di Demak itu atas jasa mereka.
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang
menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain
menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa
Arabberarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa,
yang berarti tempat. Pendapat lain yaitu, sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan
oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Para
Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Asal-usul pesantren tidak dapat dipisahkan dari sejarah pengaruh Walisongo abad XV-XVI di
Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga
pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad-abad. Dakwah
Walisongo hendaknya dipandang sebagai sebuah proses. Dalam tahapan dakwah jaman
tersebut, mereka tergolong telah menuai kesuksesan besar. Rahasia kesuksesan tersebut
terletak pada kebersamaan, kepatuhan terhadap bimbingan ulama, keteladanan yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, kemampuan, perencanaan yang akurat,
pengorganisasian yang matang, dan tidak menafikan keberadaan Allah Swt.
perjalanan dakwahnya adalah sebagai berikut:

1.Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad
Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi. Maulana Malik Ibrahim umumnya
dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan
cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan
masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha
menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia
membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik
Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

2. Sunan Ampel, (Campa Aceh, 1401-Tuban, Jawa Timur, 1481)


Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat. Ia adalah putra Maulana Malik Ibrahim dari
istrinya yang bernama Dewi Candra wulan. Ia merupakan penerus cita-cita Sunan Gresik.
Dan ia juga terkenal sebagai perencana pertama kerajaan Islam di Jawa. Salah satu
aktivitas dakwahnya adalah mendirikan pesantren di Ampel Denta dekat Surabaya. Sunan
Ampel adalah pembina pertama dalam rangka mengkaderisasi tenaga da’I ke seluruh
wilayah Nusantara. Di antara murid-muridya adalah: Sunan Giri, Raden Fatah, Raden
Makhdum Ibrahim, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Maulana Ishak, dll. Raden Fatah, murid
Sunan Ampel, ia bina untuk peran politik umat Islam di Nusantara karena ia juga merupakan
sultan pertama kesultanan Islam di Bintoro Demak.
Sunan Ampel mendirikan Masjid Agung Demak tahun 1479. Pada awal islamisasi Pulau
Jawa, Sunan Ampel ingin agar masyarakat menganut keyakinan yang murni. Sunan Bonang
(Ampel Denta, Surabaya, 1465-Tuban, 1525)
Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Ia terkenal dengan sebutan Raden Maulana
Makhdum Ibrahim (Makhdum adalah gelat untuk ulama besar dan dihormati di India). Sunan
Bonang terkenal sebagai pencipta geding pertama dalam rangka mengembangkan ajaran
Islam di pesisir utara Jawa Timur. Sunan Bonang menikah dengan Dewi Hiroh dan memiliki
anak yang bernama Dewi Rukhil yang dinikahkan dengan Sunan Kudus. Ia belajar Islam di
Pasai, Aceh, dan kembali ke Tuban, Jawa Timur untuk mendirikan pondok pesantren.
Setelah Sunan Ampel wafat, pesantren yang didirikannya tidak ada pimpinan resmi, maka ia
pun prakarsaimusyawarah untuk mencari siapa penggantinya. Sunan Bonang menyebarkan
Islam menyesuaikan dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari
wayang serta music gamelan. Setiap bait lagu diselingi dengan syahadatain. Gamelan yang
mengiringinya adalah sekaten. Dakwah di Jawa Timur, terutama Tuban, berbasis pesantren.
Dalam dakwahnya ia mengganti nama dewa-dewa dengan nama malaikat dalam Islam
dengan maksud agar penganut Hindu-Budha mudah diajak masuk Islam. Ia mengajarkan
ilmu kepada Raden Fatah putra raja Majapahit Prabu Brawijaya V, sultan pertama Demak.
Sunan Bonang memeliki sebuah karya yang disebut Suluk Sunan Bonang, Primbon Sunan
Bonang, yang tersimpan di Universitas Leidhen, Belanda.

