Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia

sumber gambar :
www.arrahmah.com

Kelompok 5 :
1. Annisa Apriliani (03)
2. Eltia Christin W (08)
3. Lina Uswatun K (13)
4. Priersa Maezulla (19)
5. Yahya Ario P (27)

SMK NEGERI 01 PATI


TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat penting untuk dipelajari.
Termasuk dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang bagaimana masuk dan
berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori tersebut adalah Teori Gujarat, Teori
Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu dan
siapa yang menyebarkan agam Islam ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat
ditarik suatu persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan
Islam muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini
kami susun dalam memenuhi tugas dari mata pelajaran Sejarah Indonesia dan agar pembaca
lebih memahami tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia ?
1.2.2. Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
1.2.3. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang proses masuknya Islam ke Indonesia
1.3.2. Agar pembaca dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di
Indonesia
1.3.3. Agar pembaca dapat lebih memahami perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Teori-teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia


2.1.1. Teori Gujarat
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah :
1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam
di Indonesia
2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-
Cambay-Timur Tengah-Eropa.
3. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
2.1.2. Teori Makkah
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah :
1. Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab)
2. Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab
SyafiI terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah.
3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari Mesir
2.1.3. Teori Persia
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah :
1. Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu
Nabi Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
2. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu Al-
Hallaj.
3. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk tanda-
tanda bunyi Harakat.
4. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5. Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah satu
pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
2.2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

2.2.1. Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang
berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan
mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas
wilayahnya dan menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan
Sultan Ahmad Malik aI Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan
India-Cina (kembali tahun 1345). Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama
Islam yaitu:
Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang
menetap di Samudera Pasai.
Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini dibuktikan
dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa.
Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan laut yang
menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan
pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai
Tempat merambah perbekalan.
Tempat mengurus masalah perkapalan.
Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke luar.Tempat
menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain.
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja
yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1)Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan
berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan
memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim
yang kuat di Selat Malaka.
(2)Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326.
Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan
Samudra Pasai.
(3)Sultan Malik al Tahir II (1326 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini
sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri
sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran
Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat
sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra
Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar.
Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra
Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul
kemudian
Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan
perdagangan terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih strategis.

2.2.2. Kerajaan Aceh


Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.
Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami
kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa
pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor,
Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di
samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut
Adat Mahkota Alam.
Corak pemerintahannya terdiri atas,
Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk memperkuat
kerajaan Aceh.
Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan dikuasainya
kerajaan Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur Sumatera
dikuasainya sampai ke Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam ke
Minaangkabau.
Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja sama
dengan Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang mereka, yaitu
VOC dan EIC untuk membuka kantor cabangnya di Aceh.
Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau Bintan
pada tahun 1614.Mendirikan
Masjid Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan
Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641).
Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675).
Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan
teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah wal jamaah. Akhirnya, Belanda
berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan
internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan
bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar
abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri,
Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya.
Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya
akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

2.2.3. Kerajaan Demak


Awal Perkembangan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak
sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan
kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri
sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden
Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang
menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang
pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke
Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh
putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis bermusuhan,
sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya,
dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati
unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan
usaha besar membendung masuknya portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan
Kerajaan Demak.
Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat.
Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa
lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada
pemerintahan Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak
terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta
Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik
dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati
Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat pada tahun 1546 M.
Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara
bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta
sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.
Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan
diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Hasil
kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran
Islam dan berdirinya Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid
Agung tersebut merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
Aspek Kehidupan Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
Keruntuhan Kerajaan Demak
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang dilakukan
oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir).
Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin Kerajaan Demak
karena Aria Penansang telah membunuh suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan
tipu daya yang tepat mereka berhasil meruntuhkan pemerintahan dari Bupati Jipang yang
tidak lain adalah Aria Penansang. Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak
saat itu pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan Demak.

2.2.4. Kerajaan Mataram


Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik
menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria
Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan
Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat
menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin
menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun
1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan
kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat
Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman,
Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang
kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat
itu berdirilah Kerajaan Mataram.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak
menghadapi rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus
yang dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka.
Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan
Kerajaan Mataram berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar)
sampai pasuruan (Jatim).
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang,
lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung,
muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban,
Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.
Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar
pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan
Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh
Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa,
Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan
mengalami kegagalan.
Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh
sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,
dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.
Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang
berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir
utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi
arus perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari,
pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang
merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.
Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra
yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum
Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia
dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat
tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.
2.2.5. Kerajaan Banten
Awal Perkembangan Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam)
mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung meluasnya kekuasaan
Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul
kurangnya pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya,
Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat
berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan
Palembang.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan
digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah
kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat
ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu,
tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan.
Keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti
dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan
membuat saluran irigasi.
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah mangkat, terjadilah
perang saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan
Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun diangkat menjadi
Raja dengan perwalian Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-1605 M.
Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak didampingi oleh Pangeran
Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala wafat, Banten mengalami kemunduran.
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena
menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India, gujarat, Persia, dan Arab
banyak yang datang berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat Banten dipengaruhi
oleh sistem kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah
perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman.
Kemunduran Kerajaan Banten
Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja Besar Banten
Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara di Banten antara
saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten mulai
hancur karena terjadi peang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti
Maulana Yusuf.

2.2.6. Kerajaan Cirebon


Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan
oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan
pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa,
Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah
diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari
Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran
Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah
berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan
Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan,
Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

2.2.7. Kerajaan Malaka


Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Palembang
bernama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi serangan dari Majapahit. Ia
mendirikan kerajaan Malaka sekitar tahun 1400. Pada mulanya, Parameswara adalah seorang
raja yhang beragama Hindu. Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya dengan nama
Islam, Muhammad Syah (1400-1414). Raja pertama ini kemudian digantikan oleh Sultan
Iskandar Syah (1414-1424). Selanjutnya raja-raja yang berkuasa di Malaka adalah Sultan
Muzafar Syah (1424-1444), Sultan Mansur Syah (1444-1477), dan Sultan Mahmud Syah
(1477-1511).
Perdagangan menjadi sumber utama penghasilan kerajaan Malaka. Ciri-ciri
perdagangan di Malaka :
Raja dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang
Pajak bea cukai yang dikenakan terhadap setiap barang dibedakan atas asal barang.
Perdagangan dijalankan dalam dua jenis. Pertama, pedagang memasukkan modal dalam
bentuk barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke negeri lain. Kedua,
pedagang menitipkan barang atau meminjamkan uang kepada nahkoda yang akan
membagi keuntungannya dengan pedagang pemberi modal.
Kerajaan mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur perdagangan di
Kerajaan Malaka, agar perdagangan berjalan lancar.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari.
2. Meski terdapat perbedaan teori tentang masuknya Islam ke Indonesia, namun dapat
diambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai.
3. Kerajaan Islam merupakan salah satu bukti dari perkembangan Islam di Indonesia
begitu pesat.
3.2. Saran

1. Hendaknya kita lebih bersemangat dalam mempelajari sejarah


2. Hendaknya kita dapat mengambil ibrah dari Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
Dengan mempelajari sejarah, selain wawasan kita bertambah kita juga akan lebih
memahami kebudayaan-kebudayaan tempo dulu dan mengambil setiap pelajaran dari
sejarah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan. Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam di Indonesia. http:// dahlanforum.


wordpress.com/2009/ 05/02/kerajaan-kerajaan-bercorak-islam-di-indonesia/, diakses tanggal
27 Mei 2016.
Firwan, Andi. Sejarah Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
http://boyzstudent.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-perkembangan-kerajaan-kerajaan.html,
diakses tanggal 27 Mei 2016.
Informasiana. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. http://informasiana.com/sejarah-kerajaan-
islam-di-indonesia/# , diakses tanggal 27 Mei 2016.
Solihin, Akhmad. Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
http://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-kerajaan-kerajaan-islam-di.html, diakses
tanggal 27 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai