Anda di halaman 1dari 17

1

KERAJAAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


“Desain Pembelajaran Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Pada
Mata Kuliah Pembelajaran SKI”

DOSEN PENGAMPU
Rustan Efendy, S.Pd.I, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
ARSY M 2020203886208032
A. RIFALDI TEGAR 2020203886208035
ERWANDY 2020203886208048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2021

2
3

Kompetensi Inti (KI):


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam, serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari materi yang dipelajari di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD):


1. Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
2. Mendeskripsikan kerajaan kerajaan Islam di Indonesia.
3. Menganalisis sejarah masuknya Islam di Indonesia.
4. Memahami perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.

Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menjelaskan proses masuknya Islam ke Indonesia.
2. Siswa mampu menganalisis kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
3. Siswa mampu menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.

Pokok Materi:
1. Teori-teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
A. Teori Gujarat
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah:
 Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia
 Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-
Cambay-Timur Tengah-Eropa.
 Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297
yang bercorak khas Gujarat.

3
4

B. Teori Makkah
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
 Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab)
 Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab
Syafi’I terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah.
 Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari Mesir.

C. Teori Persia
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah:
 Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam
Iran.
 Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu
Al-Hallaj.
 Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk
tanda-tanda bunyi Harakat.
 Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
 Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah
satu pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.

2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia


A. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia
yang berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al
Saleh dan mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu
memperluas wilayahnya dan menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada
masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik aI Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang
mengadakan perjalanan India-Cina (kembali tahun 1345). Peranan Kerajaan
Samudera Pasai dalam persebaran agama Islam yaitu:
 Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang
menetap di Samudera Pasai.
 Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini
dibuktikan dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di
Jawa.

Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan laut


yang menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat
perdagangan dan pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai:
 Tempat merambah perbekalan.
 Tempat mengurus masalah perkapalan.
 Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke luar.Tempat
menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain.

4
5

Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai.


Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan
berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan
memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara
maritim yang kuat di Selat Malaka.
2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-
1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan
dengan Kerajaan Samudra Pasai.
3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini
sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-
negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat
penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki
armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan
berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka,
Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh
Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh
Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.

Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik


dan perdagangan terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih
strategis. 

B. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang
didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi
penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan
Malaka. Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang).
Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah
kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di
bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku. Sebagai sebuah kerajaan,
Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh
mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah,
Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu,
Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat
Mahkota Alam. Corak pemerintahannya terdiri atas:
 Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
 Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk
memperkuat kerajaan Aceh:
 Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan dikuasainya
kerajaan Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur
Sumatera dikuasainya sampai ke Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam
ke Minaangkabau.

5
6

 Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja


sama dengan Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang mereka,
yaitu VOC dan EIC untuk membuka kantor cabangnya di Aceh.
 Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau
Bintan pada tahun 1614.Mendirikan Masjid Baiturrahman di pusat ibukota
kerajaan Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu
mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan
Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri
Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah
akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran
syiah dan sunnah wal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada
tahun 1904. Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur
perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi
pedangang Islam. Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam
kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama
Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh,
yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf
dari Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga
sampai ke Jawa. Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada
masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh
menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan
timah serta rempah-rempah.

C. Kerajaan Demak
1) Awal Perkembangan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak
sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini
diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.Ketika
kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai
bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati,
Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu,
kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya
cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu,
daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar,
dan Maluku.

2) Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan
digantikan oleh putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak
dan Portugis bermusuhan, sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya
memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke
Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya
Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar
membendung masuknya portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan
Kerajaan Demak. Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk
menduduki Jawa Barat. Dengan semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil
menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian,

6
7

seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan Demak.


Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak terus
bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram,
serta Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan
perkawinan politik dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan
Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana
mangkat pada tahun 1546 M. Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik
yang hebat di Demak. Negara bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli
waris Demak juga saling berebut tahta sehingga timbul perang saudara dan
muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.

3) Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya


Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama
begitu saja. Hasil kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan
dengan Islam. Seperti ukir-ukiran Islam dan berdirinya Masjid Agung Demak
yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid Agung tersebut merupakan lambang
kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.

4) Aspek Kehidupan Ekonomi


Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain
beras, madu, dan lilin.

5) Keruntuhan Kerajaan Demak


Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang
dilakukan oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang
Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang
sebagai pemimpin Kerajaan Demak karena Aria Penansang telah membunuh
suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat mereka
berhasil meruntuhkan pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak lain adalah Aria
Penansang. Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat itu
pemerintahan Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan Demak.

D. Kerajaan Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja
Demak. Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya
dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai
pendukung atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi
Arya Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah
penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan
dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai
Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di
daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan
meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.

7
8

Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra
bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih
dikenal sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng
Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo,
putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan
Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari
Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi
penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo
meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan
yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo
menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo
karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo
pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan
Pajang.

E. Kerajaan Mataram
1) Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan
dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya
membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan
diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat
pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah
menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang
menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528
M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan
kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri
yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram.
Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan
takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat
pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah
Kerajaan Mataram.

2) Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak
menghadapi rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara,
dan Kudus yang dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan
menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan
bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram berhasil meletakkan
landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim). Setelah
Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu
cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan
Agung, muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati,
Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro. Untuk
menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar
pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental.
Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram
berhasil menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan
Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut
Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.

8
9

3) Aspek Kehidupan Sosial


Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan
hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam
pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan
terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-
upacara keagamaan. Di bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa
yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di
seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus
dipatuhi oleh seluruh penduduk.

4) Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan


Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang.
Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini
karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki
daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut.
Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan
Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram
berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang
adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-
Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan
memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang
merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut
Hukum Surya Alam.

5) Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut
Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu,
kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk
berperang.

F. Kerajaan Banten
1) Awal Perkembangan Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya
(Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung
meluasnya kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil
menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera
tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh
di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis. Pada tahun 1552 M,
Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Di
bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat
berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu,
dan Palembang.

2) Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan
digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas
daerah kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan
Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam

9
10

pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat. Pada masa
pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan. Keadaan
Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti
dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan
dengan membuat saluran irigasi. Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580
M. Setelah mangkat, terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di
Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad
yang baru berusia sembilan tahun diangkat menjadi Raja dengan perwalian
Mangkubumi. Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-
1605 M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak
didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala
wafat, Banten mengalami kemunduran.

3) Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial


Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena
menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India, gujarat, Persia,
dan Arab banyak yang datang berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat
Banten dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak
terbatas di lingkungan daerah perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman.

4) Kemunduran Kerajaan Banten


Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja Besar
Banten Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara
di Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten.
Sejak saat itu Banten mulai hancur karena terjadi peang saudara, apalagi sudah
tidak ada lagi raja yang cakap seperti Maulana Yusuf.

G. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah
didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar
Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak
mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang
Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya.
Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah.
Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif
Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta. Syarif
Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran
Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan
Kanoman. Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada
saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi
Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon
terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon
berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

H. Kerajaan Makassar
1) Awal Perkembangan Kerajaan Makassar
Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi
yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat

10
11

dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja
Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua
kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam
menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang
ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara
Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.

2) Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin (1591-1639
M). Raja berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M) dan dilanjutan oleh
putranya, Hasanuddin (1654-1660 M). Sultan Hasanuddin berhasil memperluas
daerah kekuasaannya dengan menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi
Selatan, termasuk Kerajaan Bone. VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar,
yaitu Sombaopu cukup ramai dan banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan
utusan untuk membuka hubungan dagang. Setelah sering datang ke Makassar,
VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda
(pusat rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak. Setelah peristiwa itu,
antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik. Terlebih lagi setelah insiden
penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar Makassar diundang untuk suatu
perjamuan di atas kapal VOC, tetapi nyatanya malahan dilucuti dan terjadilah
perkelahian yang menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Keadaan
meruncing sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC
sering mengalami kesulitan dalam menundukkan Makassar. Oleh karena itu, VOC
memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang ingin lepas dari kerajaan Makassar dan
menjadi kerajaan merdeka.

3) Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan


Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Hasil
perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan.
Pelabuhan Sombaupu ( Makassar ) banyak didatangi kapal-kapal dagang sehingga
menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Dengan demikian, masyarakatnya
hidup aman dan makmur. Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja dibantu
oleh Bate Salapanga (Majelis Sembilan) yang diawasi oleh seorang paccalaya
(hakim). Sesudah sultan, jabatan tertinggi dibawahnya adalah pabbicarabutta
(mangkubumi) yang dibantu oleh tumailang matoa dan malolo. Panglima tertinggi
disebut anrong guru lompona tumakjannangan. Bendahara kerajaan disebut opu
bali raten yang juga bertugas mengurus perdagangan dan hubungan luar negeri.
Pejabat bidang keagamaan dijabat oleh kadhi yang dibantu imam, khatib, dan
bilal. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makassar adalah
keahlian masyarakatnya membuat perahu layar yang disebut pinisi dan lambo.

4) Kemunduran Kerajaan Makassar


Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya dengan
VOC yang berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC yang
memperalat Aru Palakka ( Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar. Kebetulan
saat itu Kerajaan Makassar sedang bermusuhan dengan Kerajaan Bone sehingga
Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC.

11
12

I. Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan,
tepatnya di Klimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga Kesultanan Banjarmasin.
Kata Banjarmasin meru[pakan paduan dari dua kata, yaitu Bandar dan masih. Nama
Bandar Masih diambil dari nama Patih Masih, seorang perdana menteri Kerajaan
Banjar yang cakap dan berwibawa. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar
telah diperintahkan oleh tujuh orang raja. Raja pertama ialah Pangeran Surianata
(1438-1460) dan raja terakhir ialah Pangeran Tumenggung (1588-1595).
Selama Pangeran Tumenggung memerintah, situasi politik di Kerajaan Banjar
berada dalam keadaan rawan. Pangeran Samudera yang berada di pengasingan secara
diam-diam menyusun kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Tumenggung.
Akibatnya, pada tahun 1595 terjadi perang saudara yang berakhir dengan kemenangan
di pihak Pangeran Samudera (Pangeran Suriansyah).
Keberhasilan Pangeran Samudera tidak terlepas dari dukungan umat Islam di
wilayah Banjar serta dukungan Patih Masih dengan prajurit Kerajaan Demak. Setelah
masuk Islam, Pangeran Samudera berganti nama menjadi Pangeran Suriansyah.
Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahan ke suatu tempat yang diberi nama
Bandar Masih, sekarang Banjarmasin.
Perpindahan pusat pemerintahan Kasultanan Banjar juga terjadi pda masa
pemerintahan sultan-sultan berikutnya. Pada akhir masa pemerintahan Sultan
Hidayatullah (1650), pusat pemerintahan dipindahkan ke Batang Mengapan, yang
sekarang menjadi Muara Tambangan dekat Martapura. Pada masa Sultan Tamjidillah
(1745-1778) pusat pemerintahan dipindahkan ke Martapura pada tahun 1766.
Sultan terakhir yang memerintah Kesultanan Banjar ialah Pangeran Tamjidillah
(1857-1859). Pengangkatan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan oleh Belanda
mendapat tantangan dari masyarakat, sehingga menimbulkan pergolakan. Karena
tidak dapat memenuhi keinginan Belanda, ia diturunkan dari takhta. Pada tanggal 11
Juni 1860, Belanda mengahapus kesultanan. Meskipun demikian, peperangan terus
berkobar.

J. Kerajaan Malaka
Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari
Palembang bernama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi serangan dari
Majapahit. Ia mendirikan kerajaan Malaka sekitar tahun 1400. Pada mulanya,
Parameswara adalah seorang raja yhang beragama Hindu. Setelah memeluk Islam, dia
mengganti namanya dengan nama Islam, Muhammad Syah (1400-1414). Raja
pertama ini kemudian digantikan oleh Sultan Iskandar Syah (1414-1424). Selanjutnya
raja-raja yang berkuasa di Malaka adalah Sultan Muzafar Syah (1424-1444), Sultan
Mansur Syah (1444-1477), dan Sultan Mahmud Syah (1477-1511).
Perdagangan menjadi sumber utama penghasilan kerajaan Malaka. Ciri-ciri
perdagangan di Malaka:
 Raja dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang.
 Pajak bea cukai yang dikenakan terhadap setiap barang dibedakan atas asal
barang.
 Perdagangan dijalankan dalam dua jenis. Pertama, pedagang memasukkan
modal dalam bentuk barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk
dijual ke negeri lain. Kedua, pedagang menitipkan barang atau meminjamkan
uang kepada nahkoda yang akan membagi keuntungannya dengan pedagang
pemberi modal.

12
13

 Kerajaan mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur perdagangan


di Kerajaan Malaka, agar perdagangan berjalan lancar.

K. Kerajaan Ternate dan Tidore


Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13
dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri
di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur
sebagai raja. Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para
pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat
berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu
tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua
kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi
persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate
sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk
Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya. Dengan berkuasanya
kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal
itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari
kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya
berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran
agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika
diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh
Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik
kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583).
Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu
tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas
daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera,
Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian. Dengan masuknya Spanyol dan
Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam:
ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore.
Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik
sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan
sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang
ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya
dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan
masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan,
terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.

Rangkuman:
Kerajaan-kerajaan Islam berdiri di beberapa wilayah dinusantara pada abad XVIII,
abad ini merupakan puncak perkembangan Islam. kerajaan-kerajaan tersebut secara
konsepsional, dimaksudkan tentunya dalam rangka menciptakan kebahagiaan dan
kesejahteraan rakyatnya serta memberikan kebebasan bagi rakyat agar kreatif dalam segala
bidang kehidupan, termasuk berdagang, kerajaankerajaan Islam tersebut antara lain di pulau

13
14

Sumatera, kerajaan Aceh Darussalam dan kerajaan Samudera Pasai, di pulau Jawa, kerajaan
Demak, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, dan Kesultanan Cireboni, di pulau Sulawesi,
Kesultanan Makasar yang merupakan gabungan dari kesultanan Gowa dan Tallo, di Pulau
Maluku Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore, serta di pulau Kalimantan ada kerajaan
Banjar. Keberadaan institusi politik Islam menjadi indikasi kuat bahwa hukum Islam telah
berlaku dalam kehidupan masyarakat nusantara saat itu, para raja bersama para ulama
mendorong rakyatnya untuk mengikuti peraturan dan ketentuan yang ditetapkan dalam ruang
lingkup institusi politik kerajaan dan memberlakukan hukum Islam sebagai hukum positif.
Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang bagaimana masuk dan
berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori tersebut adalah Teori Gujarat, Teori
Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu
dan siapa yang menyebarkan agam Islam ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat
ditarik suatu persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan
Islam muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini
kami susun dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Pembelajaran SKI dan agar pembaca
lebih memahami tentang kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.

Proses Pembelajaran:
1. Persiapan
a) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
b) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
c) Guru menyapa peserta didik dengan memperkenalkan diri kepada peserta didik.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sejarah kerajaan kerajaan
Islam di Indonesia
f) Media/alat peraga/alat bantu bisa berupa multimedia berbasis ICT dengan
powerpoint atau media lainnya.
2. Pelaksanaan
a) Guru memutarkan audio atau video mengenai materi sejarah kerajaan kerajaan
Islam di Indonesia
b) Peserta didik menyimak dan memperhatikan secara seksama audio atau video
yang diputar
c) Guru menjelaskan tentang sejarah kerajaan kerajaan Islam di Indonesia
d) Guru meminta peserta didik mengamati materi yang diberikan
e) Peserta didik mengajukan pertanyaan mengenai materi yang kurang dipahami
f) Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan kepada peserta didik
supaya peserta didik lebih paham akan materi yang dijelaskan.