4. Sunan Giri (Blambangan, tengah abad ke-15, Giri, awal abad 16)
Ia terkenal dengan nama Raden Paku atau Sultan Abdul Fakih. Ia adalah putra Maulana
Ishak. Ia juga merupakan saudara Sunan Gunung Jati. Raden Fatah juga saudaranya
karena istri-istri mereka bersaudara. Di masa kecilnya, Sunan Giri diangkat anak oleh Nyai
Gede Malaka. Sunan Giri belajar di pondok pesantren Ampel Denta, teman Sunan Bonang.
Aktivitas dakwah Sunan Giri di daerah Giri dan sekitarnya, yang santrinya mayoritas
berekonomi lemah. Ia mengkader para Da’I untuk dikirim ke luar pulau jawa, di antaranya
Madura, Bawean, Kangean, Ternate, Tidore, dan lain-lain. Jiwanya adalah jiwa demokratis.
Ia mendidik anak-anak kecil dengan permainan-permainan yang bersifat keagamaan, di
antaranya Jelungan, jamuran, Gendi Ferit, Jor, Gula Ganti, Cublak-Cublak Suweng, Ilir-Ilir. Ia
berpengaruh terhadap jalan roda kesultanan Demak.

5. Sunan Drajat (Ampel Denta, Surabaya, sekitar tahun 1470-Sedayu, Gresik pertengahan
abad 16)
Nama aslinya Raden Kasim atau Syarifudin, makamnya di Sedayu Sumatera Selatan.
Beliau adalah putra Sunan Ampel dari istri kedua yang bernama Dewi Candra Wati. Sunan
Drajat merupakan peserta musyawarah dalam rangka memutuskan untuk mengadakan
pendekatan cultural pada masyarakat Jawa dalam menyiarkan ajaran Islam. Perhatiannya
sangat serius pada masalah-masalah social. Tema dakwahnya yaitu, gotong royong,
tolong-menolong, menyantuni anak yatim dan fakir miskin ( semua itu merupakan proyek
social agama Islam).

6. Sunan Kalijaga (akhir abad 14, pertengahan abad 15)


Sunan Kalijaga memilki jiwa yang besar, pandangan jauh, tajam pikiran, intelek, dan Ia
merupakan suku Jawa asli. Nama aslinya adalah Raden Muhammad Syahid atau dikenal
dengan Syaikh Malaya. Kali Jaga merupakan kata dalam lidah jawa, yang di ambil dari
bahasa arab “ qadhi zaka” artinya pelaksana dan membersihkan.
Daerah operasi dakwahnya tidak terbatas. Ia adalah penasihat kesultanan Demak. Ia diberi
hadiah sebidang tanah di sebelah tenggara Demak sebagai desa perdika (bebas pajak)
untuk keturunan ahli waris dan keturunannya. Dalam dakwah kulturalnya Ia mengarang
aneka wayang purwa atau kulit yang bercorak Islami.

7. Sunan Kudus (abad 15-Kudus, 1550)


Nama aslinya Ja’far Shadik, masa kecilnya dikenal dengan Raden Undung, Ia juga dikenal
dengan nama Raden Amir Haji. Ia adalah putra Raden Usman Haji. Dakwahnya di wilayah
Kudus mencakup fiqh, ushul fiqh, tauhid, tafsir, dan logika. Ia dijuluki wali Al’Ilmi karena
banyak ilmunya. Ia adalah wali yang belajar di Baitul Maqdis, Palestina. Ia mendirikan
masjid di Daerah Loran tahun 1549 yang dinamakan Al-Manar.

8. Sunan Muria (abad ke-15, abad ke-16)


Sunan Muria menyebarkan Islam di pedesaan pulau Jawa. Ia adalah putra Sunan Kalijaga.
Nama aslinya adalah Raden Umar Sa’id, dikenal juga dengan Raden Prawoto. Ia beroperasi
dakwah di desa-desa terpencil. Ia memberikan kursus bagi kaum pedagang, nelayan, dan
rakyat biasa.

9. Sunan Gunung Djati (Mekah 1448- Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat 1570)
Menurut Purwaka Caruban Nagari, sebagaimana dikutip dalam buku Ensiklopedi Islam,
Sunan Gunung Jati sebagai seorang walisongo mendapat penghormatan dari raja-raja lain
di Jawa. Ia adalah cucu raja Pajajaran.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masuknya Islam di Indonesia berjalan damai tanpa paksaan, dibawa oleh mubalig yang
kebetulan berprofesi pedagang. Kegiatan berdagang tersebut merupakan penopang dalam
proses islamisasi.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai