DOSEN PENGAMPU
Rustan Efendy, S.Pd.I, M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
ARSY M 2020203886208032
A. RIFALDI TEGAR 2020203886208035
ERWANDY 2020203886208048
2
3
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menjelaskan proses masuknya Islam ke Indonesia.
2. Siswa mampu menganalisis kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
3. Siswa mampu menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Pokok Materi:
1. Teori-teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
A. Teori Gujarat
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah:
Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia
Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-
Cambay-Timur Tengah-Eropa.
Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297
yang bercorak khas Gujarat.
3
4
B. Teori Makkah
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab)
Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab
Syafi’I terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah.
Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari Mesir.
C. Teori Persia
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah:
Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam
Iran.
Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu
Al-Hallaj.
Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk
tanda-tanda bunyi Harakat.
Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah
satu pendukung tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
4
5
B. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang
didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi
penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan
Malaka. Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang).
Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah
kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di
bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku. Sebagai sebuah kerajaan,
Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh
mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah,
Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu,
Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat
Mahkota Alam. Corak pemerintahannya terdiri atas:
Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk
memperkuat kerajaan Aceh:
Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan dikuasainya
kerajaan Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur
Sumatera dikuasainya sampai ke Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam
ke Minaangkabau.
5
6
C. Kerajaan Demak
1) Awal Perkembangan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak
sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini
diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.Ketika
kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai
bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati,
Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu,
kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya
cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu,
daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar,
dan Maluku.
6
7
D. Kerajaan Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja
Demak. Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya
dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai
pendukung atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi
Arya Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah
penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan
dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai
Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di
daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan
meliputi Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
7
8
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra
bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih
dikenal sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng
Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo,
putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan
Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari
Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi
penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo
meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan
yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo
menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo
karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo
pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan
Pajang.
E. Kerajaan Mataram
1) Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan
dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya
membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan
diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat
pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah
menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang
menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528
M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan
kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri
yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram.
Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan
takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat
pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah
Kerajaan Mataram.
8
9
F. Kerajaan Banten
1) Awal Perkembangan Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya
(Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung
meluasnya kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil
menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera
tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh
di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis. Pada tahun 1552 M,
Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Di
bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat
berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu,
dan Palembang.
9
10
pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat. Pada masa
pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan. Keadaan
Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti
dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan
dengan membuat saluran irigasi. Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580
M. Setelah mangkat, terjadilah perang saudara untuk memperebutkan tahta di
Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan Maulana Yusuf, Maulana Muhammad
yang baru berusia sembilan tahun diangkat menjadi Raja dengan perwalian
Mangkubumi. Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-
1605 M. Kemudian digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak
didampingi oleh Pangeran Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala
wafat, Banten mengalami kemunduran.
G. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah
didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar
Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak
mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang
Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya.
Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah.
Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif
Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta. Syarif
Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran
Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan
Kanoman. Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada
saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi
Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon
terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon
berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.
H. Kerajaan Makassar
1) Awal Perkembangan Kerajaan Makassar
Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi
yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat
10
11
dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja
Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua
kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam
menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang
ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara
Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.
11
12
I. Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan,
tepatnya di Klimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga Kesultanan Banjarmasin.
Kata Banjarmasin meru[pakan paduan dari dua kata, yaitu Bandar dan masih. Nama
Bandar Masih diambil dari nama Patih Masih, seorang perdana menteri Kerajaan
Banjar yang cakap dan berwibawa. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar
telah diperintahkan oleh tujuh orang raja. Raja pertama ialah Pangeran Surianata
(1438-1460) dan raja terakhir ialah Pangeran Tumenggung (1588-1595).
Selama Pangeran Tumenggung memerintah, situasi politik di Kerajaan Banjar
berada dalam keadaan rawan. Pangeran Samudera yang berada di pengasingan secara
diam-diam menyusun kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Tumenggung.
Akibatnya, pada tahun 1595 terjadi perang saudara yang berakhir dengan kemenangan
di pihak Pangeran Samudera (Pangeran Suriansyah).
Keberhasilan Pangeran Samudera tidak terlepas dari dukungan umat Islam di
wilayah Banjar serta dukungan Patih Masih dengan prajurit Kerajaan Demak. Setelah
masuk Islam, Pangeran Samudera berganti nama menjadi Pangeran Suriansyah.
Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahan ke suatu tempat yang diberi nama
Bandar Masih, sekarang Banjarmasin.
Perpindahan pusat pemerintahan Kasultanan Banjar juga terjadi pda masa
pemerintahan sultan-sultan berikutnya. Pada akhir masa pemerintahan Sultan
Hidayatullah (1650), pusat pemerintahan dipindahkan ke Batang Mengapan, yang
sekarang menjadi Muara Tambangan dekat Martapura. Pada masa Sultan Tamjidillah
(1745-1778) pusat pemerintahan dipindahkan ke Martapura pada tahun 1766.
Sultan terakhir yang memerintah Kesultanan Banjar ialah Pangeran Tamjidillah
(1857-1859). Pengangkatan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan oleh Belanda
mendapat tantangan dari masyarakat, sehingga menimbulkan pergolakan. Karena
tidak dapat memenuhi keinginan Belanda, ia diturunkan dari takhta. Pada tanggal 11
Juni 1860, Belanda mengahapus kesultanan. Meskipun demikian, peperangan terus
berkobar.
J. Kerajaan Malaka
Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari
Palembang bernama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi serangan dari
Majapahit. Ia mendirikan kerajaan Malaka sekitar tahun 1400. Pada mulanya,
Parameswara adalah seorang raja yhang beragama Hindu. Setelah memeluk Islam, dia
mengganti namanya dengan nama Islam, Muhammad Syah (1400-1414). Raja
pertama ini kemudian digantikan oleh Sultan Iskandar Syah (1414-1424). Selanjutnya
raja-raja yang berkuasa di Malaka adalah Sultan Muzafar Syah (1424-1444), Sultan
Mansur Syah (1444-1477), dan Sultan Mahmud Syah (1477-1511).
Perdagangan menjadi sumber utama penghasilan kerajaan Malaka. Ciri-ciri
perdagangan di Malaka:
Raja dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang.
Pajak bea cukai yang dikenakan terhadap setiap barang dibedakan atas asal
barang.
Perdagangan dijalankan dalam dua jenis. Pertama, pedagang memasukkan
modal dalam bentuk barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk
dijual ke negeri lain. Kedua, pedagang menitipkan barang atau meminjamkan
uang kepada nahkoda yang akan membagi keuntungannya dengan pedagang
pemberi modal.
12
13
Rangkuman:
Kerajaan-kerajaan Islam berdiri di beberapa wilayah dinusantara pada abad XVIII,
abad ini merupakan puncak perkembangan Islam. kerajaan-kerajaan tersebut secara
konsepsional, dimaksudkan tentunya dalam rangka menciptakan kebahagiaan dan
kesejahteraan rakyatnya serta memberikan kebebasan bagi rakyat agar kreatif dalam segala
bidang kehidupan, termasuk berdagang, kerajaankerajaan Islam tersebut antara lain di pulau
13
14
Sumatera, kerajaan Aceh Darussalam dan kerajaan Samudera Pasai, di pulau Jawa, kerajaan
Demak, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, dan Kesultanan Cireboni, di pulau Sulawesi,
Kesultanan Makasar yang merupakan gabungan dari kesultanan Gowa dan Tallo, di Pulau
Maluku Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore, serta di pulau Kalimantan ada kerajaan
Banjar. Keberadaan institusi politik Islam menjadi indikasi kuat bahwa hukum Islam telah
berlaku dalam kehidupan masyarakat nusantara saat itu, para raja bersama para ulama
mendorong rakyatnya untuk mengikuti peraturan dan ketentuan yang ditetapkan dalam ruang
lingkup institusi politik kerajaan dan memberlakukan hukum Islam sebagai hukum positif.
Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang bagaimana masuk dan
berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori tersebut adalah Teori Gujarat, Teori
Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu
dan siapa yang menyebarkan agam Islam ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat
ditarik suatu persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan
Islam muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini
kami susun dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Pembelajaran SKI dan agar pembaca
lebih memahami tentang kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Proses Pembelajaran:
1. Persiapan
a) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
b) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
c) Guru menyapa peserta didik dengan memperkenalkan diri kepada peserta didik.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sejarah kerajaan kerajaan
Islam di Indonesia
f) Media/alat peraga/alat bantu bisa berupa multimedia berbasis ICT dengan
powerpoint atau media lainnya.
2. Pelaksanaan
a) Guru memutarkan audio atau video mengenai materi sejarah kerajaan kerajaan
Islam di Indonesia
b) Peserta didik menyimak dan memperhatikan secara seksama audio atau video
yang diputar
c) Guru menjelaskan tentang sejarah kerajaan kerajaan Islam di Indonesia
d) Guru meminta peserta didik mengamati materi yang diberikan
e) Peserta didik mengajukan pertanyaan mengenai materi yang kurang dipahami
f) Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan kepada peserta didik
supaya peserta didik lebih paham akan materi yang dijelaskan.
Penilaian:
Guru melakukan penilaian diskusi tentang kerajaan kerajaan Islam di Indonesia.
a) Kolom Penilaian
14
15
1 2 3 T TT R P
Ketentuan penskoran:
1. Jika siswa menggunakan bahasa yang baik dan santun maka skornya 25.
2. Jika penampilan siswa santun (berpakaian sesuai dengan aturan) maka skornya 25.
3. Jika siswa menghargai guru dan teman-temannya dalam menyampaikan pendapatnya,
maka skornya 25.
4. Jika isi pengamatan siswa sesuai dengan materi yang sedang dipelajari maka skornya
25.
b) Kelompok Diskusi
NO Nama Aspek yang dinilai Skor Nilai Ketuntasan Skor Tidak
siswa maks maks lanjut
1 2 3 T TT R P
15
16
Soal Essay:
1. Jelaskan bagaimana awal mula masuknya Islam ke Indonesia?
2. Sebutkan kerajaan kerajaan Islam yang ada di Indonesia?
3. Siapakah Raja Islam pertama di Indonesia?
4. Islam masuk ke Indonesia menggunakan jalur?
5. Apakah nama kerajaan Islam yang terkenal di Sulawesi?
Pengayaan:
Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan yang telah disiapkan
oleh guru. (Guru mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil
dalam pengayaan).
Remedial:
Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh guru materi tentang
“Sejarah kerajaan kerajaan Islam di Indonesia”. Guru akan melakukan penilaian kembali
dengan soal yang sejenis. Remedial dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang
disesuaikan, contoh: pada saat jam belajar, apabila masih ada waktu, atau di luar jam
pelajaran (30 menit setelah jam pelajaran selesai).
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan. “Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam di Indonesia”. http:// dahlanforum.
wordpress.com/2009/ 05/02/kerajaan-kerajaan-bercorak-islam-di-indonesia/, diakses
tanggal 27 Mei 2016.
Firwan, Andi. “Sejarah Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia”.
http://boyzstudent.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-perkembangan-kerajaan-
kerajaan.html, diakses tanggal 27 Mei 2016.
17