Penilaian:
Guru melakukan penilaian diskusi tentang kerajaan kerajaan Islam di Indonesia.
a) Kolom Penilaian

14
15

NO Nama Aspek yang dinilai Skor Nilai Ketuntasan Skor Tidak


siswa maks maks lanjut

1 2 3 T TT R P

Aspek yang dinilai adalah:


1. Bahasa
2. Penampilan atau sikap
3. Etika
4. Isi

Ketentuan penskoran:
1. Jika siswa menggunakan bahasa yang baik dan santun maka skornya 25.
2. Jika penampilan siswa santun (berpakaian sesuai dengan aturan) maka skornya 25.
3. Jika siswa menghargai guru dan teman-temannya dalam menyampaikan pendapatnya,
maka skornya 25.
4. Jika isi pengamatan siswa sesuai dengan materi yang sedang dipelajari maka skornya
25.
b) Kelompok Diskusi
NO Nama Aspek yang dinilai Skor Nilai Ketuntasan Skor Tidak
siswa maks maks lanjut

1 2 3 T TT R P

Aspek dan rubrik penilaian:


1) Kejelasan dan kedalaman informasi.
a) Jika kelompok tersebut dapat memberikan kejelasan dan kedalaman informasi
lengkap dan sempurna, skor 30.
b) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
lengkap dan kurang sempurna, skor 20.
c) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi
kurang lengkap, skor 10.
2) Keaktifan dalam diskusi.
a) Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam diskusi, skor 30.
b) Jika kelompok tersebut berperan aktif dalam diskusi, skor 20.

15
16

c) Jika kelompok tersebut kurang aktif dalam diskusi, skor 10.


3) Kejelasan dan kerapian presentasi.
a) Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan rapi,
skor 40.
b) Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan jelas dan rapi, skor 30.
c) Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan kurang
rapi, skor 20.
d) Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan kurang jelas dan tidak
rapi, skor 10.

Soal Essay:
1. Jelaskan bagaimana awal mula masuknya Islam ke Indonesia?
2. Sebutkan kerajaan kerajaan Islam yang ada di Indonesia?
3. Siapakah Raja Islam pertama di Indonesia?
4. Islam masuk ke Indonesia menggunakan jalur?
5. Apakah nama kerajaan Islam yang terkenal di Sulawesi?

Pengayaan:
Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan yang telah disiapkan
oleh guru. (Guru mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil
dalam pengayaan).

Remedial:
Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh guru materi tentang
“Sejarah kerajaan kerajaan Islam di Indonesia”. Guru akan melakukan penilaian kembali
dengan soal yang sejenis. Remedial dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang
disesuaikan, contoh: pada saat jam belajar, apabila masih ada waktu, atau di luar jam
pelajaran (30 menit setelah jam pelajaran selesai).

Interaksi Guru dengan Orang tua:


Guru meminta peserta didik memperlihatkan kolom “Evaluasi” dalam buku teks kepada
orang tuanya dengan memberikan komentar dan paraf. Cara lainnya dapat juga dengan
menggunakan buku penghubung kepada orang tua yang berisi tentang perubahan perilaku
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran atau berkomunikasi langsung baik langsung,
maupun memalui telepon, tentang perkembangan perilaku anaknya.

16
17

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan. “Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam di Indonesia”. http:// dahlanforum.
wordpress.com/2009/ 05/02/kerajaan-kerajaan-bercorak-islam-di-indonesia/, diakses
tanggal 27 Mei 2016.
Firwan, Andi. “Sejarah Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia”.
http://boyzstudent.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-perkembangan-kerajaan-
kerajaan.html, diakses tanggal 27 Mei 2016.

17

Anda mungkin juga menyukai